"Eleena mungkin sibuk, jadi dia enggak bisa datang." Jesica menenangkan suaminya dengan kata-kata lembut. Dedi mendengus, merasa bahwa Jesica terlalu memanjakan Eleena. "Sibuk apa sampai gak pulang setelah menikah?! Dia bahkan enggak bisa bujuk suaminya sendiri buat pulang dan berkunjung ke rumah orang tuanya! Itu karena kamu terlalu memanjakan Eleena!" Jesica tersenyum, menuntun suaminya untuk duduk di atas sofa. "Wajar kalau aku memanjakan Eleena, dia, kan, udah aku anggap anakku juga. Kamu jangan marah, Eleena sekarang, kan, sudah jadi istri Abimanyu. Kamu ayah mertuanya, mulai sekarang bahkan kalau kamu pergi ke Bahuwirya group, mereka pasti akan menyambut kamu dengan senang hati." Apa yang keluar dari mulut Jesica begitu manis hingga membuat Dedi percaya. "Huh!" Dedi mendengus lagi, tapi kali ini dia tidak dapat menahan senyuman di bibirnya. Ketika keduanya bercakap-cakap, Viona turun dari lantai atas. Wanita itu terli
"Sayang, kamu bukan anak idiot. Akasha itu anak yang paling pinter di dunia!" ucap Eleena ketika dia mendengar Akasha bertanya hal seperti itu.Eleena tidak tahu apakah itu karena perlakuan pengasuhnya yang selama ini menyiksa Akasha hingg Akasha tidak memiliki kepercayaan diri dan percaya pada hal-hal buruk yang orang lain katakan. Eleena tidak ingin Akasha seperti itu, anak sekecil Akasha yang seharusnya bangga dan sombong, apalagi dia adalah tuan muda dari keluarga Bahuwirya.Keduanya sedang berada di dalam ruang ganti salah satu toko yang mereka kunjungi."Tapi tadi-" Akasha menatap Eleena dengan keraguan di matanya."Akasha," panggil Eleena. "Enggak ada orang pinter yang manggil seseorang idiot. Nanti kalau ada orang yang manggil Akasha idiot, itu berarti dia sendiri yang idiot, ngerti?""Gitu, ya, Tante?"Eleena mengangguk, meyakinkan Akasha. Anak itu tersenyum, dua mata bulatnya bersinar dengan cerah. "Kalau gitu mereka ka
Wanita yang sedang menonton tv itu sontak menoleh ke belakang, menatap Abimanyu dengan tanda tanya di kepalanya. "Apa?"Abimanyu terdiam sejenak, dia berdiri tepat di belakang sofa yang Eleena duduki dan menjawab, "Saya harusnya pulang, enggak ninggalin kalian berdua di rumah gitu aja."Eleena mengangguk-anggukkan kepalanya. "Itu, tahu!""Maafin saya, El. Saya pikir kamu enggak akan merasa nyaman dengan keberadaan saya," ucap Abimanyu dengan pelan."Ini rumah Mas Abi, saya juga istri Mas Abi dan Mas Abi suami saya. Mana mungkin saya merasa enggak nyaman?" Kening Eleena bertaut, tidak mengerti mengapa Abimanyu berpikiran seperti itu.Eleena mendongak ke belakang, Abimanyu menatap mata wanita itu dengan intens dan kelembutan yang tidak dia sadari. Tatapan Abimanyu turun, mendarat pada bibir semerah ceri milik Eleena. Bibir itu tampak berarti, benar-benar terlihat seperti ceri, menggoda siapapun untuk mencicipinya.Tubuhnya tanpa sa
"Sutri di penjara, Abimanyu pasti sudah tau semuanya!" Seorang wanita berjalan bolak-balik sambil mengigit kukunya dengan cemas."Jangan khawatir, kita cuma nyuruh wanita itu untuk membuat Akasha tumbuh menjadi orang yang tidak berguna, kita tidak menyuruhnya untuk menyiksa anak itu." Pria yang berada dalam satu ruangan dengan wanita itu menenangkan."Tetep aja! Gimana kalau Abimanyu mau menyelidiki kasus itu lebih dalam lagi? Kita yang nyuruh Sutri buat pura-pura jadi pengasuh Akasha, kita juga pasti bakalan kena!" Wanita itu berkata dengan tidak sabar."Kesia, panik, pun, enggak akan ada guna nya. Yang harus kita pikirkan sekarang adalah bagaimana caranya agar Sutri tidak mengatakan apa pun soal kita pada Abimanyu.""Ini semua gara-gara perempuan itu, istri yang baru dinikahi Abimanyu." Kesia mengepalkan telapak tangannya, kebencian di hatinya membuncah.Pria yang duduk di atas sofa itu menghela nafas, dia juga cemas saat ini. Khawatir
"Nenek anda sempat bangun tadi, tapi sekarang dia tertidur setelah makan dan meminum obatnya," ujar seorang perawat pada Eleena yang sedang duduk di samping ranjang neneknya.Eleena mengangguk, mendengarkan dengan cermat apa saja yang dilakukan neneknya di saat dia terbangun. Akasha duduk di sampingnya, menatap wanita tua yang tampak asing bagi dia."Nenek kenapa, Tante?" tanya Akasha dengan wajah kebingungan."Nenek sakit, jadi kita harus sering jenguk nanti, oke?"Akasha mengangguk sambil tersenyum.Tidak lama untuk Eleena berada di sana. Dia berpesan pada perawat untuk memperlakukan neneknya dengan baik, lalu setelah itu pergi dengan Akasha di pelukannya. Ada sopir yang menunggu, Eleena menghubungi sopirnya, menyuruh nya untuk keluar dari tempat parkir.Eleena dan Akasha berdiri di trotoar jalan, tatapan matanya jatuh pasa toko seberang, di mana deretan kue-kue kecil dan cantik tampak terpajang di etalase toko. Eleena tiba-tib
Eleena dan Akasha sedang menonton tayangan televisi ketika melihat Abimanyu yang pulang dari perusahaan sedang berdiri di belakang mereka. Kaget, Eleena tidak menyangka jika Abimanyu akan pulang sangat awal hari ini."Mas Abi bukannya akan pulang sore?" tanya Eleena, menatap pria yang berstatus suaminya dengan bingung.Abimanyu berdehem, menjawab senormal mungkin. "Hari ini pekerjaan saya selesai lebih awal, jadi saya langsung pulang."Jika Leon mendengar apa yang Abimanyu katakan, sekretarisnya itu mungkin akan pingsan. Apanya yang selesai? Pekerjaan yang menggunung bahkan mungkin mengharuskan Abimanyu untuk lembur di malam hari.Mengangguk, Eleena mengambil alih jas yang Abimanyu kenakan. "Mas Abi sudah makan siang?" tanya Eleena."Belum, saya berencana membawa kalian makan di luar," jawab Abimanyu."Tapi saya dan Akasha sudah makan, Mas." Eleena berkata dengan tidak enak hati."Tidak apa-apa kalau begitu." Abimanyu tersenyum."Saya masakin aja, ya? Mas Abi mau makan apa?" tanya Ele
"ABIMANYU! ABIMANYU!"Suara teriakan histeris datang dari luar rumah. Eleena mengerutkan keningnya, merasa bingung dengan apa yang terjadi di luar rumahnya. Dia yang sedang membuat kue bersama Akasha lantas meletakan alat-alat pembuat kue yang dia pegang, tanpa melepas celemek di tubuhnya, Eleena keluar untuk melihat apa yang terjadi."Akasha tunggu di sini, ya!" ucap Eleena sebelum pergi.Eleena mengelap tangannya pada celemek sambil bergegas membuka pintu. Ketika pintu dibuka, hal pertama yang dia lihat adalah kerumunan beberapa orang yang sedang menenangkan satu wanita setengah baya yang berteriak-teriak marah sambil memaki."KAMU-! INI SEMUA GARA-GARA KAMU! DASAR KAMU PEREMPUAN ULAR! IBLIS!"Kening Eleena berkerut, dia ingat wanita di depannya. Itu adalah kakak ipar ke dua Abimanyu, istri dari Abram. Eleena menatap kerumunan orang dengan kebingungan yang jelas di wajahnya, tidak mengerti mengapa kakak iparnya itu datang dan berteriak-
"Maaf, Pak. Tuan Abram yang memaksa dan menerobos masuk ke ruangan anda." Leon menjelaskan pada Abimanyu.Dada Abram terengah-engah, matanya memerah, tampak jelas bahwa dia sangat marah. Abimanyu mengangguk pada Leon, kemudian Leon mengerti dan keluar dari ruangan bosnya."Bajingan kamu Abimanyu!" Abram menunjuk Abimanyu dengan jarinya. "Apa yang terjadi pada Celine pasti ulah kamu!"Tatapan Abimanyu lurus menatap Abram, sama sekali tidak ada senyum di bibirnya. "Kak Abram seharunya berkata dengan lebih jelas supaya saya mengerti.""Celine itu keponakan kamu Abram, Kakak tidak menyangka kamu akan melakukan hal seperti itu pada keponakan kamu sendiri!" Telapak tangan Abram terkepal, kebencian terpancar jelas dalam nada bicaranya."Sudah saya bilang jika saya tidak mengerti apa yang Kak Abram katakan. Apa yang saya lakukan?" Abimanyu mengangkat satu alisnya, menatap Abram dengan tatapan menantang.Dada Abram sesak karena rasa marah