Sekarang di setiap pagi, saat matahari muncul memancarkan cahaya cantiknya di langit, maka seketika ia mulai menjadi musuh terbesarku. Bagaimana tidak, statusku berubah dalam sekejap menjadi istri pak ustadz sekaligus santri dadakan yang ikut belajar mendalami ilmu agama seperti santri yang lainnya. Rasanya seperti tidak ada waktu bersantai lagi buat aku. Memang, bukan Husein pelakunya, tetapi di depan dia ada bapak dan ibu mertuaku yang lebih tegas daripada Husein. Tapi anehnya, Husein sendiri tidak ada kendali buat melarang kedua orang tuanya bertindak begini padaku, dia bilang semua demi kebaikan aku? Dari segi pakaian pun udah dijajah sekali, tiap hari dipaksa pakai baju lengan panjang dan rok panjang. Tau kan dandanan norak ala anak-anak kampung, ya begitulah!Emangnya ada ya belajar pakek paksa-paksaan kayak begini? Dan sekarang pun, gue lagi berjalan menuju ke kelas di mana Husein lagi yang jadi pengajarnya. Hari-hari menyiksa seperti ini akan selalu terulang sampe kapan co
Bukan cuma kamu Za ya ingin begitu, aku pun sangat berharap bisa lepas dari pernikahan ini. Tapi apa aku punya kendali? "Sayang, aku hargai ketulusan kamu atas ucapan kamu barusan, tapi...""Tapi apa? Perlu aku berhadapan langsung dengan suami kamu, dan bilang kalau aku pacar kamu? Aku siap. Aku akan jelaskan ke semuanya Rey tentang hubungan kita!" sambungnya lagi. Anehnya, meski aku memang sangat bersikeras untuk pergi, tapi kenapa hati aku sama sekali tidak bergetar saat Reza sebegitu percaya dirinya untuk membawaku keluar dari tempat ini. Apa aku sudah terpenjara di sini?? Tidak!!!"Kok malah bengong Rey, mau ya?" Dia bertanya kembali sambil menatap bola mataku. Duh, goyah entar lama-lama."Za, gak semudah itu. Aku juga harus mikirin perasaan kedua orang tuaku, dan minta persetujuan mereka untuk pergi sama kamu, dan aku yakin pasti mereka juga gak akan setuju. Husein gak cuma membiayai hidup ayah dan ibu aja, tapi dia juga membayar semua hutang-hutang ayah yang sangat banyak itu.
bab 18Siapa yang gak bakal curiga saat istrinya lama banget, gak menunjukkan batang hidungnya di kelas ketika kami memang keluar dari kamar secara berbarengan. Mungkin aja Husein curiga aku bakal kabur dan akhirnya dia keliling sana sini buat nyariin. Dan hasilnya, dia ketemu mobil Clara dan melihat dua perempuan seksi di depan mobilnya. Dia yakin itu adalah temen aku dan Husein pasti nekad mendatanginya."Permisi anda siapa ya?" Sepintas aku melihat Clara dan Nadine yang juga ikut panik karena di datangi pria alim."Engg, saya temen-temen nya Rey Pak, kami cuma mau mengunjungi dia," jawab Nadine yang ku rasa dia seperti sudah terlatih. "Jangan khawatir, mereka udah aku briefing sayang, ketemu siapapun anggap aja itu suami kamu dan bilang kalau kamu ada di mobil langi nangis," sahut Reza berbisik di kursi paling belakang."Oh ya? Thanks banget lah kalau begitu!" Akhirnya, aku bisa bernafas sedikit lega."Kalau begitu Reynata nya mana?" "Itu di mobil Pak." Clara memukul pintu mobi
bab 19"Kok ditinggalin sih suaminya Rey, belum selesai tuh!""Udah gak apa-apa, gak pernah selesai ngomong sama dia mah!" Emang bener kan? Apalagi kalau dah keluar ceramahnya, bisa seharian full cuma dengerin dia.***Meski sedih melanda, tapi aku cuma mampu sekedar menatap mobil Clara sampai benar-benar tak terlihat lagi di pekarangan gerbang pondok. "Thank's ya guys, sudah mampir. Cukup menghibur hati aku yang selalu kesepian di sini." Walaupun sempat deg-degan akibat Husein secara tiba-tiba ikut hadir di sana saat aku beradu kemesraan dengan Reza, tapi aku tetep bahagia kalian datang! Untungnya aja gak ketahuan!Gila ya, bisa-bisanya panik dalam satu waktu. Aku pun mengecek jam tangan dan ku rasa waktu mengajar dalam kelasnya sudah selesai. Syukur deh, aku jadi bisa kembali ke kamar dan istirahat dengan cepat. Tapi kemudian, langkahku terhenti ketika ingat ucapan Husein tadi, "boleh silakan mengobrol sama teman-teman kamu, tapi ada bayarannya ya nanti." Astaga, kedua mataku t
"Aku gak tahu kapan tiba saatnya aku bisa benar-benar jatuh cinta sama kamu. Mungkin pada saat itu, aku akan menjadi wanita yang paling bahagia karena bisa memiliki laki-laki yang terlihat masih utuh. Kamu adalah laki-laki paling bersegel pertama yang pernah aku kenal. Semua orang rasanya seperti berebut untuk menjadi pasanganmu. Tapi gak tahu kenapa, sampai detik ini aku masih tak kunjung mampu untuk merasakan perasaan itu, aku juga belum bisa menerima keberadaan kamu di dalam hatiku. Benar katamu kemarin bahwa ketika kamu menatap mataku, di sana hanya ada sebuah kemarahan yang luar biasa karena pernikahan ini yang telah berhasil membuatku membuang semua impian-impian itu.Jangan tunggu aku mas, lebih baik kamu cari wanita lain yang sanggup mencintai kamu secara lahir dan batin. Bukan aku yang setiap detiknya selalu menginginkan perceraian dalam pernikahan kita. Bukan aku yang tidak berusaha menumbuhkan cinta sebagai rasa penerimaan hakiki.Dan juga satu hal lagi, jangan pernah memb
"Dih Mas, jangan bercanda deh. Yaudah terus aku pakai apa dong?""Kamu mau beli bajunya dulu? Apa tuh batik couple gitu, nanti kita cari sama-sama.""Mas, serius?" Entah kenapa mataku tiba-tiba saja seperti berkilauan bertabur bintang."Siap-siap ya, saya tunggu di depan." Selepas bilang seperti tadi, ku lihat Husein langsung berdiri, lalu dia mengambil jaket yang tergantung di belakang pintu, dan akhirnya dia benar-benar berjalan keluar dari kamar. "Bentar, ini serius dia ngajak jalan?" Meskipun aku tahu jalan-jalannya juga bakal pakai motor, tapi yah setidaknya aku hargai usahanya deh. Toh dia juga sudah niat mau belikan baju yang ku rasa bakal jadi pilihan yang lebih baik daripada baju ninja itu dan itu. Aku sampai merinding ketika menatap baju yang tergantung di dinding itu, hih!***"Haahhh?" Kedua mataku terbelalak lebar saat melihat Husein memberhentikan sebuah mobil sedan edisi hightclass di depan tempat aku berdiri saat ini. Ini mobil yang sering aku lihat di lokasi syutin
Merdeka!!Se-happy ini aku guys, karena bisa bebas dari baju jahanam itu ketika pergi ke luar rumah. Aku bisa merasakan kebahagiaan yang hakiki karena diperbolehkan memakai kebaya yang menutup semua aurat kecuali wajah dan telapak tangan. Kita udah dapet batik couple yang benar-benar sama dari segi corak. Btw, aku juga pakai jilbab segiempat yah, yang dimodifikasi sama kang salon supaya lebih modis. Selagi gue nunggu Husein selesai sholat Dzuhur, gue pergi ke salon untuk sedikit merias wajah. Itu pun dengan catatan gue harus sholat Dzuhur dulu baru boleh pakai make up. Iye deh, timbang dijejeli ayat, mending ikutin aja, selagi semua janjinya di jembatan itu masih dia pegang."Yang tadi suaminya ya mba?" "Bukan! Eh, maksudnya iya mba!" Aku lagi asyik kirim-kiriman pesan sama Reza sih, sampai-sampai gak fokus sama pertanyaan dari mba-mba salonnya.Si mba salon mungkin sempat memperhatikan Husein yang mengantar aku sampai di depan pintu. Dia dilarang ikut masuk karena salon ini khus
Panik iya, takut iya, parno dikit juga iya! Aku gak tahu kenapa dia bisa tiba-tiba bilang gawat."Hah, gawat kenapa Mas?" Aku jadi panik sendiri ketika Husein memalingkan pandangan matanya apalagi setelah itu dia berkata gawat."Sepertinya kita gak jadi ke undangan deh.""Loh kenapa?" tanyaku sedikit terkejut. Pasalnya, aku udah capek-capek dandan ke salon masa gak jadi sih."Aku gak mau wajah cantik kamu dilihat banyak orang!" Ampun deh! Bikin kaget aja setengah mati, tahunya cuma gara-gara muka aku doang. "Kirain apaan Mas. Bersyukur dong istrinya cantik, daripada buluk, korengan, belekan, nanti malah diejek banyak orang."Dia mendengus kesal sambil memutarkan mobilnya agar bisa kembali ke jalan raya dan membawa kita ke tempat tujuan."Tenang aja, nanti aku bakal pakai kaca mata hitam kok Mas!""Buat apa?" "Ya supaya gak banyak yang mengenali aku, secara aku adalah selebgram dan pemain iklan. "Memangnya ada yang kenal sama kamu?" What, pertanyaan barusan kayak lebih mengarah ke
POV: USTADZ HUSEINAlhamdulillah, jazakumullah ya Allah, tidak lelah lidah hamba mengucapkan kata syukur atas nikmat yang Allah berikan pada saya.Di usia yang menginjak 31 tahun ini, saya hanya ingin menghabiskan sisa waktu yang ada bersama istri, anak-anak, juga ibunda saya.Mereka lah penguat, penyemangat, penyembuh segala kerisauan yang selama ini saya rasakan.Terutama untuk istri saya, dia adalah wanita yang sangat hebat, wanita yang selalu membuat saya jatuh cinta ketika memandangnya. Wanita yang hanya akan saya cintai hingga akhir menutup mata. Apa yang terjadi pada kita terakhir kali di Korea sana, menjadikan saya banyak berpikir untuk lebih bijak dalam mengambil keputusan. Pertama, urusan apapun itu sebelum saya berkata iya atau tidak sebaiknya didiskusikan dan cari jalan keluarnya.Karena sejatinya, subhanallah wanita adalah mahluk yang harus kita sebagai laki-laki duluan lah yang mengertinya.Semakin kita egois, seorang wanita akan semakin kuat dengan pendiriannya.Saya
Aku membanting pintu taksi dengan kuat, setelah sebelumnya memberikan ongkos taksi sesuai tarif.Aku berlari menuju loket informasi, karena 30 menit lagi pukul empat sore."Excuse me, i wanna ask about the plane to Jakarta-Indonesia with Zhara Airline, already departed?"Dia memeriksa komputernya, dan menatap aku lagi. "No yet, now is waiting to boarding pass.""Oh, thank you." Informasi itu cukup meyakinkan aku bahwa aku tidak terlambat, lantas aku langsung saja berlari menuju gate 3 sesuai yang tertera di layar informasi.Aku gak mau kehilangan Akang, aku harus pulang bersama dia. Walau kakiku lelah, tapi aku berusaha mencarinya.Sampai akhirnya aku menemukan seorang laki-laki yang pakaiannya sangat aku kenal. Jas itu, adalah kado ulang tahun dariku, yang katanya jas favorit dan selalu dia pakai dalam momen penting. Dia berdiri menghadap ke jendela sambil memperhatikan prepare pesawat yang siap terbang.Lalu, perlahan-lahan aku berjalan mendekatinya dan dari arah belakang, aku mel
Aku heran, hatiku sepertinya mati sampai gak merasakan kesedihan sama sekali, bahkan sampai Akang lah yang mengantar aku sampai memesankan taksinya.Aku malah justru merasa bangga pada diri sendiri, karena aku berhasil menang dalam pertempuran kali ini.Biarlah, Akang merasakan rasanya harus mengalah dalam satu situasi.Ingat tidak? Dalam keadaan hamil, aku harus merelakan dia kuliah di luar negeri? Tiga tahun lamanya.Masa kali ini, untuk beberapa bulan aja dia gak sanggup? Gantian dong!Aku menatap ke luar jendela dan memperlihatkan bangunan yang tinggi dan megah itu. Kapan aku bisa setenar itu di sini?Tapi kok lama-lama, mataku ngantuk ya? Rasanya, aku pengen tidur sekejap saja untuk menghilangkan rasa kantuknya. Akhirnya, perlahan-lahan, kelopak mataku mulai sayu, dan pandanganku sedikit kabur. Sepertinya aku tertidur!!***"Jeogiyo Agashi, ulineun dochaghaeshi-imida." ( Permisi Mba, kita udah sampai)"Jeogiyo Agashi? Jhaisso-yeo?" (Apa kamu tidur?)Hah, Akang!!!!Gak sengaja aku
Satu Jam Yang Lalu~~~~Aku membuka pintu kamar hotel, karena keputusan aku sudah bulat, untuk sekali ini aja, izinkan aku menggapai impianku, biarkan suamiku mengalah, karena gak melulu harus aku yang kalah.Tapi setibanya aku diluar kamar hotelku, Akang kembali menghentikan langkahku dengan rasa panik yang luar biasa."Ya Allah Ay, tidak bisa kah berikan saya kesempatan untuk bicara sama kamu?"Ku jawab dengan menggelengkan kepala.Ada orang yang lewat, baik itu sesama tamu hotel, atau pegawai yang melihat keributan dari kita berdua. Tapi sesudahnya, mereka langsung saja acuh, karena rata-rata orang di sini, sangat tidak peduli dengan urusan orang lain."Oke sayang, oke! Ayo kita masuk dulu ke dalam dan biarkan saya sholat sunah dua rakaat dulu."Masuk ke dalam? Tidak mau lah, tentu! Sama saja menyuruh aku untuk berubah pikiran lagi, seandainya aku masuk ke dalam. "Aku mau pergi sekarang!" "Oke, Ay oke! Tunggu 10 menit di luar sini saja, ya. Kamu mau pergi dengan ridho saya atau t
Aku ingat, aku ingat laki-laki itu siapa.Aku ingat semua yang aku alami bersamaan laki-laki itu, dia adalah suamiku. Dia adalah laki-laki yang aku cintai, laki-laki yang cuma menjaga pandangan matanya untukku. Laki-laki yang mencintai aku lebih dari dirinya sendiri.Ya Allah, ini apa? Kenapa aku kembali pada tubuhku di lima tahun yang lalu?Kenapa dia tidak mengenali aku, kenapa dia berkata aku bukan muhrimnya.Sial! Aku mengumpat berkali-kali, tapi rasanya kata-kata itu tidak bisa dikeluarkan dari dalam mulutku. Aku hanya mengatupkan bibir, sambil terus mengeluarkan air mata yang semakin deras ini.Aku gak mau kehilangan dia!Aku gak mau dia tidak mengenali aku!Ya Allah, ingin rasanya aku teriak dan berkata dia suami aku! Mataku melihat dia yang sedang duduk bersila itu, sambil memegang mikrofon dan membaca sholawat pembuka.Bagaimana cara aku mengingatkan laki-laki itu, supaya dia juga ingat bahwa kita suami istri?"Ay, kenapa kamu nangis?" Seorang laki-laki bernama Reza itu tiba
Sepertinya tubuh aku dipaksa untuk melewati detik demi detik yang lagi berjalan ini, walaupun serasa seperti melayang, karena kaki aku tidak terasa menapak di bumi. Dari aku selesai mandi, pakai baju gamis yang udah disediakan, memakai riasan, aku seperti gak hidup.Menatap wajah aku di cermin, semua begitu abu-abu. Apa aku berada dalam dimensi lain? Apa aku sedang traveler ke lain waktu?Semua ambigu sekali.Tapi ya sudahlah, mungkin badan aku lagi gak sehat, jadinya pikiran aku kacau. Aku pun segera memakai jilbab, yang sebelumnya benda itu sangat jarang aku sentuh.Potongan sebuah momen pun tiba-tiba terlintas dalam benakku, ketika aku memasang jarum pada jilbab ini."Demi Allah, saya janji tidak akan pernah menyentuh tubuh Mba jika bukan Mba yang mengizinkannya. Saya janji tidak akan mengekang hidup Mba jika mba tidak melewati batas. Silakan hidup seperti biasanya, jika hijab masih berat silakan lakukan pelan-pelan. Cukup berbusana yang menutup tangan dan kakinya, ingsyallah saya
Hoaaammm... Alarm ini, kalau gak dimatikan rasanya bakal terus berdering sampai kiamat. Dengan malas aku meraih ponselku dan meski tanpa melihatnya, aku udah berhasil mendiamkan bunyi-bunyian yang melengking itu.Setelah menggeliat ke kiri dan ke kanan, aku menguatkan diri untuk bangun meski medan magnet antara tubuhku dam kasur ini kuat sekali."Jadwal gue, apa aja hari ini?"Tanggal 28 Januari, jadwal Reynata adalah pemotretan produk air mineral, dan icon ekspedisi yang terbaru. Syukurlah, mereka memakai aku untuk menjadi brand ambassador-nya, mereka gak salah pilih artis.Setelah dirasa tubuhku siap berdiri, aku langsung turun ke lantai bawah menemui menegerku."Morning Rey Kim, nyenyak tidurnya?"Aku sedikit terpaku melihat rumahku yang tertata lebih rapi, dan digelar karpet juga banyak hidangan di sana."Apa ini Om?" (panggilan Reynata untuk Pak Danu.)"Loh gimana sih, lupa ya? Hari ini kan selamatan rumah lo Rey, sekarang berkat kerja keras lo memilih peran itu, lo udah menghas
"Akang, aku dapat tawaran ini. Main di sebuah drama, jadi pemeran figuran. Untuk jilbab, nanti akan diganti rambut palsu, dan jangan khawatir sama baju. Aku akan dikenakan baju panjang setiap scene-nya"Setelah berdiri sekian lama, bertatapan dengan sangat serius sama Akang, aku pun berhasil mengatakan hal tersebut. Bahwa aku mendapat tawaran.Dia terdiam sambil melakukan aktivitasnya lagi mengemas baju ke dalam koper."Siap-siap, sebentar lagi kita berangkat ke Bandara," ujarnya tanpa melihat aku dan dapat dipastikan dia tidak mengizinkan aku mengambil peran ini."Kenapa? Aku bilang aku dapat tawaran, dan aku harus tinggal selama beberapa bulan untuk menyelesaikan proses syuting." Rasanya aku gak mau kalah, kali ini."Apa sih? Kamu itu sudah menikah, ada anak kamu di rumah, nunggu uma nya.""Apa artinya aku gak dibolehkan?""Buat apa kamu bertanya jika kamu sudah tau jawabannya?"Siap banget aku kalau disuruh bertengkar hari ini, sudah lama kita gak beradu otot. Selama ini aku seperti
"Maaf ya, Rey selama ini gak pernah jadi istri yang neko-neko sama Akang. Untuk sekali aja."Aku cuma berkata itu pada Akang, sebelum akhirnya aku memutuskan untuk turun ke lantai lobi dan bertemu pak Danu di sana. Dia menunggu aku di kursi khusus tamu dengan dua cup kopi di atas meja."Hai, lama ya nunggu?" sapa aku setelah duduk di hadapannya."Rey, Rey Reynata Adizti anak gue hellooo?? Bisa-bisanya lo nikah sama laki kek gitu? Apa hidup lo sama sekali gak tersiksa?"Sebelumnya, aku gak pernah terima kalau ada satu pun orang yang menghina Akang dengan contoh perkataannya apapun. Tapi aneh banget, aku seakan setuju sama Pak Danu dan baru saja berpikir "selama ini, aku bahagia karena memang bahagia atau karena terpaksa?" Aku berjuang mati-matian, mengurus anak aku saat berpisah dengan Husein, berjuang mati-matian mencari bukti untuk membela namanya. Tapi, untuk aku sendiri mana?"Dengerin Rey, lo gue ambil dari agensi menyebalkan itu, gue rawat lo, gue naikin nama elo sampai tenar G