Share

Meminang

''Ayo kita putus.'' ucap Eleena pada seorang pria tampan yang duduk di seberang mejanya.

Uhuk! Uhuk!

Pria yang tidak lain adalah Keanu itu terbatuk-batuk mendengar apa yang Eleena katakan. ''Apa maksud kamu, Yang? Tiba-tiba ngajak putus?'' tanya Keanu, menatap Eleena dengan tatapan tidak percaya.

''Keanu, Aku enggak mau berdebat sama kamu. Ayo kita putus dan aku enggak akan mempermasalahkan tentang perselingkuhan kamu sama Viona.''

''Kamu ngomong apa, sih? Aku dan Viona apa? Kita enggak ada hubungan apa pun!'' elak Keanu, jantungnya berdebar dengan kencang saat ini. Dia tidak menyangka jika Eleena akan mengetahui tentang perselingkuhannya dengan Viona.

Eleena menghela nafas lelah, dia mengeluarkan ponselnya di dalam tas, lalu menunjukan sebuah foto pada Keanu. ''Bukannya udah jelas? Bertahun-tahun kita pacaran, aku pikir aku bisa percaya sama kamu karena di rumah enggak ada orang yang bisa aku percaya. Tapi nyatanya kamu sama aja kaya mereka.''

''Itu editan!'' Keanu dengan marah menunjuk ponsel di tangan Eleena, dia menggigit bibirnya karena panik.

''Kenapa bisa ini editan? Aku yang ngambil sendiri foto ini, di apartemen kamu, dua hari lalu.'' Eleena memasukan kembali ponselnya ke dalam tas, dia merapihkan dirinya bersiap untuk pergi. ''Sejujurnya, aku sama sekali enggak nyalahin kalian berdua, karena kalian bener-bener serasi.''

Keanu bangkit berdiri saat melihat Eleena yang hendak pergi. ''Eleena! Kamu salah paham, aku sama Viona enggak ada hubungan apa pun!'' Keanu mencekal lengan Eleena.

Eleena mengibaskan nya, merasa jijik dengan sentuhan Keanu. ''Hah, enggak ada hubungan apa pun tapi udah berani satu kamar berdua, seberapa murah perempuan itu,'' cibir Eleena.

Wajah Keanu memerah mendengarnya. ''Jangan ngomong kaya gitu tentang Viona, dia perempuan baik-baik!''

Eleena tersenyum. ''Ya, dia memang perempuan baik. Sampe mau membantu memenuhi nafsu pacar Kakaknya sendiri.''

"ELEENA!" Keanu membentak, marah mendengar ucapan kotor itu keluar dari bibir Eleena.

"Terserah," jengah Eleena, tidak lagi bermaksud untuk melanjutkan pembicaraannya dengan Keanu.

Keanu menghela nafas dengan berat, menatap Eleena dengan frustasi. "Oke-oke, apa yang kamu mau? Asal jangan putus. Aku enggak mau putus sama kamu!"

"Keanu," panggil Eleena. "Udah aku bilang, kan. Kamu dan Viona bener-bener serasi. Sama-sama anak haram enggak tau diri!" Setelah itu Eleena keluar dari cafe meninggalkan Keanu yang menatapnya dengan tatapan murka.

Eleena tidak peduli, dia berjalan menjauh dari cafe tempatnya dan Keanu bertemu. Eleena beberapa kali menghela nafas, rasanya lega setelah melepaskan benalu itu dalam dirinya. Dia celingak-celinguk, ingin menghentikan taksi yang lewat. Namun sayangnya banyak taksi yang hanya melewati Eleena dan tidak berhenti karena sudah membawa penumpang.

Berdiri di pinggir jalan selama lebih dari sepuluh menit, Eleena mulai merasa tubuhnya beruap karena matahari yang begitu terik di atas sana. Dia mengigit bibirnya dengan tak sabar saat sebuah mobil Rolls-Royce tiba-tiba berhenti tepat di depan Eleena.

Mundur dua langkah, Eleena kebingungan ketika melihat Rolls-Royce itu. Seorang pria berjas keluar dari dalam mobil, Eleena ingat jika pria itu adalah sekretaris dari Abimanyu yang tiga hari lalu dia temui. Ya, tiga hari. Sudah toga hari berlalu namun Abimanyu belum menghubunginya.

"Nona Eleena," sapa Leon dengan sopan.

"Oh, halo." Eleena balas menyapa.

"Mari masuk, biar saya antarkan pulang!" ajak Leon.

"Ah, enggak usah. Saya bisa naik taksi, kok." Eleena menolak, menggelengkan kepalanya dengan tidak enak.

"Enggak pa-pa. Kebetulan arah tujuan saya juga sama dengan Nona Eleena."

Eleena ragu apakah dia harus menumpang atau tidak. Tapi menunggu taksi di luar seperti ini memang sulit, apalagi matahari yang sangat terik. Pada akhirnya, Eleena setuju dan masuk ke dalam mobil.

Eleena duduk di kursi belakang Rolls-Royce, sedangkan Leon duduk di kursi kemudi. Tatapan Eleena mengedar, menyadari betapa kayanya Abimanyu. Kekayaan keluarganya dengan Abimanyu ibaratkan warung madura dengan dan sebuah mall.

Eleena menghela nafas, ingin menyentuh mobil yang dia tumpangi, namun Eleena tidak berani karena takut mobil itu rusak atau lecet karena sentuhannya.

Di kursi kemudi, Leon beberapa keli mengintip Eleena dari kaca depan. Dia menghela nafas, rasanya Abimanyu seperti mempunyai mata di segala tempat yang berhubungan dengan Eleena hingga tahu jika wanita itu sedang berdiri di bawah terik matahari dan menyuruhnya untuk datang dan menjemput. Berpura-pura hanya lewat.

"Uh, Mas-eh, maksud saya Pak. Tiga hari ini, apa Pak Abi sangat sibuk?" tanya Eleena dengan ragu. Memecah keheningan yang mencekam.

"Pak Abimanyu sibuk setiap hari, tapi beliau sudah menjadwalkan hari untuk bertemu dengan anda."

Kepala Eleena mengangguk-angguk, pantas saja, CEO dari sebuah perusahaan besar, Abimanyu pasti sangat sibuk. Eleena menghela nafas saat mendapat jawaban.

***

Dua hari kemudian, Eleena menatap ponselnya yang hanya berisikan banyak panggilan dari nomor tidak dikenal. Dia menghela nafas berkali-kali saat panggilan yang di tunggunya tidak kunjung datang.

"Apa laki-laki itu bohong, yah?" gumam Eleena, bertanya pada dirinya sendiri. "Akh! Awas aja kalau bohong!" Eleena mulai meragukan Abi.

Dua hari lalu Eleena menjenguk neneknya dan tahu bahwa biaya operasi neneknya sudah di bayarkan dan operasi akan segera di lakukan. Eleena merasa sangat lega saat itu dan berpikir Abimanyu pasti akan segera mengabarinya.

Namun dua hari berlalu, tidak ada kabar apa pun dari pihak Abimanyu. Terakhir adalah ketika dia bertemu dengan Leon dan menumpang mobilnya untuk pulang.

Eleena menghela nafas lagi, entah kapan, dia tertidur begitu saja dan ketika terbangun, itu adalah karena ketukan bertubi-tubi di pintu kamarnya.

"Haish, siapa, sih?!" kesal Eleena.

Dengan mata sayu dia membuka pintu dan melihat ibu tirinya berdiri di sana.

"Cepet mandi dan dandan, ada tamu yang datang buat kamu!" ujar Jesica, memberitahu Eleena.

"Hah? Siapa?" tanya Eleena dengan bingung.

Jesica berdecih. "Cih, pura-pura enggak tau. Kamu pinter cari mangsa!" Setelah itu Jesica melenggang pergi dari hadapan Eleena.

Eleena mendengus, tetapi dia tetap pergi mandi dan berpakaian rapih sebelum akhirnya pergi ke ruang tamu, di mana Jesica, Dedi, Viona dan dua orang lagi duduk di sana. Kening Eleena berkerut, tidak tahu siapa tamu yang dimaksud Jesica.

"Eh, Sayang. Kamu udah selesai mandi?" Jesica tiba-tiba bangkit berdiri, langsung menghampiri Eleena dan memegang bahunya untuk berjalan bersama.

Eleena tidak peduli dengan sikap sok akrab wanita itu.

"Eleena, ayo duduk!" titah Dedi.

Ketika Eleena di bawa duduk di atas sofa, dia barulah melihat siapa 'tamu' yang datang untuk bertemu dengannya. Eleena menatap Abimanyu dengan kaget, jantungnya berdetak sangat cepat.

Abimanyu tersenyum ketika Eleena menatapnya. "Seperti yang sudah saya katakan tadi, saya di sini untuk meminang anak anda, Eleena."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status