Ketika merasakan tangan Sean menyentuh dadanya. Wajah Tiffany sontak memerah. Dia tanpa sadar ingin mendorong Sean. "Sayang, jangan sembarangan pegang."Sean suka melihat Tiffany yang panik seperti ini. Dia pun makin merajalela. "Aku saja nggak nyangka kamu akan memperhatikan bagian itu saat Zara ada di sini."Tiffany termangu. Seketika, wajahnya menjadi panas. Sementara itu, Sean menyentuh dengan makin berani. Tiffany bisa merasakan suhu tubuh Sean meningkat. Selain itu, kemaluannya juga ....Tiffany buru-buru menepis tangan Sean. "Ja ... jangan sembarangan!"Tempat ini adalah ruang privat restoran. Siapa pun bisa masuk kemari.Napas hangat Sean sekaligus suaranya yang rendah mencapai telinga Tiffany. "Nggak apa-apa. Aku melakukannya dengan istriku. Siapa yang berani melarang?""Selain itu ...." Sean menatap Tiffany dengan tatapan misterius. "Aku benar-benar ingin melakukan sesuatu."Tiffany sontak tercengang. Dia buru-buru mendorong untuk menjaga jarak dengan Sean. "Aku wanita yang t
Tiffany menggeleng dengan sungguh-sungguh. "Aku nggak tahu.""Kalau begitu, kamu percaya padaku nggak?""Percaya dong." Tiffany merangkul leher Sean dan menatapnya dengan tatapan tulus. "Kamu suamiku. Masa aku nggak percaya padamu?""Tapi, kamu tetap harus memberiku penjelasan."Tiffany memang memercayai Sean. Namun, Sean tidak seharusnya merahasiakan pertemuannya dengan wanita lain, 'kan? Hari ini Zara, bagaimana dengan hari-hari berikutnya?Sean sendiri yang bilang di antara suami istri harus jujur dan terbuka. Sean menyuruh Tiffany memberitahunya jika Tiffany bertemu pria lain. Aturan ini tidak mungkin hanya berlaku untuk Tiffany, 'kan?Sean memeluk Tiffany, lalu mengembuskan napas. "Aku menemuinya bukan karena dia cantik, juga bukan karena alasan lain."Sean menarik napas dalam-dalam, lalu menunjukkan sebuah foto dari ponselnya. "Lihat ini."Tiffany mengambil ponsel Sean. Begitu melihat foto tersebut, matanya sontak terbelalak. Itu adalah foto Zara dengan seorang pemuda.Hanya saja
Ucapan Sean membuat Tiffany merasa agak bingung. Dia mengatupkan bibir dan menatap Sean sambil berkata, "Maksudmu, ada kemungkinan ... Zara bukan hanya mirip sama kakakmu, tapi ... seseorang telah memasukkan pikiran kakakmu ke dalam dirinya?"Sean terdiam, tidak berkata apa pun. Namun, keheningannya itu sudah cukup untuk membuktikan sikapnya.Tiffany menggelengkan kepalanya. "Itu nggak mungkin ...."Tiffany adalah seorang mahasiswa kedokteran. Dia tahu bahwa dengan kemajuan dunia medis saat ini, tidak mungkin mentransfer ingatan seseorang yang sudah meninggal ke dalam otak orang lain.Bahkan dengan hipnosis pun tidak bisa.Saat SMA dulu, gurunya pernah mengajarkan bahwa jika semua kemungkinan telah disingkirkan, maka jawaban yang tersisa adalah jawaban yang benar meski kedengarannya aneh. Oleh karena itu, Tiffany berkata, "Suamiku, menurutku mungkin saja ... kakakmu masih hidup."Itu satu-satunya penjelasan yang masuk akal. Sean tidak mungkin memberi tahu Zara tentang rahasia antara di
Tiffany memutuskan untuk tetap berpikiran positif. Memikirkan hal itu, Tiffany langsung bangkit dari tempat tidur dan melompat di hadapan Chaplin. "Ayo, Kakak bawa kamu main air!"Di luar, matahari siang bersinar terik dan menyengat. Tiffany dan Chaplin memegang selang di taman sambil menyiram bunga-bunga dan bermain air dengan riang.Sementara itu, Sean berdiri di jendela ruang kerja di lantai dua, diam-diam memperhatikan mereka.Pemandangan itu membawa pikirannya kembali ke masa 13 tahun yang lalu. Waktu itu ....Kakaknya juga seperti ini. Dia menemani Sean bermain dari lantai atas hingga ke bawah rumah dan berlarian di taman. Setelah orang tuanya meninggal, kakaknya melindunginya dengan sangat baik. Sampai di usia 13-14 tahun, dia masih bisa tetap polos, ceria, dan bersikap positif terhadap kehidupan.Namun kemudian ....Sean memejamkan matanya. Kalau bukan karena Tiffany, dia tidak akan pernah merasakan kehangatan dunia ini lagi. Dia menghela napas dan mengambil sebuah foto dari la
Tiffany tinggal di kediaman Tanuwijaya selama setengah bulan untuk beristirahat. Setengah bulan kemudian, setelah mendapatkan izin dari Charles, dia langsung mengurus izin cutinya di kampus.Pagi itu, dia bangun lebih awal dengan penuh semangat, mengenakan tas punggung dan turun ke lantai bawah."Nyonya, pagi sekali." Rika tersenyum ramah sambil meletakkan sarapan di meja. "Hari ini sudah mulai masuk kuliah lagi?"Tiffany duduk di kursi meja makan, bahkan tasnya pun tak rela dilepas. "Iya, hari ini mulai masuk! Kelamaan diam di rumah, rasanya aku jadi berjamur!""Begitu ya?"Sean yang sudah rapi dengan setelan jas, turun dari tangga spiral sambil merapikan kancing mansetnya. "Sini, biar kucium dulu, benaran berjamur atau nggak."Tiffany memutar matanya kesal, lalu kembali menunduk dan melanjutkan sarapannya.Sean tersenyum dan berjalan ke arahnya. Dia duduk di seberang Tiffany, tatapannya tertuju pada tas yang masih melekat di punggungnya. "Semangat sekali mau ke kampus?""Ya!" Tiffany
"Kamu lihat kan, sejak si Zara itu datang, semua guru dan teman sekelas jadi suka padanya. Mereka nggak seantusias dulu sama kamu," keluh Julie sambil memberikan tisu pada Tiffany untuk mengelap keringat. "Benar-benar licik. Bahkan dosen kalkulus kita saja bisa dia buat terpana."Tiffany mengernyit, tidak terlalu paham maksud ucapan Julie. Saat dia menoleh dan hendak bertanya, pandangannya tertuju pada seorang gadis yang duduk di barisan paling depan. Gadis itu menoleh dan menatapnya balik.Tatapan mereka saling bertemu. Zara tersenyum ramah ke arah Tiffany, lalu kembali memusatkan perhatian ke dosen. Mata Tiffany membelalak kaget. "Dia ... kenapa dia ada di sini?""Beberapa hari lalu dia pindah ke sini, katanya sih sebagai siswa pertukaran," jawab Julie dengan nada jengkel. "Kamu tahu nggak? Waktunya cuma setengah tahun di sini, tapi dia bilang apa ke guru dan teman sekelas?""Dia bilang, dia merasa semua orang di sini sangat ramah dan baik. Bahkan kalau masa pertukaran selesai, dia
Setelah mendengar ucapan Julie, Tiffany baru menyadari ada bekas luka samar di wajah Julie, seperti goresan kuku. Tiffany mengerutkan kening dalam-dalam, lalu mengulurkan tangan untuk menyentuh wajah Julie. "Ini ... kenapa?""Cuma bertengkar kecil sama mereka." Julie menghindari tangannya. "Zara sudah pindah seminggu, tapi karena aku takut kamu yang lagi istirahat malah jadi kepikiran, aku nggak bilang apa-apa."Melihat semakin banyak teman yang mengerumuni Zara di depan, Julie mendengus kesal. "Apa-apaan sih ini! Kamu sudah izin selama setengah bulan, tapi tetap saja cuma salah dua soal di ujian. Itu sudah hebat banget. Lagian, mereka setiap hari ikut kelas, apa yang mau dibanggakan!"Tiffany mengepalkan bibirnya dan mengusap kepala Julie dengan lembut, menirukan kebiasaan Sean saat menenangkannya. "Kamu ini ... Kenapa harus dipikirkan sampai segitunya?""Tapi posisi ketua belajar itu kan memang tugasmu dan dulunya yang dipuja-puja di kelas ini juga kamu. Mereka benar-benar nggak tahu
Karen mengiakan dan lanjut menulis di papan tulis dengan sikap patuh. Julie mengepalkan tinju dan mengumpat, "Dasar berengsek!"Karen jelas sengaja! Karen mengatakan ada dua metode penyelesaian dan menyuruh murid lain untuk mengerjakannya di depan kelas. Karen jelas tahu guru Fisika paling mengapresiasi Tiffany! Karen sengaja ingin mempermalukan Tiffany di depan guru Fisika!"Duduk kamu!" perintah guru Fisika. Guru Fisika dengan puas melihat Karen menuliskan jawaban yang benar, lalu menoleh pada Tiffany dan memelototinya. Guru Fisika menegur Tiffany, "Kamu makin sembrono! Bisa nggak kamu belajar dengan yang lain?"Tiffany mengangguk dan tersenyum. "Baik, aku akan belajar dengan Karen."Tidak ada kemarahan maupun keirian di mata Tiffany, melainkan tulus, serius, dan sungguh-sungguh. Tatapan mata Tiffany membuat jantung Guru Fisika berdebar-debar. Guru Fisika pun menghibur Tiffany, "Kesehatan memang penting, tapi nggak boleh lalai juga dalam belajar. Berusahalah lebih keras.""Aku paha
Pagi itu ketika mengingatnya kembali, Derek masih merasa ngeri. Hari itu adalah pertama kalinya dia mengenal seorang wanita bernama Niken.Bukan Nancy, bukan menantu Keluarga Japardi yang bernama Nancy, tetapi Niken. Seorang wanita yang mampu membuat seluruh Keluarga Japardi kacau balau. Namanya Niken.Setelah berpamitan dengan Derek, Nancy meninggalkan sebuah surat perjanjian cerai, membawa anaknya, dan pergi menemui Kepala Keluarga Rimbawan.Derek awalnya mengira itu hanya karena kemarahan sesaat Nancy, tetapi ternyata Nancy serius dengan ucapannya. Dia benar-benar menjadi Kepala Keluarga Rimbawan dan berhasil membalas dendam, bahkan menjadi pendukung terkuat Bronson dalam perjalanan hidupnya.Orang-orang selalu menganggap Bronson sangat mengerikan. Siapa pun yang berani melawan atau bermain curang di belakangnya pasti akan mendapatkan akibat buruk. Namun, Derek tahu bahwa semua itu adalah hasil kerja Nancy di belakang layar.Di permukaan, Nancy adalah Kepala Keluarga Rimbawan. Namun
Gadis muda di depannya ini memang sangat mirip dengan Nancy.Saat itu, Bronson terlalu mencolok sehingga menarik banyak musuh. Orang-orang yang merasa dirugikan oleh Keluarga Japardi dalam urusan bisnis, memanfaatkan ketidakhadiran Bronson di rumah untuk menerobos masuk ke kamar Nancy.Malam itu, Derek sedang sakit parah, terbaring tak berdaya di tempat tidur. Sementara itu, para pelayan di rumah telah disuap.Derek hanya bisa mendengar jeritan menyakitkan Nancy, mendengar tangisan anak-anak. Bahkan, untuk pergi melihat saja dia tidak mampu.Akhirnya, Derek jatuh dari tempat tidur. Semua alat komunikasi di rumah telah diambil. Derek tak bisa menolong Nancy, juga tak bisa memberi tahu Bronson. Mereka menyiksa Nancy sepanjang malam.Setelah malam itu, Derek membayangkan berbagai kemungkinan. Dia membayangkan Nancy akan bunuh diri, membayangkan Nancy akan menceraikan Bronson, bahkan membayangkan Nancy akan membenci Keluarga Japardi.Namun, yang tak pernah diduga adalah Nancy muncul di had
Tiffany tertegun, lalu mendongak menatap Derek. "Kakek bisa melihatnya?""Tentu saja!" Derek memutar bola matanya. "Kamu pikir aku siapa? Aku sudah hidup begitu lama dan kaya akan pengalaman. Gadis itu ingin bersandiwara di depanku? Dia masih kurang pengalaman!"Sambil berbicara, Derek mengangkat tangannya dan mengelus pipi Tiffany yang ditampar oleh Cathy. "Sakit?""Nggak." Tiffany menggeleng, tersenyum menyipitkan mata kepada Derek. "Kalau Kakek nggak salah paham padaku, aku nggak merasa sakit.""Dasar." Derek menggeleng dengan tak berdaya. "Cepat pikirkan, siapa saja yang menyentuh pakaian itu?"Tiffany mengernyit, mencoba mengingat dengan saksama. Saat itu, meskipun ditemani oleh Rika saat belanja, dia meminta Rika pulang duluan.Selain itu, ibu Raiyen yang punya hubungan buruk dengan Tiffany, diusir ke gudang sebelum Tiffany melihat pakaian ini.Setelah Tiffany membeli pakaian itu dan kembali, dia bahkan belum sempat memeriksa dan langsung pergi ke dapur untuk memasak.Jadi ... sa
Tiffany berdiri di belakang Bronson yang melindunginya, sambil memandang Cathy yang sedang berakting berlebihan. Dia hanya bisa menggeleng dengan tak berdaya."Masalah ini belum jelas. Kamu nggak perlu buru-buru menuduhku yang menaruh jarum-jarum itu," ucap Tiffany.Cathy langsung menuduhnya, mengatakan dia merasa tertekan selama bertahun-tahun ini di luar, makanya ingin mencelakai kakeknya?"Kamu pasti nggak akan mengakui sekarang." Cathy menarik napas dalam-dalam, lalu berdiri di tempat dengan ekspresi sedih.Sambil menyeka air mata, dia meneruskan, "Bagaimanapun, kamu Nona Besar Keluarga Japardi, keturunan resmi keluarga ini. Kakek dan Ayah pasti akan melindungimu. Kalaupun aku memukulmu untuk keselamatan Kakek, mereka tetap akan menganggapku yang salah."Selesai berbicara demikian, Cathy langsung mengangkat tangannya.Plak! Lagi-lagi sebuah tamparan. Namun, tamparan itu bukan diarahkan ke Tiffany, melainkan ke wajahnya sendiri.Tamparan itu jelas bukan akting karena suaranya lebih
"Kalian bisa masuk sekarang." Charles membuka pintu, membiarkan Tiffany dan Cathy masuk.Begitu pintu terbuka, bahkan sebelum Tiffany bisa bereaksi, Cathy langsung melangkah cepat ke depan dan meraih tangan Derek. "Kakek! Bagaimana keadaan Kakek?""Coba kulihat, apakah lukanya parah? Aduh, aku benar-benar kasihan .... Kakek sudah setua ini, masih harus menanggung penderitaan seperti ini ...."Tiffany berdiri di ambang pintu, melongo melihat adegan di depannya.Apakah ini benar-benar Cathy yang dia kenal?Dalam ingatan Tiffany, Cathy bukanlah tipe orang yang suka bersikap manja, apalagi menunjukkan perhatian sebesar ini kepada Derek. Perhatian dan kehangatan Cathy sekarang, meskipun tampak mendalam, nada bicara dan tangisannya terdengar agak dibuat-buat.Charles melirik Tiffany dengan sedikit canggung, lalu berkata, "Dia ini ....""Nona Besar Keluarga Japardi," jawab Tiffany dengan hati-hati."Benar, dia Nona Besar." Bronson tersenyum dan menepuk pundak Tiffany dengan penuh kasih."Aku
Tiffany tertegun cukup lama sebelum menyadari bahwa wanita ini adalah Cathy. Hanya dalam waktu kurang dari sebulan, dia telah berubah menjadi seperti ini."Pak Derek terluka karena jarum." Apa yang dapat dilihat Tiffany, tentu saja Charles juga langsung bisa mengetahuinya. Dia mengerutkan alis. "Pak Derek, Anda harus melepas pakaian ini. Pakaian ini telah dimanipulasi oleh seseorang."Barulah Derek mendengus dan mengangguk. Dengan bantuan Dokter Charles serta Bronson, dia melepas pakaian itu dan menggantinya dengan pakaian tidur. Saat mereka membantu Derek mengganti pakaian, Tiffany dan Cathy keluar dari ruangan."Dik." Cathy berdiri dengan tangan bersilang di dada dan menatap Tiffany dengan wajah penuh rasa superior. Saat itu, meskipun dia hanya mengenakan kaus putih dan celana jeans, wajahnya masih menunjukkan keangkuhan seperti sebelumnya."Aku hitung-hitung, sepertinya aku lahir lebih awal dua atau tiga hari darimu. Jadi, nggak berlebihan kalau aku memanggilmu adik, bukan?"Tiffany
Tiffany mengangkat matanya yang berlinang air mata seraya menatap Derek. "Ibuku ... apa Kakek tahu di mana dia?"Derek mengangguk ringan, matanya memancarkan sedikit kelelahan. "Hubungan antara ayah dan ibumu sangat rumit. Tapi yang harus kamu ingat adalah, baik ayah maupun ibumu, di hati mereka, mereka sangat menyayangimu.""Dalam dunia mereka, selain satu sama lain, hanya ada kamu."Tiffany menggigit bibirnya, lalu menoleh untuk melihat Bronson yang masih memeluknya. "Ayah ....""Ya." Bronson menarik napas panjang, lalu melepaskan pelukannya perlahan-lahan dan menyeka air matanya. Dalam hidupnya yang lebih dari 40 tahun, ini adalah kedua kalinya dia menangis.Pertama kali adalah ketika Nancy meninggalkannya.Pria itu menarik napas dalam-dalam. "Tiffany, mengenai ibumu ... kami membutuhkan kerja samamu."Tiffany mengangguk. "Apa yang perlu aku lakukan?"Namun, sebelum Bronson bisa menjawab, Derek tiba-tiba mengerutkan alis dengan keras. Tubuhnya tampak lemah saat dia duduk kembali di
"Tentu saja, bukan karena kamu akan menderita di Keluarga Japardi. Tapi, pada masa itu, Keluarga Japardi punya banyak musuh.""Waktu itu, ayahmu sangat menonjol di dunia bisnis dan membuat banyak orang marah. Banyak yang mencoba menyakiti kamu dan ibumu.""Meski setiap kali ancaman itu diselesaikan oleh ibumu dengan mudah, akhirnya dia nggak tahan dengan kehidupan seperti itu, sehingga memilih untuk membawamu pergi.""Alasan dia mengatur Cathy untuk menggantikanmu .... Pertama, agar ayahmu punya pelipur lara di hatinya dan nggak terus mencarimu ke seluruh penjuru dunia.""Kedua, untuk membuat semua orang berpikir bahwa Cathy adalah kamu, bahwa anak yang tinggal bersama Keluarga Japardi adalah putri sulung mereka. Dengan begitu, orang-orang yang berniat jahat terhadapmu nggak akan lagi mengejar keberadaanmu yang sebenarnya.""Mengenai alasan kenapa kamu akhirnya diculik oleh Kendra ...."Derek menutup matanya sejenak sebelum melanjutkan, "Itu karena suami baru ibumu pada awalnya nggak m
Tiffany duduk di sofa sambil menatap kedua pria di depannya. Setiap kata yang mereka ucapkan jelas terdengar olehnya. Setiap kalimat yang mereka sampaikan, dia mengerti maksudnya.Namun, dia tetap merasa tidak memahami apa pun.Kenapa dia tiba-tiba menjadi anak Keluarga Japardi? Kenapa pamannya, Kendra, tiba-tiba dianggap sebagai penculik anak? Kenapa dia sekarang disebut sebagai putri dari pemimpin Keluarga Japardi dan Keluarga Rimbawan?Bagaimana mungkin dia memiliki orang tua yang begitu luar biasa? Lalu, jika memang begitu, mengapa sepanjang hidupnya dia selalu dihina, dicap bodoh, dan dianggap tidak lebih dari seorang gadis desa yang sederhana?"Aku tahu ini sulit untuk kamu terima," ujar Derek sambil tersenyum pasrah. Dia mengambil setumpuk laporan hasil tes DNA dari tasnya dan meletakkannya di tangan Tiffany.Tumpukan laporan itu tebal sekali."Ini adalah hasil dari berbagai lembaga pengujian DNA ternama di dunia.""Tiffany, aku tahu kamu pintar, dan sebagai mahasiswa kedokteran