Home / Romansa / Dinikahi Pria Kutu Buku / Bab 7 Pernikahan

Share

Bab 7 Pernikahan

Author: Zayanawa
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Pernikahan yang diselenggarakan tanpa kedatangan ibu, serta adik Izyan. Pernikahan yang diniatkan untuk beribadah, dilangsungkan begitu sakral. Segala persiapan berupa seserahan, maskawin, dan biaya resepsi yang ditanggung dua pihak, Izyan urus dengan sedikit bantuan Paman dan Bibinya.

Meskipun Izyan sudah mengundang dengan perkataan yang sopan kepada ibu sambung sekaligus adiknya. Namun, justru tak ditanggapi sama sekali. Tak segan untuk menunjukan lirikan tajam tak suka. Izyan sudah terbiasa menanggapi mereka yang selalu merasa benar dan paling bijak. Hati serta mentalnya, sudah kebal dengan ini semua.

Setelah melangsungkan akad nikah, dilanjutkan dengan resepsi pernikahan. Banyak orang bersuka ria atas kebahagiaan sekaligus pernikahan yang Izyan dan Najma langsungkan. Selama berjam-jam berada di samping wanita yang dicintainya, membuat degup jantung Izyan berpacu lebih cepat dari biasanya. Bahkan, ketika ia sangat diperbolehkan untuk memandangi Najma sepuas mungkin, Izyan tak lakukan itu.

Karena, jika lakukan hal ini, membuatnya semakin merasa grogi bukan main. Maka dari itu, pandangannya hanya terfokus pada para tamu undangan. Meskipun di sampingnya adalah wanita yang selama ini dicintai dalam diam yang menjelma menjadi ratu sehari.

Bahkan, ketika sesi foto terjadi, Izyan tak sanggup untuk sekedar bertatapan dengan Najma. Hal ini sampai membuat Fotografer yang memotret mereka, tertawa kecil. Karena, baru menemukan pengantin pria segerogi ini. Najma yang perempuan pun, tak seperti Izyan yang memalingkan pandangan meskipun mereka sudah menjadi sepasang suami istri.

"Mas, ayo peluk pinggang istrinya. Lalu dahu dan hidung kalian didekatkan. Nggak apa-apa kok Mas. Kan udah halal." Bujuk seorang Fotografer.

"Eh, anu Mas ... anu ... Sa ... saya ...." Izyan menjadi gagap sendiri.

Membaca memiliki salah satu manfaat yakni menambah kosa kata. Izyan suka membaca. Sehingga mempermudah merangkai kata-kata. Namun, kali ini, membuat Izyan kehabisan kata yang diucapkan. Padahal, sebelumnya tak terlalu seperti ini.

"Mas Izyan ini.” Najma menggelengkan kepala menanggapi suaminya yang bertingkah. Lalu tiba-tiba, tanpa Izyan duga, Najma mengecup pipinya.

Hal ini tentu membuat tubuh Izyan semakin menegang. Di atas panggung pernikahan. Izyan seperti patung yang dipahat serta diukir untuk dijadikan pajangan. Kedua matanya terbelalak, mulutnya melongo, serta kedua tangan semakin mengeluarkan keringat dingin.

"Astaghfirullah Najma ...." Izyan mengelus dada.

"Kenapa Mamas?? Kan wajar?? Ya kan Mas Fotografer??" Najma berganti bertanya pada Fotografer tersebut.

"Betul Mbak!" Fotografer tersebut mengacungkan jempolnya. "Ayo Mas. Pose foto yang romantis dong. Peluk istrinya atau cium pipinya. Mbak Najma juga berani tadi kan??"

"Aduh, gimana ya ...." Izyan sudah semakin grogi saat ini. Menggigit bibir bawahnya, merasa sulit untuk sekedar menyentuh tangan Najma.

"Ah, Mas Izyan ini, masa deket sama istri sah nggak mau. Nanti sih gimana malam pertamanya??" Celetukan Fotografer tersebut semakin mengundang rasa panik pada Izyan.

"Apa sih Mas. Jangan bahas hal-hal pribadi!" Sahut Izyan.

"Heh." Najma menghela napasnya. Melipat kedua tangan di depan dada, lalu berucap. "Terserah lah. Kalau nggak foto-foto juga nggak apa-apa." Lama-lama, menanggapi Izyan yang seperti ini, membuatnya kesal.

"Ya tapi kan, ada pose foto lain yang nggak harus peluk-pelukan, apa deket-deketan gitu .... Kan??" Pertanyaan itu, yang semakin mengundang rasa heran pada Fotografer.

"Ya udah gini aja. Mas Izyan berdiri di belakang Mbak Najma, lalu pegang lengan Mbak Najma. Terus kedua tangan Mbak Najma ditekuk, pandangan tertuju ke bawah. Serta tersenyum tipis." Fotografer pun mengarahkan pose foto yang tidak membuat mereka terlalu dekat.

Izyan pun menuruti instruksi Fotografer. Meskipun tak bisa dibohongi. Bahwa berada jarak sedekat ini dengan Najma, sungguh membuat jantungnya hampir copot. Bahkan, tangannya sampai bergetar untuk sekedar menyentuhnya.

Pernikahan ini seperti sebuah mimpi terindah dalam hidup Izyan. Mimpi yang membuatnya tak ingin bangun tidur terlebih dahulu. Najma yang selama ini dimpikan dan cita-citakan menjadi pasangan hidup, telah resmi menjadi istri sah.

Izyan tersenyum ke arah Najma yang sangat antusias melihat hasil foto jepretan Fotografer. Najma memuji jika hasil foto mereka sangat menawan. Gaya bicara Najma memang sangat mengasyikkan.

Tak sengaja pandangan Izyan dan Najma bertemu. Segera, Izyan pun memalingkan pandangan karena tak ingin dipergoki sedang melihat keindahan dari perempuan itu.

"Mas Izyan belum lihat hasilnya?? Keren banget loh Mas. Apalagi kalau kita foto di outdoor. Pasti, tambah cakep," ujar Najma tak menunjukan ekspresi grogi sedikitpun. Dia sungguh percaya diri. Tidak seperti Izyan yang kelabakan.

"M ... mana??" tanya Izyan dengan pandangan tertuju ke arah kamera mahal tersebut. Memang benar apa yang Najma katakan. Meskipun foto mereka belum diedit, hasilnya sudah sangat baik. Itu karena skill memotret yang dimiliki Fotografer tersebut.

"Bagus kan Mas??" Najma tersenyum sangat manis pada Izyan.

Melihat istrinya tersenyum, sungguh membuat Izyan tak sanggup untuk sekedar menatapnya setengah menit.

"Bagus. Bagus kok. Bagus banget malahan," jawab Izyan sembari menganggukan kepala.

"Kita ke sesi foto keluarga." Fotografer menginstruksikan.

Lalu, dilanjutkan foto keluarga Izyan dan Najma. Meskipun tak ada kehadiran Bu Maryah dan Isma.

Related chapters

  • Dinikahi Pria Kutu Buku   Bab 8 Malam Pertama

    Malam pertama bagi seorang pengantin adalah malam membahagiakan sekaligus yang ditunggu-tunggu. Namun, berbeda dengan Izyan yang takut dengan malam ini. Terbilang sebelumnya, tak pernah menjalin hubungan dengan wanita manapun. Tapi, bukan berarti tak pernah jatuh cinta pada perempuan sebelum Najma. Berada di kamar yang menurutnya begitu asing. Yakni, kamar bercat warna biru tosca. Dengan nuansa ramai. Tak banyak tumpukan buku di sini. Tak seperti kamar Izyan yang hampir dipenuhi buku. Kamar Najma banyak berjajar produk perawatan tubuh dan wajah. Berbagai pernak-pernik, juga menempati. Sudah seperti toko saja. Aroma kamar ini begitu segar dan wangi. Yakni, berasal dari reed diffuser ocean yang terpasang di meja kerja. Izyan melepaskan kaca mata. Seketika, membuat pandangan ke sekeliling blur. Ia duduk di sofa dekat kaca. Menyelonjorkan kaki, lalu memejamkan mata. Selama hampir seharian berdiri berada di panggung pernikahan, tentu membuatnya kelelahan bukan main. "Mas Izyan suka

  • Dinikahi Pria Kutu Buku   Bab 9 Flashdisk

    "Jib, ada flashdisk kosong nggak?" tanya Najma pada adik lelakinya. Najib menjawab, "Nggak ada Mbak. Mau buat apa sih?" "Ini loh, mau buat nyimpen file berita. Flashdiskku udah nggak muat lagi. Belum beli. Males keluar rumah." "Tanya Mas Izyan coba." Najib memberikan solusi. "Ya Mbak tanya sama kamu dulu. Kan kamu anak TKJ, jadi ya barangkali punya stok." Najib menggelengkan kepalanya.. "Ya elah Mbak. Ngapain coba, punya stok flashdisk." "Hm, okey." Najma pun kembali menaiki tangga. Memasuki kamar, tak ada Izyan di dalam. "Mas." "Mas Izyan." Panggil Najma dengan suara sedikit tinggi sembari berjalan menyusuri rumah. "Mas Izyan!!!" "Mas!! Where are you?" Najma terus memanggil-manggil namanya. Namun, tak ada sahutan. Kesal dengan hal ini, ia pun mendengus kesal. "Okey. Lebih baik aku keluar rumah sendiri beli flashdisk." Ketika Najma akan berbalik badan, tiba-tiba ia menubruk seorang lelaki yang sedang berdiri sembari tersenyum. "Mas Izyan!" Kesal Najma yang

  • Dinikahi Pria Kutu Buku   Bab 10 Berboncengan

    Menaiki motor menuju ke tempat tujuan. Dengan Izyan yang menyetir, serta Najma yang berada di belakang. Tak berpegangan pada Izyan ketika mereka berboncengan. Jadi, ketika Izyan mengerem dadakan karena ada lampu merah, tubuh Najma sedikit terdorong ke depan. "Makanya, pegangan Naj," ujar Izyan melirik kaca spion yang menampilkan wajah Najma. "Mas Izyan kok nggak bilang-bilang dulu." Najma justru menyalahkan Izyan. Senyum terbit di bibir Izyan. Sejak bersama Najma, Izyan menjadi suka tersenyum. "Nggak apa-apa. Aku suamimu kok. Bukan orang lain." "Mas Izyan udah mulai ya!" Tiba-tiba, Najma mencubit pinggang suaminya. Sehingga, Izyan merntih kesakitan. "Aduh-aduh, KDRT. Gawat ini. Belum apa-apa kok udah dicubit." Gurau Izyan yang sebenarnya, tidak terlalu merasa sakit dengan cubitan yang istrinya lakukan. "Apa sih Mas lah!" Kesal Najma yang kedua pipinya sudah memerah sembari menahan senyuman. "Kamu cantik Naj." Spontan, Izyan berkata demikian." "Mas Izyan apa-apaan sih a

  • Dinikahi Pria Kutu Buku   Bab 11 Pengantin Baru

    Menjadi pengantin baru yang seharusnya menikmati masa-masa indah justru, Najma disibukan dengan pekerjaan yang menuntutnya harus siap sedia. Pagi yang cerah ini, ketika Izyan masih berpakaian santai karena cuti menikah. Najma sudah rapi dengan pakaian kerjanya. Tas yang berisi perlengkapan kerja pun, sudah ditata sedemikian rupa. Suara sepatu sneakersnya beradu dengan lantai sehingga, bisa menimbulkan pandangan orang yang berada di ruang makan, terfokus pada perempuan pekerja keras itu. "Najma. Sarapan dulu Nak," titah Bu Laras. Najma yang tergopoh-gopoh akan berangkat kerja pun menjawab, "Belum sempat Bu. Nggak keburu. Aku berangkat, Assalamualaikum." Pamit Najma sembari mempercepat langkah menuju keluar rumah. "Naj." Tiba-tiba, suara Izyan membuat perempuan itu menghentikan langkah lalu menoleh. Terlihat suaminya sedang membawa kotak bekal berwarna biru lalu dimasukan ke dalam tote bag. Berjalan menghampirinya. "Dimakan di jalan ya." Lalu memberikan tote bag tersebut. Naj

  • Dinikahi Pria Kutu Buku   Bab 12 Si Kutu Buku

    Menunggu Najma pulang kerja, Izyan duduk di depan rumah sembari membaca buku serta ditemani jus jambu. Kebiasaan membaca ini, Izyan lakukan sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Kebiasaan ini, membuatnya merasa telah memasuki dunia baru yang membuatnya menambah ilmu serta pengetahuan. Kebiasaan membaca membuat otak Izyan terus berfikir. Membaca, membuatnya nyaman dan bahagia. Mencintai membaca membuat hidup yang sebelumnya dianggap kesepian, menjadi ramai. Karena kepala terus berfikir sekaligus memasuki dunia baru. Menjelajahi dunia, tanpa keluar rumah. Fokus Izyan telah tertuju pada tulisan dari Penulis yang telah dituangkan dalam buku. Sampai tak sadar jika Najma, berdiri di depannya. Hal ini baru diketahui ketika Najma mengusap wajah Izyan. Lelaki itu pun mendongakan kepala. Wajahnya yang memperlihatkan kepolosan, sedikit melongo. Sedangkan Najma, tersenyum. "Fokus banget Mas." "Eh, Najma udah pulang?" tanya Izyan lalu ikut berdiri. "Ngapain ikut berdiri? Aku jug

  • Dinikahi Pria Kutu Buku   Bab 13 Hati Memanas

    "Bu, aku mau ambil baju-bajuku," ujar Izyan ketika baru sampai di depan rumahnya. Terlihat, Bu Maryah yang membuka pintu rumah lalu melipat kedua tangan di depan dada. "Masih tahu jalan pulang?" Sebelah alis Bu Maryah terangkat. Izyan diam. Masih membiarkan ibu tirinya berbicara. "Enak banget ya. Ngadain pesta pernikahan nggak ngelibatin keluargamu sendiri?? Belagu banget kamu Yan. Udah bisa nyari uang sendiri jadi gitu! Mentang-mentang jadi lelaki sukses, durhaka sama ibumu sendiri!! Melawan restu!" Izyan menghela napasnya. "Izyan. Ibu nggak habis pikir sama kamu. Selama ini, kamu hidup sama siapa? Kan setelah kepergian Ayahmu kamu tinggal di rumah ini sama kami? Ya meskipun ini rumah peninggalan ibu kandungmu. Tapi kan, kalau nggak ada Ibu, kamu kesepian Izyan! Kamu seharusnya tahu diri! Bahwa kamu sendirian tanpa ibu dan Isma! Ibu udah bilang sama kamu. Jangan nikah mendahului Isma! Tapi kamu tetep ngeyel! Emang ya! Kamu memang terlihat lelaki pendiam. Tapi, keras kepala!

  • Dinikahi Pria Kutu Buku   Bab 14 Ibu

    Najma sebenarnya penasaran dengan apa yang Izyan alami. Karena tak biasanya, lelaki itu memasang raut wajah murung lalu tiba-tiba mendekatinya. Ketika Najma memeluknya, Izyan terdiam dan menginginkan mereka di jarak dekat dalam waktu tak singkat.Ketika lelaki itu sedang bersiap-siap akan menuju ke kampus, Najma mendekatinya. "Mas Izyan.""Eh Naj. Belum siap-siap berangkat kerja?" tanya Izyan sembari mengancingkan bajunya."Aku berangkat siang Mas.""Oo gitu.""Mas Izyan.""Ada apa Najma?""Kemarin Mas Izyan kenapa. Kok tiba-tiba nyandarin kepala ke bahuku setelah pulang ke rumah ambil baju dan barang-barang? Ada masalah ya Mas?"Izyan tersenyum. Lalu menangkup kedua pipi Najma. Najma rasakan, kedua tangan Izyan begitu dingin."Aku nggak apa-apa kok. Kamu tenang aja.""Tangan kamu dingin Mas.""Ya kan tadi baru mandi. Jadi, masih ada rasa-rasa dingin gitu kan?""Mas. Aku istrimu loh. Aku bukan orang lain. Kalau ada apa-apa kamu bisa bicara sama aku."Izyan masih tersenyum. "Aku nggak

  • Dinikahi Pria Kutu Buku   Bab 15 Lelaki Romantis

    "Mas Izyan, mau ajarin aku masak?"Lelaki yang sedang duduk bersantai setelah pulang kerja pun menoleh."Masak?" Izyan mengulangi lagi keinginan Najma.Najma menganggukan kepalanya antusias. "Boleh kan?" tanyanya memastikan lagi."Kamu capek baru pulang kerja. Istirahat aja," jawab Izyan dengan suara lembut.Najma sedikit mengerucutkan bibir. "Mas Izyan jangan terlalu memanjakan aku, nanti aku ketergantungan sama kamu Mas." "Memangnya kenapa hm? Kalau kamu merasa butuh sama aku?" Izyan beranjak dari duduknya. Lalu mengelus rambut halus Najma. "Aku suka kalau kamu merasa butuh sama kamu."Perkataan Izyan yang begitu manis dan lembut, seketika membuat kedua pipi Najma memanas dan tentu sudah memerah. "Kenapa? Kok suka?" Najma memberanikan diri melingkarkan tangannya di pinggang Izyan. Lalu sedikit mendongakan kepala."Itu artinya, peranku di hidupmu penting. Aku lebih suka kamu apa-apa minta tolong ke aku. Karena dengan itu, aku merasa dihargai kehadiranku olehmu. Aku suka kamu minta

Latest chapter

  • Dinikahi Pria Kutu Buku   Bab 46 Tak Dihiraukan

    "Kalian harus menikah! Sudahlah Mas Izyan! Tak perlu ada pembelaan lagi! Sudah jelas-jelas ada bukti di depan mata!" Tegas Kepala RW."Apa-apaan sih Pak! Saya itu tak kenal perempuan itu! Saya seumur hidup hanya menggauli Najma!" Lalu berganti menatap Tasya. "Heh kamu, tolonglah jangan rusak rumah tangga saya! Lagi pula, sebelumnya kita tak saling kenal! Kamu ini jahat sekali!" Izyan yang tak terima, terus saja berbicara. Tasya diam sembari memainkan jari jemarinya yang mengeluarkan keringat dingin."Oh, apakah Ayah dari anakmu tak mau bertanggung jawab?? Makanya, kau memfitnah saya agar menutupi kelakuan bejatmu itu? Iya?!" Izyan menggelengkan kepala. "Hatimu benar-benar busuk! Dengan teganya kamu menghancurkan rumah tangga orang lain serta mengusik ketenangan kami! Kamu benar-benar jahat!""Sudah cukup-cukup!!" Kepala RT yang kesal dengan ini sampai menggebrek meja. "Mas Izyan, tolong tanggung jawan atas kehamilan Mbak Tasya! Kami lebih percaya bukti dari pada omongan Anda!""Kalia

  • Dinikahi Pria Kutu Buku   Bab 45 Jangan-Jangan

    Wajah yang tampan itu, tampak lelah sekaligus bermata sayu. Memikirkan semua ini sampai membuatnya tak nafsu makan. Ia yang merasa memiliki keterbatasan dalam berfikir, rela bangun waktu dini hari untuk meminta solusi atas jawaban ini semua. Duduk mengahadap Tuhan yang tak terlihat. Namun, bisa melihat apapun meskipun itu hal tersembunyi.Menengadahkan tangan, meminta maaf, meminta keinginan, serta terutama meminta keutuhan rumah tangganya. Diiringi tangisan, Izyan terus berdoa agar diberikan jalan keluar atas semua ini. Selama setengah jam lamanya, digunakan untuk berdoa. Mengusap wajah, lalu berdiri dari duduknya.Terbilang tangannya sudah sembuh. Jadi, tak usah lagi memakai arm sling. Kedua tangan Izyan sudah bebas bisa melakukan apa saja. Ya dia memang bahagia sekaligus bersyukur dengan ini. Namun, disatu sisi, masalah rumah tangga yang menerpa begitu besar.Sungguh. Ia tak pernah mengkhianati Najma. Bahkan, dengan perempuan itu saja, tak kenal. Karena, bagaimana mungkin ia akan b

  • Dinikahi Pria Kutu Buku   Bab 44 Siapakah?

    Najma diantar ke kamar. Sedangkan Izyan menghadap Pak Thariq. Duduk di ruang keluarga. Izyan yang merasa tak bersalah berani melakukan kontak mata."Jelaskan Izyan!" Tegas Pal Thariq."Saya tak kenal perempuan itu Pak! Bahkan, baru pertama kali saya lihat dia!" Bela Izyan."Terus? Kenapa dia bisa mengaku bahwa sedang hamil anakmu dan menunjukan fotomu sekamar bersamanya?"Posisi mereka seperti seorang seorang Polisi yang sedang mengintrogasi tawanan."Demi Allah Pak! Saya tak melakukan itu! Kalaupun ada foto itu, saya yakin itu hanya editan! Saya mencintai Najma dan saya sudah berjanji akan setia! Saya tak ada keinginan sedikitpun untuk berkhianat! Saya benar-benar tak kenal perempuan itu Pak!" Izyan masih berusaha menjelaskan agar Ayah mertuanya percaya."Mana ponselmu!"Izyan memberikan bahkan, langsung membukakan kunci sandi.Pak Thariq membelakan mata. Lalu menunjukan layar yang memperlihatkan chat dari nomor yang tak disimpan."Baca Yan!"Izyan membaca dengan gumaman, "Mas tolong

  • Dinikahi Pria Kutu Buku   Bab 43 Tuduhan

    "Mbak Najma. Kedatangan saya ke sini karena memberitahukan soal ini ...."Perempuan yang kemarin menatap dari jarak beberapa meter Najma dan Izyan di depan rumah. Tiba-tiba datang ketika Najma baru pulang kerja. Menyodorkan amplop cokelat kecil. Tentu, langsung Najma terima. Mengeluarkan apa yang di dalamnya. Menautkan kedua alis. Karena, ketika baru memperlihatkan kop surat, tertulis nama rumah sakit. Melebarkan surat yang terlipat itu. Membaca satu persatu kata yang ada di dalamnya."Surat keterangan hamil?" Kedua mata Najma terbelalak. "Maksudnya apa? Kamu siapa? Kok bisa-bisanya datang menunjukan surat ini? Kita sebelumnya tidak kenal loh .... Saya hanya tahu kamu tetangga saya!"Tiba-tiba, perempuan itu menundukan kepala. Air matanya mengalir. Sekaligus diiringi isak tangis."Jelaskan!! Apa yang sebenarnya terjadi!!" Najma memegang kedua bahu wanita itu. Bahkan, sampai memaju-mundurkan karena tak kunjung menjawab. Justru, semakin mengeraskan tangisan."Saya .... Hamil anak Mas I

  • Dinikahi Pria Kutu Buku   Bab 42 Khawatir

    "Naj. Bagaimana kelanjutan pembahasan pembangunan perpustakaan gratis depan rumah kita kelak? Kamu masih bersedia kerjasama kan?" Najma yang sedang melahap sosis bakar pun menoleh. Lalu menjawab, "Ya aku mau Mas. Itu hal yang baik. Ngomong-ngomong, soal progress rumah udah kayak apa?""Nih. Aku dikirimin sama Pak Mandor." Izyan menunjukan foto rumah mereka.Terlihat bangunan bata yang masih terlihat bahannya. Belum dihaluskan menggunakan semen. Namun, sudah bisa digunakan untuk berteduh. Terbilang sudah dipasang atap. "Sekitar berapa bulan lagi Mas?""Kata Pak Mandor bisa sebulan lebih lagi. Karena belum buat dapur, kamar mandi, dan masih ada beberapa ruangan belum dibuat. Naj. Sebentar lagi kita akan tinggal di sana."Dengan penuh nikmat, Najma mengunyah sosis yang tinggal setengah itu. Ketika hari libur tiba, mereka keluar rumah untuk menikmati waktu berdua. Kali ini, mereka berada di taman wisata Gunung Pancar. Sebelum ke sini, tentu Najma membeli jajanan pinggir jalan. "Mas Izy

  • Dinikahi Pria Kutu Buku   Bab 41 Baikan

    "Pak! Pak Izyan! Pak!"Panggil seorang mahasiswi sembari menyeimbangkan langkah kaki Izyan yang lebar."Ada apa?" tanya Izyan dengan suara datar."Pak Izyan kenapa tidak lagi balas chat dan telepon saya?""Ada apa memangnya?"Haura memainkan jari jemari yang mengeluarkan keringat dingin. "Saya butuh Pak Izyan .... Saya di rumah kesepian .... Hati saya sakit Pak .... Mental saya tertekan memendam luka ini sendirian .... Sedangkan, Ayah saya tak peduli. Saya pernah mengadu kepadanya namun, saya yang dimarahi ....""Haura. Sembuhkanlah lukamu dengan caramu sendiri.""T ... tapi, t ... tapi kan Pak Izyan pernah bilang sama saya mau bantu saya kan? Termasuk membantu masalah saya? Sa ... saya benar-benar butuh bantuan Pak Izyan ... Saya butuh teman bercerita Pak ..." Haura menundukan kepala. "Saya rasa, hanya Pak Izyan yang mampu mendengarkan saya ketika dunia ini membungkam. Hanya Pak Izyan yang mau mengulurkan tangan untuk membantu saya ketika dunia menendang saya. Dan hanya Pak Izyan ya

  • Dinikahi Pria Kutu Buku   Bab 40 Menyerah

    Oke. Izyan tak tahan didiami Najma seperti ini terus menerus. Karena, jika hal ini sampai terjadi selama berhari-hari, semuanya akan menjadi runyam dan semakin rumit. Izyan memberanikan diri berbicara jujur apa yang sebenarnya terjadi.Ketika Najma sedang duduk sendiri di balkon kamar karena sedang memainkan game, Izyan duduk di sebelahnya. Namun, kedatangan Izyan tak Najma lirik sama sekali. Fokusnya masih sama pada layar tab sampai membuat alisnya hampir bertaut."Naj." Panggil Izyan yang tak langsung Najma respon."Najma ....""Najma .... Mas pengen ngobrol sama kamu."Posisi Najma masih sama menyilangkan kaki dengan kedua tangan memencet tab. Tak ingin masalah semakin panjang, Izyan merebut tab-nya."Mas Izyan apa-apaan sih!" Tentu, Najma begitu kesal dengan ini."Kalau suami mau ngomong, perhatiin."Najma memutar bola matanya malas. "Kegunaannya?""Kegunaannya agar masalah kita cepet selesai.""Hm," jawab Najma dengan deheman lalu melipat kedua tangan di depan dada."Najma. Maaf

  • Dinikahi Pria Kutu Buku   Bab 39 Apakah benar?

    Mungkinkah Izyan selingkuh? Mungkinkah Izyan telah berkhianat? Dan mungkinkah, Izyan sebenarnya lelaki pendusta? Ya bisa jadi. Menikah dengan manusia ibaratnya membeli kucing dalam karung. Tidak semua yang terlihat baik itu baik. Karena, pada dasarnya, manusia akan menunjukan sifat asli kapan saja setelah merasa kehadirannya diterima. Keesokan hari setelah semalaman Najma dan Izyan berdebat, Najma berusaha menghindar. Bahkan, ketika salat subuh pun, sengaja salat lebih dulu agar tak Izyan imami. Karena, ia masih merasa geram dengan kejadian kemarin. Meskipun Najma marah, ia masih memiliki rasa kasihan pada sang suami karena keterbatasannya, dalam memakai baju. Najma memang banyak diam. Namun, tangannya tetap membantu Izyan memakai baju dan menyiapkan keperluan kerjanya. "Naj." Najma diam dengan tangan yang masih mengancingkan baju Izyan. "Najma ...." Panggil Izyan lagi dengan suara yang sangat lembut. "Najma .... Tolong jangan diemin aku gitu dong Naj .... Semua ini bu

  • Dinikahi Pria Kutu Buku   Bab 38 Masalah

    "Naj. Bagaimana pendapatmu jika kita membangun sebuah tempat belajar. Berupa perpustakaan di daerah-daerah terpencil. Tempat untuk anak-anak atau orang dewasa membaca?" "Perpustakaan?" Najma mengulangi lagi permintaan Izyan."Ya Naj. Perpustakaan. Gimana menurutmu?""Ke daerah lain ya Mas?""Iya Najma," jawab Izyan menganggukan kepalanya antusias. "Kamu mau kan?""Menurutku. Lebih baik kalau mau bangun sesuatu mulai dari tempat terdekat dari kita Mas. Kita survei dulu sekitar. Kalau misalnya daerah tempat dekat tempat kita tinggal, sudah jelas-jelas memiliki tingkat literasi tinggi, ya udah lanjut ke daerah lain. Kalau misalnya belum ya? Di daerah di tempat kita berpijak dulu. Alangkah baiknya ...."Usulan Najma, tentu Izyan terima dengan baik. Lelaki berkacamata itu mengangguk-anggukan kepala."Benar juga ya Naj? Em, gimana kalau kita buat perpustakaan gratis di samping rumah baru kita kelak? Kan tanah yang akan kita bangun rumah, lumayan luas? Nanti, rencana, setengah samping rumah

DMCA.com Protection Status