bab 19"Kok ditinggalin sih suaminya Rey, belum selesai tuh!""Udah gak apa-apa, gak pernah selesai ngomong sama dia mah!" Emang bener kan? Apalagi kalau dah keluar ceramahnya, bisa seharian full cuma dengerin dia.***Meski sedih melanda, tapi aku cuma mampu sekedar menatap mobil Clara sampai benar-benar tak terlihat lagi di pekarangan gerbang pondok. "Thank's ya guys, sudah mampir. Cukup menghibur hati aku yang selalu kesepian di sini." Walaupun sempat deg-degan akibat Husein secara tiba-tiba ikut hadir di sana saat aku beradu kemesraan dengan Reza, tapi aku tetep bahagia kalian datang! Untungnya aja gak ketahuan!Gila ya, bisa-bisanya panik dalam satu waktu. Aku pun mengecek jam tangan dan ku rasa waktu mengajar dalam kelasnya sudah selesai. Syukur deh, aku jadi bisa kembali ke kamar dan istirahat dengan cepat. Tapi kemudian, langkahku terhenti ketika ingat ucapan Husein tadi, "boleh silakan mengobrol sama teman-teman kamu, tapi ada bayarannya ya nanti." Astaga, kedua mataku t
"Aku gak tahu kapan tiba saatnya aku bisa benar-benar jatuh cinta sama kamu. Mungkin pada saat itu, aku akan menjadi wanita yang paling bahagia karena bisa memiliki laki-laki yang terlihat masih utuh. Kamu adalah laki-laki paling bersegel pertama yang pernah aku kenal. Semua orang rasanya seperti berebut untuk menjadi pasanganmu. Tapi gak tahu kenapa, sampai detik ini aku masih tak kunjung mampu untuk merasakan perasaan itu, aku juga belum bisa menerima keberadaan kamu di dalam hatiku. Benar katamu kemarin bahwa ketika kamu menatap mataku, di sana hanya ada sebuah kemarahan yang luar biasa karena pernikahan ini yang telah berhasil membuatku membuang semua impian-impian itu.Jangan tunggu aku mas, lebih baik kamu cari wanita lain yang sanggup mencintai kamu secara lahir dan batin. Bukan aku yang setiap detiknya selalu menginginkan perceraian dalam pernikahan kita. Bukan aku yang tidak berusaha menumbuhkan cinta sebagai rasa penerimaan hakiki.Dan juga satu hal lagi, jangan pernah memb
"Dih Mas, jangan bercanda deh. Yaudah terus aku pakai apa dong?""Kamu mau beli bajunya dulu? Apa tuh batik couple gitu, nanti kita cari sama-sama.""Mas, serius?" Entah kenapa mataku tiba-tiba saja seperti berkilauan bertabur bintang."Siap-siap ya, saya tunggu di depan." Selepas bilang seperti tadi, ku lihat Husein langsung berdiri, lalu dia mengambil jaket yang tergantung di belakang pintu, dan akhirnya dia benar-benar berjalan keluar dari kamar. "Bentar, ini serius dia ngajak jalan?" Meskipun aku tahu jalan-jalannya juga bakal pakai motor, tapi yah setidaknya aku hargai usahanya deh. Toh dia juga sudah niat mau belikan baju yang ku rasa bakal jadi pilihan yang lebih baik daripada baju ninja itu dan itu. Aku sampai merinding ketika menatap baju yang tergantung di dinding itu, hih!***"Haahhh?" Kedua mataku terbelalak lebar saat melihat Husein memberhentikan sebuah mobil sedan edisi hightclass di depan tempat aku berdiri saat ini. Ini mobil yang sering aku lihat di lokasi syutin
Merdeka!!Se-happy ini aku guys, karena bisa bebas dari baju jahanam itu ketika pergi ke luar rumah. Aku bisa merasakan kebahagiaan yang hakiki karena diperbolehkan memakai kebaya yang menutup semua aurat kecuali wajah dan telapak tangan. Kita udah dapet batik couple yang benar-benar sama dari segi corak. Btw, aku juga pakai jilbab segiempat yah, yang dimodifikasi sama kang salon supaya lebih modis. Selagi gue nunggu Husein selesai sholat Dzuhur, gue pergi ke salon untuk sedikit merias wajah. Itu pun dengan catatan gue harus sholat Dzuhur dulu baru boleh pakai make up. Iye deh, timbang dijejeli ayat, mending ikutin aja, selagi semua janjinya di jembatan itu masih dia pegang."Yang tadi suaminya ya mba?" "Bukan! Eh, maksudnya iya mba!" Aku lagi asyik kirim-kiriman pesan sama Reza sih, sampai-sampai gak fokus sama pertanyaan dari mba-mba salonnya.Si mba salon mungkin sempat memperhatikan Husein yang mengantar aku sampai di depan pintu. Dia dilarang ikut masuk karena salon ini khus
Panik iya, takut iya, parno dikit juga iya! Aku gak tahu kenapa dia bisa tiba-tiba bilang gawat."Hah, gawat kenapa Mas?" Aku jadi panik sendiri ketika Husein memalingkan pandangan matanya apalagi setelah itu dia berkata gawat."Sepertinya kita gak jadi ke undangan deh.""Loh kenapa?" tanyaku sedikit terkejut. Pasalnya, aku udah capek-capek dandan ke salon masa gak jadi sih."Aku gak mau wajah cantik kamu dilihat banyak orang!" Ampun deh! Bikin kaget aja setengah mati, tahunya cuma gara-gara muka aku doang. "Kirain apaan Mas. Bersyukur dong istrinya cantik, daripada buluk, korengan, belekan, nanti malah diejek banyak orang."Dia mendengus kesal sambil memutarkan mobilnya agar bisa kembali ke jalan raya dan membawa kita ke tempat tujuan."Tenang aja, nanti aku bakal pakai kaca mata hitam kok Mas!""Buat apa?" "Ya supaya gak banyak yang mengenali aku, secara aku adalah selebgram dan pemain iklan. "Memangnya ada yang kenal sama kamu?" What, pertanyaan barusan kayak lebih mengarah ke
Aku cuma memperhatikan Husein dari jauh.Ku lihat, dia lagi asyik mengobrol sama teman sejawatnya yang sama-sama hobi dalam dunia otomotif.Jadi guys, sesuai dengan apa yang diceritakan oleh Husein di basemen tadi bahwa sebetulnya Husein itu telah ikut dalam sebuah komunitas mobil mewah sejak satu tahun yang lalu. Gila gak? Aku jelas merinding dong pas dengar penjelasan dia tadi, dan gak nyangka banget. Ternyata, kecintaannya pada dunia otomotif membuat dia sekali-kali ingin tampil modis, dengan sebutan ustad milenium.Ku fikir, Husein adalah anak alim yang ruang lingkupnya hanya di sekitar pondok pesantren, tapi aslinya sangat jauh dari expect aku sendiri. Benar-benar membuat aku berkata what's? Kok bisa?"Sudah makan?" Husein telah menyelesaikan perbincangan dia dengan teman-temannya itu dan segera menemui aku yang lagi duduk di meja bundar. "Sudah." Aku pun mulai penasaran lebih jauh, tentang seberapa dekat dia dan teman-teman pengoleksi mobil mewah itu. "Mas, itu tadi teman-tema
Astaga, betapa terkejutnya aku melihat Reza hadir bersama kita. Posisinya, aku di tengah dan dia di samping kiriku."Reza?" Husein juga ikut menoleh ketika aku menyebutkan nama kekasihku ituTakdir macam apa ini? Baru saja kita bertemu tadi, kemudian berpisah, lalu akhirnya dipertemukan kembali di kotak besi ini. Bahkan bajunya pun masih sama dengan baju yang kamu pakai tadi pas ke pondok.Reza menggenggam tangan aku, tapi Husein dengan sigap melepaskan tangan Reza itu, lalu menarik aku ke belakang badannya. "Anda siapa?" tanya Husein tajam."S-saya..." Dia gak jadi melanjutkan ucapannya. Tapi Reza sempat menoleh ke arahku untuk meminta jawaban yang paling tepat, dan aku menggeleng lemah sebagai sebuah isyarat supaya Reza gak boleh menyebut dirinya sebagai pacarku."Jangan sebut pacar, nanti kita gak bisa ketemu lagi," jeritku dalam hati."Saya.. temennya Reynata. Nama saya Reza." Seketika, pintu lift terbuka. Dan tanpa mengucapkan apa-apa lagi, Husein segera membawaku keluar dari d
Aku yakin itu mobil Clara, dia juga terlihat masih pakai baju yang sama kayak tadi pagi, cuma model rambutnya aja yang beda. Bersyukur aja sih, ada dia yang bisa menenangkan hati aku sekarang. "Berhenti Mas!" Aku memaksa Husein untuk segera menepi, dan dia benar-benar memberhentikan mobilnya di samping trotoar. "Aku mau sama teman-teman aku!" Gak pakai pikir panjang lagi, aku membuka pintu mobil dan segera berlari menyebrang jalan supaya bisa sampai ke mereka berdua."Rey!" Sedangkan Husein meneriakkan namaku karena aku menyebrang tanpa toleh kanan kiri. Alhasil, seluruh kendaraan menyalakan klakson mobilnya supaya bisa menyadarkan jalan pikiranku.Husein segera menyeberang dan berlari mengikuti aku dari belakang."Nad, Ra!" Aku berteriak, dan mereka melirik ke arahku semua."Rey, kok kamu ada di sini?" tanya Nadine dan merangkul aku yang lagi nangis."Please, ajak gue pergi. Gue gak sanggup kalau harus ikut sama dia sekarang!" jawabku terisak dalam pelukan Nadine."Lo kenapa Rey,