"Mas Abi belum tidur?" tanya Eleena ketika dia yang sudah tertidur, terbangun di tengah malam.
Melihat sang suami yang sedang duduk sambil bersandar pada kepala ranjang sambil sibuk dengan sesuatu di laptopnya. Wanita itu mengusap matanya dengan pelan."Ada beberapa pekerjaan yang belum selesai, kamu lanjut tidur lagi!" titah Abimanyu."Lengan Mas luka, apa enggak sakit ngetik kaya gitu?" Eleena enggan melihat suaminya bekerja di tengah malam.Tersenyum, satu lengan Abimanyu yang tidak terluka terulur, mengelus kening Eleena dengan lembut. "Enggak terlalu sakit, ini pekerjaan yang harus diselesaikan sekarang."Eleena menghela nafas, merasa bahwa bos di sebuah perusahaan sangat sulit. Di novel dan film yang Eleena tahu, bos-bos biasanya bisa cuti dan melakukan semua hal sesuka mereka, tidak sesibuk Abimanyu.***"Abimanyu ada di Singapura untuk dua minggu, kamu tahu?" Abram berbicara dengan seseorang di seberang telepon.<''Astaga!''Seorang wanita dengan cepat menutup mulutnya yang memekik setelah melihat apa yang terjadi. Wanita itu, Eleena Mahendra, menatap tidak percaya pada pria yang masih berbaring, tertidur di sebelahnya. Eleena melihat tubuh bugil pria itu yang tertutup selimut, lalu dengan kaku menatap tubuhnya sendiri yang juga tidak mengenakan apa pun selain selimut.Otaknya berputar dengan cepat, mencoba mengingat apa yang terjadi tadi malam. Sore kemarin, Eleena pergi ke apartemen kekasihnya, berniat memberikan kejutan atas 3 tahun kebersamaan mereka. Namun ketika tiba di sana dia terkejut saat melihat pakaian pria dan wanita tergeletak begitu saja di ruang tamu apartemen. Tidak lupa suara-suara desahan yang Eleena dengar saat itu.''Aku cemburu kalau liat Eleena sebut-sebut kamu di depan orang-orang, Kapan kamu putusin dia?''''Sabar, ya, Sayang. Kalau di suruh milih, aku juga pasti bakalan milih kamu, kok!''Suara pria dan wanita di dalam kamar tidur begitu familiar dan saat dia datang u
Ketiga orang di ruang keluarga lansgung menoleh begitu mendengar suara Eleena yang memanggil Dedi.''Eleena? Ke mana aja kamu semalem?'' tanya Dedi dengan heran pada putrinya.Sejak kematian istrinya dan dia menikah lagi dengan Jesica, Dedi tidak pernah mendengar lagi Eleena yang memanggilnya ayah dengan begitu lembut dan manis.Eleena tersenyum, duduk di samping Dedi di bawah tatapan kesal Jesica dan Viona. ''Aku Nginep di rumah Leodra, memangnya Tante Jesica enggak ngasih tau Papah?'' Eleena menatap Jesica dengan senyuman.Dedi menoleh pada istrinya, Jesica menggertakan gigi, buru-buru berkata pada Dedi, ''Aku lupa, Mas. Eleena, tadi pagi kamu belum sarapan, kan? Cepet sarapan dulu, nanti kamu sakit.'' Jesica tersenyum lembut, bersikap seolah dia adalah ibu tiri paling baik di dunia. Dedi mengangguk puas atas sikap Jesica pada Eleena.''Aku mau bicara sama Papah,'' ujar Eleena pada Dedi.''Bicara apa? Kamu bisa ngomong di sini.''Sejenak, Eleena menatap ayahnya, lalu seolah mengert
''Dengan Eleena Mahendra?''Seorang pria mendatangi Eleena saat dia sedang kebingungan mencari arah kantor Abimanyu yang dikatakan oleh Resepsionis. Wanita itu menatap pria yang memakai jas lengkap di depannya, mengangguk dengan kaku. ''I-iya, saya Eleena,'' jawab Elena.Takut, khawatir dan malu, semuanya menjadi satu dalam dirinya.''Saya sekretaris pak Abimanyu, beliau menyuruh saya mengantarkan anda ke ruang tunggu selagi pak Abi sedang rapat,'' ujar Sekretaris Abimanyu pada Eleena.Eleena mengikuti pria itu masuk ke sebuah ruangan besar dan elegan. Bibirnya menganga, terpukau dengan kemewahan ruangan itu. Eleena ingat bahwa dulu dia pernah ikut ke perusahaan ayahnya dan ruangan ayahnya di perusahaan bahkan tidak sebesar ini.''Silahkan duduk di sana!'' titah Sekretaris Abimanyu, menunjuk sebuah sofa panjang yang membentuk huruf L besar. Ada tanaman hias yang di letakan di dua sudut ruangan, tidak lupa dengan lukisan mewah dan elegan di dindingnya. Sekretaris Abimanyu pergi setelah
''Ayo kita putus.'' ucap Eleena pada seorang pria tampan yang duduk di seberang mejanya.Uhuk! Uhuk!Pria yang tidak lain adalah Keanu itu terbatuk-batuk mendengar apa yang Eleena katakan. ''Apa maksud kamu, Yang? Tiba-tiba ngajak putus?'' tanya Keanu, menatap Eleena dengan tatapan tidak percaya.''Keanu, Aku enggak mau berdebat sama kamu. Ayo kita putus dan aku enggak akan mempermasalahkan tentang perselingkuhan kamu sama Viona.''''Kamu ngomong apa, sih? Aku dan Viona apa? Kita enggak ada hubungan apa pun!'' elak Keanu, jantungnya berdebar dengan kencang saat ini. Dia tidak menyangka jika Eleena akan mengetahui tentang perselingkuhannya dengan Viona.Eleena menghela nafas lelah, dia mengeluarkan ponselnya di dalam tas, lalu menunjukan sebuah foto pada Keanu. ''Bukannya udah jelas? Bertahun-tahun kita pacaran, aku pikir aku bisa percaya sama kamu karena di rumah enggak ada orang yang bisa aku percaya. Tapi nyatanya kamu sama aja kaya mereka.''''Itu editan!'' Keanu dengan marah menun
"Seperti yang sudah saya katakan tadi, saya di sini untuk meminang anak anda, Eleena."Seisi ruangan mendadak terdiam mendengar apa yang Abimanyu katakan. Bahkan Eleena tidak percaya bahwa Abimanyu akan mengatakannya dengan begitu langsung tanpa basa-basi.Dedi terlihat kaget, meskipun Abimanyu memang sudah mengatakan niatnya, akan tetapi Dedi tidak menyangka bahwa Abimanyu begitu serius.Siapa yang tidak kenal dengan Abimanyu? Di usianya yang baru kepala tiga dia sudah berhasil menjadi pemimpin keluarga Bahuwirya. Pria itu juga CEO Bahuwirya group, perusahaan yang sangat besar. Tapi sayangnya, pria kompeten itu adalah pria pembawa sial. Dedi enggan, meskipun dia lebih menyayangi Viona, akan tetapi tetap saja Dedi tidak mau jika anaknya menikah dengan seorang lelaki yang sudah 3 kali menduda dan dirumorkan pembawa sial.Melihat bahwa keluarga itu hanya terdiam, Sekretaris Abimanyu, Leon mengeluarkan sebuah map dalam tas yang dia bawa."Saya menawarkan pernikahan bukan tanpa keuntungan
Abimanyu menganggukkan kepalanya. Wanita itu berjalan ke sisi Abimanyu menyingkirkan Viona, menggandeng tangannya dan membawa pria itu keluar dari rumah.Viona menatap kepergian mereka dengan enggan, dia sangat iri pada Viona hingga bola matanya hampir keluar karena tidak kunjung selesai menatap.***Di sisi lain di dalam mobil, Eleena cemberut di sepanjang perjalanan. Setiap kali Abimanyu bertanya atau menanggapi sesuatu, Eleena hanya akan menjawab singkat atau bahkan tidak menjawab sama sekali."Kenapa?" tanya Abimanyu dengan heran melihat tingkah wanita di sebelahnya.Eleena diam, tidak mau menjawab."Eleena," panggil Abimanyu dengan suara rendah. Baru saat itulah Eleena menoleh dan menjawab dengan kesal."Kenapa, sih, Pak?!"Ketika Eleena bersuara, Abimanyu menghela nafas dengan lega. "Kamu kenapa? Bete sama saya?""Bapak ngapain tadi berdiri berduaan gitu sama si Viona? Bapak enggak tau, ya, kalau saya itu benci sama dia?!" Wanita itu akhirnya buka suara setelah lama menahan keke
Akasha kecil mengerutkan kening lembutnya saat melihat Eleena, menatap wanita itu dengan tatapan penuh dengan kewaspadaan."Tante istli balunya papa, yah?" tanya Akasha dengan suara cadelnya.Eleena tersenyum dan mengangguk. Eleena kurang suka pada anak kecil karena anak kecil yang dia temui biasanya nakal seperti beruang, akan tetapi melihat Akasha yang terlihat putih dan lembut seperti pangsit, orang yang tidak suka dengan anak kecil pun pasti akan meleleh melihatnya."Tante di sini mau jemput Akasha turun ke bawah buat ketemu papah, Akasha mau, kan?" Eleena bertanya dengan lembut.Bibir Akasha cemberut, jemari gemuk dan kecilnya saling bertaut. "Tapi papah enggak suka liat Akasha.""Papah suka kok sama Akasha, papah sendiri yang bilang sama tante," ucap Eleena, meyakinkan anak itu. Eleena tidak tahu dari mana anak sekecil Akasha bisa menyimpulkan apakah ayahnya menyukainya atau tidak.Akasha tampak termenung, dia lalu beringsut turun dari tempat tidur. Eleena dengan hati-hati memb
Dan di sinilah Eleena berada, duduk di meja makan dikelilingi oleh orang-orang bermarga Bahuwirya yang makan dalam keheningan mencekam.Abimanyu duduk di kursi utama sebagai kepala keluarga, Sedangkan Eleena dan Akasha duduk tempat di sebelah kiri Abimanyu. Anak itu makan dengan lahap, meski usianya masih tiga tahun, tapi Akasha bisa memakan makanannya sendiri tanpa bantuan siapa pun."Menjijikan," celetuk seorang gadis yang duduk agak jauh dari Eleena dan Akasha. Gadis itu mengomentari cara makan Akasha yang terlihat acak-acakan.Tangan kecil Akasha yang memegang sendok lantas terhenti, kepalanya menunduk tampa mengatakan sepatah kata pun.Perhatian semua orang di meja makan lantas beralih pada gadis itu. Eleena mengerutkan kening, merasa bahwa Akasha yang berusia tiga tahun bisa makan tanpa bantuan orang lain adalah hal yang luar biasa. Dia mengambil sebuah sosis di salah satu piring, memindahkannya pada piring Akasha."Makan!" Eleena berbisik dengan suara rendah saat Akasha mendong