Hari yang ditunggu-tunggu oleh seluruh keluarga besar kini akhirnya tiba, seorang gadis yang kini tampak begitu cantik dengan make up yang menghias wajah nya kini tampak terus melihat ke arah pantulan cermin yang menampakkan dirinya.
Tatapannya kini seolah menerawang jauh entah kemana, yang jelas saat ini ia seolah tidak berada di raga nya. “Anda terlihat begitu cantik Nona,” ucap Seorang perias yang kini dipercaya untuk membantu gadis yang tak lain adalah Erisha untuk merias wajah nya di hari pernikahannya ini. Hari pernikahan yang seharusnya ia lakukan bersama kekasih nya, namun kekasih nya malah mengkhianatinya dan kini malah menikah dengan kakak kekasih nya sendiri, sesuatu yang belum pernah ia pikirkan sebelumnya. “Terima kasih,” ucap Erisha dengan senyuman tipis nya pada sang MUA untuk menghargai pujian yang diberikan untuk nya. “Erisha,” suara teriakan yang begitu heboh tersebut sontak membuat Erisha yang saat ini tengah menatap pantulan dirinya yang tampak begitu cantik langsung menoleh ke arah sumber suara yang ternyata adalah ketiga sahabatnya yang kali ini sudah tampak begitu cantik dengan gaun berwarna soft blue yang Erisha pilih untuk gaun brides mide nya di acara akad nya. “Aduh temen gue udah nikah aja, gila lo cakep banget,” ucap Hera dengan begitu heboh nya saat menyambut Erisha dan kini ia sudah memeluk Erisha yang juga dibalas dengan pelukan dan senyuman hangat oleh Erisha. Sahabat Erisha yang lain kini juga menghampirinya dan memeluk Erisha bergantian. Kini mereka semua tampak begitu bahagia. Mereka bahagia karena akhirnya sahabat nya akan segera menikah, walau mereka tahu Erisha bukan akan menikah dengan laki-laki yang dicintainya. Mereka juga merasa sedih karena apa yang belakangan ini menimpa Erisha. Kini sebagai seorang sahabat, mereka hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk sahabat mereka itu. “Meskipun dia bukan orang yang lo cintai, tapi gue berharap semoga dia bisa menjadi suami yang baik buat lo, yang bisa mencintai lo, dan pernikahan lo penuh dengan kebahagiaan,” ucap Kiya dengan bijak nya. Erisha yang mendengar hal tersebut tampak tersenyum sendu namun tetap saja akhirnya ia menganggukkan kepalanya. Meskipun pernikahan mereka bukan atas dasar cinta namun Erisha juga memiliki prinsip untuk menikah sekali seumur hidup. “Bahagia terus ya Sya,” ucap Julie yang juga merupakan salah satu sahabat Erisha. Saat mereka tengah berbincang, suara pintu di buka membuat mereka menoleh yang ternyata adalah ibu Erisha yang kini masuk ke dalam kamar hotel yang digunakan untuk kamar pengantin sekaligus untuk tempat make up. Dengan senyuman hangat nya ia menyapa sahabat Erisha lalu menoleh ke arah Erisha dengan senyuman lembut nya. “Semoga kamu bisa bahagia dengan pernikahan mu nak, Mama seolah berdoa yang terbaik buat kamu,” ucap Devika dengan senyuman nya, walau kini ia ingin menangis karena putri kecil nya akhirnya akan menjadi milik orang lain. “Calon suami kamu sudah datang, kita lihat akad nya dari sini ya,” ucap Devika yang Erisha balas dengan anggukan. Mereka pun akhirnya melihat bagaimana Mahesa mengucapkan ijab qabul dengan begitu lantang nya melalui monitor televisi yang sudah terhubung dengan kamera yang berada di ballroom hotel. Mehasa, calon suami Erisha, tampak tenang dan percaya diri saat mengucapkan ijab qabul. Namun, Erisha tidak bisa menikmati momen bahagia itu sepenuhnya. Hatinya masih terasa kosong dan penuh keraguan. Setelah akad selesai, Erisha dan sahabat-sahabatnya menuju ballroom untuk prosesi selanjutnya. Di tengah perjalanan, Erisha tiba-tiba teringat wajah kekasihnya yang mengkhianatinya. Air matanya hampir jatuh, tapi dia cepat-cepat menahan emosi. Ibunya bersama dengan Hera kini menggandeng tangan Erisha, sedangkan Kiya juga Julie berjalan di belakangnya. Jadi Hera bisa melihat dengan jelas perubahan di wajah Erisha. “Lo harus bahagia Sya,” ucap Hera dengan senyumannya yang kini juga menyalur pada Erisha yang membalas senyuman Hera dan menganggukkan kepalanya. Sedangkan di sisi lain kini Mahesa yang baru saja selesai mengucapkan ijab qabul tampak melihat ke arah tangga yang memperlihatkan gadis cantik yang saat ini sudah sah menjadi istrinya. Gadis yang begitu ia inginkan untuk dirinya sendiri kini benar-benar menjadi miliknya. Senyuman yang begitu tipis, sangat tipis. Bahkan tak ada yang akan menyadari jika laki-laki tersebut kita tengah tersenyum, menatap indah gadis yang tampak begitu cantik tersebut Mahesa menatap Erisha dengan pandangan yang dalam, namun ekspresi wajahnya tetap tenang. Dia merasa puas karena akhirnya memiliki Erisha, meskipun dia tahu bahwa Erisha tidak mencintainya. Saat itu, ayah Erisha mendekati Mahesa dan menepuk bahu anak muda itu. "Selamat, Nak Mahesa. Semoga pernikahan ini membawa kebahagiaan bagi kalian berdua." Mahesa tersenyum dan mengangguk. "Terima kasih, Pa. Saya akan menjaga Erisha dengan baik." Sementara itu, Erisha turun dari tangga dan mendekati Mahesa dengan senyuman yang terpaksa. Gadis tersebut kini duduk di samping Mahesa lalu menyalami tangan Mahesa, sedangkan Mahesa menyentuh puncak kepala Erisha, membacakan doa untuk gadis yang kini menjadi istrinya tersebut. Melihat bagaimana perlakuan Mahesa pada nya membuat Erisha sedikit terenyah, bahkan kini debaran jantung nya seolah tidak terkontrol melihat apa yang Mahesa lakukan. Setelah selesai membaca doa, Mahesa mencium kening Erisha yang membuat Erisha memejamkan mata nya. Senyuman yang begitu indah kini memenuhi ruangan yang penuh dengan kebahagian tersebut. Namun, di sudut ruangan, ada yang melihat semua itu dengan dada sakit dan hancur – melihat gadis yang dicintainya menikah dengan laki-laki lain. Kemudian, sorot mata itu bergerak menjauhi ruangan pernikahan, meninggalkan kebahagiaan yang terasa semu. Air mata tersembunyi di balik topeng kesedihan. ***Tatapan semua mata kini tertuju pada Mahesa setelah apa yang baru saja laki-laki tersebut sampaikan. Mereka jelas terkejut dengan pernyataan Mahesa yang begitu tiba-tiba."Sayang," panggil Anila dengan tatapan sendu pada Mahesa. Ia masih tidak percaya dengan apa yang baru saja disampaikan oleh anaknya tersebut.“Mama ingin menjadikan Erisha sebagai menantu bukan? Maka aku yang akan mewujudkannya, aku akan menikahi Erisha. Bukankah berlian tidak pantas di buang?” tanya Mahesa masih dengan wajah datarnya, wajah tegas nya masih jelas terlihat di wajah laki-laki yang kini masih duduk dengan santai di posisi nya. “Jika kamu memang serius, datanglah ke rumah kami untuk membahas masalah ini. Malam ini cukup sampai di sini, kami pergi dulu,” tegas Irawan, ia hanya tidak ingin kembali di permalukan dan di permainkan, diberikan harapan lalu di hempaskan. “Tidak. Tidak perlu datang ke rumah, jika hanya untuk sebuah tanggung jawab, aku tidak memerlukannya,” ucap Erisha dengan tegasnya, ia tidak
Pagi ini Erisha bangun dengan mata nya yang sembab, bahkan rasanya Erisha kesulitan untuk membuka mata, karena saking besar mata nya saat ini. Setelah semalaman ia menangis. Dengan Langkah lelahnya gadis tersebut berjalan ke arah ruang makan, untuk sarapan. Karena bagaimanapun hari ini ia harus tetap berangkat bekerja. Saat sampai di ruang makan, Erisha tampak begitu terkejut melihat keberadaan laki-laki yang tadi malam mengatakan akan menikahi nya yang tak lain adalah Mahesa. Bahkan kini Mahesa terlihat tengah sibuk dengan makanannya, sambil berbincang santai dengan keluarga Erisha. “Sudah turun sayang? Mau ke rumah sakit hari ini?” tanya Devika, ibu Erisha yang menyambut anak bungsu nya dengan senyuman. Erisha berjalan kea rah ibu nya lalu menganggukkan kepalanya. “Iya Ma,” jawab Erisha seadanya. Gadis tersebut kini duduk di samping ibu nya untuk memakan sarapannya. Sebenarnya begitu malas rasanya hari ini Erisha untuk datang ke rumah sakit dan bekerja, namun ada tanggung jawab y
Suara dari hiruk pikuk yang berada di rumah sakit menjadi teman dari keseharian yang harus dijalankan Erisha. Menjadi seorang dokter memang merupakan cita-cita nya sedari kecil, jadi Erisha menjalani harinya sebagai seorang dokter tanpa beban sedikitpun. Erisha baru saja menangani seorang pasien kejang yang baru saja di bawa kerumah sakit, saat suara ambulance yang baru datang terdengar begitu nyaring. Gadis tersebut segera membuka tirai pembatas UGD, memanggil perawat yang tidak jauh darinya. “Resep obat dan vitamin sudah saya tulis, setelah infus ini habis, langsung pindahkan ke ruang rawat,” perintah Erisha pada seorang perawat yang tadi di panggilnya. Perawat tersebut menganggukkan kepalanya mendengar perintah Erisha. “Dokter, pasien darurat!” seru seorang perawat yang menghampiri Erisha dengan terburu-buru. Sepertinya belum ada dokter yang menanganinya, mengingat kini UGD sedang begitu ramai.Erisha segera menghampiri pasien nya yang kini terbaring di ranjang rumah sakit, hin
Suara tangis, perbincangan yang serius, juga suara sirene ambulan yang datang atau pergi, menjadi ciri khas sebuah rumah sakit. Erisha baru saja menitipkan Tania pada salah satu perawat yang berjaga di IGD, mengingat ayah gadis kecil tersebut masih diruwat dengan intensif.Saat ini, Erisha tengah berjalan beriringan bersama dengan Mahesa yang tadi mencari nya. Tak ada pembicaraan di antara mereka. Mahesa, yang memang tidak begitu banyak bicara, juga Erisha yang masih merasa canggung dengan laki-laki di sebelahnya."Jadi, buat apa Kak Mahesa nyari aku?" tanya Erisha yang akhirnya membuka pembicaraan setelah mereka saling terdiam.Mahesa melihat ke arah Erisha dengan wajah datarnya, khas sekali dengan sosok Mahesa. "Mami yang meminta saya untuk menjemput kamu untuk pergi ke butik dan fitting baju pengantin," jelas Mahesa, yang Erisha balas dengan anggukan.Tanpa menoleh ke arah Mahesa, Erisha kini masih melanjutkan jalannya dengan santai. Setelah pembicaraan singkat tersebut, tak ada la
Hari yang ditunggu-tunggu oleh seluruh keluarga besar kini akhirnya tiba, seorang gadis yang kini tampak begitu cantik dengan make up yang menghias wajah nya kini tampak terus melihat ke arah pantulan cermin yang menampakkan dirinya. Tatapannya kini seolah menerawang jauh entah kemana, yang jelas saat ini ia seolah tidak berada di raga nya. “Anda terlihat begitu cantik Nona,” ucap Seorang perias yang kini dipercaya untuk membantu gadis yang tak lain adalah Erisha untuk merias wajah nya di hari pernikahannya ini. Hari pernikahan yang seharusnya ia lakukan bersama kekasih nya, namun kekasih nya malah mengkhianatinya dan kini malah menikah dengan kakak kekasih nya sendiri, sesuatu yang belum pernah ia pikirkan sebelumnya. “Terima kasih,” ucap Erisha dengan senyuman tipis nya pada sang MUA untuk menghargai pujian yang diberikan untuk nya. “Erisha,” suara teriakan yang begitu heboh tersebut sontak membuat Erisha yang saat ini tengah menatap pantulan dirinya yang tampak begitu cantik l
Suara tangis, perbincangan yang serius, juga suara sirene ambulan yang datang atau pergi, menjadi ciri khas sebuah rumah sakit. Erisha baru saja menitipkan Tania pada salah satu perawat yang berjaga di IGD, mengingat ayah gadis kecil tersebut masih diruwat dengan intensif.Saat ini, Erisha tengah berjalan beriringan bersama dengan Mahesa yang tadi mencari nya. Tak ada pembicaraan di antara mereka. Mahesa, yang memang tidak begitu banyak bicara, juga Erisha yang masih merasa canggung dengan laki-laki di sebelahnya."Jadi, buat apa Kak Mahesa nyari aku?" tanya Erisha yang akhirnya membuka pembicaraan setelah mereka saling terdiam.Mahesa melihat ke arah Erisha dengan wajah datarnya, khas sekali dengan sosok Mahesa. "Mami yang meminta saya untuk menjemput kamu untuk pergi ke butik dan fitting baju pengantin," jelas Mahesa, yang Erisha balas dengan anggukan.Tanpa menoleh ke arah Mahesa, Erisha kini masih melanjutkan jalannya dengan santai. Setelah pembicaraan singkat tersebut, tak ada la
Suara dari hiruk pikuk yang berada di rumah sakit menjadi teman dari keseharian yang harus dijalankan Erisha. Menjadi seorang dokter memang merupakan cita-cita nya sedari kecil, jadi Erisha menjalani harinya sebagai seorang dokter tanpa beban sedikitpun. Erisha baru saja menangani seorang pasien kejang yang baru saja di bawa kerumah sakit, saat suara ambulance yang baru datang terdengar begitu nyaring. Gadis tersebut segera membuka tirai pembatas UGD, memanggil perawat yang tidak jauh darinya. “Resep obat dan vitamin sudah saya tulis, setelah infus ini habis, langsung pindahkan ke ruang rawat,” perintah Erisha pada seorang perawat yang tadi di panggilnya. Perawat tersebut menganggukkan kepalanya mendengar perintah Erisha. “Dokter, pasien darurat!” seru seorang perawat yang menghampiri Erisha dengan terburu-buru. Sepertinya belum ada dokter yang menanganinya, mengingat kini UGD sedang begitu ramai.Erisha segera menghampiri pasien nya yang kini terbaring di ranjang rumah sakit, hin
Pagi ini Erisha bangun dengan mata nya yang sembab, bahkan rasanya Erisha kesulitan untuk membuka mata, karena saking besar mata nya saat ini. Setelah semalaman ia menangis. Dengan Langkah lelahnya gadis tersebut berjalan ke arah ruang makan, untuk sarapan. Karena bagaimanapun hari ini ia harus tetap berangkat bekerja. Saat sampai di ruang makan, Erisha tampak begitu terkejut melihat keberadaan laki-laki yang tadi malam mengatakan akan menikahi nya yang tak lain adalah Mahesa. Bahkan kini Mahesa terlihat tengah sibuk dengan makanannya, sambil berbincang santai dengan keluarga Erisha. “Sudah turun sayang? Mau ke rumah sakit hari ini?” tanya Devika, ibu Erisha yang menyambut anak bungsu nya dengan senyuman. Erisha berjalan kea rah ibu nya lalu menganggukkan kepalanya. “Iya Ma,” jawab Erisha seadanya. Gadis tersebut kini duduk di samping ibu nya untuk memakan sarapannya. Sebenarnya begitu malas rasanya hari ini Erisha untuk datang ke rumah sakit dan bekerja, namun ada tanggung jawab y
Tatapan semua mata kini tertuju pada Mahesa setelah apa yang baru saja laki-laki tersebut sampaikan. Mereka jelas terkejut dengan pernyataan Mahesa yang begitu tiba-tiba."Sayang," panggil Anila dengan tatapan sendu pada Mahesa. Ia masih tidak percaya dengan apa yang baru saja disampaikan oleh anaknya tersebut.“Mama ingin menjadikan Erisha sebagai menantu bukan? Maka aku yang akan mewujudkannya, aku akan menikahi Erisha. Bukankah berlian tidak pantas di buang?” tanya Mahesa masih dengan wajah datarnya, wajah tegas nya masih jelas terlihat di wajah laki-laki yang kini masih duduk dengan santai di posisi nya. “Jika kamu memang serius, datanglah ke rumah kami untuk membahas masalah ini. Malam ini cukup sampai di sini, kami pergi dulu,” tegas Irawan, ia hanya tidak ingin kembali di permalukan dan di permainkan, diberikan harapan lalu di hempaskan. “Tidak. Tidak perlu datang ke rumah, jika hanya untuk sebuah tanggung jawab, aku tidak memerlukannya,” ucap Erisha dengan tegasnya, ia tidak