"Aku gak tahu kapan tiba saatnya aku bisa benar-benar jatuh cinta sama kamu. Mungkin pada saat itu, aku akan menjadi wanita yang paling bahagia karena bisa memiliki laki-laki yang terlihat masih utuh. Kamu adalah laki-laki paling bersegel pertama yang pernah aku kenal. Semua orang rasanya seperti berebut untuk menjadi pasanganmu. Tapi gak tahu kenapa, sampai detik ini aku masih tak kunjung mampu untuk merasakan perasaan itu, aku juga belum bisa menerima keberadaan kamu di dalam hatiku. Benar katamu kemarin bahwa ketika kamu menatap mataku, di sana hanya ada sebuah kemarahan yang luar biasa karena pernikahan ini yang telah berhasil membuatku membuang semua impian-impian itu.Jangan tunggu aku mas, lebih baik kamu cari wanita lain yang sanggup mencintai kamu secara lahir dan batin. Bukan aku yang setiap detiknya selalu menginginkan perceraian dalam pernikahan kita. Bukan aku yang tidak berusaha menumbuhkan cinta sebagai rasa penerimaan hakiki.Dan juga satu hal lagi, jangan pernah memb
"Dih Mas, jangan bercanda deh. Yaudah terus aku pakai apa dong?""Kamu mau beli bajunya dulu? Apa tuh batik couple gitu, nanti kita cari sama-sama.""Mas, serius?" Entah kenapa mataku tiba-tiba saja seperti berkilauan bertabur bintang."Siap-siap ya, saya tunggu di depan." Selepas bilang seperti tadi, ku lihat Husein langsung berdiri, lalu dia mengambil jaket yang tergantung di belakang pintu, dan akhirnya dia benar-benar berjalan keluar dari kamar. "Bentar, ini serius dia ngajak jalan?" Meskipun aku tahu jalan-jalannya juga bakal pakai motor, tapi yah setidaknya aku hargai usahanya deh. Toh dia juga sudah niat mau belikan baju yang ku rasa bakal jadi pilihan yang lebih baik daripada baju ninja itu dan itu. Aku sampai merinding ketika menatap baju yang tergantung di dinding itu, hih!***"Haahhh?" Kedua mataku terbelalak lebar saat melihat Husein memberhentikan sebuah mobil sedan edisi hightclass di depan tempat aku berdiri saat ini. Ini mobil yang sering aku lihat di lokasi syutin
Merdeka!!Se-happy ini aku guys, karena bisa bebas dari baju jahanam itu ketika pergi ke luar rumah. Aku bisa merasakan kebahagiaan yang hakiki karena diperbolehkan memakai kebaya yang menutup semua aurat kecuali wajah dan telapak tangan. Kita udah dapet batik couple yang benar-benar sama dari segi corak. Btw, aku juga pakai jilbab segiempat yah, yang dimodifikasi sama kang salon supaya lebih modis. Selagi gue nunggu Husein selesai sholat Dzuhur, gue pergi ke salon untuk sedikit merias wajah. Itu pun dengan catatan gue harus sholat Dzuhur dulu baru boleh pakai make up. Iye deh, timbang dijejeli ayat, mending ikutin aja, selagi semua janjinya di jembatan itu masih dia pegang."Yang tadi suaminya ya mba?" "Bukan! Eh, maksudnya iya mba!" Aku lagi asyik kirim-kiriman pesan sama Reza sih, sampai-sampai gak fokus sama pertanyaan dari mba-mba salonnya.Si mba salon mungkin sempat memperhatikan Husein yang mengantar aku sampai di depan pintu. Dia dilarang ikut masuk karena salon ini khus
Panik iya, takut iya, parno dikit juga iya! Aku gak tahu kenapa dia bisa tiba-tiba bilang gawat."Hah, gawat kenapa Mas?" Aku jadi panik sendiri ketika Husein memalingkan pandangan matanya apalagi setelah itu dia berkata gawat."Sepertinya kita gak jadi ke undangan deh.""Loh kenapa?" tanyaku sedikit terkejut. Pasalnya, aku udah capek-capek dandan ke salon masa gak jadi sih."Aku gak mau wajah cantik kamu dilihat banyak orang!" Ampun deh! Bikin kaget aja setengah mati, tahunya cuma gara-gara muka aku doang. "Kirain apaan Mas. Bersyukur dong istrinya cantik, daripada buluk, korengan, belekan, nanti malah diejek banyak orang."Dia mendengus kesal sambil memutarkan mobilnya agar bisa kembali ke jalan raya dan membawa kita ke tempat tujuan."Tenang aja, nanti aku bakal pakai kaca mata hitam kok Mas!""Buat apa?" "Ya supaya gak banyak yang mengenali aku, secara aku adalah selebgram dan pemain iklan. "Memangnya ada yang kenal sama kamu?" What, pertanyaan barusan kayak lebih mengarah ke
Aku cuma memperhatikan Husein dari jauh.Ku lihat, dia lagi asyik mengobrol sama teman sejawatnya yang sama-sama hobi dalam dunia otomotif.Jadi guys, sesuai dengan apa yang diceritakan oleh Husein di basemen tadi bahwa sebetulnya Husein itu telah ikut dalam sebuah komunitas mobil mewah sejak satu tahun yang lalu. Gila gak? Aku jelas merinding dong pas dengar penjelasan dia tadi, dan gak nyangka banget. Ternyata, kecintaannya pada dunia otomotif membuat dia sekali-kali ingin tampil modis, dengan sebutan ustad milenium.Ku fikir, Husein adalah anak alim yang ruang lingkupnya hanya di sekitar pondok pesantren, tapi aslinya sangat jauh dari expect aku sendiri. Benar-benar membuat aku berkata what's? Kok bisa?"Sudah makan?" Husein telah menyelesaikan perbincangan dia dengan teman-temannya itu dan segera menemui aku yang lagi duduk di meja bundar. "Sudah." Aku pun mulai penasaran lebih jauh, tentang seberapa dekat dia dan teman-teman pengoleksi mobil mewah itu. "Mas, itu tadi teman-tema
Astaga, betapa terkejutnya aku melihat Reza hadir bersama kita. Posisinya, aku di tengah dan dia di samping kiriku."Reza?" Husein juga ikut menoleh ketika aku menyebutkan nama kekasihku ituTakdir macam apa ini? Baru saja kita bertemu tadi, kemudian berpisah, lalu akhirnya dipertemukan kembali di kotak besi ini. Bahkan bajunya pun masih sama dengan baju yang kamu pakai tadi pas ke pondok.Reza menggenggam tangan aku, tapi Husein dengan sigap melepaskan tangan Reza itu, lalu menarik aku ke belakang badannya. "Anda siapa?" tanya Husein tajam."S-saya..." Dia gak jadi melanjutkan ucapannya. Tapi Reza sempat menoleh ke arahku untuk meminta jawaban yang paling tepat, dan aku menggeleng lemah sebagai sebuah isyarat supaya Reza gak boleh menyebut dirinya sebagai pacarku."Jangan sebut pacar, nanti kita gak bisa ketemu lagi," jeritku dalam hati."Saya.. temennya Reynata. Nama saya Reza." Seketika, pintu lift terbuka. Dan tanpa mengucapkan apa-apa lagi, Husein segera membawaku keluar dari d
Aku yakin itu mobil Clara, dia juga terlihat masih pakai baju yang sama kayak tadi pagi, cuma model rambutnya aja yang beda. Bersyukur aja sih, ada dia yang bisa menenangkan hati aku sekarang. "Berhenti Mas!" Aku memaksa Husein untuk segera menepi, dan dia benar-benar memberhentikan mobilnya di samping trotoar. "Aku mau sama teman-teman aku!" Gak pakai pikir panjang lagi, aku membuka pintu mobil dan segera berlari menyebrang jalan supaya bisa sampai ke mereka berdua."Rey!" Sedangkan Husein meneriakkan namaku karena aku menyebrang tanpa toleh kanan kiri. Alhasil, seluruh kendaraan menyalakan klakson mobilnya supaya bisa menyadarkan jalan pikiranku.Husein segera menyeberang dan berlari mengikuti aku dari belakang."Nad, Ra!" Aku berteriak, dan mereka melirik ke arahku semua."Rey, kok kamu ada di sini?" tanya Nadine dan merangkul aku yang lagi nangis."Please, ajak gue pergi. Gue gak sanggup kalau harus ikut sama dia sekarang!" jawabku terisak dalam pelukan Nadine."Lo kenapa Rey,
"Udah pergi orangnya Rey!" ucap Nadine.Dan akhirnya aku pun bisa menghirup udara lega, dan gak harus menerobos dua gunung milik Nadine yang sumpek itu."Syukur deh kalau udah pergi, biarin aja!" kataku dengan sebal."Aneh aja tingkah lo Rey, kenapa sih? Suami lo kelihatan baik banget loh itu, dia khawatir dan bertanggung jawab atas keselamatan lo. Eh lo nya malah nakal kayak begini.""Gue habis ketemu Reza, dan dia melihat gue dibawa oleh suami gue rasanya gak tega banget deh! Wajahnya dia kayak sakit hati gitu, dan hal itu membuat gue hancur hari ini. Makanya gue gak bisa kalau ikut Husein, semakin gue sama dia, semakin gue marah dan menyalahkan takdir!" Sekalian aja gue ungkapin ke mereka, biar mereka gak salah paham hanya melihat dalam satu sisi."But, last meet lo juga menolak buat diajak kabur kan sama Reza, terus sekarang mau lo apa?" Clara, aku rasa dia udah sangat geram sama aku."Gak tahu deh, kalian gak bakal ngerti karena kalian gak merasakan sendiri. Udah lah, kalau kalia
POV: USTADZ HUSEINAlhamdulillah, jazakumullah ya Allah, tidak lelah lidah hamba mengucapkan kata syukur atas nikmat yang Allah berikan pada saya.Di usia yang menginjak 31 tahun ini, saya hanya ingin menghabiskan sisa waktu yang ada bersama istri, anak-anak, juga ibunda saya.Mereka lah penguat, penyemangat, penyembuh segala kerisauan yang selama ini saya rasakan.Terutama untuk istri saya, dia adalah wanita yang sangat hebat, wanita yang selalu membuat saya jatuh cinta ketika memandangnya. Wanita yang hanya akan saya cintai hingga akhir menutup mata. Apa yang terjadi pada kita terakhir kali di Korea sana, menjadikan saya banyak berpikir untuk lebih bijak dalam mengambil keputusan. Pertama, urusan apapun itu sebelum saya berkata iya atau tidak sebaiknya didiskusikan dan cari jalan keluarnya.Karena sejatinya, subhanallah wanita adalah mahluk yang harus kita sebagai laki-laki duluan lah yang mengertinya.Semakin kita egois, seorang wanita akan semakin kuat dengan pendiriannya.Saya
Aku membanting pintu taksi dengan kuat, setelah sebelumnya memberikan ongkos taksi sesuai tarif.Aku berlari menuju loket informasi, karena 30 menit lagi pukul empat sore."Excuse me, i wanna ask about the plane to Jakarta-Indonesia with Zhara Airline, already departed?"Dia memeriksa komputernya, dan menatap aku lagi. "No yet, now is waiting to boarding pass.""Oh, thank you." Informasi itu cukup meyakinkan aku bahwa aku tidak terlambat, lantas aku langsung saja berlari menuju gate 3 sesuai yang tertera di layar informasi.Aku gak mau kehilangan Akang, aku harus pulang bersama dia. Walau kakiku lelah, tapi aku berusaha mencarinya.Sampai akhirnya aku menemukan seorang laki-laki yang pakaiannya sangat aku kenal. Jas itu, adalah kado ulang tahun dariku, yang katanya jas favorit dan selalu dia pakai dalam momen penting. Dia berdiri menghadap ke jendela sambil memperhatikan prepare pesawat yang siap terbang.Lalu, perlahan-lahan aku berjalan mendekatinya dan dari arah belakang, aku mel
Aku heran, hatiku sepertinya mati sampai gak merasakan kesedihan sama sekali, bahkan sampai Akang lah yang mengantar aku sampai memesankan taksinya.Aku malah justru merasa bangga pada diri sendiri, karena aku berhasil menang dalam pertempuran kali ini.Biarlah, Akang merasakan rasanya harus mengalah dalam satu situasi.Ingat tidak? Dalam keadaan hamil, aku harus merelakan dia kuliah di luar negeri? Tiga tahun lamanya.Masa kali ini, untuk beberapa bulan aja dia gak sanggup? Gantian dong!Aku menatap ke luar jendela dan memperlihatkan bangunan yang tinggi dan megah itu. Kapan aku bisa setenar itu di sini?Tapi kok lama-lama, mataku ngantuk ya? Rasanya, aku pengen tidur sekejap saja untuk menghilangkan rasa kantuknya. Akhirnya, perlahan-lahan, kelopak mataku mulai sayu, dan pandanganku sedikit kabur. Sepertinya aku tertidur!!***"Jeogiyo Agashi, ulineun dochaghaeshi-imida." ( Permisi Mba, kita udah sampai)"Jeogiyo Agashi? Jhaisso-yeo?" (Apa kamu tidur?)Hah, Akang!!!!Gak sengaja aku
Satu Jam Yang Lalu~~~~Aku membuka pintu kamar hotel, karena keputusan aku sudah bulat, untuk sekali ini aja, izinkan aku menggapai impianku, biarkan suamiku mengalah, karena gak melulu harus aku yang kalah.Tapi setibanya aku diluar kamar hotelku, Akang kembali menghentikan langkahku dengan rasa panik yang luar biasa."Ya Allah Ay, tidak bisa kah berikan saya kesempatan untuk bicara sama kamu?"Ku jawab dengan menggelengkan kepala.Ada orang yang lewat, baik itu sesama tamu hotel, atau pegawai yang melihat keributan dari kita berdua. Tapi sesudahnya, mereka langsung saja acuh, karena rata-rata orang di sini, sangat tidak peduli dengan urusan orang lain."Oke sayang, oke! Ayo kita masuk dulu ke dalam dan biarkan saya sholat sunah dua rakaat dulu."Masuk ke dalam? Tidak mau lah, tentu! Sama saja menyuruh aku untuk berubah pikiran lagi, seandainya aku masuk ke dalam. "Aku mau pergi sekarang!" "Oke, Ay oke! Tunggu 10 menit di luar sini saja, ya. Kamu mau pergi dengan ridho saya atau t
Aku ingat, aku ingat laki-laki itu siapa.Aku ingat semua yang aku alami bersamaan laki-laki itu, dia adalah suamiku. Dia adalah laki-laki yang aku cintai, laki-laki yang cuma menjaga pandangan matanya untukku. Laki-laki yang mencintai aku lebih dari dirinya sendiri.Ya Allah, ini apa? Kenapa aku kembali pada tubuhku di lima tahun yang lalu?Kenapa dia tidak mengenali aku, kenapa dia berkata aku bukan muhrimnya.Sial! Aku mengumpat berkali-kali, tapi rasanya kata-kata itu tidak bisa dikeluarkan dari dalam mulutku. Aku hanya mengatupkan bibir, sambil terus mengeluarkan air mata yang semakin deras ini.Aku gak mau kehilangan dia!Aku gak mau dia tidak mengenali aku!Ya Allah, ingin rasanya aku teriak dan berkata dia suami aku! Mataku melihat dia yang sedang duduk bersila itu, sambil memegang mikrofon dan membaca sholawat pembuka.Bagaimana cara aku mengingatkan laki-laki itu, supaya dia juga ingat bahwa kita suami istri?"Ay, kenapa kamu nangis?" Seorang laki-laki bernama Reza itu tiba
Sepertinya tubuh aku dipaksa untuk melewati detik demi detik yang lagi berjalan ini, walaupun serasa seperti melayang, karena kaki aku tidak terasa menapak di bumi. Dari aku selesai mandi, pakai baju gamis yang udah disediakan, memakai riasan, aku seperti gak hidup.Menatap wajah aku di cermin, semua begitu abu-abu. Apa aku berada dalam dimensi lain? Apa aku sedang traveler ke lain waktu?Semua ambigu sekali.Tapi ya sudahlah, mungkin badan aku lagi gak sehat, jadinya pikiran aku kacau. Aku pun segera memakai jilbab, yang sebelumnya benda itu sangat jarang aku sentuh.Potongan sebuah momen pun tiba-tiba terlintas dalam benakku, ketika aku memasang jarum pada jilbab ini."Demi Allah, saya janji tidak akan pernah menyentuh tubuh Mba jika bukan Mba yang mengizinkannya. Saya janji tidak akan mengekang hidup Mba jika mba tidak melewati batas. Silakan hidup seperti biasanya, jika hijab masih berat silakan lakukan pelan-pelan. Cukup berbusana yang menutup tangan dan kakinya, ingsyallah saya
Hoaaammm... Alarm ini, kalau gak dimatikan rasanya bakal terus berdering sampai kiamat. Dengan malas aku meraih ponselku dan meski tanpa melihatnya, aku udah berhasil mendiamkan bunyi-bunyian yang melengking itu.Setelah menggeliat ke kiri dan ke kanan, aku menguatkan diri untuk bangun meski medan magnet antara tubuhku dam kasur ini kuat sekali."Jadwal gue, apa aja hari ini?"Tanggal 28 Januari, jadwal Reynata adalah pemotretan produk air mineral, dan icon ekspedisi yang terbaru. Syukurlah, mereka memakai aku untuk menjadi brand ambassador-nya, mereka gak salah pilih artis.Setelah dirasa tubuhku siap berdiri, aku langsung turun ke lantai bawah menemui menegerku."Morning Rey Kim, nyenyak tidurnya?"Aku sedikit terpaku melihat rumahku yang tertata lebih rapi, dan digelar karpet juga banyak hidangan di sana."Apa ini Om?" (panggilan Reynata untuk Pak Danu.)"Loh gimana sih, lupa ya? Hari ini kan selamatan rumah lo Rey, sekarang berkat kerja keras lo memilih peran itu, lo udah menghas
"Akang, aku dapat tawaran ini. Main di sebuah drama, jadi pemeran figuran. Untuk jilbab, nanti akan diganti rambut palsu, dan jangan khawatir sama baju. Aku akan dikenakan baju panjang setiap scene-nya"Setelah berdiri sekian lama, bertatapan dengan sangat serius sama Akang, aku pun berhasil mengatakan hal tersebut. Bahwa aku mendapat tawaran.Dia terdiam sambil melakukan aktivitasnya lagi mengemas baju ke dalam koper."Siap-siap, sebentar lagi kita berangkat ke Bandara," ujarnya tanpa melihat aku dan dapat dipastikan dia tidak mengizinkan aku mengambil peran ini."Kenapa? Aku bilang aku dapat tawaran, dan aku harus tinggal selama beberapa bulan untuk menyelesaikan proses syuting." Rasanya aku gak mau kalah, kali ini."Apa sih? Kamu itu sudah menikah, ada anak kamu di rumah, nunggu uma nya.""Apa artinya aku gak dibolehkan?""Buat apa kamu bertanya jika kamu sudah tau jawabannya?"Siap banget aku kalau disuruh bertengkar hari ini, sudah lama kita gak beradu otot. Selama ini aku seperti
"Maaf ya, Rey selama ini gak pernah jadi istri yang neko-neko sama Akang. Untuk sekali aja."Aku cuma berkata itu pada Akang, sebelum akhirnya aku memutuskan untuk turun ke lantai lobi dan bertemu pak Danu di sana. Dia menunggu aku di kursi khusus tamu dengan dua cup kopi di atas meja."Hai, lama ya nunggu?" sapa aku setelah duduk di hadapannya."Rey, Rey Reynata Adizti anak gue hellooo?? Bisa-bisanya lo nikah sama laki kek gitu? Apa hidup lo sama sekali gak tersiksa?"Sebelumnya, aku gak pernah terima kalau ada satu pun orang yang menghina Akang dengan contoh perkataannya apapun. Tapi aneh banget, aku seakan setuju sama Pak Danu dan baru saja berpikir "selama ini, aku bahagia karena memang bahagia atau karena terpaksa?" Aku berjuang mati-matian, mengurus anak aku saat berpisah dengan Husein, berjuang mati-matian mencari bukti untuk membela namanya. Tapi, untuk aku sendiri mana?"Dengerin Rey, lo gue ambil dari agensi menyebalkan itu, gue rawat lo, gue naikin nama elo sampai tenar G