Eleena mengeluarkan ponselnya dari saku, di bawah tatapan panas Sutri, dia memanggil nomor telepon Abimanyu. Setelah dua kali berdering, suara magnetis Abimanyu akhirnya terdengar di seberang telepon."Halo." Itu adalah suara dari Abimanyu."Halo, Mas. Aku-"Ponsel yang Eleena pegang tiba-tiba terbanting karena Sutri mengambilnya dan melemparnya ke tanah."Sialan!" Sutri mengutuk, mengambil sebuah gelas kosong dan hendak melemparkannya pada Akasha yang menatap pertengkaran mereka berdua dengan wajah takut. "Ke sini kamu anak sial!"Eleena marah, dia sangat marah dengan apa yang Sutri lakukan dan katakan pada Akasha. Mana ada pengasuh yang mengutuk anak majikannya sendiri. Eleena mengulurkan tangan, mengambil gelas dalam genggaman Sutri dan menjambak rambutnya hingga kepala Sutri mendongak ke atas. Dia tidak lupa menggerakkannya ke kiri dan ke kanan hingga Sutri menjerit-jerit kesakitan.Pertengkaran keduanya sangat heboh, Akasha yang menyusut ketakutan melihat ponsel Eleena yang masih
"Eleena mungkin sibuk, jadi dia enggak bisa datang." Jesica menenangkan suaminya dengan kata-kata lembut. Dedi mendengus, merasa bahwa Jesica terlalu memanjakan Eleena. "Sibuk apa sampai gak pulang setelah menikah?! Dia bahkan enggak bisa bujuk suaminya sendiri buat pulang dan berkunjung ke rumah orang tuanya! Itu karena kamu terlalu memanjakan Eleena!" Jesica tersenyum, menuntun suaminya untuk duduk di atas sofa. "Wajar kalau aku memanjakan Eleena, dia, kan, udah aku anggap anakku juga. Kamu jangan marah, Eleena sekarang, kan, sudah jadi istri Abimanyu. Kamu ayah mertuanya, mulai sekarang bahkan kalau kamu pergi ke Bahuwirya group, mereka pasti akan menyambut kamu dengan senang hati." Apa yang keluar dari mulut Jesica begitu manis hingga membuat Dedi percaya. "Huh!" Dedi mendengus lagi, tapi kali ini dia tidak dapat menahan senyuman di bibirnya. Ketika keduanya bercakap-cakap, Viona turun dari lantai atas. Wanita itu terli
"Sayang, kamu bukan anak idiot. Akasha itu anak yang paling pinter di dunia!" ucap Eleena ketika dia mendengar Akasha bertanya hal seperti itu.Eleena tidak tahu apakah itu karena perlakuan pengasuhnya yang selama ini menyiksa Akasha hingg Akasha tidak memiliki kepercayaan diri dan percaya pada hal-hal buruk yang orang lain katakan. Eleena tidak ingin Akasha seperti itu, anak sekecil Akasha yang seharusnya bangga dan sombong, apalagi dia adalah tuan muda dari keluarga Bahuwirya.Keduanya sedang berada di dalam ruang ganti salah satu toko yang mereka kunjungi."Tapi tadi-" Akasha menatap Eleena dengan keraguan di matanya."Akasha," panggil Eleena. "Enggak ada orang pinter yang manggil seseorang idiot. Nanti kalau ada orang yang manggil Akasha idiot, itu berarti dia sendiri yang idiot, ngerti?""Gitu, ya, Tante?"Eleena mengangguk, meyakinkan Akasha. Anak itu tersenyum, dua mata bulatnya bersinar dengan cerah. "Kalau gitu mereka ka
Wanita yang sedang menonton tv itu sontak menoleh ke belakang, menatap Abimanyu dengan tanda tanya di kepalanya. "Apa?"Abimanyu terdiam sejenak, dia berdiri tepat di belakang sofa yang Eleena duduki dan menjawab, "Saya harusnya pulang, enggak ninggalin kalian berdua di rumah gitu aja."Eleena mengangguk-anggukkan kepalanya. "Itu, tahu!""Maafin saya, El. Saya pikir kamu enggak akan merasa nyaman dengan keberadaan saya," ucap Abimanyu dengan pelan."Ini rumah Mas Abi, saya juga istri Mas Abi dan Mas Abi suami saya. Mana mungkin saya merasa enggak nyaman?" Kening Eleena bertaut, tidak mengerti mengapa Abimanyu berpikiran seperti itu.Eleena mendongak ke belakang, Abimanyu menatap mata wanita itu dengan intens dan kelembutan yang tidak dia sadari. Tatapan Abimanyu turun, mendarat pada bibir semerah ceri milik Eleena. Bibir itu tampak berarti, benar-benar terlihat seperti ceri, menggoda siapapun untuk mencicipinya.Tubuhnya tanpa sa
"Sutri di penjara, Abimanyu pasti sudah tau semuanya!" Seorang wanita berjalan bolak-balik sambil mengigit kukunya dengan cemas."Jangan khawatir, kita cuma nyuruh wanita itu untuk membuat Akasha tumbuh menjadi orang yang tidak berguna, kita tidak menyuruhnya untuk menyiksa anak itu." Pria yang berada dalam satu ruangan dengan wanita itu menenangkan."Tetep aja! Gimana kalau Abimanyu mau menyelidiki kasus itu lebih dalam lagi? Kita yang nyuruh Sutri buat pura-pura jadi pengasuh Akasha, kita juga pasti bakalan kena!" Wanita itu berkata dengan tidak sabar."Kesia, panik, pun, enggak akan ada guna nya. Yang harus kita pikirkan sekarang adalah bagaimana caranya agar Sutri tidak mengatakan apa pun soal kita pada Abimanyu.""Ini semua gara-gara perempuan itu, istri yang baru dinikahi Abimanyu." Kesia mengepalkan telapak tangannya, kebencian di hatinya membuncah.Pria yang duduk di atas sofa itu menghela nafas, dia juga cemas saat ini. Khawatir
"Nenek anda sempat bangun tadi, tapi sekarang dia tertidur setelah makan dan meminum obatnya," ujar seorang perawat pada Eleena yang sedang duduk di samping ranjang neneknya.Eleena mengangguk, mendengarkan dengan cermat apa saja yang dilakukan neneknya di saat dia terbangun. Akasha duduk di sampingnya, menatap wanita tua yang tampak asing bagi dia."Nenek kenapa, Tante?" tanya Akasha dengan wajah kebingungan."Nenek sakit, jadi kita harus sering jenguk nanti, oke?"Akasha mengangguk sambil tersenyum.Tidak lama untuk Eleena berada di sana. Dia berpesan pada perawat untuk memperlakukan neneknya dengan baik, lalu setelah itu pergi dengan Akasha di pelukannya. Ada sopir yang menunggu, Eleena menghubungi sopirnya, menyuruh nya untuk keluar dari tempat parkir.Eleena dan Akasha berdiri di trotoar jalan, tatapan matanya jatuh pasa toko seberang, di mana deretan kue-kue kecil dan cantik tampak terpajang di etalase toko. Eleena tiba-tib
Eleena dan Akasha sedang menonton tayangan televisi ketika melihat Abimanyu yang pulang dari perusahaan sedang berdiri di belakang mereka. Kaget, Eleena tidak menyangka jika Abimanyu akan pulang sangat awal hari ini."Mas Abi bukannya akan pulang sore?" tanya Eleena, menatap pria yang berstatus suaminya dengan bingung.Abimanyu berdehem, menjawab senormal mungkin. "Hari ini pekerjaan saya selesai lebih awal, jadi saya langsung pulang."Jika Leon mendengar apa yang Abimanyu katakan, sekretarisnya itu mungkin akan pingsan. Apanya yang selesai? Pekerjaan yang menggunung bahkan mungkin mengharuskan Abimanyu untuk lembur di malam hari.Mengangguk, Eleena mengambil alih jas yang Abimanyu kenakan. "Mas Abi sudah makan siang?" tanya Eleena."Belum, saya berencana membawa kalian makan di luar," jawab Abimanyu."Tapi saya dan Akasha sudah makan, Mas." Eleena berkata dengan tidak enak hati."Tidak apa-apa kalau begitu." Abimanyu tersenyum."Saya masakin aja, ya? Mas Abi mau makan apa?" tanya Ele
"ABIMANYU! ABIMANYU!"Suara teriakan histeris datang dari luar rumah. Eleena mengerutkan keningnya, merasa bingung dengan apa yang terjadi di luar rumahnya. Dia yang sedang membuat kue bersama Akasha lantas meletakan alat-alat pembuat kue yang dia pegang, tanpa melepas celemek di tubuhnya, Eleena keluar untuk melihat apa yang terjadi."Akasha tunggu di sini, ya!" ucap Eleena sebelum pergi.Eleena mengelap tangannya pada celemek sambil bergegas membuka pintu. Ketika pintu dibuka, hal pertama yang dia lihat adalah kerumunan beberapa orang yang sedang menenangkan satu wanita setengah baya yang berteriak-teriak marah sambil memaki."KAMU-! INI SEMUA GARA-GARA KAMU! DASAR KAMU PEREMPUAN ULAR! IBLIS!"Kening Eleena berkerut, dia ingat wanita di depannya. Itu adalah kakak ipar ke dua Abimanyu, istri dari Abram. Eleena menatap kerumunan orang dengan kebingungan yang jelas di wajahnya, tidak mengerti mengapa kakak iparnya itu datang dan berteriak-
"Mas Abi belum tidur?" tanya Eleena ketika dia yang sudah tertidur, terbangun di tengah malam.Melihat sang suami yang sedang duduk sambil bersandar pada kepala ranjang sambil sibuk dengan sesuatu di laptopnya. Wanita itu mengusap matanya dengan pelan."Ada beberapa pekerjaan yang belum selesai, kamu lanjut tidur lagi!" titah Abimanyu."Lengan Mas luka, apa enggak sakit ngetik kaya gitu?" Eleena enggan melihat suaminya bekerja di tengah malam.Tersenyum, satu lengan Abimanyu yang tidak terluka terulur, mengelus kening Eleena dengan lembut. "Enggak terlalu sakit, ini pekerjaan yang harus diselesaikan sekarang."Eleena menghela nafas, merasa bahwa bos di sebuah perusahaan sangat sulit. Di novel dan film yang Eleena tahu, bos-bos biasanya bisa cuti dan melakukan semua hal sesuka mereka, tidak sesibuk Abimanyu.***"Abimanyu ada di Singapura untuk dua minggu, kamu tahu?" Abram berbicara dengan seseorang di seberang telepon.
Eleena terkejut mendengar panggilan yang Akasha tunjukan untuknya. Matanya menatap anak yang juga menatapnya dengan tatapan polos dan malu. Sudut bibir Eleena tertarik ke atas, membentuk sebuah senyum lembut. Eleena mengulurkan lengannya pada Akasha, memberi isyarat agar Akasha mendekati dia."Akasha mah eskrim rasa apa?" tanya Eleena dengan lembut. Satu tangannya mengelus pipi anak itu."Esklim coklat, Mah," jawab Akasha, masih malu-malu ketika dia menyebut Eleena dengan panggilan Mamah."Okey, ayo kita beli es krim coklat!" Eleena lalu memesan pada si penjual.Di sepanjang perjalanan, Akasha terus tersenyum, mata bulatnya menyipit, membentuk bulan sabit. Anak itu menggenggam tangan Eleena, berjalan sambil bersenandung sebuah lagi yang Eleena tidak mengerti apa yang Akasha nyanyikan.***"Mamah! Mamah! Mamah! Mamah!"Kembali ke hotel, Abimanyu tertegun mendengar suara seruan Akasha yang memanggil 'mamah' entah pada siap
Puas menatap, Celine mengalihkan tatapannya lada sang suami. "Lagi ngapain?" Dia tidak menjawab pertanyaan Hendra tadi dan malah mengajukan pertanyaan lain."Liat ikan. Bukannya kemarin kamu bilang pengen makan ikan?" Hendra menunjuk pada bak yang tadi dia lihat, di dalamnya banyak ikan dengan ukuran besar dan kecil berenang mengitari bak.Celine juga melihatnya, lalu mengangguk. "Kalau gitu beli!"Pak RT dan bu RT masuk ke dalam rumah mengambil kantung plastik untuk wadah ikan yang akan Hendra bawa. Hani diam-diam menatap Hendra dan Celine bergantian."A Hendra, besok bisa, kan?" Gadis itu bertanya dengan nada yang sangat lembut.Celine menatap Hendra, ingin bertanya apa yang dibicarakan oleh gadis bernama Hani itu. Dia dengan sebal mencubit pinggang suaminya, membuat Hendra mendesis kesakitan."Enggak bisa, Neng. Kalau mau ke pasar mendingan kamu bareng sama mobil sayur aja," Hendra menjawab sesuai keinginan Celine, lalu untuk
Eleena tiba-tiba bangkit dari duduknya, dia berjalan ke arah walk in closet, membungkuk untuk membuka bagian paling bawah dari lemari kayu, mengambil sebuah koper dari dalam sana. Eleena membuka lemari pakaiannya, memilih beberapa dan memasukannya ke dalam koper.Abimanyu menatap istrinya dengan heran. "Kenapa kamu masukin baju ke dalam koper?" tanya Abimanyu dengan heran."Aku mau ke Singapura," jawab Eleena sambil terus memilah pakaiannya."Hah?" Abimanyu menatap Eleena dengan tatapan tidak mengerti."Aku mau ikut Mas ke Singapura, kenapa? Memangnya enggak boleh?"Pria itu mendadak terdiam, tidak menyangka Eleena akan meminta untuk ikut. Abimanyu benar-benar dibuat kehilangan kata-kata oleh istrinya. "Kamu mau ikut?""Enggak boleh?" Eleena menatap sang suami dengan tatapan curiga. "Mas beneran ada perjalanan bisnis, kan? Bukan jenguk istri ke dua?""El, aku beneran ada perlu di sana." Abimanyu menghela nafas atas tuduh
"MAS!" Jesica berteriak pada Dedi yang sedang duduk bersantai di sofa sambil menonton tayangan televisi begitu dia memasuki pintu rumahnya.Dedi mendongak, melihat anak dan istrinya yang kembali dnegan raut wajah kesal. "Ada apa?" tanya Dedi."Kamu harus kasih Eleena pelajaran!" Jesica duduk di samping Dedi, mengeluh pada sang suami.Viona juga melakukan hal yang sama, dia duduk di samping ayahnya. "Aku di dorong sampe jatuh sama Eleena, Pah! Tapi dia malah maki-maki aku sama Mamah!"Dedi menegakkan punggungnya ketika mendengar hal itu. "Kenapa Eleena mendorong kamu?" tanya Dedi dengan alis berkerut."Bukan itu intinya, Mas!" Tegur Jesica dengan kesal. "Eleena itu semakin menjadi-jadi sekarang! Dia sama sekali enggak mengormati aku sebagai ibunya. Bahkan dia udah berani main tangan sama Viona.""Kalian tenang dulu, cerita apa yang terjadi sebenarnya!"Jesica jelas semakin kesal mendengar pertanyaan Dedi. Dia merasa Dedi
Kehidupan rumah tangganya bersama dengan Abimanyu sangat damai akhir-akhir ini hingga Eleena hampir lupa jika masih ada Viona dan Jesica yang tidak akan rela melihatnya hidup dengan tenang.Hari itu, Eleena mengajak Akasha untuk keluar jalan-jalan, belum sempat dia keduanya bahagia, Eleena melihat Jesica dan Viona yang sedang berdiri di depan gerbang rumahnya dengan raut wajah kesal karena satpam tidak mengizinkannya masuk."Eleena!" teriak Jesica ketika melihat Eleena yang keluar dari rumah.Kening Eleena berkerut tidak suka melihat ibu dan anak itu berada di depan rumahnya. Pada akhirnya dia tidak berbalik pergi, akan tetap tetap berjalan keluar dari gerbang rumah. Saat Eleena menyuruh satpam membuka gerbang, Viona dan Jesica senang karena berpikir jika Eleena menuruti mereka. Tetapi saat keduanya hendak melangkah masuk, Eleena menutup kembali gerbang."Mau ke mana?" tanya Eleena yang sudah berada di luar sambil menuntun Akasha."Eleena
"Ini dia, makan malam spesial untuk anak ganteng kita, Akasha!" Eleena membawa sebuah piring besar berisikan satu ekor ayam goreng utuh, dia meletakkannya di atas meja makan.Akasha, anak yang di sebutkan bertepuk tangan dengan gembira. Melihat ayam goreng di atas meja, anak itu menatapnya dengan tatapan serakah.Eleena tersenyum, lalu kembali berkata, "Karena ini spesial, jadi yang pertama dapat bagian adalah Akasha!" Eleena dengan hati-hati hendak merobek bagian paha atas ayam itu, namun dia tidak menyangka jika ayam di atas piring masih sangat panas. Eleena kembali menarik tangannya."Masih panas, jangan pegang!" Abimanyu tiba-tiba angkat bicara, dia membungkukkan tubuh, merobek bagian paha atas ayam tanpa merasa kepanasan sekalipun. Lalu paha ayam sebesar lengan bayi itu di letakan di atas piring milik Akasha.Melihat apa yang Abimanyu lakukan, dia tidak menyangka jika Abimanyu akan membantunya. Hati Eleena menghangat, dia tersenyum lembut. "M
Abimanyu tanpa basa-basi langsung menggendong Akasha, membawanya masuk ke dalam gedung perusahaan. Leon yang berada di belakang bosnya langsung mengambil botol dot yang terjatuh ke dalam kolam, lalu setelah itu dia mengikuti Abimanyu.Di bawah tatapan para karyawan yang lelah berlarian mencari anak bos mereka, mereka berpura-pura tidak melihat ketika Abimanyu memancarkan aura yang begitu menakutkan. Wajahnya tampak datar tanpa ekspresi, Akasha di pelukannya mengamuk, meminta untuk diturunkan."Huhuhu, pulang! Pulang! Akasha mau pulang!" Anak itu merengek, mencoba melepaskan diri dari sang ayah.Abimanyu tidak menanggapi, dia terus berjalan tanpa menghiraukan tangisan putranya."Tante! Akasha mau ke tante! Huaaa." Terisak-isak, Akasha yang menangis penuh dengan air mata dan ingus."AKASHA!" bentak Abimanyu lagi, kepalanya pusing mendengar tangisan putranya.Dia tidak bisa membayangkan jika menjadi Eleena yang bersama dengan Akasha
Para karyawan perusahaan Bahuwirya group tercengang ketika melihat bos mereka, Abimanyu Cakra Bahuwirya, membawa seorang anak laki-laki di pelukannya. Bukan karena mereka tidak tahu jika Abimanyu sudan memiliki seorang putra, mereka tercengang karena itu adalah kali pertama Abimanyu membawanya, terakhir kali mereka melihat putra Abimanyu di bawa ke perusahaan adalah ketika ibu bos mereka datang. Kaki jenjang Abimanyu berjalan dengan langkah lebar di ikuti oleh sekretarisnya, Leon. Satu lengan Abimanyu dia gunakan untuk menggendong Akasha, sedangkan lengan lainnya sedang membawa tas gendong bergambar robot yang berisikan segala kebutuhan Akasha. Akasha tampak berbaring dengan raut wajah sedih di bahu ayahnya, dia sedih karena harus ikut dengan sang ayah padahal Akasha ingin di rumah bersama Eleena. "Sumpah, ganteng banget pak Abi!" "Sugar daddy banget vibes nya!" "Ahh!! Andai gue yang jadi istri pak Abimanyu!"