Bab 2

"Kamu seharusnya tahu kenapa kamu diantar kemari malam ini," ujar pria itu dengan dingin.

Grace merinding. Dia bisa merasakan pria ini mulai kehilangan kesabaran karena penolakannya. Dia memang tidak berhak untuk meminta apa pun sekarang. Harapan Grace satu-satunya adalah pria ini bisa memperlakukannya dengan lembut dan tidak menyiksanya seperti maniak seks pada umumnya.

Grace akhirnya melepaskan tangannya dan berhenti melawan. Dia mengira pria ini akan langsung melakukannya, tetapi dia malah merasakan selimut menutupi tubuhnya kembali.

Grace tentu termangu. Dia mendengar suara yang perlahan-lahan menjauh. "Sekarang kamu masih terlalu muda. Setelah kamu siap, aku pasti akan melakukannya."

Ketika Grace membuka mata, pria itu sudah pergi. Dia buru-buru menyalakan lampu, tidak mengerti mengapa pria itu tiba-tiba berubah pikiran.

Grace hendak mengejarnya untuk bertanya, tetapi mana mungkin berani. Jadi, dia melirik ke sekitar untuk mengamati. Pria itu tidak meninggalkan apa pun, hanya ada aroma tembakau yang samar di udara.

Setelah menunggu sekitar 10 menit, pria itu benar-benar tidak kembali sehingga Grace bangkit dan memakai kardigannya untuk keluar.

Tanpa diduga, ada segerombolan reporter yang telah menunggunya di depan pintu. Lampu kilat kamera menyilaukan mata Grace, sedangkan mikrofon hampir mengenai wajahnya.

Reporter segera bertanya, "Kami mendapat informasi bahwa kamu dan Pak Harry bertunangan. Apa informasi ini benar?"

"Di mana Pak Harry? Kenapa beliau nggak keluar bersamamu?"

"Apa rumor-rumor tentang Pak Harry benar?"

"Kamu keluar terlalu cepat, apa benar Pak Harry impoten?"

Sepengetahuan orang luar, Harry Prayogo berparas jelek dan tidak menyukai wanita. Selain itu, ada rumor yang mengatakannya impoten.

Grace yang tidak pernah mengalami situasi ini benar-benar syok sampai mundur beberapa langkah. Pada akhirnya, tubuhnya membentur pilar sehingga dia tidak bisa ke mana-mana lagi.

Keluarga Prayogo adalah keluarga yang sangat berkuasa di ibu kota. Tidak ada reporter yang berani menyinggung mereka. Namun, sekarang para reporter ini justru ingin menyerang Harry, yang berarti mereka ingin melawan Keluarga Prayogo. Sepertinya, ada seseorang yang menyokong para reporter ini.

Harry telah berjanji akan membantu Keluarga Lugiman. Grace tentu tidak boleh membiarkan Harry terlihat buruk di depan media. Apa yang harus dilakukannya sekarang?

Ketika Grace sedang kewalahan, orang di dalam mobil MPV menyaksikan semua ini dengan jelas. Di tengah-tengah kegelapan, wajah pria itu tidak bisa terlihat jelas.

Sopir berkata, "Pak, sepertinya ada pergerakan dari orang-orang itu. Mereka ingin memanfaatkan orang lain untuk merusak reputasimu. Apa aku harus turun untuk mengatasinya?"

"Ya, bantu dia. Jangan sampai dia ketakutan." Terdengar suara Harry yang tidak acuh.

Ketika sopir itu hendak turun dan memanggil seseorang, Grace tiba-tiba mengambil tindakan. Dia tersenyum lebar dan malu-malu saat berbicara, "Pak Harry masih ada urusan, jadi pergi duluan. Dia menyuruhku pergi setelah istirahat. Soalnya aku kesulitan berjalan gara-gara dia."

Jawaban ini sudah cukup jelas untuk membuktikan kemampuan Harry di ranjang. Para reporter tidak menduga akan mendapat jawaban seperti ini. Mereka bertatapan untuk sesaat.

"Orang-orang bilang wajah Pak Harry ...." Reporter hendak bertanya lagi.

Grace langsung menyela, "Tunanganku adalah pria tertampan di dunia. Apa kalian pernah melihat wajahnya? Dia cuma nggak suka pamer, makanya terus bersembunyi. Entah siapa yang menyebarkan rumor seperti itu. Untungnya, tunanganku murah hati."

"Wanita harus memilih pria seperti Pak Harry. Sikapnya yang murah hati membuatku merasa sangat nyaman saat bersamanya. Apalagi, dia begitu hebat di ranjang!"

Grace berbicara dengan penuh percaya diri, bahkan terus menyebut Harry sebagai tunangannya. Lagi pula, tidak ada yang pernah melihat wajah Harry. Orang-orang tidak akan tahu kalau dia hanya membual.