Tiffany seperti murid yang tidak memahami penjelasan guru sehingga melontarkan pertanyaan yang bertubi-tubi. Gadis ini selalu bersikap serius sekaligus keras kepala. Tentunya, dia juga punya sisi yang menggemaskan.Nizar menyeka keringat dinginnya di dahi, lalu memelototi Kepala Panti dan Tiana. "Cepat kemari!"Tiana sudah ketakutan hingga kesulitan bergerak setelah mendengar ucapan Kepala Panti. Kepala Panti pun menyeretnya dengan sekuat tenaga."Pak Sean ...." Tiana sontak berlutut. "Aku nggak tahu kamu suami Tiffany, makanya aku .... Tapi, aku nggak bermaksud jahat padanya. Mesin cuci memang rusak, jadi ...."Sebelum Tiana selesai berbicara, seseorang yang mengenakan baju biru tua tiba-tiba masuk ke ruang cuci. Pemuda itu mendekati mesin cuci, lalu menyalakannya.Di bawah tatapan terkejut semua orang, mesin cuci itu bekerja dengan baik. Chaplin mencebik dan berkata dengan kesal, "Dia bohong!"Tiana yang berlutut tampak gemetaran. Tiffany memelotot. Bukannya mesin cuci rusak? Kalau t
Tiana mendongak dengan heran, mengira ada yang salah dengan pendengarannya. Chaplin pun mengangkatnya dengan mudah, lalu melayangkan tamparan hingga membuatnya terhempas.Tiana merasa pusing. Dia mengangkat kepalanya dengan bingung, lalu memekik, "Pak, aku jelas-jelas melakukan semua itu demi kebaikanmu!""Demi kebaikanku?" Sean terkekeh-kekeh, lalu memeluk Tiffany dengan lembut. "Kamu memfitnah istriku di hadapanku. Ini demi kebaikanku?"Ketika melihat wanita yang berbicara omong kosong tadi, kini berlutut dan diberi pelajaran, Tiffany merasa senang. Namun, saat berikutnya dia merasa kasihan pada Tiana.Tiffany menoleh dan ingin memohon belas kasihan kepada Sean. Namun, dia teringat pada insiden di Rooftop Garden. Dia sudah menolong Vernon, tetapi malah dibalas dengan kejahatan .Jadi, Tiffany menggigit bibir. Meskipun merasa hukuman yang diberikan Sean agak kejam, dia tidak memohon belas kasihan untuk Tiana. Lagi pula, semua ini salah Tiana sendiri.Tiana berusaha menghindar dari tam
Sementara itu, Chaplin sudah menampar Tiana untuk kedua kalinya dengan kuat. Alhasil, wajah Tiana pun membengkak.Tiana terus meminta ampun sambil menangis. Namun, dia menegaskan Tiffany dan Garry punya hubungan spesial.Saat Chaplin menampar Tiana keempat kalinya, akhirnya Tiana pingsan. Nizar menghampiri Sean dengan hati-hati dan bertanya, "Pak Sean ... apa perlu siram dia dengan air dingin supaya bangun?"Sean tersenyum sembari menyahut, "Pak Nizar sangat kejam terhadap karyawan sendiri."Sean melihat Tiffany yang ada di pelukannya, lalu bertanya, "Menurutmu?"Tiffany menatap Garry. Walaupun tidak terlalu mengagumi Garry seperti dulu lagi, Tiffany tetap merasa tidak tega saat melihat Garry begitu terpuruk.Begitu mendengar suara Sean, Tiffany yang memperhatikan Garry seraya termenung baru tersadar. Dia bertanya, "Sayang, ada apa?"Garry merasa sakit hati saat mendengar panggilan Tiffany kepada Sean. Namun, Sean malah tersenyum sinis setelah mendengar ucapan istrinya. Tiffany memang
Membicarakan rahasia? Tiffany menggeleng dan berseru, "Kami bukan membicarakan rahasia! Aku hanya menyemangatinya agar dia tetap percaya diri!"Bagaimanapun, Garry adalah orang pintar yang langka dari desa mereka. Seharusnya dia tidak begitu terpuruk.Sean memainkan rambut Tiffany seraya bertanya, "Kamu berharap dia percaya diri dalam hal apa?"Tiffany melirik gerakan tangan Sean yang santai saat memainkan rambutnya. Dia berpikir sejenak, lalu berbaring di kaki Sean. Dengan begitu, Sean lebih mudah menyentuh rambutnya.Sean tidak bisa melihat. Jadi, sudah seharusnya Tiffany memikirkan perasaan Sean. Tindakan Tiffany yang berani membuat sikap Sean melunak. Nada bicara Sean juga tidak terlalu dingin lagi saat bertanya, "Apa yang kamu bilang padanya?"Saat teringat ucapannya kepada Garry tadi, wajah Tiffany memerah. Dia menyahut, "Aku bilang ... meskipun nggak bisa menandingi suamiku, dia tetap hebat."Kekesalan Sean menghilang ketika melihat tatapan Tiffany yang polos. Sean lanjut memain
Tiffany langsung tersipu malu. Dia mengerucutkan bibirnya dan bergumam, "Dia itu suamiku. Kalau nggak memanggilnya begitu, aku harus panggil dia apa ....""Lagi pula, kami suami istri. Nggak salah kalau aku menyukainya ...," tambah Tiffany dengan suara yang makin kecil.Julie tidak mendengar kalimat terakhirnya. Sebab, waktu dia menoleh ke Tiffany, nampan di tangannya tanpa sengaja membentur seseorang.Julie meminta maaf, tetapi gadis di depannya diam saja. Begitu mendongak, dia baru menyadari bahwa orang yang ditabraknya adalah Leslie.Leslie adalah gadis yang pernah menghina Tiffany sebagai wanita simpanan di gerbang kampus dan berakhir ditampar ayahnya sendiri. Bagian depan gaun mahal yang dikenakan Leslie hari ini sudah dinodai sup dari nampan Julie.Julie menaruh nampannya, lalu mengambil tisu untuk mengelap gaun Leslie. Namun, Leslie langsung mencibir dan menampar Julie. Plak! Suara tamparan yang kuat bergema di seluruh kantin.Tiffany yang sedang membuang sisa makanannya refleks
Tiffany memicingkan mata dan mengepalkan kedua tangannya erat-erat.Julie berkata dengan kesal, "Leslie, akulah yang menabrakmu. Kenapa malah Tiffany yang jadi sasaranmu?""Suka-suka aku, dong. Siapa yang butuh alasan?" balas Leslie.Mata Leslie berkilat dingin. Dia melanjutkan, "Lagi pula, aku belum buat perhitungan sama Tiffany untuk kejadian hari itu!"Tiffany mengatupkan bibirnya. Dialah yang jadi korban dari kejadian tempo hari. Leslie mengunggah gosip tentangnya di forum dan sengaja mengajaknya ribut. Sekarang Leslie masih bilang mau buat perhitungan dengannya?"Leslie, aku nggak ingin bertengkar denganmu. Kita selesaikan masalah ini baik-baik," ucap Tiffany sambil menahan kesal.Julie langsung menarik Tiffany pergi dan berkata, "Dia sudah menamparku, apa lagi yang perlu diselesaikan? Kami sudah impas! Kamu malah berniat mengganti gaunnya. Bisa-bisa dia minta jumlah fantastis ....""Mau ke mana kalian?"Leslie dan teman-temannya mengadang jalan Tiffany dan Julie."Tiffany, bukann
"Hanya saja, orang yang dipukulnya menelepon polisi. Jadi, kamu harus pergi menjemputnya di kantor polisi," ucap Sean lagi.Charles memutar bola matanya dan berkata, "Kenapa aku yang harus pergi?""Aku seorang difabel, nggak leluasa ke sana. Lagi pula, sebentar lagi orang dari kantor di Elupa akan mengirimkanku laporan tahunan. Aku nggak sempat pergi," sahut Sean dengan tenang.Laporan tahunan? Tangan Charles yang menggenggam ponsel sedikit membeku. Dia menunduk dan refleks melirik kalender. Benar saja, waktu untuk meninjau laporan tahunan sudah tiba lagi."Oke, aku pergi," ucap Charles sambil menghela napas.Lagi pula, Charles hanya diminta menjemput Tiffany. Selain mewawancarai dokter di lantai bawah, dia juga sudah tidak ada pekerjaan hari ini.Setelah telepon ditutup, Charles kembali ke klinik dan melanjutkan wawancara sebentar dengan Garry. Setelah menetapkan tugas dan gajinya, dia mempersilakan Garry pergi.Pukul 2 siang, Charles mengemudi ke kantor polisi. Saat orang-orang di ka
Tiffany menolak untuk meminta maaf pada Leslie. Charles berusaha membujuk Tiffany. Akhirnya, Tiffany setuju untuk mengunjungi Leslie. Mengenai minta maaf, Charlie yang akan menyampaikannya.Charles menarik lengan baju Tiffany saat baru tiba di depan pintu kantor tempat Leslie dikurung. Terdengar suara teriakan heboh wanita paruh baya dari dalam. Katanya, "Astaga! Leslie, wajahmu!""Biar Ibu lihat. Kamu digigit orang? Siapa orang nggak tahu diri yang berani memukulmu sampai seperti ini?" tanya ibu Leslie.Leslie menangis di dalam pelukan ibunya sembari menyahut, "Ibu ... Ibu harus balas dendam untukku ...."Terakhir kali, Leslie diberi pelajaran oleh Taufik saat mengejek Tiffany. Jadi, kali ini Leslie tidak berani memberi tahu ayahnya bahwa dirinya terluka. Dia hanya bisa meminta ibunya, Revina, untuk kemari.Charles berdiri di depan pintu. Kepalanya berdenyut. Pada situasi ini, meskipun dia membawa Tiffany untuk minta maaf, tidak ada yang akan terselesaikan. Namun, polisi tidak akan m