Share

Bab 7 Pernikahan

Pernikahan yang diselenggarakan tanpa kedatangan ibu, serta adik Izyan. Pernikahan yang diniatkan untuk beribadah, dilangsungkan begitu sakral. Segala persiapan berupa seserahan, maskawin, dan biaya resepsi yang ditanggung dua pihak, Izyan urus dengan sedikit bantuan Paman dan Bibinya.

Meskipun Izyan sudah mengundang dengan perkataan yang sopan kepada ibu sambung sekaligus adiknya. Namun, justru tak ditanggapi sama sekali. Tak segan untuk menunjukan lirikan tajam tak suka. Izyan sudah terbiasa menanggapi mereka yang selalu merasa benar dan paling bijak. Hati serta mentalnya, sudah kebal dengan ini semua.

Setelah melangsungkan akad nikah, dilanjutkan dengan resepsi pernikahan. Banyak orang bersuka ria atas kebahagiaan sekaligus pernikahan yang Izyan dan Najma langsungkan. Selama berjam-jam berada di samping wanita yang dicintainya, membuat degup jantung Izyan berpacu lebih cepat dari biasanya. Bahkan, ketika ia sangat diperbolehkan untuk memandangi Najma sepuas mungkin, Izyan tak lakukan itu.

Karena, jika lakukan hal ini, membuatnya semakin merasa grogi bukan main. Maka dari itu, pandangannya hanya terfokus pada para tamu undangan. Meskipun di sampingnya adalah wanita yang selama ini dicintai dalam diam yang menjelma menjadi ratu sehari.

Bahkan, ketika sesi foto terjadi, Izyan tak sanggup untuk sekedar bertatapan dengan Najma. Hal ini sampai membuat Fotografer yang memotret mereka, tertawa kecil. Karena, baru menemukan pengantin pria segerogi ini. Najma yang perempuan pun, tak seperti Izyan yang memalingkan pandangan meskipun mereka sudah menjadi sepasang suami istri.

"Mas, ayo peluk pinggang istrinya. Lalu dahu dan hidung kalian didekatkan. Nggak apa-apa kok Mas. Kan udah halal." Bujuk seorang Fotografer.

"Eh, anu Mas ... anu ... Sa ... saya ...." Izyan menjadi gagap sendiri.

Membaca memiliki salah satu manfaat yakni menambah kosa kata. Izyan suka membaca. Sehingga mempermudah merangkai kata-kata. Namun, kali ini, membuat Izyan kehabisan kata yang diucapkan. Padahal, sebelumnya tak terlalu seperti ini.

"Mas Izyan ini.” Najma menggelengkan kepala menanggapi suaminya yang bertingkah. Lalu tiba-tiba, tanpa Izyan duga, Najma mengecup pipinya.

Hal ini tentu membuat tubuh Izyan semakin menegang. Di atas panggung pernikahan. Izyan seperti patung yang dipahat serta diukir untuk dijadikan pajangan. Kedua matanya terbelalak, mulutnya melongo, serta kedua tangan semakin mengeluarkan keringat dingin.

"Astaghfirullah Najma ...." Izyan mengelus dada.

"Kenapa Mamas?? Kan wajar?? Ya kan Mas Fotografer??" Najma berganti bertanya pada Fotografer tersebut.

"Betul Mbak!" Fotografer tersebut mengacungkan jempolnya. "Ayo Mas. Pose foto yang romantis dong. Peluk istrinya atau cium pipinya. Mbak Najma juga berani tadi kan??"

"Aduh, gimana ya ...." Izyan sudah semakin grogi saat ini. Menggigit bibir bawahnya, merasa sulit untuk sekedar menyentuh tangan Najma.

"Ah, Mas Izyan ini, masa deket sama istri sah nggak mau. Nanti sih gimana malam pertamanya??" Celetukan Fotografer tersebut semakin mengundang rasa panik pada Izyan.

"Apa sih Mas. Jangan bahas hal-hal pribadi!" Sahut Izyan.

"Heh." Najma menghela napasnya. Melipat kedua tangan di depan dada, lalu berucap. "Terserah lah. Kalau nggak foto-foto juga nggak apa-apa." Lama-lama, menanggapi Izyan yang seperti ini, membuatnya kesal.

"Ya tapi kan, ada pose foto lain yang nggak harus peluk-pelukan, apa deket-deketan gitu .... Kan??" Pertanyaan itu, yang semakin mengundang rasa heran pada Fotografer.

"Ya udah gini aja. Mas Izyan berdiri di belakang Mbak Najma, lalu pegang lengan Mbak Najma. Terus kedua tangan Mbak Najma ditekuk, pandangan tertuju ke bawah. Serta tersenyum tipis." Fotografer pun mengarahkan pose foto yang tidak membuat mereka terlalu dekat.

Izyan pun menuruti instruksi Fotografer. Meskipun tak bisa dibohongi. Bahwa berada jarak sedekat ini dengan Najma, sungguh membuat jantungnya hampir copot. Bahkan, tangannya sampai bergetar untuk sekedar menyentuhnya.

Pernikahan ini seperti sebuah mimpi terindah dalam hidup Izyan. Mimpi yang membuatnya tak ingin bangun tidur terlebih dahulu. Najma yang selama ini dimpikan dan cita-citakan menjadi pasangan hidup, telah resmi menjadi istri sah.

Izyan tersenyum ke arah Najma yang sangat antusias melihat hasil foto jepretan Fotografer. Najma memuji jika hasil foto mereka sangat menawan. Gaya bicara Najma memang sangat mengasyikkan.

Tak sengaja pandangan Izyan dan Najma bertemu. Segera, Izyan pun memalingkan pandangan karena tak ingin dipergoki sedang melihat keindahan dari perempuan itu.

"Mas Izyan belum lihat hasilnya?? Keren banget loh Mas. Apalagi kalau kita foto di outdoor. Pasti, tambah cakep," ujar Najma tak menunjukan ekspresi grogi sedikitpun. Dia sungguh percaya diri. Tidak seperti Izyan yang kelabakan.

"M ... mana??" tanya Izyan dengan pandangan tertuju ke arah kamera mahal tersebut. Memang benar apa yang Najma katakan. Meskipun foto mereka belum diedit, hasilnya sudah sangat baik. Itu karena skill memotret yang dimiliki Fotografer tersebut.

"Bagus kan Mas??" Najma tersenyum sangat manis pada Izyan.

Melihat istrinya tersenyum, sungguh membuat Izyan tak sanggup untuk sekedar menatapnya setengah menit.

"Bagus. Bagus kok. Bagus banget malahan," jawab Izyan sembari menganggukan kepala.

"Kita ke sesi foto keluarga." Fotografer menginstruksikan.

Lalu, dilanjutkan foto keluarga Izyan dan Najma. Meskipun tak ada kehadiran Bu Maryah dan Isma.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status