Share

Bab 67

Author: Clarissa
Tiffany tertawa, lalu menepuk bahu Kendra dan berucap, "Paman, tenang saja."

Setelah berbicara dengan Tiffany, Kendra baru berbalik dan tersenyum kepada Sean. Dia berujar, "Pak Sean, kalian lihat nenek Tiffany dulu. Aku beli makan untuk kalian."

Sean tersenyum seraya membalas dengan sungkan, "Terima kasih, Paman."

Sesudah Kendra pergi, Charles berkomentar sembari mengernyit, "Sepertinya aku pernah melihat orang ini."

"Kamu pernah melihatnya?" tanya Tiffany yang menghentikan langkahnya. Dia menatap Charles dan melanjutkan, "Nggak mungkin. Pamanku jarang datang ke kota. Kalau bukan karena Nenek sakit, Paman nggak mungkin ada di sini."

Charles merenung sejenak, lalu menimpali, "Pamanmu memang sangat familier."

"Mungkin kamu salah ingat," ucap Sean dengan datar. Dia menghentikan Charles untuk meneruskan ucapannya, "Ayo, kita masuk."

Tiffany baru berbalik dan mengetuk pintu kamar seraya berseru, "Nek, aku Tiffany. Aku datang menjengukmu!"

Bertha yang berusia hampir 70 tahun berbaring di tem
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Fenty Izzi
penasaran...apa yang d bicarakan Sean dengan nenek bertha
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 68

    "Iya," ucap Tiffany sembari mengangguk. Asalkan Bertha tidak mengalami syok karena masalah pernikahannya, Tiffany rela melakukan apa pun.Bertha memandang Tiffany seraya menyahut, "Kamu lahirkan anak untuk Sean. Dia nggak muda lagi dan kurang sehat. Lebih bagus kalau kamu bisa lahirkan untuk Sean secepatnya. Mungkin setelah punya anak, hati Sean akan melunak."Mendengar ucapan Bertha, wajah Tiffany memerah. Dia menggigit bibirnya dan berjanji, "Nek ... aku tahu. Aku pasti akan berjuang."Sikap Tiffany yang tulus membuat Bertha tertawa. Bertha menyentil kepala Tiffany dan mengingatkan, "Ini bukan ujian, untuk apa kamu berjuang? Maksudku, kalian sudah melakukan hal itu. Ikuti arusnya saja, lebih baik kalau kamu bisa melahirkan anak untuk Sean secepatnya."Tiffany mengangguk seraya tersipu. Melihat ekspresi Tiffany yang malu, Bertha bertanya, "Kalian sudah pernah melakukannya?"Tiffany menjawab dengan hati-hati, "Kami sudah pernah berciuman ...."Sebenarnya, Indira sudah berpesan sejak Ti

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 69

    Setelah rencana-rencana yang diajukan ditolak oleh Tiffany berkali-kali, Julie pun menghela napas sambil memutar mata.Julie akhirnya berucap, "Ini nggak bisa, itu nggak bisa. Gimana kalau kamu kasih obat saja? Kalau dorongan fisiologis nggak bisa dipicu, kita pakai jalur farmakologi saja.""Obatnya nggak berbahaya, 'kan?" tanya Tiffany. Dia sedikit khawatir karena kondisi tubuh Sean tidak terlalu baik.Julie lagi-lagi memutar mata sebelum membalas, "Selama dosisnya nggak berlebihan, aman kok."Tiffany bertanya lagi, "Kalau kelebihan dosis gimana?""Mungkin yang terluka justru kamu," jawab Julie.Tiffany pun terdiam. Malam itu, dia pulang sangat larut. Ketika sampai di rumah, seperti biasa Sean duduk di meja makan untuk menunggunya.Dengan langkah pelan, Tiffany berjalan ke samping Sean dan duduk di sana. Dia secara refleks mengambil sumpit dan hendak menyuapi pria itu. Namun, Sean malah menghentikannya."Aku bisa sendiri." Usai berkata demikian, Sean mengambil mangkuk dan sumpitnya se

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 70

    Sean memegang gelas itu dan meminum habis air di dalamnya, tanpa menyisakan setetes pun. Setelah itu, dia menyerahkan gelas kembali ke tangan Tiffany dan bertanya, "Bukannya kamu mau bantu aku mandi?"Tiffany baru tersadar dan buru-buru menuju kamar mandi. Wanita itu menjelaskan, "Aku akan siapkan air dulu." Namun baru beberapa langkah, tangannya sudah ditarik oleh Sean."Selesaikan dulu, baru kita mandi," ucap Sean sambil menyeringai.Dalam sekejap, Tiffany ditarik ke pelukannya. Tubuh Sean yang dingin dan sedikit agresif membuat wajah Tiffany terasa seperti terbakar.Tangannya perlahan membelai wajah kecilnya yang tirus. Bentuk wajah Tiffany sangat sempurna dengan dagu runcing. Matanya yang besar, berkilau seperti boneka di etalase toko.Sentuhan Sean seakan membawa aliran listrik yang menyapu wajah Tiffany. Dia terlihat menggigit bibirnya. Berhubung tahu apa yang sedang dan akan terjadi, Tiffany merasa makin tegang hingga tubuhnya terasa kaku.Sean tersenyum dengan sedikit nakal, la

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 71

    Sinar matahari menyinari masuk. Tiffany yang tidur di ranjang membalikkan tubuhnya dan menggunakan tangan menghalangi sinar matahari.Kesadaran mulai kembali. Tiffany membuka matanya dan mengernyit. Pikirannya membeku untuk sesaat. Kemudian, sekujur tubuhnya terasa sangat pegal.Semalam .... Wajah Tiffany memerah. Dia buru-buru mandi dan turun. Di bawah sana, Sean yang menutup matanya dengan sutra hitam, tampak duduk di sofa dengan tenang. Sofyan duduk di sampingnya sambil membacakan berita.Ketika mendengar suara langkah kaki Tiffany, Sean bertanya dengan suara rendah, "Sudah bangun?"Wajah Tiffany tersipu. Dia mengiakan, lalu segera berlari ke dapur."Nyonya sudah bangun?" Rika menyajikan sarapan. Dia menatap Tiffany sambil tersenyum. "Sarapan sudah siap. Tunggu saja di meja makan."Tiffany merasa tidak enak hati. Dia berkata, "Seharusnya aku yang masak sarapan."Semua ini salah Julie! Julie bilang tidak masalah kalau mengonsumsi obat itu sedikit! Hasilnya, Sean malah mengganggunya s

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 72

    Sean yang duduk di kursi roda pun menatap punggung Tiffany. Tangannya tanpa sadar memegang pipinya yang dicium oleh Tiffany tadi. Dia bergumam, "Dasar bodoh."Setelah terdengar suara Genta di luar, Sofyan mendekati Sean dengan hati-hati dan bertanya, "Tuan, apa aku perlu menyiapkan obat untuk Nyonya?""Obat apa?" Sean mengangkat alisnya.Sofyan memperingatkan, "Nyonya masih muda, sedangkan kamu belum waktunya punya keturunan."Ketika menyadari aura Sean makin dingin, Sofyan mengecilkan suaranya. "Selain itu, kalau Nyonya hamil, bukankah berarti semua sesuai dengan rencana Tuan Darmawan?""Menurutmu, kalau gadis bodoh itu hamil, apa dia bakal makin bodoh?" tanya Sean tiba-tiba.Sofyan terdiam sesaat sebelum berujar, "Baik, Tuan. Aku sudah ngerti."Usai berbicara, Sofyan mengembuskan napas panjang. Sepertinya Tiffany adalah obat terbaik untuk majikannya....."Tiff, gimana semalam?" Setelah pelajaran berakhir, Julie menghampiri dan mengedipkan matanya dengan nakal. "Suamimu pasti sangat

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 73

    Setelah mengatakan ini, Garry merasa dirinya sangat konyol. Ketika Tiana meneleponnya, Garry khawatir sesuatu terjadi pada Tiffany. Dia menelepon Tiffany, bahkan mencarinya di kampus.Setelah menemukan Tiffany, Garry malah mendengar gadis ini bercerita tentang hubungan ranjang dengan wajah tersipu."Eee ...." Tiffany menepuk dahinya dengan gusar. "Aku lupa tentang pekerjaan paruh waktuku!"Usai berbicara, Tiffany menyingkirkan lengan Julie yang diletakkan di atas bahunya, lalu hendak pergi bekerja.Julie mengernyit dan meraih tangan Tiffany. "Ngapain kamu ke sana lagi? Bukannya semua sudah beres?"Nenek Tiffany telah bertemu Sean. Dia tidak marah dan penyakitnya tidak kambuh, melainkan menyuruh Tiffany cepat melahirkan keturunan untuk Sean.Itu artinya, Tiffany tidak perlu takut pada ancaman Thalia lagi, apalagi membayar biaya pengobatan untuk Vernon. Tiffany tidak kekurangan uang. Untuk apa dia bekerja susah payah di panti jompo?Tatapan Tiffany terlihat dipenuhi tekad saat berucap, "

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 74

    Makin dipahami, Garry hanya makin menyiksa diri sendiri. Ketika mereka baru kenal, sorot mata Tiffany kepadanya juga dipenuhi binar bahagia. Kenapa sekarang semua berubah?Teman Garry bahkan pernah menggodanya, "Sepertinya adik kelasmu sangat menyukaimu. Kamu nggak mau menyatakan cinta?"Garry malah tersenyum tipis sambil menyahut, "Banyak adik kelas yang menyukaiku."....Kini, tatapan Tiffany saat menatapnya masih dipenuhi kekaguman, tetapi cintanya telah diberikan kepada pria lain.Mobil segera tiba di panti jompo. Garry mengantar Tiffany sampai ke tempat kerjanya, lalu baru pergi."Tsk, tsk, tsk. Ternyata kamu diantar pria tampan ya?" Tiana tersenyum dingin sambil menyerahkan setumpuk seprai yang harus dicuci. "Kamu nggak datang kemarin, makanya bisa sebanyak itu."Tiffany merasa pusing melihat seprai yang menumpuk itu. Dia bertanya, "Mesin cucinya masih rusak ya?"Hari itu, Tiffany mencuci seprai sampai sore hari. Ketika pulang, pergelangan tangannya sakit sekali. Apalagi, seprai

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 75

    Aura dingin yang terpancar membuat suasana di ruang cuci terasa agak mencekam. Garry tidak pernah melihat pria seperti Sean.Sutra hitam di mata membuat Sean terlihat misterius. Wajahnya suram, tetapi dia terlihat elegan di kursi roda. Jelas-jelas seorang pria cacat, tetapi tekanan yang dipancarkan membuat orang merasa sesak.Siapa pria itu? Kenapa bisa ada di sini?Selagi Garry kehilangan fokus, Tiffany buru-buru melepaskan diri dari pelukannya. Ketika merasakan suasana di sini tidak beres, Tiffany mengernyit dan mengikuti arah pandang Garry."Sayang!" Begitu melihat pria di kursi roda, kekesalan Tiffany karena dipeluk Garry sontak sirna. Dia meraih seprai yang belum dicuci untuk menyeka kakinya, lalu berlari ke hadapan Sean dan bertanya, "Kenapa kamu di sini?"Penampilan Tiffany yang membelalakkan mata sambil memanggilnya sungguh menggemaskan. Sean tersenyum tipis, lalu mendekapkan Tiffany ke pelukan dan menyahut, "Julie bilang kamu kerja di sini, jadi aku datang untuk melihatmu."Ti

Latest chapter

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 467

    Ibu Raiyen langsung tersadar. "Bos, Anda ....""Ya." Pemilik toko menjawab dengan puas sambil menyilangkan tangan di dada. "Aku nggak memasukkan terlalu banyak, cuma empat atau lima jarum halus yang sulit terlihat.""Jarum-jarum ini dilapisi dengan sesuatu yang akan membuat orang tua merasa gatal luar biasa."Ibu Raiyen membelalakkan matanya dengan terkejut. "Anda melakukan ini ... nggak takut kalau dia akan kembali mencari Anda nantinya?""Apa yang perlu ditakuti?" Pemilik toko memutar matanya. "Gimana dia mau membuktikan bahwa aku yang masukkan jarum-jarum itu, bukan dia sendiri yang menyelipkannya karena ada dendam sama orang tua itu?""Tanpa bukti, dia nggak bisa berbuat apa-apa padaku."Ibu Raiyen tercengang untuk beberapa saat, lalu akhirnya menatap pemilik toko dengan penuh rasa kagum, bahkan mengacungkan jempol. "Anda memang cerdik. Aku benar-benar nggak kepikiran sampai ke sana."Seandainya saja dia berpikir seperti itu sebelumnya, untuk apa lagi dia berseteru dengan Tiffany?

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 466

    Wanita itu ternyata memang ibu dari Raiyen."Bagaimana keadaannya sekarang?" Tiffany tersenyum sopan kepada ibu Raiyen, tetapi kakinya perlahan mundur.Berhubung ibu Raiyen ada di sini dan terlihat begitu membencinya, Tiffany merasa tidak perlu membeli barang dari toko ini. Bagaimanapun, masih banyak toko pakaian lainnya. Kenapa harus cari masalah sendiri?"Hah, bagaimana mungkin dia baik-baik saja sekarang!" Ibu Raiyen menatap Tiffany dengan penuh amarah. "Kamu mengirimnya ke kantor polisi, catatan buruk itu tertulis di dokumennya. Dia dikeluarkan dari sekolah dan sekarang dia cuma bisa bersekolah di sekolah kecil di dekat sini!"Wanita itu melangkah semakin dekat ke Tiffany, kemarahan di matanya semakin memuncak. Tiffany mengerutkan alisnya. Karena malas berdebat lebih jauh, dia berbalik hendak pergi."Bu!" Baru saja Tiffany berbalik, suara antusias seorang wanita terdengar dari belakangnya."Bu!" Pemilik toko pakaian buru-buru keluar dan menarik lengan Tiffany. "Kenapa belum sempat

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 465

    Sean menggelengkan kepala dengan pasrah sambil memegang wajah Tiffany yang putih dan tirus. "Kenapa kamu tahu kamu bukan? Bagaimana kalau ternyata kamu memang Nona keluarga Japardi yang hilang bertahun-tahun lalu?"Tiffany terpaku sejenak, lalu tersenyum. "Mana mungkin ada kebetulan sebanyak itu."Meskipun dia sangat merindukan kehangatan keluarga, pamannya pernah mengatakan bahwa dia ditemukan di tumpukan sampah saat kecil. Sejauh yang diketahui Tiffany, Nona Keluarga Japardi yang hilang itu adalah anak yang sangat disayangi oleh orang tuanya.Keyakinan dan tatapan tegas Tiffany membuat hati Sean terasa sakit. Dia tahu Tiffany sangat menyukai Derek dan dia tidak percaya bahwa Tiffany tidak ingin menjadi cucu pria tua itu.Bagi Sean, sikap tegasnya ini hanya karena ... dia tidak percaya dirinya bisa memiliki latar belakang dan keluarga seperti itu. Mungkin ini adalah keputusasaan dan rasa rendah diri yang terpatri di dalam dirinya.Sean menghela napas panjang dan mempererat pelukannya

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 464

    "Ya." Sean menundukkan kepala, menatap wajah Tiffany yang putih dan tenang saat tertidur.Pikirannya melayang kembali ke saat di rumah sakit sebelumnya. Dalam keadaan setengah sadar, dia mendengar suara Tiffany yang penuh rasa sakit dan putus asa. Secara refleks, dia mematahkan belenggu orang-orang itu dan berlari ke arah Tiffany sekuat tenaga ....Tiffany adalah satu-satunya obat penawarnya. Satu-satunya hal yang paling sulit dia lepaskan.Sean mengangkat tangannya untuk menyentuh bulu mata Tiffany yang panjang. Sebuah senyuman tipis terukir di sudut bibirnya. Tiffany adalah seseorang yang sangat menghargai ikatan keluarga.Jika dia tahu bahwa orang tua kandungnya masih hidup dan masih peduli padanya ... dia pasti akan sangat bahagia, bukan?Meskipun Sean tidak terlalu yakin bahwa pertemuan Tiffany dengan Niken adalah hal yang baik. Namun, karena Derek sudah mengatakan hal ini, dia memilih untuk percaya bahwa semuanya akan berjalan ke arah yang baik.Dengan pemikiran itu, Sean mengang

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 463

    Sean terbangun pada malam hari. Saat dia membuka matanya, Tiffany sudah duduk di tepi tempat tidur, menggenggam tangannya sambil tertidur. Di dalam kamar, selain dia dan Tiffany, ada Bronson, Zara, Derek, dan Darmawan.Sean mengerutkan kening sedikit, lalu dengan bantuan Sofyan, dia memaksakan diri untuk bangun dari tempat tidur. "Paman Bronson, Kakek Derek.""Kenapa manggil Paman dan Kakek? Sekarang sudah seharusnya manggil Ayah dan Kakek." Derek menghela napas pelan, "Kami sudah tahu semuanya, jadi kami datang ke sini khusus untuk mendukung Tiffany."Sean sontak terpaku. Dia mengangkat pandangannya ke arah Zara yang berdiri di belakang Bronson. Zara tersenyum padanya, lalu memalingkan wajah.Sean merenung sejenak dan segera memahami alasan di balik semua ini. Dia tidak menyangka Sanny akan menyuruh Genta untuk menyerangnya. Namun, Zara bisa menduganya.Bisa dibilang, setelah lebih dari satu dekade bersama, Zara lebih mengenal Sanny dibanding dirinya sendiri. Fakta bahwa Keluarga Japa

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 462

    Tiffany-lah yang menolak mengadakan acara dan tidak ingin mengambil foto pernikahan. Dia sendiri yang mengusulkan untuk langsung mendaftarkan pernikahan mereka dan menganggapnya sudah cukup.Sebab, dia terburu-buru ingin Keluarga Tanuwijaya segera menggunakan uang itu untuk mengobati neneknya.Pada saat itu, Darmawan memang sempat berpikir untuk mengadakan pernikahan yang layak untuk Tiffany di kemudian hari. Sekarang Derek yang mengusulkannya, Darmawan juga tidak keberatan."Kalau begitu, kita putuskan begitu saja!" Derek menghela napas panjang, "Waktu pernikahan ulang nanti, pastikan setiap anggota Keluarga Tanuwijaya datang satu per satu untuk meminta maaf sama cucuku!"Setelah berkata demikian, dia melotot dengan sengit ke arah Darmawan, "Termasuk kamu juga! Cuma dengan beberapa ratus juta saja kamu bawa pulang cucu kesayangan kami. Terlalu murah untukmu!Darmawan tersenyum dan mengangguk, "Benar, benar, memang Keluarga Tanuwijaya yang diuntungkan.""Hmph!" Derek mengelus janggutny

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 461

    "Tiffany sudah bangun!?" Derek segera mendekat dengan wajah penuh kejutan dan kebahagiaan sambil menggenggam tangan Tiffany dengan penuh kasih, "Cucu kesayanganku! Keluarga Tanuwijaya siksa kamu ya?"Tiffany terpaku sejenak sebelum menyadari bahwa Derek sengaja mengatakan hal itu di depan Keluarga Tanuwijaya. Derek berbaik hati mengatakan Tiffany adalah anak Keluarga Japardi dan tentu saja Tiffany tidak bisa merusak rencananya.Oleh karena itu, dia tersenyum ringan sambil menggenggam tangan pria tua itu. "Nggak, Kakek Darmawan memperlakukanku dengan sangat baik, nggak ada yang menyiksaku."Derek mengerutkan kening dan merenung sejenak, "Kamu bilang, Kakek Darmawan nggak menyiksamu. Itu berarti, orang lain di Keluarga Tanuwijaya yang menyiksamu, bukan begitu?"Tiffany tertegun, lalu buru-buru menggeleng, "Nggak! Nggak! Semua orang di Keluarga Tanuwijaya memperlakukanku dengan sangat baik."Kecuali Michael dan Sanny."Omong kosong!" Derek mendengus dingin, "Jangan pikir aku nggak tahu ap

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 460

    "Jelas-jelas yang menentang adalah anggota keluargamu!"....Tiffany perlahan-lahan membuka matanya. Pertengkaran macam apa ini ...."Nyonya, kamu sudah bangun?" Sofyan segera mengambilkan segelas air saat melihat Tiffany sadar. "Masih sakit nggak?"Ketika melihat Sofyan, Tiffany secara naluriah bergerak mundur. Kemudian, dia bertanya, "Di mana Sean?"Sofyan termangu sejenak. Dia tahu Tiffany menganggap dirinya sama seperti Genta. Jadi, sesudah menghela napas dan menyodorkan air itu kepada Tiffany, dia menjelaskan, "Begini, dulu aku dan Genta dipilih oleh Nona Sanny untuk melayani Tuan Sean.""Setelah Nona Sanny hilang tanpa kabar, kami cuma mendengar perintah Tuan Sean. Sekarang Nona Sanny kembali dan ingin mengendalikan kami lagi.""Genta mendengarkan perintahnya karena memikirkan hubungan lama di antara mereka. Aku nggak punya cara lain, jadi terpaksa berpura-pura patuh. Tapi, di belakang ...."Sofyan menghela napas lagi. "Kamu belajar ilmu medis, jadi seharusnya tahu obat yang dibe

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 459

    Sanny menandatangani surat perjanjian itu dengan tangan gemetaran. Di sisi lain, Carla dihajar sampai babak belur. Dia kesakitan hingga tergeletak tak berdaya di lantai sambil memohon, "Kumohon, jangan pukul aku sampai mati .... Pamanku ...."Sanny akhirnya tidak tahan lagi. "Jangan terus sebut pamanmu!" Dia menarik napas dalam-dalam, lalu mendekat dan meraih kerah baju Carla dan menamparnya."Pamanmu sekalipun harus berlutut kepada Keluarga Japardi! Kalau kamu menyinggung Keluarga Japardi, nggak akan ada yang bisa menolongmu! Sebaiknya kamu cepat pergi dari sini!"Carla termangu, tahu Sanny sedang memberinya kesempatan. Tanpa berani berbasa-basi lagi, dia bergegas meninggalkan tempat itu dengan wajah babak belur."Zara, kita pergi." Bronson menguap. "Kita harus ke rumah lama Keluarga Tanuwijaya. Menurut karakter ayahku, dia bisa merobohkan rumah orang kalau aku nggak menahannya."Zara mengangguk, lalu menepuk debu di pakaiannya dan mengikuti Bronson dengan tenang. Di sisi lain, Sanny

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status