Share

Bab 71

Author: Clarissa
Sinar matahari menyinari masuk. Tiffany yang tidur di ranjang membalikkan tubuhnya dan menggunakan tangan menghalangi sinar matahari.

Kesadaran mulai kembali. Tiffany membuka matanya dan mengernyit. Pikirannya membeku untuk sesaat. Kemudian, sekujur tubuhnya terasa sangat pegal.

Semalam .... Wajah Tiffany memerah. Dia buru-buru mandi dan turun. Di bawah sana, Sean yang menutup matanya dengan sutra hitam, tampak duduk di sofa dengan tenang. Sofyan duduk di sampingnya sambil membacakan berita.

Ketika mendengar suara langkah kaki Tiffany, Sean bertanya dengan suara rendah, "Sudah bangun?"

Wajah Tiffany tersipu. Dia mengiakan, lalu segera berlari ke dapur.

"Nyonya sudah bangun?" Rika menyajikan sarapan. Dia menatap Tiffany sambil tersenyum. "Sarapan sudah siap. Tunggu saja di meja makan."

Tiffany merasa tidak enak hati. Dia berkata, "Seharusnya aku yang masak sarapan."

Semua ini salah Julie! Julie bilang tidak masalah kalau mengonsumsi obat itu sedikit! Hasilnya, Sean malah mengganggunya s
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Fenty Izzi
so sweet...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 72

    Sean yang duduk di kursi roda pun menatap punggung Tiffany. Tangannya tanpa sadar memegang pipinya yang dicium oleh Tiffany tadi. Dia bergumam, "Dasar bodoh."Setelah terdengar suara Genta di luar, Sofyan mendekati Sean dengan hati-hati dan bertanya, "Tuan, apa aku perlu menyiapkan obat untuk Nyonya?""Obat apa?" Sean mengangkat alisnya.Sofyan memperingatkan, "Nyonya masih muda, sedangkan kamu belum waktunya punya keturunan."Ketika menyadari aura Sean makin dingin, Sofyan mengecilkan suaranya. "Selain itu, kalau Nyonya hamil, bukankah berarti semua sesuai dengan rencana Tuan Darmawan?""Menurutmu, kalau gadis bodoh itu hamil, apa dia bakal makin bodoh?" tanya Sean tiba-tiba.Sofyan terdiam sesaat sebelum berujar, "Baik, Tuan. Aku sudah ngerti."Usai berbicara, Sofyan mengembuskan napas panjang. Sepertinya Tiffany adalah obat terbaik untuk majikannya....."Tiff, gimana semalam?" Setelah pelajaran berakhir, Julie menghampiri dan mengedipkan matanya dengan nakal. "Suamimu pasti sangat

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 73

    Setelah mengatakan ini, Garry merasa dirinya sangat konyol. Ketika Tiana meneleponnya, Garry khawatir sesuatu terjadi pada Tiffany. Dia menelepon Tiffany, bahkan mencarinya di kampus.Setelah menemukan Tiffany, Garry malah mendengar gadis ini bercerita tentang hubungan ranjang dengan wajah tersipu."Eee ...." Tiffany menepuk dahinya dengan gusar. "Aku lupa tentang pekerjaan paruh waktuku!"Usai berbicara, Tiffany menyingkirkan lengan Julie yang diletakkan di atas bahunya, lalu hendak pergi bekerja.Julie mengernyit dan meraih tangan Tiffany. "Ngapain kamu ke sana lagi? Bukannya semua sudah beres?"Nenek Tiffany telah bertemu Sean. Dia tidak marah dan penyakitnya tidak kambuh, melainkan menyuruh Tiffany cepat melahirkan keturunan untuk Sean.Itu artinya, Tiffany tidak perlu takut pada ancaman Thalia lagi, apalagi membayar biaya pengobatan untuk Vernon. Tiffany tidak kekurangan uang. Untuk apa dia bekerja susah payah di panti jompo?Tatapan Tiffany terlihat dipenuhi tekad saat berucap, "

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 74

    Makin dipahami, Garry hanya makin menyiksa diri sendiri. Ketika mereka baru kenal, sorot mata Tiffany kepadanya juga dipenuhi binar bahagia. Kenapa sekarang semua berubah?Teman Garry bahkan pernah menggodanya, "Sepertinya adik kelasmu sangat menyukaimu. Kamu nggak mau menyatakan cinta?"Garry malah tersenyum tipis sambil menyahut, "Banyak adik kelas yang menyukaiku."....Kini, tatapan Tiffany saat menatapnya masih dipenuhi kekaguman, tetapi cintanya telah diberikan kepada pria lain.Mobil segera tiba di panti jompo. Garry mengantar Tiffany sampai ke tempat kerjanya, lalu baru pergi."Tsk, tsk, tsk. Ternyata kamu diantar pria tampan ya?" Tiana tersenyum dingin sambil menyerahkan setumpuk seprai yang harus dicuci. "Kamu nggak datang kemarin, makanya bisa sebanyak itu."Tiffany merasa pusing melihat seprai yang menumpuk itu. Dia bertanya, "Mesin cucinya masih rusak ya?"Hari itu, Tiffany mencuci seprai sampai sore hari. Ketika pulang, pergelangan tangannya sakit sekali. Apalagi, seprai

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 75

    Aura dingin yang terpancar membuat suasana di ruang cuci terasa agak mencekam. Garry tidak pernah melihat pria seperti Sean.Sutra hitam di mata membuat Sean terlihat misterius. Wajahnya suram, tetapi dia terlihat elegan di kursi roda. Jelas-jelas seorang pria cacat, tetapi tekanan yang dipancarkan membuat orang merasa sesak.Siapa pria itu? Kenapa bisa ada di sini?Selagi Garry kehilangan fokus, Tiffany buru-buru melepaskan diri dari pelukannya. Ketika merasakan suasana di sini tidak beres, Tiffany mengernyit dan mengikuti arah pandang Garry."Sayang!" Begitu melihat pria di kursi roda, kekesalan Tiffany karena dipeluk Garry sontak sirna. Dia meraih seprai yang belum dicuci untuk menyeka kakinya, lalu berlari ke hadapan Sean dan bertanya, "Kenapa kamu di sini?"Penampilan Tiffany yang membelalakkan mata sambil memanggilnya sungguh menggemaskan. Sean tersenyum tipis, lalu mendekapkan Tiffany ke pelukan dan menyahut, "Julie bilang kamu kerja di sini, jadi aku datang untuk melihatmu."Ti

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 76

    Tiffany sama sekali tidak menyadari perselisihan di antara kedua pria ini. Dia menggeleng dengan serius sambil menyahut, "Sayang, kamu sudah salah. Kak Garry tamat tahun lalu. Dia paling-paling lebih tua sedikit darimu.""Aku 25 tahun, lebih muda setahun darimu," ujar Garry dengan tangan terkepal erat.Tiffany tertegun. Dia menggaruk kepalanya dengan malu dan berkata, "Maaf, perkiraanku salah. Aku merasa kamu sangat cerdas dan dewasa, makanya mengira kamu lebih tua.""Bisa dibilang, wajahmu terlihat lebih tua dari usiamu," gumam Sean dengan nada datar.Tiffany tidak bisa berkata-kata. Dia akhirnya mengalihkan topik agar Garry tidak marah, tetapi Sean malah berbicara seperti itu. Tiffany bisa melihat Garry marah lagi.Kedua tangan Garry lagi-lagi terkepal erat. Dari dulu hingga sekarang, Garry adalah pemuda berbakat yang selalu dipuji-puji. Banyak wanita yang mengejarnya. Alhasil, Sean malah mengatakan wajahnya ketuaan?Garry menggertakkan gigi dengan kesal, lalu bertanya, "Memangnya ka

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 77

    Tiffany masih tidak menyadari apa pun. Dia bahkan mendongak melirik Garry, lalu berkata, "Kak, suamiku ini sangat hebat lho! Cuma dengan menyentuh wajahmu, dia langsung tahu seperti apa penampilanmu."Garry membatin, 'Siapa juga yang mau disentuh bajingan ini!'Sean yang duduk di kursi roda pun tersenyum sambil membalas, "Sepertinya, kakak kelasmu nggak ingin aku tahu seperti apa penampilannya. Jangan-jangan dia jelek?"Nada bicara Sean dipenuhi sindiran. Ketika mendengar ini, Tiffany mengernyit sambil membantah, "Kamu salah. Kak Garry tampan kok."Senyuman Sean tampak provokatif. Dia mencebik dan berujar, "Aku nggak menyentuhnya, jadi aku nggak tahu."Tiffany termangu. Sepertinya Sean benar-benar ingin tahu penampilan Garry? Pria menyentuh pria. Bukankah mereka akan terkesan seperti gay?Akan tetapi, dulu Garry adalah pria idaman Tiffany. Tiffany merasa kesal jika ada yang menyebutnya jelek.Ketika Tiffany masih kebingungan, Garry tiba-tiba terkekeh-kekeh dan berkata, "Tiff, sebaiknya

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 78

    "Sebagai mahasiswa kedokteran Universitas Aven dan ahli bedah ortopedi termuda di Rumah Sakit Pusat, kamu nggak merasa malu melakukan hal tercela seperti itu?" tanya Sean.Garry mengangkat alisnya dan menyahut, "Kalau dibandingkan denganmu yang menikahi gadis desa yang polos dengan mengandalkan uang, aku nggak merasa ada yang salah dengan perbuatanku."Garry berdiri di hadapan Sean. Selagi Sean tidak memperhatikan, Garry mengangkat tangan untuk menarik sutra hitam yang menutupi matanya.Sean tetap duduk di tempatnya dengan ekspresi datar. Saat berikutnya, tangannya sontak meraih pergelangan tangan Garry secara akurat.Rasa sakit yang dahsyat membuat Garry kesakitan. Dengan wajah pucat, dia berkata dengan agak terbata-bata, "Le ... lepaskan tanganku!"Sean tersenyum tipis sambil bertanya, "Sepertinya kamu sangat tertarik dengan mataku?"Garry menggertakkan gigi, lalu menjulurkan satu tangan lagi untuk melepaskan tangan Sean. Namun, usahanya sia-sia.Pada akhirnya, Garry hendak menendang

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 79

    Tiana sudah lama menyukai Garry. Dia sengaja menyulitkan Tiffany karena cemburu melihat Garry mengantarnya.Kini, pria yang duduk di kursi roda itu malah menindas Garry. Tiana merasa ini adalah kesempatannya untuk memenangkan hati Garry.Tiana menyunggingkan senyuman bangga. Dia tiba di hadapan Sean, tetapi Tiffany malah mengadangnya. Gadis yang lebih mungil darinya itu tampak mengepalkan tangan dengan erat dan menatapnya dengan marah."Kak Tiana, Kak Garry jatuh pasti karena alasan lain. Suamiku orang baik. Dia nggak mungkin menindas Kak Garry tanpa alasan," ucap Tiffany.Tiana mengangkat alisnya dengan dingin. Seingatnya, gadis berkuncir kuda ini selalu bersikap seperti babu. Tiffany tidak pernah mengeluh meskipun diberi pekerjaan berat. Kini, dia malah melawannya demi seorang pria buta?Tiana maju selangkah lagi, lalu mendorong Tiffany. Tanpa disangka, Tiffany malah bergeming, padahal Tiana telah mengerahkan kekuatan besar.Tiffany memelotot sambil berseru, "Pasti ada kesalahpahaman

Latest chapter

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 495

    Di bawah arahan Xavier, para penjahit di butik pengantin mulai membongkar dan menggabungkan dua gaun pengantin tersebut.Satu jam kemudian, Tiffany berdiri di depan cermin dengan mengenakan gaun pengantin yang merupakan perpaduan sempurna dari dedikasi Sean dan Niken. Dia memandang bayangannya di cermin, bibirnya melengkung dengan senyuman tipis. Ternyata, hasilnya benar-benar sangat indah.Saat ini, dia seharusnya merasa bahagia, bukan?"Bagus," komentar Niken dengan nada datar sambil melirik gaun pengantin yang dikenakan Tiffany. Dia lalu mengenakan kembali topengnya dan bangkit berdiri. "Xavier, kita pulang."Tiffany tertegun sejenak, lalu menoleh ke arahnya. "Anda mau pergi sekarang?"Niken mengangguk ringan. "Tujuanku ke sini hari ini cuma untuk melihatmu mencoba dan memilih gaun pengantin. Karena semuanya sudah selesai, tentu aku harus pergi."Tiffany menggigit bibirnya. "Aku pikir ...."Tiffany mengira Niken datang hari ini untuk mengakuinya seperti saat dia bertemu dengan Brons

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 494

    Namun, kemiripan Tiffany dengan Niken hanya sebatas penampilan. Tiffany merasa, aura yang dimiliki Niken adalah sesuatu yang tidak akan pernah bisa dia capai seumur hidupnya.Sorot mata Niken dingin, anggun, tenang dan berwibawa. Tatapan yang mencerminkan pengalaman menyaksikan begitu banyak suka dan duka dunia, penuh kebijaksanaan dan sekaligus kehampaan.Bahkan saat menatap putri kandungnya yang sudah 19 tahun tidak dia temui, mata Niken tidak menunjukkan banyak emosi, baik kegembiraan maupun keterkejutan."Terpana?" Niken tersenyum tipis, lalu menunjuk tempat di sebelahnya. "Duduk."Tiffany menggigit bibir, lalu duduk di sisi Niken dengan sedikit canggung.Ketika kakeknya mengatakan bahwa ibunya akan datang, Tiffany telah membayangkan ribuan skenario tentang pertemuan mereka. Dia mengira pertemuan itu akan penuh emosi seperti saat dia bertemu ayahnya. Berpelukan sambil menangis tersedu-sedu.Namun .... Dia melirik ke arah wanita di sebelahnya yang ekspresinya tetap tenang dengan tak

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 493

    Kendra mengangguk pelan dan melangkah mendekat. Dia ingin mengulurkan tangan untuk memeluk Tiffany, tetapi tetap ragu-ragu. Dia hanya berdiri terpaku di tempat dengan tatapan penuh kasih sayang. "Tiffany.""Paman!"Sudah lama mereka tidak bertemu. Dalam sekejap, semua perasaan yang selama ini terpendam. Kekhawatiran, rasa tertekan, ketidakberdayaan, dan kesedihan ... semua membanjiri hati Tiffany.Tanpa peduli apa pun, dia berlari ke arah Kendra dan memeluknya erat. "Paman! Aku khawatir sekali sama Paman!"Kendra mengatupkan bibirnya dengan gugup dan melirik ke arah Niken sejenak. Dia ingin memeluk Tiffany, tapi rasa takut membuatnya ragu.Bagaimanapun ... sejak asal-usul Tiffany terungkap, Kendra, seorang pengawal dari desa kecil, merasa bahwa dia tidak pantas menerima panggilan "paman" dari Tiffany.Perbedaan status mereka terlalu besar. Tiffany yang seharusnya menjadi gadis yang dimanjakan oleh takdir, justru harus menderita selama bertahun-tahun karena sebuah keputusan dari Kendra.

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 492

    Gadis itu menarik napas dalam-dalam. "Biar Ayah, Kakek ... dan juga Ibu ... memberikan pendapat mereka."Setelah berkata demikian, dia mengambil ponselnya dan memotret kedua foto tersebut satu per satu, lalu menyerahkannya kepada Xavier. "Kamu bantu tanyakan sama dia, ya."Fakta bahwa dia adalah putri Niken yang sebenarnya bukan lagi rahasia. Oleh karena itu, Tiffany tidak merasa perlu untuk terlalu sungkan dengan Xavier.Xavier melihat foto-foto di tangannya sambil tersenyum.Pria itu meregangkan tubuh, lalu menoleh ke arah lantai tiga. "Bibi Niken, dari dua pilihan ini, salah satunya adalah desain Anda.""Meski dia masih ragu, itu artinya di dalam proses pilihannya, dia tetap tidak bisa mengabaikan gaun pengantin yang Anda buat untuknya. Apakah Anda masih ingin terus menikmati pertunjukan ini dari atas?"Perkataan Xavier membuat Tiffany terkejut hingga matanya membelalak. Dia menoleh secara refleks ke arah lantai tiga ....Di sana dia melihat sekumpulan penjaga berbaju hitam berdiri

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 491

    "Benarkah?" Tiffany merasa agak canggung, lalu merapikan sedikit bagian bawah gaunnya. "Aku merasa seperti aku bukan diriku lagi." Saat ini, gayanya memang benar-benar bertolak belakang dari dirinya yang biasa.Xavier menarik napas dalam-dalam. "Kelinci kecil, kamu harus lebih percaya diri sama dirimu sendiri. Kamu cantik sekali."Tiffany mengangguk dengan serius, begitu gugup hingga dia bahkan lupa bertanya mengapa Xavier ada di sini. Dia memalingkan wajah, melihat ke arah Julie dan Zara. "Menurut kalian gimana?""Cantik sekali." Julie tersenyum tipis sambil memberikan pendapatnya. "Tapi memang agak berbeda dari gaya yang biasa kamu pakai, jadi kamu merasa agak canggung."Zara juga mengangguk setuju. "Coba saja beberapa gaun lainnya. Mungkin di antara beberapa gaun berikutnya, ada yang membuatmu merasa lebih nyaman."Tiffany mengangguk serius. Baru saja dia hendak berbalik menuju ruang ganti, Xavier memanggilnya. "Kelinci kecil!" Tiffany terkejut dan menoleh ke belakang.Klik.Saat ga

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 490

    "Terlihat jelas bahwa desainer dari ketiga gaun itu menyukai elemen bintang, bunga kecil, dan bunga lily."Julie mengangguk setuju. Sesaat kemudian, dia mengedipkan mata kepada Zara dan berkata, "Kudengar kamu cukup akrab dengan Xavier. Apa dia pernah memberitahumu kalau kepala keluarganya suka dengan elemen-elemen ini?"Begitu mendengar nama Xavier, Zara langsung memutar bola matanya. "Aku nggak akrab dengannya!"Pria itu adalah orang paling aneh dan sulit ditebak yang pernah ditemuinya. Zara sama sekali tidak ingin mengenalnya, apalagi akrab dengannya!"Omonganmu ini membuatku sedih sekali." Begitu Zara melontarkan ucapannya, tiba-tiba terdengar suara pria dengan nada nakal.Zara dan Julie pun terperanjat. Kedua gadis itu refleks memandang ke arah sumber suara, lalu menemukan Xavier bersandar di pagar lantai tiga sambil menatap mereka."Kak Zara, kita pernah minum kopi dan yoghurt bersama, bahkan pernah naik pesawat bersama. Masa kamu bilang kita nggak akrab? Hatiku bisa terluka lho.

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 489

    Dua hari kemudian, Tiffany akhirnya bisa mencoba gaun pengantinnya di butik.Saat hendak keluar rumah pagi itu, Sean mengatur sekelompok pengawal untuk menemani Tiffany.Tiffany mengenakan sepatunya sambil menatap Sean dengan bingung. "Kalau kamu merasa nggak aman, kenapa nggak kamu saja yang menemaniku?"Memilih gaun pengantin adalah momen penting. Sebenarnya, Tiffany sangat berharap suaminya ada di sisinya."Kalau aku pergi, keberadaanku akan memengaruhi penilaianmu." Sean mendekat, lalu berjongkok untuk mengikat tali sepatu Tiffany dengan cekatan. "Selain itu, aku punya hal penting yang harus kuurus hari ini."Tiffany memanyunkan bibirnya, lalu menunduk menatap wajah serius Sean saat mengikat tali sepatunya. "Kamu yakin nggak mau ikut?""Ya." Sean tersenyum tipis, lalu mendongak menatap Tiffany. "Aku sangat menantikan melihatmu mengenakan gaun pengantin. Tapi, aku lebih berharap itu menjadi kejutan di hari pernikahan kita."Tiffany akhirnya menerima alasan itu, meskipun dengan seten

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 488

    Tiffany menggigit bibirnya. "Mereka sudah pergi.""Hm." Bronson tersadar dari lamunannya, lalu mengusap kepala Tiffany dengan lembut. "Mungkin karena mereka tahu aku ada di sini."Dengan sifat Nancy, dia tidak mungkin datang dengan gaya seheboh ini hanya untuk mencari informasi. Kedatangannya seharusnya untuk bertemu Tiffany dan Sean.Namun, karena Bronson dan Derek berada di sini, mereka pun memutuskan untuk pergi. Bronson menghela napas panjang, merasa agak getir.Setelah bertahun-tahun berlalu, Nancy masih tidak bisa melepaskan simpul di hatinya. Sebenarnya, Bronson tidak akan menyalahkannya atas kejadian tahun itu. Sebaliknya, dia merasa tidak tega pada Nancy.Lagi pula, apa haknya untuk menyalahkan dan membenci Nancy? Jika bukan karena menikah dengan pria seperti dia, yang bertindak tanpa memikirkan konsekuensi, Nancy tidak akan mengalami perlakuan seperti itu.Bronson menunduk, menatap wajah Tiffany yang sangat mirip dengan Nancy. Seketika, sebuah senyuman pahit tersungging di bi

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 487

    Saat Tiffany tiba di lokasi yang dipotret oleh Xavier, sosok Xavier dan Kendra sudah tidak terlihat lagi. Yang tersisa hanyalah iring-iringan mobil yang melaju pergi.Tiffany memandang ke arah mobil-mobil itu pergi dengan kedua tangan terkepal erat. Dia memegang ponselnya dan mencoba menelepon Xavier dengan tangan bergetar.Begitu telepon tersambung, Xavier malah langsung memutusnya. Beberapa saat kemudian, masuk pesan dari Xavier.[ Ketika waktunya tiba, kita pasti akan bertemu. Nggak usah terburu-buru. ]Tiffany menggertakkan giginya dengan geram. Bagaimana mungkin dia tidak terburu-buru? Jika Sanny tidak menyuruh Genta menjebak Sean sebelumnya, dia pasti sudah tiba di Kota Zimbab dan pergi ke rumah Keluarga Rimbawan untuk mencari pamannya.Kini, Kendra telah kembali ke kota Aven. Bagaimana mungkin dia bisa berdiam diri? Selain itu, dari foto yang dikirimkan oleh Xavier tadi, pamannya itu jelas-jelas menatap rumah Keluarga Tanuwijaya. Pamannya berdiri di dekat rumahnya, menatap ke ar

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status