''Astaga!''
Seorang wanita dengan cepat menutup mulutnya yang memekik setelah melihat apa yang terjadi. Wanita itu, Eleena Mahendra, menatap tidak percaya pada pria yang masih berbaring, tertidur di sebelahnya. Eleena melihat tubuh bugil pria itu yang tertutup selimut, lalu dengan kaku menatap tubuhnya sendiri yang juga tidak mengenakan apa pun selain selimut.Otaknya berputar dengan cepat, mencoba mengingat apa yang terjadi tadi malam. Sore kemarin, Eleena pergi ke apartemen kekasihnya, berniat memberikan kejutan atas 3 tahun kebersamaan mereka. Namun ketika tiba di sana dia terkejut saat melihat pakaian pria dan wanita tergeletak begitu saja di ruang tamu apartemen. Tidak lupa suara-suara desahan yang Eleena dengar saat itu.''Aku cemburu kalau liat Eleena sebut-sebut kamu di depan orang-orang, Kapan kamu putusin dia?''''Sabar, ya, Sayang. Kalau di suruh milih, aku juga pasti bakalan milih kamu, kok!''Suara pria dan wanita di dalam kamar tidur begitu familiar dan saat dia datang untuk mengintip, benar saja, kekasihnya, Keanu dan adik tirinya, Viona, sedang berpelukan di atas tempat tidur dengan tubuh keduanya yang tidak memakai apa pun. Marah dan kecewa, Eleena pergi dari sana, membuang kue yang khusus dia buat sendiri ke tempat sampah. Dia pergi ke sebuah bar yang terkenal di kota, minum hingga dirinya mabuk. Di antara mabuknya, Eleena ingat bahwa dia menarik seorang pria random dan mengajaknya tidur. Lalu pria itu membawanya ke hotel dan-''Akh, sialan!'' Eleena mengumpat dengan suara pelan, dia takut pria yang masih tertidur pulas di sebelahnya bangun.Turun dari tempat tidur, Eleena hampir menjerit saat merasakan sakit di area selangkangannya. Wanita itu bahkan tidak sempat menangis, dia memunguti pakaiannya dan kembali mengumpat ketika melihat tiga kondom yang penuh dengan cairan aneh tergeletak begitu saja di lantai. Eleena buru-buru pergi ke kamar mandi hotel, membersihkan dirinya dengan asal dan kembali ke tempat tidur, mencari-cari sesuatu di saku pakaian pria itu yang berantakan.Eleena mengambil dompet, melihat sebuah kartu nama di sana, dia mengambilnya. Lalu baru Eleena berlari keluar dari kamar hotel. Eleena berjalan menyusuri trotoar dengan langkah sedikit tertatih, membuat orang-orang yang melihatnya menatap wanita muda itu dengan tatapan aneh. Ketika tiba di sebuah halte bus, ponselnya tiba-tiba bergetar, sebuah nomor yang dia kenal terpampang di layar ponsel.''Halo, Bi?'' sapa Eleena ketika mengangkat panggilan telepon tersebut.''Halo, El.'' Terdengar suara wanita setengah baya yang balas menyapa Eleena, suaranya tampak panik dan khawatir. ''Nenek kamu di larikan ke rumah sakit, El, tadi kepeleset di kamar mandi.''Tubuh Eleena langsung menegang, dia memberhentikan sebuah angkutan umum dan buru-buru naik ke dalamnya.**Tidak lama setelah Eleena pergi, Pria di atas tempat tidur menggeliat, lengannya terulur, meraba-raba bagian tempat tidur di sampingnya. Cahaya dari jendela menerangi pria itu, selimut yang menjadi satu-satunya kain yang penutup tidak bisa menutupi setiap pahatan tubuhnya yang sempurna. Kelopak mata itu terbuka secara perlahan, matanya menyipit karena cahaya matahari yang membuatnya silau.Pria bernama Abimanyu itu bangkit dari tempat tidur, dia menatap ke sampingnya di mana seharusnya ada seorang wanita yang terbaring di sana. Tapi sekarang tempat itu kosong, seolah apa yang terjadi semalam hanyalah mimpi semata. Abimanyu mengambil ponselnya yang tergeletak di atas nakas, melihat sebuah pesan yang sepertinya di kirim semalam.From PengasuhPak, Den Akasha katanya mau hape baru.Abimanyu membacanya, dia membalas dengan singkat.Belikan.Setelah itu dia mengguyar rambutnya ke belakang, turun dari tempat tidur. Selimut yang menutupi area pribadinya jatuh bebas ke lantai, memperlihatkan perut dan garis v pria itu yang sempurna. Melihat pakaiannya yang berserakan di lantai, Abimanyu mengerutkan kening, tidak lagi ingin memakai pakaian itu. Dia menghubungi sekretarisnya di seberang sana.''Halo, Pak, selamat pagi,'' sapa sekretaris pria itu di seberang telepon dengan suara serak yang menandakan jika pria itu baru saja bangun dari tidurnya.''Bawakan pakaian saya ke hotel xx, sekarang.''Sambungan telepon dia matikan secara sepihak. Abimanyu membungkuk saat melihat dompetnya yang terbuka di lantai. Ketika melihatnya, tidak ada yang hilang kecuali kartu nama miliknya. Dia tiba-tiba tertawa, merasa wanita yang tidur dengannya kali ini sangat menarik. ''Tidak mengambil uang atau menunggunya bangun, apa yang akan wanita itu lakukan dengan selembar kartu nama?'' pikir Abimanyu dalam hati.**''Ibu Kasih harus segera melakukan operasi secepatnya, kalau tidak sel kanker akan cepat menyebar dan kami, pihak rumah sakit tidak bisa menjamin apa yang akan terjadi setelah itu.''Eleena duduk di seberang dokter, tenggorokannya tercekik mendengar apa yang dokter katakan. Kanker, neneknya didiagnosis menderita kanker dan butuh operasi serta pengobatan. ''Terima kasih, Dok, saya akan membawa uangnya secepat mungkin.''Keluar dari ruangan dokter, Eleena menatap wanita tua yang sedang terbaring di atas tempat tidur dengan mata tertutup. Hatinya sakit, bahkan lebih sakit dibandingkan saat dia memergoki kekasih dan adik tirinya berselingkuh. Setelah kematian ibunya, neneknya, lah, yang selama ini menjadi pelindung bagi Eleena, melindungi Eleena dari ayah dan ibu tiri yang selalu mencari-cari kesalahannya. Eleena menghela nafas berat, dia merasa batu besar menekan dadanya. Sangat sesak.Pulang ke rumah, Eleena di sambut dengan tatapan para pelayan di keluarganya yang tidak ramah. Eleena tetap berjalan dengan kepala tegak, menghiraukan bisikan-bisikan mereka yang terdengar ke telinganya.''Ke mana aja kamu?'' tanya seorang wanita berusia 39 tahun yang turun dari lantai dua.Eleena menatap wanita itu, ibu tirinya, Jesica Kamila. ''Nginep di rumah Leodra semalem,'' jawab Eleena dengan wajah acuh.Jesica menatap anak tirinya yang tidak menyenangkan mata dengan tatapan menghina, dia merasa moodnya anjlok setiap kali melihat wanita muda itu pulang, Jesica berharap bahwa suatu hari Eleena tidak pulang ke rumah ini untuk selamanya. ''Pergi ke kamar kamu.''Eleena mengangguk, berjalan menuju kamarnya. Selama sepuluh tahun Jesica menjadi ibu tirinya, Eleena sudah terbiasa dengan sikapnya. Bukan karena Eleena menurut, tapi itu karena dia terlalu malas berdebat. Jesica akan berpura-pura menjadi malaikat di depan ayahnya dan pria parubaya itu pasti akan menghukumnya jika membentak atau memarahi Jesica.Masuk ke dalam kamarnya yang hanya berupa sebuah ruangan kecil dengan tempat tidur, meja dan lemari, dia menghela nafas lagi saat memikirkan biaya rumah sakit yang harus dia bayar segera. Eleena merasa pikirannya buntu, dia tidak punya pilihan selain meminta tolong pada ayahnya agar mau memberikannya uang.**Di siang hari, Eleena keluar dari kamarnya. Di ruang tamu dia melihat Dedi, ayahnya, Jesica dan Viona yang sedang mengobrol sambil menonton tayangan televisi. Melihat Viona yang tertawa-tawa bersama ke dua orang tuanya, telapak tangan Eleena mengepal dengan sangat erat. Dia membenci Viona, atas apa yang selalu Viona inginkan yang sebenarnya adalah miliknya. Eleena membenci mereka, tiga orang yang terlihat sangat bahagia di atas penderitaannya. Eleena menggertakan gigi, mencoba menahan rasa marah.''Sabar Eleena, Sabar. Kamu masih harus minta uang sama papah, jangan buat dia kesel,'' batin Eleena.''Papah,'' panggil Eleena dengan suara manis.Ketiga orang di ruang keluarga lansgung menoleh begitu mendengar suara Eleena yang memanggil Dedi.''Eleena? Ke mana aja kamu semalem?'' tanya Dedi dengan heran pada putrinya.Sejak kematian istrinya dan dia menikah lagi dengan Jesica, Dedi tidak pernah mendengar lagi Eleena yang memanggilnya ayah dengan begitu lembut dan manis.Eleena tersenyum, duduk di samping Dedi di bawah tatapan kesal Jesica dan Viona. ''Aku Nginep di rumah Leodra, memangnya Tante Jesica enggak ngasih tau Papah?'' Eleena menatap Jesica dengan senyuman.Dedi menoleh pada istrinya, Jesica menggertakan gigi, buru-buru berkata pada Dedi, ''Aku lupa, Mas. Eleena, tadi pagi kamu belum sarapan, kan? Cepet sarapan dulu, nanti kamu sakit.'' Jesica tersenyum lembut, bersikap seolah dia adalah ibu tiri paling baik di dunia. Dedi mengangguk puas atas sikap Jesica pada Eleena.''Aku mau bicara sama Papah,'' ujar Eleena pada Dedi.''Bicara apa? Kamu bisa ngomong di sini.''Sejenak, Eleena menatap ayahnya, lalu seolah mengert
''Dengan Eleena Mahendra?''Seorang pria mendatangi Eleena saat dia sedang kebingungan mencari arah kantor Abimanyu yang dikatakan oleh Resepsionis. Wanita itu menatap pria yang memakai jas lengkap di depannya, mengangguk dengan kaku. ''I-iya, saya Eleena,'' jawab Elena.Takut, khawatir dan malu, semuanya menjadi satu dalam dirinya.''Saya sekretaris pak Abimanyu, beliau menyuruh saya mengantarkan anda ke ruang tunggu selagi pak Abi sedang rapat,'' ujar Sekretaris Abimanyu pada Eleena.Eleena mengikuti pria itu masuk ke sebuah ruangan besar dan elegan. Bibirnya menganga, terpukau dengan kemewahan ruangan itu. Eleena ingat bahwa dulu dia pernah ikut ke perusahaan ayahnya dan ruangan ayahnya di perusahaan bahkan tidak sebesar ini.''Silahkan duduk di sana!'' titah Sekretaris Abimanyu, menunjuk sebuah sofa panjang yang membentuk huruf L besar. Ada tanaman hias yang di letakan di dua sudut ruangan, tidak lupa dengan lukisan mewah dan elegan di dindingnya. Sekretaris Abimanyu pergi setelah
''Ayo kita putus.'' ucap Eleena pada seorang pria tampan yang duduk di seberang mejanya.Uhuk! Uhuk!Pria yang tidak lain adalah Keanu itu terbatuk-batuk mendengar apa yang Eleena katakan. ''Apa maksud kamu, Yang? Tiba-tiba ngajak putus?'' tanya Keanu, menatap Eleena dengan tatapan tidak percaya.''Keanu, Aku enggak mau berdebat sama kamu. Ayo kita putus dan aku enggak akan mempermasalahkan tentang perselingkuhan kamu sama Viona.''''Kamu ngomong apa, sih? Aku dan Viona apa? Kita enggak ada hubungan apa pun!'' elak Keanu, jantungnya berdebar dengan kencang saat ini. Dia tidak menyangka jika Eleena akan mengetahui tentang perselingkuhannya dengan Viona.Eleena menghela nafas lelah, dia mengeluarkan ponselnya di dalam tas, lalu menunjukan sebuah foto pada Keanu. ''Bukannya udah jelas? Bertahun-tahun kita pacaran, aku pikir aku bisa percaya sama kamu karena di rumah enggak ada orang yang bisa aku percaya. Tapi nyatanya kamu sama aja kaya mereka.''''Itu editan!'' Keanu dengan marah menun
"Seperti yang sudah saya katakan tadi, saya di sini untuk meminang anak anda, Eleena."Seisi ruangan mendadak terdiam mendengar apa yang Abimanyu katakan. Bahkan Eleena tidak percaya bahwa Abimanyu akan mengatakannya dengan begitu langsung tanpa basa-basi.Dedi terlihat kaget, meskipun Abimanyu memang sudah mengatakan niatnya, akan tetapi Dedi tidak menyangka bahwa Abimanyu begitu serius.Siapa yang tidak kenal dengan Abimanyu? Di usianya yang baru kepala tiga dia sudah berhasil menjadi pemimpin keluarga Bahuwirya. Pria itu juga CEO Bahuwirya group, perusahaan yang sangat besar. Tapi sayangnya, pria kompeten itu adalah pria pembawa sial. Dedi enggan, meskipun dia lebih menyayangi Viona, akan tetapi tetap saja Dedi tidak mau jika anaknya menikah dengan seorang lelaki yang sudah 3 kali menduda dan dirumorkan pembawa sial.Melihat bahwa keluarga itu hanya terdiam, Sekretaris Abimanyu, Leon mengeluarkan sebuah map dalam tas yang dia bawa."Saya menawarkan pernikahan bukan tanpa keuntungan
Abimanyu menganggukkan kepalanya. Wanita itu berjalan ke sisi Abimanyu menyingkirkan Viona, menggandeng tangannya dan membawa pria itu keluar dari rumah.Viona menatap kepergian mereka dengan enggan, dia sangat iri pada Viona hingga bola matanya hampir keluar karena tidak kunjung selesai menatap.***Di sisi lain di dalam mobil, Eleena cemberut di sepanjang perjalanan. Setiap kali Abimanyu bertanya atau menanggapi sesuatu, Eleena hanya akan menjawab singkat atau bahkan tidak menjawab sama sekali."Kenapa?" tanya Abimanyu dengan heran melihat tingkah wanita di sebelahnya.Eleena diam, tidak mau menjawab."Eleena," panggil Abimanyu dengan suara rendah. Baru saat itulah Eleena menoleh dan menjawab dengan kesal."Kenapa, sih, Pak?!"Ketika Eleena bersuara, Abimanyu menghela nafas dengan lega. "Kamu kenapa? Bete sama saya?""Bapak ngapain tadi berdiri berduaan gitu sama si Viona? Bapak enggak tau, ya, kalau saya itu benci sama dia?!" Wanita itu akhirnya buka suara setelah lama menahan keke
Akasha kecil mengerutkan kening lembutnya saat melihat Eleena, menatap wanita itu dengan tatapan penuh dengan kewaspadaan."Tante istli balunya papa, yah?" tanya Akasha dengan suara cadelnya.Eleena tersenyum dan mengangguk. Eleena kurang suka pada anak kecil karena anak kecil yang dia temui biasanya nakal seperti beruang, akan tetapi melihat Akasha yang terlihat putih dan lembut seperti pangsit, orang yang tidak suka dengan anak kecil pun pasti akan meleleh melihatnya."Tante di sini mau jemput Akasha turun ke bawah buat ketemu papah, Akasha mau, kan?" Eleena bertanya dengan lembut.Bibir Akasha cemberut, jemari gemuk dan kecilnya saling bertaut. "Tapi papah enggak suka liat Akasha.""Papah suka kok sama Akasha, papah sendiri yang bilang sama tante," ucap Eleena, meyakinkan anak itu. Eleena tidak tahu dari mana anak sekecil Akasha bisa menyimpulkan apakah ayahnya menyukainya atau tidak.Akasha tampak termenung, dia lalu beringsut turun dari tempat tidur. Eleena dengan hati-hati memb
Dan di sinilah Eleena berada, duduk di meja makan dikelilingi oleh orang-orang bermarga Bahuwirya yang makan dalam keheningan mencekam.Abimanyu duduk di kursi utama sebagai kepala keluarga, Sedangkan Eleena dan Akasha duduk tempat di sebelah kiri Abimanyu. Anak itu makan dengan lahap, meski usianya masih tiga tahun, tapi Akasha bisa memakan makanannya sendiri tanpa bantuan siapa pun."Menjijikan," celetuk seorang gadis yang duduk agak jauh dari Eleena dan Akasha. Gadis itu mengomentari cara makan Akasha yang terlihat acak-acakan.Tangan kecil Akasha yang memegang sendok lantas terhenti, kepalanya menunduk tampa mengatakan sepatah kata pun.Perhatian semua orang di meja makan lantas beralih pada gadis itu. Eleena mengerutkan kening, merasa bahwa Akasha yang berusia tiga tahun bisa makan tanpa bantuan orang lain adalah hal yang luar biasa. Dia mengambil sebuah sosis di salah satu piring, memindahkannya pada piring Akasha."Makan!" Eleena berbisik dengan suara rendah saat Akasha mendong
Satu bulan kemudian, tanggal yang Abimanyu tentukan untuk dia dan Eleena akhirnya tiba. Mereka berdua mengendarai mobil dengan Abimanyu yang menyetir, pergi ke KUA untuk menikah.Saat Dedi tahu bahwa pernikahan Eleena tidak akan digelar mewah, dia sangat marah karena merasa bahwa keluarga Bahuwirya sangat sombong. Tadinya Dedi ingin memanfaatkan pernikahan Eleena untuk menambah relasinya, sekarang dia bahkan tidak bisa melakukan itu.Eleena tidak peduli pada saat Dedi meneriakinya dan mencaci maki. Sedangkan Jesica dan Viona merasa sangat bahagia karena mereka mengira status Eleena di keluarga Bahuwirya pasti sangat rendah hingga Abimanyu tidak mau melakukan resepsi untuk pernikahan mereka."Mamah yakin kalau Eleena pasti bakalan menderita di rumah keluarga Bahuwirya!" Jesica meyakinkan Viona. "Jadi kamu enggak perlu iri, Sayang. Kalau kamu menikah nanti, kita akan membuat pesta besar supaya dunia tahu kalau princess Mamah menikah dengan pangeran!"Viona mengangguk dan tertawa terbaha
"Mas Abi belum tidur?" tanya Eleena ketika dia yang sudah tertidur, terbangun di tengah malam.Melihat sang suami yang sedang duduk sambil bersandar pada kepala ranjang sambil sibuk dengan sesuatu di laptopnya. Wanita itu mengusap matanya dengan pelan."Ada beberapa pekerjaan yang belum selesai, kamu lanjut tidur lagi!" titah Abimanyu."Lengan Mas luka, apa enggak sakit ngetik kaya gitu?" Eleena enggan melihat suaminya bekerja di tengah malam.Tersenyum, satu lengan Abimanyu yang tidak terluka terulur, mengelus kening Eleena dengan lembut. "Enggak terlalu sakit, ini pekerjaan yang harus diselesaikan sekarang."Eleena menghela nafas, merasa bahwa bos di sebuah perusahaan sangat sulit. Di novel dan film yang Eleena tahu, bos-bos biasanya bisa cuti dan melakukan semua hal sesuka mereka, tidak sesibuk Abimanyu.***"Abimanyu ada di Singapura untuk dua minggu, kamu tahu?" Abram berbicara dengan seseorang di seberang telepon.
Eleena terkejut mendengar panggilan yang Akasha tunjukan untuknya. Matanya menatap anak yang juga menatapnya dengan tatapan polos dan malu. Sudut bibir Eleena tertarik ke atas, membentuk sebuah senyum lembut. Eleena mengulurkan lengannya pada Akasha, memberi isyarat agar Akasha mendekati dia."Akasha mah eskrim rasa apa?" tanya Eleena dengan lembut. Satu tangannya mengelus pipi anak itu."Esklim coklat, Mah," jawab Akasha, masih malu-malu ketika dia menyebut Eleena dengan panggilan Mamah."Okey, ayo kita beli es krim coklat!" Eleena lalu memesan pada si penjual.Di sepanjang perjalanan, Akasha terus tersenyum, mata bulatnya menyipit, membentuk bulan sabit. Anak itu menggenggam tangan Eleena, berjalan sambil bersenandung sebuah lagi yang Eleena tidak mengerti apa yang Akasha nyanyikan.***"Mamah! Mamah! Mamah! Mamah!"Kembali ke hotel, Abimanyu tertegun mendengar suara seruan Akasha yang memanggil 'mamah' entah pada siap
Puas menatap, Celine mengalihkan tatapannya lada sang suami. "Lagi ngapain?" Dia tidak menjawab pertanyaan Hendra tadi dan malah mengajukan pertanyaan lain."Liat ikan. Bukannya kemarin kamu bilang pengen makan ikan?" Hendra menunjuk pada bak yang tadi dia lihat, di dalamnya banyak ikan dengan ukuran besar dan kecil berenang mengitari bak.Celine juga melihatnya, lalu mengangguk. "Kalau gitu beli!"Pak RT dan bu RT masuk ke dalam rumah mengambil kantung plastik untuk wadah ikan yang akan Hendra bawa. Hani diam-diam menatap Hendra dan Celine bergantian."A Hendra, besok bisa, kan?" Gadis itu bertanya dengan nada yang sangat lembut.Celine menatap Hendra, ingin bertanya apa yang dibicarakan oleh gadis bernama Hani itu. Dia dengan sebal mencubit pinggang suaminya, membuat Hendra mendesis kesakitan."Enggak bisa, Neng. Kalau mau ke pasar mendingan kamu bareng sama mobil sayur aja," Hendra menjawab sesuai keinginan Celine, lalu untuk
Eleena tiba-tiba bangkit dari duduknya, dia berjalan ke arah walk in closet, membungkuk untuk membuka bagian paling bawah dari lemari kayu, mengambil sebuah koper dari dalam sana. Eleena membuka lemari pakaiannya, memilih beberapa dan memasukannya ke dalam koper.Abimanyu menatap istrinya dengan heran. "Kenapa kamu masukin baju ke dalam koper?" tanya Abimanyu dengan heran."Aku mau ke Singapura," jawab Eleena sambil terus memilah pakaiannya."Hah?" Abimanyu menatap Eleena dengan tatapan tidak mengerti."Aku mau ikut Mas ke Singapura, kenapa? Memangnya enggak boleh?"Pria itu mendadak terdiam, tidak menyangka Eleena akan meminta untuk ikut. Abimanyu benar-benar dibuat kehilangan kata-kata oleh istrinya. "Kamu mau ikut?""Enggak boleh?" Eleena menatap sang suami dengan tatapan curiga. "Mas beneran ada perjalanan bisnis, kan? Bukan jenguk istri ke dua?""El, aku beneran ada perlu di sana." Abimanyu menghela nafas atas tuduh
"MAS!" Jesica berteriak pada Dedi yang sedang duduk bersantai di sofa sambil menonton tayangan televisi begitu dia memasuki pintu rumahnya.Dedi mendongak, melihat anak dan istrinya yang kembali dnegan raut wajah kesal. "Ada apa?" tanya Dedi."Kamu harus kasih Eleena pelajaran!" Jesica duduk di samping Dedi, mengeluh pada sang suami.Viona juga melakukan hal yang sama, dia duduk di samping ayahnya. "Aku di dorong sampe jatuh sama Eleena, Pah! Tapi dia malah maki-maki aku sama Mamah!"Dedi menegakkan punggungnya ketika mendengar hal itu. "Kenapa Eleena mendorong kamu?" tanya Dedi dengan alis berkerut."Bukan itu intinya, Mas!" Tegur Jesica dengan kesal. "Eleena itu semakin menjadi-jadi sekarang! Dia sama sekali enggak mengormati aku sebagai ibunya. Bahkan dia udah berani main tangan sama Viona.""Kalian tenang dulu, cerita apa yang terjadi sebenarnya!"Jesica jelas semakin kesal mendengar pertanyaan Dedi. Dia merasa Dedi
Kehidupan rumah tangganya bersama dengan Abimanyu sangat damai akhir-akhir ini hingga Eleena hampir lupa jika masih ada Viona dan Jesica yang tidak akan rela melihatnya hidup dengan tenang.Hari itu, Eleena mengajak Akasha untuk keluar jalan-jalan, belum sempat dia keduanya bahagia, Eleena melihat Jesica dan Viona yang sedang berdiri di depan gerbang rumahnya dengan raut wajah kesal karena satpam tidak mengizinkannya masuk."Eleena!" teriak Jesica ketika melihat Eleena yang keluar dari rumah.Kening Eleena berkerut tidak suka melihat ibu dan anak itu berada di depan rumahnya. Pada akhirnya dia tidak berbalik pergi, akan tetap tetap berjalan keluar dari gerbang rumah. Saat Eleena menyuruh satpam membuka gerbang, Viona dan Jesica senang karena berpikir jika Eleena menuruti mereka. Tetapi saat keduanya hendak melangkah masuk, Eleena menutup kembali gerbang."Mau ke mana?" tanya Eleena yang sudah berada di luar sambil menuntun Akasha."Eleena
"Ini dia, makan malam spesial untuk anak ganteng kita, Akasha!" Eleena membawa sebuah piring besar berisikan satu ekor ayam goreng utuh, dia meletakkannya di atas meja makan.Akasha, anak yang di sebutkan bertepuk tangan dengan gembira. Melihat ayam goreng di atas meja, anak itu menatapnya dengan tatapan serakah.Eleena tersenyum, lalu kembali berkata, "Karena ini spesial, jadi yang pertama dapat bagian adalah Akasha!" Eleena dengan hati-hati hendak merobek bagian paha atas ayam itu, namun dia tidak menyangka jika ayam di atas piring masih sangat panas. Eleena kembali menarik tangannya."Masih panas, jangan pegang!" Abimanyu tiba-tiba angkat bicara, dia membungkukkan tubuh, merobek bagian paha atas ayam tanpa merasa kepanasan sekalipun. Lalu paha ayam sebesar lengan bayi itu di letakan di atas piring milik Akasha.Melihat apa yang Abimanyu lakukan, dia tidak menyangka jika Abimanyu akan membantunya. Hati Eleena menghangat, dia tersenyum lembut. "M
Abimanyu tanpa basa-basi langsung menggendong Akasha, membawanya masuk ke dalam gedung perusahaan. Leon yang berada di belakang bosnya langsung mengambil botol dot yang terjatuh ke dalam kolam, lalu setelah itu dia mengikuti Abimanyu.Di bawah tatapan para karyawan yang lelah berlarian mencari anak bos mereka, mereka berpura-pura tidak melihat ketika Abimanyu memancarkan aura yang begitu menakutkan. Wajahnya tampak datar tanpa ekspresi, Akasha di pelukannya mengamuk, meminta untuk diturunkan."Huhuhu, pulang! Pulang! Akasha mau pulang!" Anak itu merengek, mencoba melepaskan diri dari sang ayah.Abimanyu tidak menanggapi, dia terus berjalan tanpa menghiraukan tangisan putranya."Tante! Akasha mau ke tante! Huaaa." Terisak-isak, Akasha yang menangis penuh dengan air mata dan ingus."AKASHA!" bentak Abimanyu lagi, kepalanya pusing mendengar tangisan putranya.Dia tidak bisa membayangkan jika menjadi Eleena yang bersama dengan Akasha
Para karyawan perusahaan Bahuwirya group tercengang ketika melihat bos mereka, Abimanyu Cakra Bahuwirya, membawa seorang anak laki-laki di pelukannya. Bukan karena mereka tidak tahu jika Abimanyu sudan memiliki seorang putra, mereka tercengang karena itu adalah kali pertama Abimanyu membawanya, terakhir kali mereka melihat putra Abimanyu di bawa ke perusahaan adalah ketika ibu bos mereka datang. Kaki jenjang Abimanyu berjalan dengan langkah lebar di ikuti oleh sekretarisnya, Leon. Satu lengan Abimanyu dia gunakan untuk menggendong Akasha, sedangkan lengan lainnya sedang membawa tas gendong bergambar robot yang berisikan segala kebutuhan Akasha. Akasha tampak berbaring dengan raut wajah sedih di bahu ayahnya, dia sedih karena harus ikut dengan sang ayah padahal Akasha ingin di rumah bersama Eleena. "Sumpah, ganteng banget pak Abi!" "Sugar daddy banget vibes nya!" "Ahh!! Andai gue yang jadi istri pak Abimanyu!"