Share

Dinikahi CEO Tampan Pembawa Sial
Dinikahi CEO Tampan Pembawa Sial
Author: Zii_Alpheratz

Satu ranjang

''Astaga!''

Seorang wanita dengan cepat menutup mulutnya yang memekik setelah melihat apa yang terjadi. Wanita itu, Eleena Mahendra, menatap tidak percaya pada pria yang masih berbaring, tertidur di sebelahnya. Eleena melihat tubuh bugil pria itu yang tertutup selimut, lalu dengan kaku menatap tubuhnya sendiri yang juga tidak mengenakan apa pun selain selimut.

Otaknya berputar dengan cepat, mencoba mengingat apa yang terjadi tadi malam. Sore kemarin, Eleena pergi ke apartemen kekasihnya, berniat memberikan kejutan atas 3 tahun kebersamaan mereka. Namun ketika tiba di sana dia terkejut saat melihat pakaian pria dan wanita tergeletak begitu saja di ruang tamu apartemen. Tidak lupa suara-suara desahan yang Eleena dengar saat itu.

''Aku cemburu kalau liat Eleena sebut-sebut kamu di depan orang-orang, Kapan kamu putusin dia?''

''Sabar, ya, Sayang. Kalau di suruh milih, aku juga pasti bakalan milih kamu, kok!''

Suara pria dan wanita di dalam kamar tidur begitu familiar dan saat dia datang untuk mengintip, benar saja, kekasihnya, Keanu dan adik tirinya, Viona, sedang berpelukan di atas tempat tidur dengan tubuh keduanya yang tidak memakai apa pun. Marah dan kecewa, Eleena pergi dari sana, membuang kue yang khusus dia buat sendiri ke tempat sampah. Dia pergi ke sebuah bar yang terkenal di kota, minum hingga dirinya mabuk. Di antara mabuknya, Eleena ingat bahwa dia menarik seorang pria random dan mengajaknya tidur. Lalu pria itu membawanya ke hotel dan-

''Akh, sialan!'' Eleena mengumpat dengan suara pelan, dia takut pria yang masih tertidur pulas di sebelahnya bangun.

Turun dari tempat tidur, Eleena hampir menjerit saat merasakan sakit di area selangkangannya. Wanita itu bahkan tidak sempat menangis, dia memunguti pakaiannya dan kembali mengumpat ketika melihat tiga kondom yang penuh dengan cairan aneh tergeletak begitu saja di lantai. Eleena buru-buru pergi ke kamar mandi hotel, membersihkan dirinya dengan asal dan kembali ke tempat tidur, mencari-cari sesuatu di saku pakaian pria itu yang berantakan.

Eleena mengambil dompet, melihat sebuah kartu nama di sana, dia mengambilnya. Lalu baru Eleena berlari keluar dari kamar hotel. Eleena berjalan menyusuri trotoar dengan langkah sedikit tertatih, membuat orang-orang yang melihatnya menatap wanita muda itu dengan tatapan aneh. Ketika tiba di sebuah halte bus, ponselnya tiba-tiba bergetar, sebuah nomor yang dia kenal terpampang di layar ponsel.

''Halo, Bi?'' sapa Eleena ketika mengangkat panggilan telepon tersebut.

''Halo, El.'' Terdengar suara wanita setengah baya yang balas menyapa Eleena, suaranya tampak panik dan khawatir. ''Nenek kamu di larikan ke rumah sakit, El, tadi kepeleset di kamar mandi.''

Tubuh Eleena langsung menegang, dia memberhentikan sebuah angkutan umum dan buru-buru naik ke dalamnya.

**

Tidak lama setelah Eleena pergi, Pria di atas tempat tidur menggeliat, lengannya terulur, meraba-raba bagian tempat tidur di sampingnya. Cahaya dari jendela menerangi pria itu, selimut yang menjadi satu-satunya kain yang penutup tidak bisa menutupi setiap pahatan tubuhnya yang sempurna. Kelopak mata itu terbuka secara perlahan, matanya menyipit karena cahaya matahari yang membuatnya silau.

Pria bernama Abimanyu itu bangkit dari tempat tidur, dia menatap ke sampingnya di mana seharusnya ada seorang wanita yang terbaring di sana. Tapi sekarang tempat itu kosong, seolah apa yang terjadi semalam hanyalah mimpi semata. Abimanyu mengambil ponselnya yang tergeletak di atas nakas, melihat sebuah pesan yang sepertinya di kirim semalam.

From Pengasuh

Pak, Den Akasha katanya mau hape baru.

Abimanyu membacanya, dia membalas dengan singkat.

Belikan.

Setelah itu dia mengguyar rambutnya ke belakang, turun dari tempat tidur. Selimut yang menutupi area pribadinya jatuh bebas ke lantai, memperlihatkan perut dan garis v pria itu yang sempurna. Melihat pakaiannya yang berserakan di lantai, Abimanyu mengerutkan kening, tidak lagi ingin memakai pakaian itu. Dia menghubungi sekretarisnya di seberang sana.

''Halo, Pak, selamat pagi,'' sapa sekretaris pria itu di seberang telepon dengan suara serak yang menandakan jika pria itu baru saja bangun dari tidurnya.

''Bawakan pakaian saya ke hotel xx, sekarang.''

Sambungan telepon dia matikan secara sepihak. Abimanyu membungkuk saat melihat dompetnya yang terbuka di lantai. Ketika melihatnya, tidak ada yang hilang kecuali kartu nama miliknya. Dia tiba-tiba tertawa, merasa wanita yang tidur dengannya kali ini sangat menarik. ''Tidak mengambil uang atau menunggunya bangun, apa yang akan wanita itu lakukan dengan selembar kartu nama?'' pikir Abimanyu dalam hati.

**

''Ibu Kasih harus segera melakukan operasi secepatnya, kalau tidak sel kanker akan cepat menyebar dan kami, pihak rumah sakit tidak bisa menjamin apa yang akan terjadi setelah itu.''

Eleena duduk di seberang dokter, tenggorokannya tercekik mendengar apa yang dokter katakan. Kanker, neneknya didiagnosis menderita kanker dan butuh operasi serta pengobatan. ''Terima kasih, Dok, saya akan membawa uangnya secepat mungkin.''

Keluar dari ruangan dokter, Eleena menatap wanita tua yang sedang terbaring di atas tempat tidur dengan mata tertutup. Hatinya sakit, bahkan lebih sakit dibandingkan saat dia memergoki kekasih dan adik tirinya berselingkuh. Setelah kematian ibunya, neneknya, lah, yang selama ini menjadi pelindung bagi Eleena, melindungi Eleena dari ayah dan ibu tiri yang selalu mencari-cari kesalahannya. Eleena menghela nafas berat, dia merasa batu besar menekan dadanya. Sangat sesak.

Pulang ke rumah, Eleena di sambut dengan tatapan para pelayan di keluarganya yang tidak ramah. Eleena tetap berjalan dengan kepala tegak, menghiraukan bisikan-bisikan mereka yang terdengar ke telinganya.

''Ke mana aja kamu?'' tanya seorang wanita berusia 39 tahun yang turun dari lantai dua.

Eleena menatap wanita itu, ibu tirinya, Jesica Kamila. ''Nginep di rumah Leodra semalem,'' jawab Eleena dengan wajah acuh.

Jesica menatap anak tirinya yang tidak menyenangkan mata dengan tatapan menghina, dia merasa moodnya anjlok setiap kali melihat wanita muda itu pulang, Jesica berharap bahwa suatu hari Eleena tidak pulang ke rumah ini untuk selamanya. ''Pergi ke kamar kamu.''

Eleena mengangguk, berjalan menuju kamarnya. Selama sepuluh tahun Jesica menjadi ibu tirinya, Eleena sudah terbiasa dengan sikapnya. Bukan karena Eleena menurut, tapi itu karena dia terlalu malas berdebat. Jesica akan berpura-pura menjadi malaikat di depan ayahnya dan pria parubaya itu pasti akan menghukumnya jika membentak atau memarahi Jesica.

Masuk ke dalam kamarnya yang hanya berupa sebuah ruangan kecil dengan tempat tidur, meja dan lemari, dia menghela nafas lagi saat memikirkan biaya rumah sakit yang harus dia bayar segera. Eleena merasa pikirannya buntu, dia tidak punya pilihan selain meminta tolong pada ayahnya agar mau memberikannya uang.

**

Di siang hari, Eleena keluar dari kamarnya. Di ruang tamu dia melihat Dedi, ayahnya, Jesica dan Viona yang sedang mengobrol sambil menonton tayangan televisi. Melihat Viona yang tertawa-tawa bersama ke dua orang tuanya, telapak tangan Eleena mengepal dengan sangat erat. Dia membenci Viona, atas apa yang selalu Viona inginkan yang sebenarnya adalah miliknya. Eleena membenci mereka, tiga orang yang terlihat sangat bahagia di atas penderitaannya. Eleena menggertakan gigi, mencoba menahan rasa marah.

''Sabar Eleena, Sabar. Kamu masih harus minta uang sama papah, jangan buat dia kesel,'' batin Eleena.

''Papah,'' panggil Eleena dengan suara manis.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status