"Huh! Kamu kira Grace bakal menikah dengan Harry? Dia masih harus menunggu 2 tahun supaya bisa menikah. Sebelum itu, dia pasti sudah mati karena disiksa Harry. Untuk apa kamu peduli pada senioritas? Asalkan menjadi bagian Keluarga Prayogo, statusmu akan meningkat pesat. Kalaupun dia lebih senior darimu, kamu tetap lebih unggul darinya!" jelas Tashia."Ibu benar. Aku pasti akan berjuang untukmu. Anak haram seperti dia nggak pantas menjadi Nona Keluarga Lugiman. Tenang saja, aku pasti akan menginjak-injaknya dan membuatnya hancur!" sahut Greta.Setelah mendengar semua ini, Grace sungguh tercengang. Meskipun memanggil Tashia sebagai ibu, Tashia bukan ibu kandung Grace. Hingga sekarang, Grace tidak pernah bertemu ibu kandungnya.Menurut Tashia, begitu Grace lahir, ibunya langsung datang dan meminta uang. Jika tidak, ibunya mengancam akan memberi tahu media bahwa ayah mereka punya wanita simpanan.Demi menjaga martabat Keluarga Lugiman, Tashia terpaksa bersabar dan memberikan uang untuk men
Orang-orang di sekitar turut mengkritik wajah Harry yang menyeramkan. Harry sudah terbiasa dengan kritikan seperti itu sehingga tidak ingin meladeni.Akan tetapi, Grace malah mengira Harry hanya diam karena merasa rendah diri. Seketika, amarah Grace berkecamuk. Dia langsung menyerbu ke kerumunan, lalu melindungi Harry di belakangnya.Grace berkata tanpa rasa sungkan sedikit pun, "Tolong lebih sopan kalau bicara, ya. Anakmu yang menabrak tunanganku sampai jasnya jadi kotor. Kami nggak mencari masalah, tapi kamu malah menyalahkan kami?""Kenapa kamu bicara begitu sih? Lihat dulu tampang tunanganmu itu. Dia pasti membuat anakku ketakutan, makanya anakku menabraknya. Aku nggak meminta kompensasi dari kalian, tapi kalian malah bersikap nggak masuk akal begini. Gimana kalau anakku trauma melihat wajahnya?" Bukan hanya tidak meminta maaf, wanita itu malah bertambah galak.Kerumunan mulai membantu dan menatap mereka dengan ekspresi menghina."Benar. Wajahnya jelek sekali, anak kecil pasti keta
Menurut rekaman CCTV, memang anak itu yang menabrak Harry hingga kue di tangan mengenai jas Harry. Bukti ini membuat orang-orang tidak bisa bersuara. Bagaimanapun, ibu dan anak itu yang bersalah, bahkan bersikap tidak masuk akal.Wanita itu beralasan, "Namanya juga anakku masih kecil. Selain itu, kamu juga menakutinya. Orang dewasa seperti kita nggak seharusnya bersikap perhitungan dengan anak kecil.""Aku nggak keberatan anakmu menabrak tunanganku. Tapi, aku keberatan dengan sikapmu. Kamu harus membayar ganti rugi untuk jas ini!" sahut Grace dengan kesal."Cuma jas kok, memangnya bisa semahal apa? Dasar mata duitan!" Wanita itu mengerlingkan mata, lalu meneruskan, "Berikan aku label jasnya, aku akan membayarmu setengah. Gaji suamiku 100 juta per bulan, mana mungkin aku nggak bisa membayar."Grace tersenyum nakal mendengarnya. Wanita ini memang tidak akan sanggup membayarnya. Grace menatap Harry, lalu berkata, "Cepat suruh sekretarismu mengantar label jasmu. Kita nggak boleh melepaskan
"Aku nggak ingin makan di sana lagi, jadi kita pergi ke tempat lain," sahut Harry dengan dingin. Kemudian, dia mengemudikan mobilnya ke toko kue lain.Grace masih trauma dengan kejadian sebelumnya. Ketika melihat Harry hendak melangkah masuk, wanita itu tanpa sadar menarik tangannya.Harry tentu tahu apa yang dipikirkan Grace. Hatinya terasa hangat. Dia bertanya, "Kenapa? Kamu begitu peduli padaku?"Harry menyunggingkan senyuman tipis. Senyuman itu membuat wajahnya yang menyeramkan menjadi jauh lebih lembut. Jika wajah Harry tidak cedera, pria ini pasti akan menjadi pria tertampan di dunia. Semua wanita akan terpesona padanya.Pipi Grace seketika menjadi merah. Dia merasa malu. Dia telah mengakui Harry sebagai calon suami sehingga mereka sudah sepantasnya berbagi suka dan duka bersama. Selain itu, mana mungkin dia membiarkan orang lain menindas Harry!Grace mencebik, lalu memaksakan diri untuk membalas, "Siapa bilang aku peduli? Aku cuma nggak suka melihat orang tua nggak masuk akal se
Harry merasa senang melihat wajah Grace yang tersipu. Dia tidak bisa menahan diri untuk menggoda Grace lagi. "Bukannya kamu bilang harus dilatih? Ini termasuk inspeksi mendadak, 'kan? Atau kamu nggak serius dengan omonganmu?"Suara Harry terdengar rendah dan merdu. Grace tahu bahwa pria ini sedang menantangnya. Grace paling tidak bisa ditantang seperti ini. Dia membalas dengan kesal, "Kamu kira aku takut?"Grace langsung memegang wajah Harry. Ini pertama kalinya dia menyentuh kulit yang terbakar itu. Sentuhan dingin itu membuatnya merasa agak takut. Namun, ketika teringat mereka akan menikah, ketakutan itu seketika sirna.Harry tidak sekejam yang dirumorkan, 'kan? Grace hendak mencium pipi Harry, tetapi Harry sontak mengubah arah sehingga bibir keduanya bersentuhan.Grace terperangah dan memelotot. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya. Di sisi lain, Harry langsung memberikan ciuman mendalam.Ketika Grace bereaksi kembali dan hendak melawan, Harry sudah merajalela. Pria i
"Be ... benar. Makanya, kamu bisa bertemu denganku dan mengakhiri masa lajangmu, 'kan? Aku belum selesai bicara tadi, kamu yang tiba-tiba muncul ...," jelas Grace."Jadi, kemunculanku nggak tepat waktu, ya?" tanya Harry."Ya ... begitulah ...," sahut Grace. Mana mungkin dia berani bicara jujur? Dia takut dibunuh pria ini.Harry tersenyum dalam hati melihat Grace yang panik. Mungkin dia merasa kesepian selama ini, jadi suasana hatinya menjadi lebih baik sejak kedatangan Grace."Kalau begitu, kamu lanjutkan sisanya. Aku mau dengar." Harry sengaja menyulitkan Grace. Dia tidak berniat melepaskannya begitu saja.Grace sungguh kewalahan. Dia harus memuji Harry sekarang? Meskipun nilai bahasanya 100, Grace tidak bisa menemukan kata sifat yang cocok untuk pria ini.Setelah ragu-ragu cukup lama, Grace akhirnya memaksakan diri untuk berkata, "Kamu ini gagah dan tegap. Kalau berada di samping, aku merasa sangat aman. Tubuhmu juga sangat proporsional. Kamu juga sangat hebat ...."Grace tidak bisa
Ketika Grace sedang menikmati pemandangan indah di taman, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki di belakang. Dia mengira pelayan tadi masih mengikutinya sehingga berkata, "Kamu nggak perlu mengikutiku lagi, aku sudah tahu tempat ini ...."Begitu berbalik, Grace sontak tidak bisa berkata-kata. Dia melihat seorang pria asing di belakangnya. "Siapa kamu ...."Sebelum sempat melanjutkan pertanyaan, pria itu sudah melemparkan diri ke arah Grace, bahkan memeluknya dengan erat. Grace yang ketakutan pun meronta-ronta, tetapi kesenjangan kekuatan di antara mereka terlalu besar. Dia bisa mencium aroma alkohol yang kuat. Pria ini pasti mabuk."Aku nggak nyangka ada wanita secantikmu di sini. Untuk apa kamu melayani pria tua? Lebih baik kamu ikut denganku. Aku bisa memberimu kekayaan dan kemuliaan. Hehe, kamu benar-benar cantik dan seksi," ucap pria itu."Tolong!" Begitu Grace berteriak, pria itu langsung menutup mulutnya dengan kuat. Ekspresi tidak sabar membuat wajah pria itu terlihat makin ber
Karena situasi ini sangat serius, para pelayan segera melaporkannya kepada Harry dan Aryan. Keduanya buru-buru menuruni tangga.Di ruang tamu, terlihat Grace yang berbaring dengan wajah pucat. Dia ditendang dan ditampar, tubuhnya yang mungil mana mungkin bisa menahan siksaan seperti itu.Harry memicingkan mata dan bergegas menghampiri. Aryan mengernyit dan mengentakkan tongkat ke lantai sambil bertanya, "Apa yang terjadi? Kenapa dia tiba-tiba terluka begini?"Frandy yang bersalah segera menyahut, "Kakek, dia mencoba merayuku di taman. Aku menolaknya, tapi dia masih bersikeras. Makanya, aku langsung memberinya pelajaran. Usir saja pelayan rendahan ini!"Begitu mendengarnya, Aryan langsung tahu bahwa Frandy berbohong. Sebelum sempat menegur, Harry sudah bersuara, "Kamu bilang dia merayumu?"Wajah Harry tampak sangat suram, membuat Frandy tak kuasa bergidik dan berkeringat dingin. Dia takut pada Harry ....Frandy memberanikan diri. Dia tidak boleh ketahuan berbohong. "Benar, dia merayuku.
Hannah berkata, "Aku ... nggak mabuk. Aku mau pulang ...."Sopir menegur, "Kamu dengar, nggak? Wanita cantik ini nggak ada hubungannya denganmu. Kami mau pergi. Kalau kamu tahu diri, jangan halangi kami.""Aku mau lapor polisi!" sergah Joshua. Dia mengeluarkan ponsel, tetapi sopir langsung merebut ponselnya dan membantingnya ke tanah.Sopir itu juga menginjak ponsel Joshua. Dia mengepalkan tangannya dengan erat dan ekspresinya tampak garang. Sopir berujar, "Kamu ini benar-benar nggak tahu diri!"Sopir memerintah rekannya, "Seret dia ke sudut. Jangan terlalu heboh."Joshua membusungkan dadanya, lalu menantang, "Kalian bertiga maju sama-sama. Aku nggak takut dengan 3 pengecut seperti kalian."Joshua takut 2 pria yang lain akan membawa Hannah pergi saat dia menghadapi salah satu dari mereka. Dia tidak ingin mengambil risiko, jadi dia terpaksa menggertak mereka.Ketiga pria itu melihat satu sama lain sambil mengernyit. Mereka mengira Joshua adalah orang hebat. Ketiganya juga tidak berani m
Setelah itu, Hannah berjalan menuju pintu keluar. Baru saja melangkah ke luar, angin dingin langsung menyergapnya. Itu membuatnya pusing dan hampir kehilangan keseimbangan.Hannah berdiri di depan pintu dengan tatapan kosong. Kemudian, matanya tertuju pada tempat sampah hijau di dekat sana. Kebetulan perutnya terasa mual, seperti sedang bergolak hebat. Berhubung tidak tahan lagi, Hannah terhuyung-huyung berjalan menuju tempat sampah dan langsung muntah tanpa henti.Hannah sudah minum terlalu banyak. Sekarang, perutnya terasa sangat sakit, bahkan dia hampir memuntahkan cairan empedu. Setelah muntah cukup lama, barulah tubuhnya terasa sedikit lega. Hannah melanjutkan langkahnya, meskipun masih tidak stabil. Dalam kondisi mabuk seperti itu, dia tidak bisa membedakan mana mobil pribadi dan mana taksi. Ketika melihat sebuah mobil berhenti, dia langsung melambaikan tangannya."Pak ... aku mau pulang ...," ucap Hannah.Di dalam mobil itu, ternyata ada tiga pria. Mereka sedang menuju bar unt
Hannah membawa Grace masuk ke bar tersebut. Bar itu bukan tempat mewah, melainkan penuh dengan suasana lampu berwarna-warni. Musik bahkan diputar sangat keras hingga membuat gendang telinga mereka bergetar hebat.Di tengah ruangan, ada sebuah panggung bundar. Di atasnya, seseorang sedang menari striptis secara terang-terangan. Tarian itu berlanjut hingga si penari hanya mengenakan pakaian dalam, lalu dia mulai menampilkan gerakan tari tiang yang sensual.Grace belum pernah melihat pemandangan seperti ini sebelumnya. Meski dia pernah bekerja paruh waktu di bar kampus, tamu-tamunya hanyalah mahasiswa yang minum bir atau koktail ringan. Situasi seperti ini benar-benar baru baginya. Itu membuat mulutnya terbuka lebar saking kagetnya."Hannah ... tempat ini nggak terlalu baik. Kalau mau minum, kita beli bir saja terus minum di rumah. Gimana?" tanya Grace dengan ragu."Nggak apa-apa, kita minum sebentar saja. Habis itu pulang," balas Hannah. Berhubung sudah masuk, dia merasa tidak ada alasan
Mendengar kata-kata Robin, sudut bibir Hannah terangkat dan membentuk senyuman pahit. Kalau begitu, kenapa dia tidak bersedia menikahinya padahal dulu Hannah pernah meminta hal tersebut? Hal-hal yang bertentangan dengan perasaan, tetap saja tidak bisa Robin lakukan. Hannah tersenyum sinis, lalu menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri. Dia berusaha agar Robin tidak menyadari kegelisahannya.Kemudian, Hannah berujar, "Kalau begitu, aku minta kamu janji satu hal padaku. Kalau sudah menemukan Lyla, bawalah dia kembali. Dulu aku nggak sempat menghadiri pernikahanmu, kali ini ... aku mau hadir.""Oke, aku akan melakukannya," balas Robin.Hannah memberi tahu, "Kalau begitu ... aku nggak ada urusan lagi. Jaga dirimu baik-baik ya.""Kamu juga harus jaga dirimu," ucap Robin.Percakapan itu berakhir dengan tergesa-gesa. Hannah memutuskan sambungan telepon. Dia pikir setelah menutup telepon, dia akan menangis sejadi-jadinya.Namun ketika Hannah meraba sudut matanya, tak ada setetes pun a
Hannah selalu dikenal sebagai orang yang tegas. Dia berbicara tanpa basa-basi dan sangat berterus terang.Melihat sikap Joshua yang lambat dan kaku, dia merasa sangat tidak nyaman. Saat Joshua diam, itu masih bisa ditoleransi. Begitu dia berbicara, itu menjadi semacam siksaan bagi Hannah.Hannah tahu cara bicaranya mungkin terdengar kasar, tetapi dia benar-benar tidak ingin bertele-tele dengannya. Lebih baik bicara terus terang saja bahwa Joshua tidak perlu terus bersikap baik padanya hanya karena insiden sebelumnya.Setelah membayar dengan kartu, Hannah langsung meninggalkan mal. Sementara itu, Joshua masih menahan kata-kata yang belum sempat dia ucapkan. Dia sebenarnya ingin memberi tahu Hannah bahwa dia hanya bersikap seperti ini padanya.Entah kenapa, melihat Hannah yang menyelamatkan orang lain dengan penuh keberanian, bahkan terluka karenanya, hatinya terasa tidak nyaman.Joshua merasa, seorang gadis tidak seharusnya begitu kuat. Bukankah lebih baik jika Hannah lebih lemah agar b
"Bu ... bukan begitu. Kamu pernah lihat dia juga .... Kami cu ... cuma rekan kerja saja," jawab Joshua yang tergagap.Mendengar itu, Hannah pun mengangguk. Tampaknya Joshua memang bukan sedang berpura-pura bodoh, melainkan benar-benar tidak paham. Kekurangan dalam kecerdasan emosional pria ini sepertinya tidak bisa diselamatkan lagi."Oke, lanjutkan saja urusanmu. Aku mau pergi jalan-jalan," ucap Hannah."Per ... perlu pesuruh gratis nggak?" tanya Joshua dengan hati-hati. Dia tahu bahwa wanita biasanya akan belanja banyak ketika jalan-jalan, pasti membutuhkan seseorang untuk bantu membawa. Joshua menambahkan, "Soalnya ... nanti aku juga akan ke vila. Aku ... aku bisa sekalian antar Grace pulang."Grace yang mendengar itu langsung mengangguk setuju. Dia membalas, "Benar juga. Dia bisa sekalian antar aku pulang. Jadi, gimana kalau kita bawa Joshua?""Jalan-jalan bawa seorang pria? Bukannya malah jadi nggak nyaman?" tanya Hannah dengan ragu."Nggak kok .... Aku janji bakal bersikap baik,
"Lumayan. Kalau dia berniat mengenal lebih dalam, aku juga nggak akan menolak. Kesanku padanya cukup baik," jawab Hannah dengan tenang.Ketika mencium aroma parfum yang asing, Hannah mencondongkan tubuh sebelum bertanya, "Kamu semprot parfum hari ini? Kenapa tubuhmu wangi?""Memangnya ada?" timpal Grace. Dia mencium tubuhnya dan mengingat sesuatu. Dia menceritakan kejadian saat bertemu dengan Joshua barusan, lalu menunjuk ke arah tempat duduk Joshua."Joshua makan bersama temannya. Aku barusan ketemu dengannya saat ke toilet, jadi aku menyapanya. Gadis itu semprot parfum. Mungkin aromanya menempel di tubuhku karena berdiri di dekatnya," jelas Grace.Hannah menoleh ke arah yang ditunjuk Grace. Terlihat Joshua dan Yoana. Dia seketika paham bahwa Yoana punya perasaan terhadap Joshua. Itu sebabnya Yoana memusuhinya.Pantas saja saat minum alkohol malam itu, Yoana begitu tidak sabar kepada Hannah. Ternyata Yoana menganggap Hannah sebagai saingan cinta."Abaikan mereka. Kita nikmati makanan
Penampilan Hannah sangat berkelas dan anggun. Riasannya yang tipis membuatnya terlihat makin sempurna."Hannah, kamu cantik sekali!" seru Grace."Aku sudah tahu tanpa kamu puji," balas Hannah."Pasangan kencanmu sudah datang belum?" tanya Grace."Itu, pria yang duduk di dekat jendela. Dia berambut cepak dan pakai kaus hitam," jawab Hannah.Grace menoleh ke arah pria itu. Punggung pria itu terlihat tegap dan berotot. Kesannya sangat gagah. Pria itu mengenakan kaus lengan pendek. Otot-otot di lengannya tampak menonjol. Jantan sekali!"Aku sudah lihat. Dia tampan nggak?" tanya Grace."Aku juga nggak tahu. Ayo, kita masuk. Nggak baik kalau terlambat," timpal Hannah. Dia menarik Grace ke dalam.Grace akhirnya melihat wajah pria itu. Garis wajahnya sangat tegas. Tatapannya juga tajam dan kuat. Parasnya lumayan tampan, hanya saja warna kulitnya sedikit gelap. Tampaknya dia sering latihan di lapangan."Siapa yang bernama Hannah?" tanya pria itu dengan sopan."Aku Hannah. Kamu Ferio, putranya P
Setelah diantar pulang oleh Joshua, Hannah naik dan mandi. Dia seketika merasa sangat segar. Ketika dia sedang berbaring di kasur dan hendak tidur, ada sebuah pesan singkat masuk ke ponselnya.Begitu membukanya, ternyata dari nomor tidak dikenal.[ Kamu habis minum alkohol, sebaiknya tidur lebih awal. Kalau nggak mau masak sup pereda pengar, letakkan segelas air di samping tempat tidur. Kamu akan gampang haus saat malam. Aku benar-benar minta maaf atas kejadian di kafetaria. Aku nggak sengaja. Maafkan aku. ]Hannah sedikit bingung. Mengapa Joshua bisa punya nomor teleponnya?Hannah tidak membalas. Dia tidak ingin terlalu dekat dengan Joshua. Akan tetapi, dia tetap turun untuk mengambil segelas air dan meletakkannya di samping tempat tidur.Mendekati hari kelulusan, Hannah meminta cuti sebulan dari manajernya untuk menyelesaikan skripsi dan sidang kelulusan.Setelah menemui dosen pembimbing, Hannah pergi menemui Grace. Grace baru menyelesaikan kelasnya dan sedang mengerjakan soal. Hanna