Share

Bab 34

Author: Clarissa
Perubahan situasi yang mendadak ini membuat Tiffany dan Julie kebingungan. Bahkan Vernon dan teman-temannya juga terkejut dengan apa yang terjadi.

Saat Vernon dibantu untuk berdiri oleh teman-temannya, dia mencabut dart kecil yang menancap di lututnya sambil melihat ke sekeliling dengan marah. "Siapa itu? Sialan, ikut campur urusan orang saja!"

Dart yang dipegangnya adalah dart kecil berwarna biru.

Tiffany mengerutkan keningnya. Dia mengenali dart itu. Dia pernah melihatnya di laci meja samping tempat tidur Sean pagi ini saat merapikan kamar.

Saat itu, dia bertanya-tanya apakah dart itu adalah milik Sean. Namun, kemudian dia ingat bahwa Sean adalah seorang tunanetra. Mana mungkin dia bisa melihat target untuk melempar dart? Agar tidak menyinggung perasaan Sean, dia memutuskan untuk tidak bertanya.

Namun, mana mungkin dart ini muncul di sini dan bahkan menancap tepat di lutut Vernon?

"Keluar kalian, dasar pengecut!" Vernon berteriak dengan marah. Dia merasa yakin bahwa orang yang melemp
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Isabella
Chaplin lucu juga namanya
goodnovel comment avatar
Wilmina Pesurnay
dasar pe cundang
goodnovel comment avatar
Zidan Kasan
iklannya pinjol Mulu sama judol, ini ilegal judol itu dilarang tapi iklannya malah marak sekali dan gak di hentikan, bener" ajaran sesat peraturan kudu dilanggar ini, sedangkan pinjol menyengsarakan masyarakat membelit terlalu kuat
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 35

    Setelah mengobrol sejenak, semua orang masuk ke dalam mobil. Genta mengemudi, sementara Sean, Tiffany, dan Julie duduk di kursi belakang. Keheningan di dalam mobil itu terasa begitu mencekam.Tiffany diam-diam melihat ke arah Chaplin yang masih berdiri di dekat pintu belakang kampus melalui kaca spion. "Genta, nggak apa-apa kamu ninggalin dia sendirian begitu?"Genta menjawab dengan tenang sambil tetap fokus mengemudi, "Nggak masalah. Chaplin punya kendaraan sendiri, jadi Nyonya nggak perlu khawatir.""Oh." Tiffany mengangguk pelan, lalu melirik ke sebelah kirinya. Sean sedang bersandar di kursi kulit, entah dia sedang tertidur atau hanya memejamkan mata. Kemudian, dia menoleh ke sebelah kanannya dan melihat Julie yang duduk diam bagaikan patung.Julie yang tampaknya tidak tahan dengan keheningan ini, memberikan isyarat kepada Tiffany. Kemudian, dia mengeluarkan kertas dan pena dari tasnya. Dengan cepat, dia menuliskan sesuatu dan menyerahkannya kepada Tiffany.Tiffany mengerutkan keni

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 36

    Padahal hanya makan malam biasa, tapi kenapa terasa seperti pertemuan rahasia? Apalagi ketika Sean meminta Chaplin untuk bersiap-siap.Setelah akhirnya tiba di tempat yang disebut "Rooftop Garden" setengah jam kemudian, dia baru mengerti mengapa Genta bereaksi seperti itu sebelumnya.Rooftop Garden ternyata bukan nama sebuah restoran, melainkan atap sebuah hotel. Hotel itu memiliki lebih dari 30 lantai, cukup tinggi untuk menikmati pemandangan kota saat senja. Atap hotel ini dilengkapi dengan pengamanan yang sangat baik dan dihiasi dengan sangat indah, tetapi hanya ada satu meja di sana.Genta mendorong kursi roda Sean ke depan meja dan Tiffany duduk di seberangnya.Seorang pelayan mendekat, lalu bertanya, "Pak Sean, menu yang sama seperti biasanya?""Ya, seperti biasa," jawab Sean dengan tenang.Pelayan itu mengangguk dan segera pergi. Tak lama kemudian, berbagai hidangan yang belum pernah dilihat Tiffany sebelumnya telah dihidangkan di atas meja.Melihat Tiffany menatap makanan itu d

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 37

    Vernon menggertakkan giginya seraya menahan rasa sakit. "Pak, aku tahu aku pernah mengatakan hal yang mungkin menyinggungmu. Tapi, kamu nggak perlu menyimpan dendam sebesar ini, 'kan?""Aku memang tipe orang yang pendendam," jawab Sean seraya tersenyum tipis. Dia mengangkat gelas anggur dan menyesapnya dengan perlahan. "Katanya, kamu pernah mengincar wanitaku ... berkali-kali."Vernon terdiam. Tubuhnya seolah-olah tersengat listrik. "Wanitamu?""Tiffany," jawab Sean dengan tenang, tetapi penuh arti. Tubuh Vernon seketika menjadi kaku.Vernon selalu menganggap Tiffany sebagai gadis desa yang kurus dan tidak menarik. Mana mungkin dia bisa mengenal tokoh penting seperti pria di depannya ini? Apalagi, menjadi wanitanya ....Tanpa sadar, Vernon menatap pria dengan mata yang tertutup kain sutra hitam itu dan bertanya, "Anda ini ...?""Secara teknis, mungkin aku harus memanggilmu kakak sepupu." Sean tersenyum dingin, "Tapi, aku nggak mau."Vernon yang berlumuran darah segera menggelengkan kep

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 38

    Setelah mengatakan itu, Sean memberi isyarat kepada Genta. Genta segera mendekat dan mendorongnya keluar. Ketika pintu atap tertutup, yang tersisa di sana hanyalah Tiffany, Chaplin, dan Vernon.Chaplin mengerucutkan bibirnya, lalu melepaskan rantai yang mengikat Vernon. Setelah mengeluhkan betapa membosankannya situasi itu, dia pun langsung pergi.Vernon merangkak kembali ke tengah atap dengan susah payah. Dia memelotot ke arah Tiffany yang masih terkejut, "Kenapa bengong saja? Cepat bantu aku lepaskan ini!" Begitu Sean pergi, nada bicara Vernon langsung kembali seperti biasanya saat dia mengintimidasi Tiffany.Tiffany yang masih ketakutan dengan kejadian tadi, langsung mendekat untuk melepaskan rantai itu saat mendengar Vernon memanggilnya. Namun, begitu rantai itu terlepas, Vernon tiba-tiba berbalik dan menekan Tiffany ke tanah, lalu mencekik lehernya."Jalang, berani-beraninya kamu manggil orang untuk menghajarku?"Tiffany tidak menyangka bahwa orang yang baru saja diselamatkannya d

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 39

    Tiffany tertegun sejenak karena belum sepenuhnya mengerti maksud dari perkataan Sean. "Gimana caranya memastikan dia akan benar-benar berhenti?"Sean tampak agak terkejut oleh pertanyaan itu. Dia mengusap kepala Tiffany. "Bodoh," ucapnya.Setelah berkata demikian, Sean merangkul Tiffany dengan satu tangan sambil memutar roda kursi rodanya dengan tangan yang lain untuk pergi. Pose tersebut terasa sangat memalukan bagi Tiffany. Dia baru berhasil melepaskan diri setelah meronta-ronta beberapa saat.Dengan wajah yang merah padam, Tiffany berkata, "Biar aku yang dorong kamu."Sean yang duduk di kursi rodanya, tersenyum santai seraya berkata, "Kamu harus terbiasa dengan kehidupan seperti ini. Suamimu ini orang cacat, jadi memang seperti ini kalau mau bermesraan."Tiffany menggelengkan kepala sambil mendorong kursi roda Sean menuju lift. Dia menjawab dengan serius, "Kita bisa lakukan di rumah, nggak perlu seperti ini ....""Misalnya?" tanya Sean dengan nada penasaran."Di sofa, atau ... di te

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 40

    Suara Chaplin terdengar agak lesu, "Nggak, terlalu cepat.""Memang harus cepat. Kalau nggak, orang lain akan melihat gerakanmu. Gimana kamu bisa mengejutkan mereka?" jawab Sean dengan tenang."Aku akan berusaha lebih keras," balas Chaplin.Tiffany yang berdiri di luar pintu dengan nampan berisi susu, merasa bingung mendengar percakapan mereka. Dia tidak menyangka bahwa Chaplin juga ada di sana, sehingga hanya menyiapkan susu untuk dirinya dan Sean.Saat dia sedang mempertimbangkan apakah harus kembali ke dapur untuk menghangatkan segelas susu lagi atau tidak, suara Genta terdengar dari belakangnya, "Nyonya."Suara yang mendadak itu membuat Tiffany terkejut dan hampir saja menjatuhkan susu yang dibawanya. Untungnya, berkat pengalamannya bekerja di kafe, Tiffany berhasil menyeimbangkan nampan dan tidak menumpahkan apa pun.Ketika dia tersadar, pintu ruang kerja sudah terbuka dan Chaplin menatapnya dengan waspada. "Kenapa kamu datang ke sini?"Tiffany merasa canggung dan tidak tahu harus

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 41

    Sean menatap Tiffany dengan serius dan suaranya juga penuh dengan ketulusan. Menyadari bahwa percakapan mereka semakin intim, Genta buru-buru memberi isyarat kepada Chaplin untuk meninggalkan ruangan.Pintu ruang kerja pun tertutup. Wajah Tiffany memerah saat dia menatap Sean. "Iya.""Tiffany." Suara Sean terdengar lebih dalam dan serius, "Dalam hubungan suami istri, nggak ada yang namanya utang budi."Tiffany mengangguk pelan. "Oh ... oke, aku nggak akan mengatakannya lagi."Sean mengusap keningnya, "Bukan hanya nggak boleh mengatakannya, tapi juga nggak boleh mikir seperti itu.""Tapi aku merasa sudah berutang budi besar padamu. Kalau nggak mikir seperti itu, aku harus mikir gimana?" tanyanya dengan polos.Melihat betapa polos dan bodohnya Tiffany, Sean tersenyum tipis. "Kamu bisa menggantinya dengan sesuatu yang sepadan.""Apa itu?" tanya Tiffany dengan penasaran."Kau berutang padaku seorang anak."Tiffany langsung terdiam.....Meskipun Tiffany berhasil menghindari Thalia yang men

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 42

    Tiffany menundukkan kepala sambil mengeluarkan buku dan catatan dari tasnya. "Punya uang memang hebat." Sejak neneknya jatuh sakit, Tiffany sangat berharap bisa menjadi orang kaya. Sekarang dia memang sudah menjadi istri orang kaya, tetapi dia masih merasa bahwa hidupnya terasa tidak nyata."Nggak bisa dibilang begitu," kata Julie, cemberut. "Kalau perlu, suruh saja Sean datang dan mempermalukan Leslie. Biar dia berlutut dan minta maaf padamu!"Tiffany menggelengkan kepala. "Lupakan saja.""Kenapa?" tanya Julie dengan bingung."Kalau memang berniat mengejekku, mereka akan selalu menemukan caranya. Kalaupun aku membuktikan bahwa Sean bukan pria tua, jelek, gemuk, dan botak, mereka tetap akan mengejeknya cacat." Tiffany menarik napas panjang dan memasang earphone-nya. "Omongan orang lain nggak usah didengar."Tiffany menikahi Sean untuk merawatnya dan dia tidak ingin menambah masalah bagi Sean.Julie menghela napas dengan kesal. "Jadi Leslie bisa mengejekmu seenaknya?" Jika tidak bisa me

Latest chapter

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 679

    Keesokan harinya, konferensi pers Rumah Sakit Kota Kintan diadakan tepat pukul sepuluh pagi.Berhubung insiden ini terkait dengan seorang tokoh medis terkenal, dan karena Tiffany adalah dokter dengan perkembangan paling pesat dalam dua tahun terakhir di rumah sakit, jumlah wartawan yang datang sangat banyak.Hampir seluruh media di Kota Kintan hadir. Bahkan, ada beberapa media internasional yang ikut meliput.Saat Tiffany memasuki ruangan, dia langsung melihat beberapa wartawan asing. Di samping mereka, duduk seorang wanita yang sangat cantik dan bersorot mata dingin.Wanita itu bertubuh tinggi, ramping, dan penuh pesona. Aura dingin dan angkuhnya terasa begitu kuat. Saat itu, wanita tersebut sedang menyilangkan kaki dan berbicara dengan beberapa wartawan asing di sekitarnya.Sesekali, dia tersenyum tipis dengan ekspresi palsu.Tiffany meremas kedua tangannya di sisi tubuhnya.Cathy.Sudah berapa lama sejak terakhir kali dia bertemu dengan Cathy?Terakhir kali mereka bertemu adalah dua

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 678

    Meskipun selama ini Tiffany selalu berusaha rendah hati, tetapi karena dukungan penuh dari direktur, dia terlalu mencolok. Saking mencoloknya, hingga membuat dokter lain mulai merasa iri padanya.Melihat sorot matanya yang semakin meredup, tebersit sedikit kegetiran dalam hati Sean. Dia menghela napas dengan pasrah. "Kalau begitu, bagaimana denganmu? Kamu suka sama kehidupanmu yang sekarang?"Tiffany terdiam sejenak, lalu menggeleng pelan. "Aku nggak bisa bilang aku suka atau nggak. Selain urusan sosial dan konferensi yang nggak penting, sebenarnya aku cukup menikmati pekerjaanku sekarang. Tenang dan menyenangkan."Sean tersenyum tipis. "Kepribadianmu mungkin lebih cocok untuk riset akademik di balik layar, bukan berdiri di depan orang banyak dan berpidato ke mana-mana."Tiffany mengangguk kecil. "Mungkin begitu."Emosi yang selama ini terpendam akhirnya menemukan jalan keluar. Tiffany menarik napas dalam-dalam dan merasa lebih lega daripada sebelumnya. Dia mengembuskan napas panjang,

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 677

    Sean menghela napas pelan, lalu mengulurkan tangan untuk mengusap kepala Tiffany. "Kalau kamu merasa nggak pintar ngomong, kenapa harus tetap berpidato di konferensi seperti ini?"Sean kemudian mengambil satu lagi buku catatan dari meja yang sudah penuh dengan tulisan. Setelah membolak-balik beberapa halaman, dia berkomentar santai, "Sebenarnya, semua ini bisa kamu serahkan pada orang lain untuk menyampaikannya.""Apa boleh buat." Tiffany mengerucutkan bibirnya.Sekarang setelah rahasianya terbongkar, dia pun malas berpura-pura lagi. Dengan pasrah, dia memeluk bantal sofa dan menyandarkan tubuhnya. "Kamu pikir aku mau?"Tiffany mengeratkan pelukannya pada bantal, lalu menenggelamkan wajah mungilnya ke dalamnya. Kemudian, dia menatap Sean dengan sepasang matanya yang berbinar."Aku ini kebanggaan direktur rumah sakit kami. Setiap kali ada konferensi penting, dia selalu membawaku. Dia juga selalu memaksaku untuk menyapa orang-orang dan memberikan pidato ...."Wanita itu menghela napas pa

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 676

    Mendengar percakapan kedua orang dewasa itu, Arlene tersenyum manis dan melirik Arlo dengan penuh arti. Namun, Arlo hanya memasang wajah datar dan mengerucutkan bibirnya tanpa mengatakan apa pun.Setelah makan malam, Tiffany tidak langsung mengusir Sean karena Sean telah menyiapkan paha ayam yang lezat. Lagi pula, dia tahu jelas bahwa pria itu datang dengan membawa perlengkapan mandi dan piama, jadi tidak mungkin dia hanya datang untuk makan malam saja."Mama, biarkan Pak Sean tidur sama aku malam ini." Setelah makan malam, Arlo mengambil selimut cadangan dari lemari Tiffany dan mengatakannya dengan enggan.Tiffany tertegun. Setahunya ... Arlo tidak terlalu menyukai Sean. Kenapa tiba-tiba dia sendiri yang mengusulkan untuk tidur bersama?"Karena aku kalah taruhan."Bocah itu mengerucutkan bibirnya dengan ekspresi tak berdaya. "Mama, jangan tanya lagi. Ini urusan antara pria. Aku menerima kekalahan, jadi malam ini aku tidur sama dia."Tiffany menatap Arlo dengan terkejut hingga tidak bi

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 675

    Sean sibuk sendirian di dapur untuk waktu yang cukup lama. Sementara itu, Tiffany duduk di sofa menemani kedua anaknya sambil terus mengawasi dapur dengan hati-hati. Dia belum lupa kejadian lima tahun yang lalu, ketika Sean pernah memasak untuknya.Saat itu ... dia menghancurkan satu dapur.Sekarang, setelah lima tahun berlalu, meskipun Tiffany sudah membuktikan sendiri bahwa paha ayam panggang buatan Sean sama lezatnya dengan yang dibuat oleh koki Restoran Prosper dulu ....Tetap saja, dia tidak bisa benar-benar tenang. Bagaimanapun juga, ini adalah rumahnya dan tempat tinggal kedua anaknya. Kondisi keuangannya saat ini, tidak memungkinkan baginya untuk merenovasi dapur lagi.Namun, kenyataan membuktikan bahwa kekhawatirannya terlalu berlebihan.Satu jam kemudian, pria tinggi yang mengenakan celemek kelinci pink itu keluar dari dapur dengan membawa sepiring paha ayam panggang panas yang mengepul harum."Wahh!"Arlene melompat turun dari sofa sambil menatap Sean yang mengenakan celemek

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 674

    "Aku sudah lihat semuanya."Tangan Sean dengan mudah menggenggam tangan Tiffany, lalu mengambil tutup panci dari tangannya dan meletakkannya ke samping. "Kalau ingin makan, cari aku saja. Jawaban di internet nggak bisa diandalkan daripada aku."Tiffany terdiam. Sampai di titik ini, apa lagi yang bisa dia katakan?Dengan pipi yang memerah, Tiffany akhirnya menyerah dan mundur selangkah. "Kalau begitu ... kamu saja yang masak.""Hmm."Sean menggulung lengan bajunya dan memperlihatkan lengan bawah yang berotot. "Bisa tolong ambilkan kecap asin?"Tiffany menggigit bibirnya, lalu mengambil kecap asin dan menyerahkannya."Ada madu?""Ada." Dia lagi-lagi dengan patuh mengambil botol madu dan menyerahkannya."Ada celemek lain?" Tiffany tertegun sejenak.Celemek lain ... dia tidak punya itu.Namun, setelah menarik napas dalam-dalam, Tiffany akhirnya melepaskan celemek yang dikenakannya dan menyerahkannya kepada Sean. "Cuma ada ini. Pakai saja."Bagaimanapun juga, sekarang Sean adalah kepala kok

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 673

    Ini adalah pertama kalinya Sean memasuki kamar Arlo. Ruangan itu sangat rapi dan bersih. Lemari pakaian serta seprai berwarna biru tua.Selain sebuah puzzle yang tergantung di dinding dan figur Ultraman di atas meja, kamar ini sama sekali tidak terlihat seperti kamar seorang anak laki-laki berusia lima tahun."Letakkan barangmu di sini." Arlo berbicara dengan nada sedikit tidak sabar. "Kalau mau ganti baju, ganti saja di sini."Sean mengangguk, lalu meletakkan barang bawaannya sebelum mulai mengganti pakaian."Hmm, ternyata kamu punya perut berotot juga." Arlo menyilangkan tangan di dadanya dan duduk santai di tepi tempat tidur sambil memperhatikan Sean mengganti baju. "Bukannya kamu sibuk sekali? Kapan sempat latihan?"Gerakan Sean terhenti sejenak saat mendengar pertanyaan itu. Dia menatap Arlo dengan tatapan tenang. "Dari mana kamu tahu aku sibuk?""Hmph!"Arlo menoleh ke samping dengan ekspresi tidak senang, lalu berkata dengan nada enggan, "Presdir Grup Tanuwijaya memegang kendali

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 672

    Arlene mengedipkan matanya beberapa kali, tidak menangkap maksud Arlo.Melihat adiknya kebingungan, Arlo hanya bisa mengangkat tangan dan mengetuk keningnya dengan pelan. "Dia mirip banget sama aku, 'kan?""Kamu bilang dia ganteng, berarti kamu lagi muji aku."Arlene terdiam. "Kakak nggak tahu malu!"Namun, setelah berkata demikian, Arlene kembali merapatkan bibirnya dan berbisik di dekat telinga Arlo, "Kak, aku pengen banget Paman Ganteng jadi papa kita.""Dia itu pria terganteng yang pernah aku lihat! Mama menikah sama pria terganteng adalah hal terbaik yang bisa terjadi!"Arlo mencemberutkan bibirnya, lalu melirik sekilas pria yang bersiap-siap hendak masuk ke dapur. Arlo mendengus kecil dengan nada meremehkan, "Kita lihat saja dulu performanya.""Bukan sembarang orang yang bisa jadi Papa kita."....Di dalam dapur, begitu mendengar bahwa Sean datang, hal pertama yang dilakukan Tiffany adalah buru-buru menyembunyikan paha ayam dan bumbu-bumbu yang tadi dibelinya.Dapur itu kecil, lo

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 671

    Malam itu, Tiffany baru saja menjemput kedua anaknya ke dalam mobil, Arlo sudah mulai merengek ingin makan paha ayam untuk makan malam. Berbeda dengan Arlene yang sering manja, Arlo jarang sekali mengungkapkan apa yang dia suka atau inginkan kepada Tiffany.Oleh karena itu, ketika putranya akhirnya mengajukan permintaan, Tiffany tentu saja ingin mengabulkannya.Setelah keluar dari taman kanak-kanak, Tiffany langsung mengemudikan mobil menuju pasar bahan segar. Saat membeli paha ayam, Tiffany teringat dengan paha ayam panggang yang dimasakkan Sean saat makan siang di tempat Zion.Tiffany telah merindukan rasa itu selama lima tahun.Sudah lima tahun dia tidak kembali ke Kota Aven, selama itu juga dia tidak pernah merasakan rasa itu lagi. Begitu pula dengan Arlo dan Arlene, kedua anak kecil itu juga belum pernah mencicipinya.Setelah ragu cukup lama, akhirnya Tiffany memutuskan untuk membeli bumbu yang sama seperti yang digunakan Sean tadi siang untuk memanggang ayam."Mama, malam ini mak

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status