Share

Bab 70

Penulis: Clarissa
Sean memegang gelas itu dan meminum habis air di dalamnya, tanpa menyisakan setetes pun. Setelah itu, dia menyerahkan gelas kembali ke tangan Tiffany dan bertanya, "Bukannya kamu mau bantu aku mandi?"

Tiffany baru tersadar dan buru-buru menuju kamar mandi. Wanita itu menjelaskan, "Aku akan siapkan air dulu." Namun baru beberapa langkah, tangannya sudah ditarik oleh Sean.

"Selesaikan dulu, baru kita mandi," ucap Sean sambil menyeringai.

Dalam sekejap, Tiffany ditarik ke pelukannya. Tubuh Sean yang dingin dan sedikit agresif membuat wajah Tiffany terasa seperti terbakar.

Tangannya perlahan membelai wajah kecilnya yang tirus. Bentuk wajah Tiffany sangat sempurna dengan dagu runcing. Matanya yang besar, berkilau seperti boneka di etalase toko.

Sentuhan Sean seakan membawa aliran listrik yang menyapu wajah Tiffany. Dia terlihat menggigit bibirnya. Berhubung tahu apa yang sedang dan akan terjadi, Tiffany merasa makin tegang hingga tubuhnya terasa kaku.

Sean tersenyum dengan sedikit nakal, la
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Isabella
good Tiffani ....
goodnovel comment avatar
Fenty Izzi
good Tiffany...biasakan memanggil Sean seperti itu...agar keluargamu lebih berwarna...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 71

    Sinar matahari menyinari masuk. Tiffany yang tidur di ranjang membalikkan tubuhnya dan menggunakan tangan menghalangi sinar matahari.Kesadaran mulai kembali. Tiffany membuka matanya dan mengernyit. Pikirannya membeku untuk sesaat. Kemudian, sekujur tubuhnya terasa sangat pegal.Semalam .... Wajah Tiffany memerah. Dia buru-buru mandi dan turun. Di bawah sana, Sean yang menutup matanya dengan sutra hitam, tampak duduk di sofa dengan tenang. Sofyan duduk di sampingnya sambil membacakan berita.Ketika mendengar suara langkah kaki Tiffany, Sean bertanya dengan suara rendah, "Sudah bangun?"Wajah Tiffany tersipu. Dia mengiakan, lalu segera berlari ke dapur."Nyonya sudah bangun?" Rika menyajikan sarapan. Dia menatap Tiffany sambil tersenyum. "Sarapan sudah siap. Tunggu saja di meja makan."Tiffany merasa tidak enak hati. Dia berkata, "Seharusnya aku yang masak sarapan."Semua ini salah Julie! Julie bilang tidak masalah kalau mengonsumsi obat itu sedikit! Hasilnya, Sean malah mengganggunya s

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 72

    Sean yang duduk di kursi roda pun menatap punggung Tiffany. Tangannya tanpa sadar memegang pipinya yang dicium oleh Tiffany tadi. Dia bergumam, "Dasar bodoh."Setelah terdengar suara Genta di luar, Sofyan mendekati Sean dengan hati-hati dan bertanya, "Tuan, apa aku perlu menyiapkan obat untuk Nyonya?""Obat apa?" Sean mengangkat alisnya.Sofyan memperingatkan, "Nyonya masih muda, sedangkan kamu belum waktunya punya keturunan."Ketika menyadari aura Sean makin dingin, Sofyan mengecilkan suaranya. "Selain itu, kalau Nyonya hamil, bukankah berarti semua sesuai dengan rencana Tuan Darmawan?""Menurutmu, kalau gadis bodoh itu hamil, apa dia bakal makin bodoh?" tanya Sean tiba-tiba.Sofyan terdiam sesaat sebelum berujar, "Baik, Tuan. Aku sudah ngerti."Usai berbicara, Sofyan mengembuskan napas panjang. Sepertinya Tiffany adalah obat terbaik untuk majikannya....."Tiff, gimana semalam?" Setelah pelajaran berakhir, Julie menghampiri dan mengedipkan matanya dengan nakal. "Suamimu pasti sangat

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 73

    Setelah mengatakan ini, Garry merasa dirinya sangat konyol. Ketika Tiana meneleponnya, Garry khawatir sesuatu terjadi pada Tiffany. Dia menelepon Tiffany, bahkan mencarinya di kampus.Setelah menemukan Tiffany, Garry malah mendengar gadis ini bercerita tentang hubungan ranjang dengan wajah tersipu."Eee ...." Tiffany menepuk dahinya dengan gusar. "Aku lupa tentang pekerjaan paruh waktuku!"Usai berbicara, Tiffany menyingkirkan lengan Julie yang diletakkan di atas bahunya, lalu hendak pergi bekerja.Julie mengernyit dan meraih tangan Tiffany. "Ngapain kamu ke sana lagi? Bukannya semua sudah beres?"Nenek Tiffany telah bertemu Sean. Dia tidak marah dan penyakitnya tidak kambuh, melainkan menyuruh Tiffany cepat melahirkan keturunan untuk Sean.Itu artinya, Tiffany tidak perlu takut pada ancaman Thalia lagi, apalagi membayar biaya pengobatan untuk Vernon. Tiffany tidak kekurangan uang. Untuk apa dia bekerja susah payah di panti jompo?Tatapan Tiffany terlihat dipenuhi tekad saat berucap, "

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 74

    Makin dipahami, Garry hanya makin menyiksa diri sendiri. Ketika mereka baru kenal, sorot mata Tiffany kepadanya juga dipenuhi binar bahagia. Kenapa sekarang semua berubah?Teman Garry bahkan pernah menggodanya, "Sepertinya adik kelasmu sangat menyukaimu. Kamu nggak mau menyatakan cinta?"Garry malah tersenyum tipis sambil menyahut, "Banyak adik kelas yang menyukaiku."....Kini, tatapan Tiffany saat menatapnya masih dipenuhi kekaguman, tetapi cintanya telah diberikan kepada pria lain.Mobil segera tiba di panti jompo. Garry mengantar Tiffany sampai ke tempat kerjanya, lalu baru pergi."Tsk, tsk, tsk. Ternyata kamu diantar pria tampan ya?" Tiana tersenyum dingin sambil menyerahkan setumpuk seprai yang harus dicuci. "Kamu nggak datang kemarin, makanya bisa sebanyak itu."Tiffany merasa pusing melihat seprai yang menumpuk itu. Dia bertanya, "Mesin cucinya masih rusak ya?"Hari itu, Tiffany mencuci seprai sampai sore hari. Ketika pulang, pergelangan tangannya sakit sekali. Apalagi, seprai

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 75

    Aura dingin yang terpancar membuat suasana di ruang cuci terasa agak mencekam. Garry tidak pernah melihat pria seperti Sean.Sutra hitam di mata membuat Sean terlihat misterius. Wajahnya suram, tetapi dia terlihat elegan di kursi roda. Jelas-jelas seorang pria cacat, tetapi tekanan yang dipancarkan membuat orang merasa sesak.Siapa pria itu? Kenapa bisa ada di sini?Selagi Garry kehilangan fokus, Tiffany buru-buru melepaskan diri dari pelukannya. Ketika merasakan suasana di sini tidak beres, Tiffany mengernyit dan mengikuti arah pandang Garry."Sayang!" Begitu melihat pria di kursi roda, kekesalan Tiffany karena dipeluk Garry sontak sirna. Dia meraih seprai yang belum dicuci untuk menyeka kakinya, lalu berlari ke hadapan Sean dan bertanya, "Kenapa kamu di sini?"Penampilan Tiffany yang membelalakkan mata sambil memanggilnya sungguh menggemaskan. Sean tersenyum tipis, lalu mendekapkan Tiffany ke pelukan dan menyahut, "Julie bilang kamu kerja di sini, jadi aku datang untuk melihatmu."Ti

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 76

    Tiffany sama sekali tidak menyadari perselisihan di antara kedua pria ini. Dia menggeleng dengan serius sambil menyahut, "Sayang, kamu sudah salah. Kak Garry tamat tahun lalu. Dia paling-paling lebih tua sedikit darimu.""Aku 25 tahun, lebih muda setahun darimu," ujar Garry dengan tangan terkepal erat.Tiffany tertegun. Dia menggaruk kepalanya dengan malu dan berkata, "Maaf, perkiraanku salah. Aku merasa kamu sangat cerdas dan dewasa, makanya mengira kamu lebih tua.""Bisa dibilang, wajahmu terlihat lebih tua dari usiamu," gumam Sean dengan nada datar.Tiffany tidak bisa berkata-kata. Dia akhirnya mengalihkan topik agar Garry tidak marah, tetapi Sean malah berbicara seperti itu. Tiffany bisa melihat Garry marah lagi.Kedua tangan Garry lagi-lagi terkepal erat. Dari dulu hingga sekarang, Garry adalah pemuda berbakat yang selalu dipuji-puji. Banyak wanita yang mengejarnya. Alhasil, Sean malah mengatakan wajahnya ketuaan?Garry menggertakkan gigi dengan kesal, lalu bertanya, "Memangnya ka

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 77

    Tiffany masih tidak menyadari apa pun. Dia bahkan mendongak melirik Garry, lalu berkata, "Kak, suamiku ini sangat hebat lho! Cuma dengan menyentuh wajahmu, dia langsung tahu seperti apa penampilanmu."Garry membatin, 'Siapa juga yang mau disentuh bajingan ini!'Sean yang duduk di kursi roda pun tersenyum sambil membalas, "Sepertinya, kakak kelasmu nggak ingin aku tahu seperti apa penampilannya. Jangan-jangan dia jelek?"Nada bicara Sean dipenuhi sindiran. Ketika mendengar ini, Tiffany mengernyit sambil membantah, "Kamu salah. Kak Garry tampan kok."Senyuman Sean tampak provokatif. Dia mencebik dan berujar, "Aku nggak menyentuhnya, jadi aku nggak tahu."Tiffany termangu. Sepertinya Sean benar-benar ingin tahu penampilan Garry? Pria menyentuh pria. Bukankah mereka akan terkesan seperti gay?Akan tetapi, dulu Garry adalah pria idaman Tiffany. Tiffany merasa kesal jika ada yang menyebutnya jelek.Ketika Tiffany masih kebingungan, Garry tiba-tiba terkekeh-kekeh dan berkata, "Tiff, sebaiknya

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 78

    "Sebagai mahasiswa kedokteran Universitas Aven dan ahli bedah ortopedi termuda di Rumah Sakit Pusat, kamu nggak merasa malu melakukan hal tercela seperti itu?" tanya Sean.Garry mengangkat alisnya dan menyahut, "Kalau dibandingkan denganmu yang menikahi gadis desa yang polos dengan mengandalkan uang, aku nggak merasa ada yang salah dengan perbuatanku."Garry berdiri di hadapan Sean. Selagi Sean tidak memperhatikan, Garry mengangkat tangan untuk menarik sutra hitam yang menutupi matanya.Sean tetap duduk di tempatnya dengan ekspresi datar. Saat berikutnya, tangannya sontak meraih pergelangan tangan Garry secara akurat.Rasa sakit yang dahsyat membuat Garry kesakitan. Dengan wajah pucat, dia berkata dengan agak terbata-bata, "Le ... lepaskan tanganku!"Sean tersenyum tipis sambil bertanya, "Sepertinya kamu sangat tertarik dengan mataku?"Garry menggertakkan gigi, lalu menjulurkan satu tangan lagi untuk melepaskan tangan Sean. Namun, usahanya sia-sia.Pada akhirnya, Garry hendak menendang

Bab terbaru

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 573

    "Tiff." Sean mengangkat pandangannya dan menatapnya. "Dulu aku memang salah. Aku ... nggak pernah benar-benar berusaha memahami dirimu. Aku pikir, apa yang kamu tunjukkan di depanku adalah perasaan yang sesungguhnya."Tatapan Sean yang dalam kini dipenuhi penyesalan. "Seharusnya aku menyadarinya sejak awal. Dengan sifatmu yang begitu lembut, tentu saja ... kamu bersedia berpura-pura hanya demi membuatku bahagia."Sambil berkata begitu, Sean tersenyum. "Sekarang, biarkan aku yang membahagiakanmu. Apa lagi yang kamu suka, tapi belum kamu katakan padaku? Katakan saja."Tiffany menatap wajahnya yang semakin pucat. Wajahnya sendiri menjadi merah karena panik. "Jangan bicara lagi! Ikut aku kembali ke rumah sakit!"Namun, Sean malah berusaha menenangkannya. "Aku baik-baik saja.""Baik-baik saja apanya?" Suara Tiffany mulai bergetar. Dia nyaris menangis. "Kamu sendiri tahu perutmu lemah, 'kan?""Makanan pedas bisa melukai lambungmu! Dua tahun lalu kamu sakit maag, sekarang kamu malah ceroboh s

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 572

    Setelah mengatakan itu, Tiffany berbalik dan pergi bersama Sean. Begitu keluar dari pintu utama, pria yang mengenakan setelan putih dengan aksen emas itu langsung menuju ke BMW merah milik Tiffany.Tiffany mengerutkan kening dan mengikutinya. "Pak Sean, kalau kamu yang mengundang makan, kenapa aku yang harus nyetir?""Karena aku nggak familier dengan tempat ini." Pria itu menyilangkan tangan dan bersandar di mobil. "Dari pertama kali aku mendengar nama kota ini sampai sekarang, belum genap 72 jam. Kamu rasa, apa mungkin aku tahu jalan atau tahu restoran mana yang enak?”Tiffany tidak bisa merespons. Benar juga, dia sampai lupa soal itu. Tanpa berkata apa-apa lagi, dia membuka pintu mobil dan duduk di kursi pengemudi. Sementara itu, Sean yang bersetelan putih duduk di kursi penumpang dengan elegan.Tiffany menarik napas dalam-dalam. "Pak Sean ingin makan apa?”"Karena aku yang mengundangmu, tentu kamu yang harus pilih. Aku nggak terlalu pemilih soal makanan."Tiffany menyipitkan mata. "

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 571

    Adegan penuh gairah yang telah lama tertunda ini tidak berlangsung terlalu lama. Meskipun tubuhnya masih menuntut lebih, Sean tahu Tiffany yang sekarang sudah berbeda.Dulu Tiffany polos dan menggemaskan, masih seorang mahasiswa, bisa sesuka hati. Sean bisa membuatnya tidak sanggup turun dari ranjang.Namun, kini dia cerdas dan dewasa. Dia adalah dokter ternama dengan status yang tidak bisa diremehkan. Sean tidak bisa terlalu menyita waktunya, apalagi merusak reputasinya."Pak Sean." Setelah selesai merapikan diri, Tiffany keluar dari toilet dengan ekspresi canggung. "Anggap saja nggak ada yang pernah terjadi.""Tapi kuharap kamu menepati janjimu dengan mendonasikan 40 miliar untuk dana medis rumah sakit kami. Nggak boleh kurang sepeser pun."Setelah mengatakan itu, dia seperti teringat sesuatu dan menatap Sean dengan datar. "Oh ya, saat menyumbangkan dana itu, tolong pastikan 30 miliar dari dana itu digunakan untuk departemen bedah jantung. Terima kasih."Sean tersenyum santai sambil

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 570

    "Sean! Kamu gila ya!" Tiffany menggigit bibirnya, menahan amarah. "Ini rumah sakit!""Tapi, di sini ada ranjang." Sean menekan tubuhnya lebih erat. Bibirnya membentuk senyuman jahil. "Apa instruksi medisnya tadi? Apa Dok Tiff bisa mengulanginya untukku?"Tiffany memaki, "Dasar nggak tahu malu!""Aku cuma bertingkah nakal padamu." Sean mencium wajahnya, lalu turun ke lehernya dan menarik jasnya. Kemudian, dia terus mengecup ke bawah. "Tiff, aku sudah menahan diri selama 5 tahun.""Sejak kamu pergi, aku nggak pernah bersama wanita lain. Kamu tahu aku selalu seperti ini. Aku telah memikirkanmu selama 5 tahun. Sekarang kita bertemu lagi dan kamu berdiri di depanku mengatakan aku harus lebih sering melakukan ini. Gimana aku bisa menahan diri?"Tiffany tidak bisa berkata-kata. Sialan! Dia harus tahu siapa dokter urologi yang bertugas hari ini! Begitu dia tahu, dia akan langsung menghajarnya!Namun, ini bukan saatnya memikirkan bagaimana menangani dokter urologi itu! Sean telah mencium sampai

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 569

    Tiffany menghabiskan sepanjang pagi menemani Sean menjalani pemeriksaan. Karena hari ini ada beberapa perusahaan yang datang untuk pemeriksaan kesehatan kolektif, staf medis di departemen medical check-up pun sangat sibuk. Akibatnya, banyak pemeriksaan Sean yang harus dilakukan langsung oleh Tiffany sendiri.Meskipun Tiffany adalah spesialis bedah jantung, dia adalah orang yang rajin dan gemar belajar. Dia memahami semua prosedur dan alat yang biasa digunakan dalam pemeriksaan kesehatan di rumah sakit.Sepanjang pagi, Tiffany seperti lebah pekerja yang sibuk. Dia membawa Sean ke berbagai ruangan pemeriksaan, berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan cepat.Dia tidak ingin berduaan terlalu lama dengan Sean, jadi dia sengaja mempercepat semua proses pemeriksaan.Saat jam menunjukkan pukul 10 pagi, Tiffany sudah berhasil menyelesaikan seluruh rangkaian pemeriksaan Sean."Ada beberapa hasil yang baru akan keluar besok, lainnya sudah tersedia." Tiffany berdiri di depan Sean dengan ma

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 568

    "Setelah kamu pakai, bawa saja." Setelah mengatakan itu, Tiffany menambahkan dengan suara pelan, "Kalau nggak suka, dibuang juga nggak apa-apa.""Gimana mungkin aku membuangnya?" Sambil mengganti pakaian dengan elegan, Sean menyahut dengan tenang, "Ini bisa dibilang hadiah pertama yang Dok Tiff berikan kepadaku. Tentu saja aku harus menyimpannya dengan baik."Tiffany merasa konyol. "Ini hadiah pertamaku untukmu?"Jika dia tidak salah ingat, lima tahun yang lalu ketika mereka masih bersama, dia sudah sering memberi Sean hadiah.Bahkan saat pergi ke Elupa dan membelikan oleh-oleh bagi paman dan bibinya, dia juga membeli untuk Sean. Lantas, bagaimana bisa pakaian ini menjadi hadiah pertama darinya?Tiffany tertawa dingin. "Pak Sean ini terlalu sibuk sampai melupakan banyak hal. Lima tahun lalu, aku ....""Lima tahun lalu, kamu belum menjadi dokter." Sean memotong ucapannya dengan nada datar, "Lima tahun lalu, yang memberiku hadiah adalah istriku. Kini, yang memberiku pakaian adalah Dokter

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 567

    Ruangan tiba-tiba menjadi sunyi.Tiffany tertegun sejenak, lalu tanpa sadar melangkah mundur.Sudah lima tahun berlalu. Mereka sudah melalui begitu banyak hal. Namun, saat Sean berbicara demikian, jantungnya tetap saja ... berdebar kencang.Tiffany menarik napas dalam-dalam, mencengkeram erat lengan jasnya. Butuh beberapa saat sebelum Tiffany akhirnya kembali tenang.Sean menatap wajahnya yang merah, sudut bibir Sean menyunggingkan senyuman puas. Wanita ini bersikap dingin, tetapi masih memikirkannya, 'kan?Jika tidak, kenapa hanya dengan satu kalimat sederhana darinya, wajah Tiffany bisa langsung memerah dan jantungnya berdetak kencang? Hah, ini namanya menipu perasaan sendiri.Sean tersenyum tipis, melangkah santai ke lift. "Tadi katanya ada baju untukku, 'kan? Ayo."Suara berat dan serak itu menyadarkan Tiffany kembali. Tiffany menggigit bibirnya, menekan perasaan yang berkecamuk di hatinya, lalu berdeham pelan sebelum masuk ke lift.Pintu lift tertutup. Di dalam ruangan yang sempit

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 566

    "Mereka semua bilang, kalau Tuan berlutut sambil membawa bunga mawar di hadapan mereka, mereka pasti akan menangis di tempat dan langsung memaafkanmu!"Sean mengernyit saat mendengar ucapan Genta di earphone, lalu menggigit bibirnya erat-erat. "Aku akan percaya padamu sekali lagi."Setelah berkata begitu, pria itu menarik napas dalam-dalam. Dengan membawa mawar di tangannya, dia berjalan perlahan ke arah Tiffany. Dia berlutut dengan satu kaki, lalu menatapnya dengan serius. "Tiff.""Semua yang terjadi di masa lalu memang nggak bisa kita ubah, tapi tolong beri aku satu kesempatan untuk mengenalmu kembali. Kita bisa mengintrospeksi diri dan memulai dari awal."Pria itu mengangkat matanya yang hitam, menatap Tiffany dengan sungguh-sungguh. "Halo, namaku Sean."Tiffany menyipitkan matanya. Mengenal kembali? Betapa bodohnya ide ini. Kalau Sean bukan klien pentingnya hari ini, dia pasti sudah pergi.Tidak, sebelum pergi, dia harus menendangnya dulu dan berkata, "Sean, sadarlah. Aku sekarang

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 565

    "Tiffany, pasien VIP ... maksudku, tamu spesial kita sudah menunggumu di lobi lantai satu. Kamu bisa langsung ke sana."Begitu Tiffany keluar dari kamar Sanny, kepala departemen yang botak itu langsung menyambutnya dengan wajah penuh antusiasme."Semangat, ya! Pastikan kamu membuat pasien ini senang, demi kemajuan departemen kita! Nasib peralatan baru untuk kuartal berikutnya ada di tanganmu!"Tiffany tersenyum canggung, sedikit merasa tertekan dengan ekspektasi ini."Aku ... akan berusaha."Sejak Nancy meninggal, hidupnya hanya berpusat pada membesarkan Arlo dan Arlene. Dia hampir tidak pernah merawat orang lain, apalagi menjadi pemandu pribadi untuk pemeriksaan kesehatan seseorang.Baginya, ini adalah pekerjaan yang membuang waktu.Namun sekarang ...."Huf ...." Dia menghela napas panjang. Baiklah. Jika ini bisa dianggap sebagai balas budi untuk kepala departemen, dia akan melakukannya.Setelah menata kembali emosinya, Tiffany menarik napas dalam-dalam, lalu melangkah ke dalam lift.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status