"Tidak ustadz, astaghfirullah. Semoga Allah mengampuni saya." "Bagus! Buat rangkuman tentang ayat yang melarang zina. Nanti malam saya tunggu!" Kemudian, Husein berdiri lalu menarik tanganku dan membawa kami menjauh dari kerumunan mereka. Buat apa dong tadi ngajak aku untuk ikut makan bareng mereka, kalau akhirnya malah nodong temannya dengan banyak hadits-hadits yang menurutku gak nyambung banget. Memangnya Arif memandangku penuh nafsu apa, sampai harus dijejeli ayat segala?"Mas, lepasin sakit tangan aku." Kami berjalan di tempat yang berbeda dari yang aku lewati pas sama Retno tadi. Mungkin karena di sana aula wanita kali ya, makanya Husein gak mau melewatinya, dia memilih lewat koridor utama sehingga lebih sepi dari orang-orang."Mas, gak usah ditarik gini coba. Sakit pergelangan tangan aku!" Aku mencoba melepaskan dari cengkraman yang begitu kuat itu. Sayangnya, hingga sampai di depan rumah, Husein belum juga melepaskan tanganku dan kami berhenti saat sudah masuk ke dalam ruma
Sekarang di setiap pagi, saat matahari muncul memancarkan cahaya cantiknya di langit, maka seketika ia mulai menjadi musuh terbesarku. Bagaimana tidak, statusku berubah dalam sekejap menjadi istri pak ustadz sekaligus santri dadakan yang ikut belajar mendalami ilmu agama seperti santri yang lainnya. Rasanya seperti tidak ada waktu bersantai lagi buat aku. Memang, bukan Husein pelakunya, tetapi di depan dia ada bapak dan ibu mertuaku yang lebih tegas daripada Husein. Tapi anehnya, Husein sendiri tidak ada kendali buat melarang kedua orang tuanya bertindak begini padaku, dia bilang semua demi kebaikan aku? Dari segi pakaian pun udah dijajah sekali, tiap hari dipaksa pakai baju lengan panjang dan rok panjang. Tau kan dandanan norak ala anak-anak kampung, ya begitulah!Emangnya ada ya belajar pakek paksa-paksaan kayak begini? Dan sekarang pun, gue lagi berjalan menuju ke kelas di mana Husein lagi yang jadi pengajarnya. Hari-hari menyiksa seperti ini akan selalu terulang sampe kapan co
Bukan cuma kamu Za ya ingin begitu, aku pun sangat berharap bisa lepas dari pernikahan ini. Tapi apa aku punya kendali? "Sayang, aku hargai ketulusan kamu atas ucapan kamu barusan, tapi...""Tapi apa? Perlu aku berhadapan langsung dengan suami kamu, dan bilang kalau aku pacar kamu? Aku siap. Aku akan jelaskan ke semuanya Rey tentang hubungan kita!" sambungnya lagi. Anehnya, meski aku memang sangat bersikeras untuk pergi, tapi kenapa hati aku sama sekali tidak bergetar saat Reza sebegitu percaya dirinya untuk membawaku keluar dari tempat ini. Apa aku sudah terpenjara di sini?? Tidak!!!"Kok malah bengong Rey, mau ya?" Dia bertanya kembali sambil menatap bola mataku. Duh, goyah entar lama-lama."Za, gak semudah itu. Aku juga harus mikirin perasaan kedua orang tuaku, dan minta persetujuan mereka untuk pergi sama kamu, dan aku yakin pasti mereka juga gak akan setuju. Husein gak cuma membiayai hidup ayah dan ibu aja, tapi dia juga membayar semua hutang-hutang ayah yang sangat banyak itu.
bab 18Siapa yang gak bakal curiga saat istrinya lama banget, gak menunjukkan batang hidungnya di kelas ketika kami memang keluar dari kamar secara berbarengan. Mungkin aja Husein curiga aku bakal kabur dan akhirnya dia keliling sana sini buat nyariin. Dan hasilnya, dia ketemu mobil Clara dan melihat dua perempuan seksi di depan mobilnya. Dia yakin itu adalah temen aku dan Husein pasti nekad mendatanginya."Permisi anda siapa ya?" Sepintas aku melihat Clara dan Nadine yang juga ikut panik karena di datangi pria alim."Engg, saya temen-temen nya Rey Pak, kami cuma mau mengunjungi dia," jawab Nadine yang ku rasa dia seperti sudah terlatih. "Jangan khawatir, mereka udah aku briefing sayang, ketemu siapapun anggap aja itu suami kamu dan bilang kalau kamu ada di mobil langi nangis," sahut Reza berbisik di kursi paling belakang."Oh ya? Thanks banget lah kalau begitu!" Akhirnya, aku bisa bernafas sedikit lega."Kalau begitu Reynata nya mana?" "Itu di mobil Pak." Clara memukul pintu mobi
bab 19"Kok ditinggalin sih suaminya Rey, belum selesai tuh!""Udah gak apa-apa, gak pernah selesai ngomong sama dia mah!" Emang bener kan? Apalagi kalau dah keluar ceramahnya, bisa seharian full cuma dengerin dia.***Meski sedih melanda, tapi aku cuma mampu sekedar menatap mobil Clara sampai benar-benar tak terlihat lagi di pekarangan gerbang pondok. "Thank's ya guys, sudah mampir. Cukup menghibur hati aku yang selalu kesepian di sini." Walaupun sempat deg-degan akibat Husein secara tiba-tiba ikut hadir di sana saat aku beradu kemesraan dengan Reza, tapi aku tetep bahagia kalian datang! Untungnya aja gak ketahuan!Gila ya, bisa-bisanya panik dalam satu waktu. Aku pun mengecek jam tangan dan ku rasa waktu mengajar dalam kelasnya sudah selesai. Syukur deh, aku jadi bisa kembali ke kamar dan istirahat dengan cepat. Tapi kemudian, langkahku terhenti ketika ingat ucapan Husein tadi, "boleh silakan mengobrol sama teman-teman kamu, tapi ada bayarannya ya nanti." Astaga, kedua mataku t
"Aku gak tahu kapan tiba saatnya aku bisa benar-benar jatuh cinta sama kamu. Mungkin pada saat itu, aku akan menjadi wanita yang paling bahagia karena bisa memiliki laki-laki yang terlihat masih utuh. Kamu adalah laki-laki paling bersegel pertama yang pernah aku kenal. Semua orang rasanya seperti berebut untuk menjadi pasanganmu. Tapi gak tahu kenapa, sampai detik ini aku masih tak kunjung mampu untuk merasakan perasaan itu, aku juga belum bisa menerima keberadaan kamu di dalam hatiku. Benar katamu kemarin bahwa ketika kamu menatap mataku, di sana hanya ada sebuah kemarahan yang luar biasa karena pernikahan ini yang telah berhasil membuatku membuang semua impian-impian itu.Jangan tunggu aku mas, lebih baik kamu cari wanita lain yang sanggup mencintai kamu secara lahir dan batin. Bukan aku yang setiap detiknya selalu menginginkan perceraian dalam pernikahan kita. Bukan aku yang tidak berusaha menumbuhkan cinta sebagai rasa penerimaan hakiki.Dan juga satu hal lagi, jangan pernah memb
"Dih Mas, jangan bercanda deh. Yaudah terus aku pakai apa dong?""Kamu mau beli bajunya dulu? Apa tuh batik couple gitu, nanti kita cari sama-sama.""Mas, serius?" Entah kenapa mataku tiba-tiba saja seperti berkilauan bertabur bintang."Siap-siap ya, saya tunggu di depan." Selepas bilang seperti tadi, ku lihat Husein langsung berdiri, lalu dia mengambil jaket yang tergantung di belakang pintu, dan akhirnya dia benar-benar berjalan keluar dari kamar. "Bentar, ini serius dia ngajak jalan?" Meskipun aku tahu jalan-jalannya juga bakal pakai motor, tapi yah setidaknya aku hargai usahanya deh. Toh dia juga sudah niat mau belikan baju yang ku rasa bakal jadi pilihan yang lebih baik daripada baju ninja itu dan itu. Aku sampai merinding ketika menatap baju yang tergantung di dinding itu, hih!***"Haahhh?" Kedua mataku terbelalak lebar saat melihat Husein memberhentikan sebuah mobil sedan edisi hightclass di depan tempat aku berdiri saat ini. Ini mobil yang sering aku lihat di lokasi syutin
Merdeka!!Se-happy ini aku guys, karena bisa bebas dari baju jahanam itu ketika pergi ke luar rumah. Aku bisa merasakan kebahagiaan yang hakiki karena diperbolehkan memakai kebaya yang menutup semua aurat kecuali wajah dan telapak tangan. Kita udah dapet batik couple yang benar-benar sama dari segi corak. Btw, aku juga pakai jilbab segiempat yah, yang dimodifikasi sama kang salon supaya lebih modis. Selagi gue nunggu Husein selesai sholat Dzuhur, gue pergi ke salon untuk sedikit merias wajah. Itu pun dengan catatan gue harus sholat Dzuhur dulu baru boleh pakai make up. Iye deh, timbang dijejeli ayat, mending ikutin aja, selagi semua janjinya di jembatan itu masih dia pegang."Yang tadi suaminya ya mba?" "Bukan! Eh, maksudnya iya mba!" Aku lagi asyik kirim-kiriman pesan sama Reza sih, sampai-sampai gak fokus sama pertanyaan dari mba-mba salonnya.Si mba salon mungkin sempat memperhatikan Husein yang mengantar aku sampai di depan pintu. Dia dilarang ikut masuk karena salon ini khus