Bab 14

Ketika Grace sedang menikmati pemandangan indah di taman, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki di belakang. Dia mengira pelayan tadi masih mengikutinya sehingga berkata, "Kamu nggak perlu mengikutiku lagi, aku sudah tahu tempat ini ...."

Begitu berbalik, Grace sontak tidak bisa berkata-kata. Dia melihat seorang pria asing di belakangnya. "Siapa kamu ...."

Sebelum sempat melanjutkan pertanyaan, pria itu sudah melemparkan diri ke arah Grace, bahkan memeluknya dengan erat. Grace yang ketakutan pun meronta-ronta, tetapi kesenjangan kekuatan di antara mereka terlalu besar. Dia bisa mencium aroma alkohol yang kuat. Pria ini pasti mabuk.

"Aku nggak nyangka ada wanita secantikmu di sini. Untuk apa kamu melayani pria tua? Lebih baik kamu ikut denganku. Aku bisa memberimu kekayaan dan kemuliaan. Hehe, kamu benar-benar cantik dan seksi," ucap pria itu.

"Tolong!" Begitu Grace berteriak, pria itu langsung menutup mulutnya dengan kuat. Ekspresi tidak sabar membuat wajah pria itu terlihat makin beringas.

Pria itu menutup hidung dan mulut Grace dengan tangan, membuatnya kesulitan untuk bernapas. Kemudian, dia meneruskan dengan dingin, "Dasar jalang, beraninya kamu berteriak. Kamu tahu aku siapa? Aku cucu pria tua itu, aku pewaris Keluarga Prayogo."

"Asalkan mengikutiku, kamu akan menjadi nyonya besar. Ini impian semua wanita. Sebaiknya kamu jangan sembarangan. Kelak, aku pasti akan memperlakukanmu dengan sangat baik."

Grace mencoba untuk menarik napas dalam-dalam, lalu mengeluarkan suara dengan susah payah, "Kamu Frandy?"

Frandy terkekeh-kekeh mendengarnya. Kemudian, dia membalas, "Benar, ayahku cuma punya satu putra. Kelak, Keluarga Prayogo yang besar ini akan menjadi milikku. Jadi, apa kamu sudah bersedia mengikutiku?"

Frandy mengira Grace akan menyanjungnya setelah mengetahui identitasnya ini. Tanpa diduga, raut wajah Grace malah dipenuhi ketakutan. Wanita ini pun meloloskan diri dan berteriak makin kuat.

Frandy tahu situasi memburuk sehingga pikirannya menjadi lebih jernih. Jika sampai kakeknya yang kolot itu tahu tentang ini, dia bisa dihajar sampai setengah mati.

Hasrat dalam hati Frandy sontak padam. Dia memelototi Grace dengan murka, lalu menendang punggungnya dengan kuat hingga terjatuh ke ladang bunga.

Duri yang tajam menusuk daging Grace, membuatnya kesakitan. Sebelum sempat menenangkan diri, Frandy sudah mengangkatnya dan menamparnya.

Grace tentu tidak sanggup menahan tenaga besar pria dewasa. Tamparan ini seketika membuatnya pusing dan tidak bisa mendengar makian Frandy lagi.

Wajah Grace terasa perih, bahkan sudut bibirnya berdarah. Meskipun begitu, Frandy masih merasa tidak puas. "Dasar jalang, kamu tunggu saja nanti. Aku pasti akan mencari kesempatan untuk menyiksamu mati-matian di ranjang!"

Pelayan akhirnya tiba. Ketika melihat Grace sekarat, pelayan itu segera memeluknya dan bertanya, "Tuan, apa yang terjadi?"

Frandy merapikan pakaiannya sambil menyahut, "Jalang ini ingin menggodaku, jadi aku memberinya pelajaran."

"A ... apa?" Pelayan itu terperangah dan tidak percaya pada ucapan Frandy.