Nuha tak berani masuk ke dalam ruang perawatan di mana Daniel berada. Dia tak berniat melihat wajahnya sekalipun meski dia menolongnya, dengan mendonorkan darah untuknya.Darren menghargai keputusan Nuha. Nuha hanya menunggu di luar ruangan. Darren adalah orang yang paling memahami Nuha saat ini.Saat di tempat parkir sempat terjadi kesalahpahaman di mana Kinan tiba-tiba bersikap tidak ramah pada Nuha. Hanya karena Nuha tidur di mobil menjadi masalah buat Kinan.Darren menjelaskan pada Kinan jika Nuha sedang sakit sehingga dia beristirahat di dalam mobil. Kinan pun mencoba memahami, meski pada dasarnya Kinan sebenarnya hanya mencari kesalahan Nuha. Dia berpikir jika Nuha ialah penyebab hancurnya kehidupan Daniel Dash.Setelah memastikan kondisi Daniel masuk ruang recovery pasca operasi, Darren menyelesaikan semua registrasi rumah sakit. Lalu dia memutuskan untuk pulang karena Kinan yang kini menunggunya. Adapun Jonathan belum tahu kondisi Daniel saat ini. Dia dirawat dan diawasi oleh
Nuha tersenyum mendengar pertanyaan Darren. Baginya pertanyaan Darren seperti sebuah gurauan belaka. Padahal yang bertanya terlihat sangat serius.“Mas, aneh-aneh aja. Ngapain nanyain gitu? Ya enggak lah,”Nuha mengedikkan bahunya. Dia jujur dengan apa yang dia katakan. Nuha sama sekali tidak menyukai Daniel. Darren terdiam sejenak, menyadari kebodohannya mengapa menanyakan hal semacam itu. Darren rupanya cemburu. Cemburu pada yang semu. Dia baru pertama kali merasakan cemburu pada seseorang. Dan, itu karena Nuha.“Annisa, I want you now,” ucap Darren terdengar serius.Nuha mengerjapkan matanya saat Darren memanggilnya Annisa dan di ujung kalimatnya dia menambahkan keinginannya.Nuha benar-benar membatu dan tak bisa lagi menutupi dirinya.“Um, Mas, aku hanya ingin menolong saja tanpa harus …”“Diingat begitu?”“Mas …”“Aku tahu, tapi kenapa kau tak mengatakannya? Aku senang aja Nuha menolong Daniel tapi … aku tak suka Nuha main rahasia-rahasiaan. Ingat, kita suami istri jadi harus sa
“Halo, Baby! Kita sarapan,” ucap Kinan menghampiri Daniel. Kemudian mendorong kursi roda Daniel menuju ruang makan. Namun Daniel menghentikan kursi roda elektriknya.“Aku belum mau sarapan, Mom,” ucapnya dengan bernada dingin. Daniel melajukan kursi roda elektriknya menuju kamarnya lalu menguncinya.“Kenapa dengan anak itu? Tadi katanya mau ketemu Nuha,” gumam Kinan dengan heran.“Ada apa Honey?”Jonathan menghampiri Kinan dengan memeluknya dari belakang.“Sayang, Daniel tidak mau sarapan,” Kinan melepas pelukan suaminya lalu menghadapnya dan memeluknya dari depan, menenggelamkan kepalanya di dada suaminya.“Ya udah tinggal antar saja ke kamarnya. Ngapain repot-repot,”Jonathan semakin memperdalam pelukannya pada sang istri.“Iya sih,” sahut Kinan. Hanya saja seorang ibu begitu peka melihat ekspresi wajah sang anak. Apakah Nuha mengatakan sesuatu yang menyakitinya, sebagai aksi balas dendam. Sungguh tak masuk akal sebab Nuha malah menolongnya. Mungkin Daniel merasa sungkan saja jika
Akhir-akhir ini Kinan merasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh asisten rumah tangannya, yang tak lain Bik Sumi. Dia sangat mengenalnya karena Bik Sumi sudah bekerja bertahun-tahun dengannya. Belakangan entah dia yang merasa sensitif, dia merasa ada sesuatu yang mengganjal dalam batinnya. Bik Sumi terlihat seperti menyembunyikan sesuatu.Apa Kinan kurang mengapresiasi kinerjanya sebab dia disibukkan mengurus suami dan Daniel yang sering membuatnya kewalahan.Kinan adalah sosok majikan idaman di mana dia memperlakukan dengan baik semua pekerjanya. Dia memberi gaji yang layak dan bonus jika mereka memiliki kinerja yang baik terutama bersikap jujur.Kinan menghampiri Bik Sumi yang tengah membersihkan area pantry dapur. Terlihat dengan cekatan wanita yang usianya tak lagi muda tersebut mengelap meja pantry dengan cairan antiseptik. Seorang pelayan lain membantunya dalam mengeluarkan benda-benda yang berada di dalam kabin pantry.“Bik Sumi, kemarilah!” seru Kinan memanggil Bik Sumi untuk
Makan malam berlangsung dengan khidmat hingga tak terasa sudah saatnya Nuha pulang. Nuha berpamitan pada Kania dan ke dua orang tuanya. Nuha menyalami Sahila dan mengatupkan ke dua tangannya pada Naufal. Tak lupa dirinya memeluk erat Kania dengan penuh kasih sayang.“Kenapa Nuha tidak menginap sekalian? Ini ‘kan sudah malam,” seru Naufal menatap punggung Nuha dengan intens. Dia berjalan mengikuti Kania dan Nuha yang berada di depannya, mengantar Nuha hingga ke depan gerbang raksasa hunian yang mewah miliknya.Nuha menoleh dengan tersenyum tipis.“Mungkin jika aku masih lajang aku akan menginap Om … eh Papa. Aku sekarang ‘kan sudah bersuami,” katanya terkekeh. Cara dia tertawa mengingatkannya pada sosok Aruni. Manis.“Ya gak apa-apa nginap juga asal ada ijin dari suami,” sahut Naufal kemudian.“Iya Nuha, seharusnya aku yang menelepon suamimu agar memberi ijin menginap di sini,” timpal Kania dengan mendelik pada Nuha.“Ya udah lain kali aja ya,” jawab Nuha sembari membuka pintu gerbang
Pagi ini seperti biasa Nuha melakukan rutinitasnya sebagai seorang istri. Bangun pagi hari dan menyiapkan segala keperluan suami. Yang paling membuatnya terharu ialah Darren sudah mulai bersedia menjadi imam sholat baginya setelah Nuha bujuk. Darren merasa awam agama sehingga selama ini dia tak bersedia menjadi imam baginya karena merasa bacaan sholatnya masih kurang baik. Dan, untuk pertama kalinya Darren mengimami sholat isya semalam. Sementara itu berbeda dengan Nuha, Darren terlihat murung sebab hari itu dia harus pergi keluar kota untuk melaksanakan meeting penting dengan klien di luar kota selama seminggu. Dia tak bisa meninggalkan Nuha begitu saja. Namun Nuha masih kuliah. Tak mungkin Darren memboyongnya bersamanya. Nuha berhenti bergerak saat tatapannya terpacak pada sang suami yang tengah duduk di sofa. Dia duduk di samping suaminya dan menyentuh lengannya dengan meragu. “Mas, apakah Mas punya masalah?” tanya Nuha dengan menatap sang suami dengan lekat. Manik matanya yang h
“Aku bukan tidak memaafkan Daniel Mom. Aku … masih merasa takut. Tapi … tenang aja aku bersedia kok,” ucap Nuha bernada lembut.Kinan pun terlihat menaikan alisnya sebelah dan menghela nafas panjang. “Baiklah, thanks. Mom pergi dulu,” Kinan menepuk pundak Nuha lalu pergi meninggalkannya dengan tersenyum tipis. Kali ini Kinan memang benar-benar membutuhkan Nuha sebab tak ada orang yang bisa diandalkan di rumah.Setelah berkebun, Nuha pergi ke kamarnya lalu berganti pakaian. Dia menunaikan shalat dzuhur dan makan siang sendirian. Setelahnya dia kembali ke bawah sekedar menikmati keindahan taman yang sudah mulai dipenuhi hamparan bebungaan yang tumbuh subur. Kehadiran Nuha memberikan banyak warna di mansion mewah tersebut. Sebelum berangkat kuliah Nuha mengambil kamera dan mengambil beberapa portrait bunga anggrek favoritnya. Dia tersenyum lebar dan manis saat membidik objek kamera.“Masyaallah indah sekali,” gumam Nuha dengan memicingkan matanya mengamati keelokan anggrek ketika jemar
Hari itu sepulang dari kampus saat Nuha berada di dalam taxi, dia melihat Bik Sumi tengah masuk ke sebuah gerbang raksasa di mana gerbang tersebut merupakan gerbang TPU. Semalam Nuha memimpikan sang ayah sehingga dirinya berniat berziarah sepulang dari kampus karena hanya ada dua mata sks hari itu.Bik Sumi terlihat membawa keranjang berisi aneka jenis bunga seperti mawar, kantil dan melati. Dia rupanya akan berziarah pada makam seseorang mungkin anak atau cucunya.Nuha berjalan ingin berziarah ke makam sang ayah tetapi karena penasaran pada wanita yang dikira Bik Sumi, langkahnya berbelok menuju pemakaman yang berada di sebelah kanannya.Terlihat Bik Sumi menaburkan bunga tersebut ke atas gundukan tanah merah dan menyiramnya dengan air. Dia terlihat menunduk dengan wajah yang lesu.Beberapa saat kemudian, Bik Sumi pun pergi dalam sekejap mata. Nuha tak bisa menemukan Bik Sumi di manapun sebab saat yang sama berdatanganlah rombongan pelayat yang mengantar jenazah yang baru tiba di san