Share

Bab 282

Author: Clarissa
Tiffany memutuskan untuk tetap berpikiran positif. Memikirkan hal itu, Tiffany langsung bangkit dari tempat tidur dan melompat di hadapan Chaplin. "Ayo, Kakak bawa kamu main air!"

Di luar, matahari siang bersinar terik dan menyengat. Tiffany dan Chaplin memegang selang di taman sambil menyiram bunga-bunga dan bermain air dengan riang.

Sementara itu, Sean berdiri di jendela ruang kerja di lantai dua, diam-diam memperhatikan mereka.

Pemandangan itu membawa pikirannya kembali ke masa 13 tahun yang lalu. Waktu itu ....

Kakaknya juga seperti ini. Dia menemani Sean bermain dari lantai atas hingga ke bawah rumah dan berlarian di taman. Setelah orang tuanya meninggal, kakaknya melindunginya dengan sangat baik. Sampai di usia 13-14 tahun, dia masih bisa tetap polos, ceria, dan bersikap positif terhadap kehidupan.

Namun kemudian ....

Sean memejamkan matanya. Kalau bukan karena Tiffany, dia tidak akan pernah merasakan kehangatan dunia ini lagi. Dia menghela napas dan mengambil sebuah foto dari la
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Muchib Mida
klo benar S. itu Sanny kenapa dia mau memisahkan sean dan Tiffany?
goodnovel comment avatar
Fenty Izzi
kenapa sunny ingin memisahkan Tiffany dengan Sean??jahat banget ... apakah Sean bisa melawan kakaknya sendiri
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 283

    Tiffany tinggal di kediaman Tanuwijaya selama setengah bulan untuk beristirahat. Setengah bulan kemudian, setelah mendapatkan izin dari Charles, dia langsung mengurus izin cutinya di kampus.Pagi itu, dia bangun lebih awal dengan penuh semangat, mengenakan tas punggung dan turun ke lantai bawah."Nyonya, pagi sekali." Rika tersenyum ramah sambil meletakkan sarapan di meja. "Hari ini sudah mulai masuk kuliah lagi?"Tiffany duduk di kursi meja makan, bahkan tasnya pun tak rela dilepas. "Iya, hari ini mulai masuk! Kelamaan diam di rumah, rasanya aku jadi berjamur!""Begitu ya?"Sean yang sudah rapi dengan setelan jas, turun dari tangga spiral sambil merapikan kancing mansetnya. "Sini, biar kucium dulu, benaran berjamur atau nggak."Tiffany memutar matanya kesal, lalu kembali menunduk dan melanjutkan sarapannya.Sean tersenyum dan berjalan ke arahnya. Dia duduk di seberang Tiffany, tatapannya tertuju pada tas yang masih melekat di punggungnya. "Semangat sekali mau ke kampus?""Ya!" Tiffany

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 284

    "Kamu lihat kan, sejak si Zara itu datang, semua guru dan teman sekelas jadi suka padanya. Mereka nggak seantusias dulu sama kamu," keluh Julie sambil memberikan tisu pada Tiffany untuk mengelap keringat. "Benar-benar licik. Bahkan dosen kalkulus kita saja bisa dia buat terpana."Tiffany mengernyit, tidak terlalu paham maksud ucapan Julie. Saat dia menoleh dan hendak bertanya, pandangannya tertuju pada seorang gadis yang duduk di barisan paling depan. Gadis itu menoleh dan menatapnya balik.Tatapan mereka saling bertemu. Zara tersenyum ramah ke arah Tiffany, lalu kembali memusatkan perhatian ke dosen. Mata Tiffany membelalak kaget. "Dia ... kenapa dia ada di sini?""Beberapa hari lalu dia pindah ke sini, katanya sih sebagai siswa pertukaran," jawab Julie dengan nada jengkel. "Kamu tahu nggak? Waktunya cuma setengah tahun di sini, tapi dia bilang apa ke guru dan teman sekelas?""Dia bilang, dia merasa semua orang di sini sangat ramah dan baik. Bahkan kalau masa pertukaran selesai, dia

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 285

    Setelah mendengar ucapan Julie, Tiffany baru menyadari ada bekas luka samar di wajah Julie, seperti goresan kuku. Tiffany mengerutkan kening dalam-dalam, lalu mengulurkan tangan untuk menyentuh wajah Julie. "Ini ... kenapa?""Cuma bertengkar kecil sama mereka." Julie menghindari tangannya. "Zara sudah pindah seminggu, tapi karena aku takut kamu yang lagi istirahat malah jadi kepikiran, aku nggak bilang apa-apa."Melihat semakin banyak teman yang mengerumuni Zara di depan, Julie mendengus kesal. "Apa-apaan sih ini! Kamu sudah izin selama setengah bulan, tapi tetap saja cuma salah dua soal di ujian. Itu sudah hebat banget. Lagian, mereka setiap hari ikut kelas, apa yang mau dibanggakan!"Tiffany mengepalkan bibirnya dan mengusap kepala Julie dengan lembut, menirukan kebiasaan Sean saat menenangkannya. "Kamu ini ... Kenapa harus dipikirkan sampai segitunya?""Tapi posisi ketua belajar itu kan memang tugasmu dan dulunya yang dipuja-puja di kelas ini juga kamu. Mereka benar-benar nggak tahu

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 286

    Karen mengiakan dan lanjut menulis di papan tulis dengan sikap patuh. Julie mengepalkan tinju dan mengumpat, "Dasar berengsek!"Karen jelas sengaja! Karen mengatakan ada dua metode penyelesaian dan menyuruh murid lain untuk mengerjakannya di depan kelas. Karen jelas tahu guru Fisika paling mengapresiasi Tiffany! Karen sengaja ingin mempermalukan Tiffany di depan guru Fisika!"Duduk kamu!" perintah guru Fisika. Guru Fisika dengan puas melihat Karen menuliskan jawaban yang benar, lalu menoleh pada Tiffany dan memelototinya. Guru Fisika menegur Tiffany, "Kamu makin sembrono! Bisa nggak kamu belajar dengan yang lain?"Tiffany mengangguk dan tersenyum. "Baik, aku akan belajar dengan Karen."Tidak ada kemarahan maupun keirian di mata Tiffany, melainkan tulus, serius, dan sungguh-sungguh. Tatapan mata Tiffany membuat jantung Guru Fisika berdebar-debar. Guru Fisika pun menghibur Tiffany, "Kesehatan memang penting, tapi nggak boleh lalai juga dalam belajar. Berusahalah lebih keras.""Aku paha

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 287

    Berlina mengangguk. Dia berujar, "Tiff, kamu nggak tahu, 'kan? Saat kamu izin nggak masuk sekolah, suamimu sangat dekat dengan Karen."Dikarenakan masalah Garry yang sebelumnya terlalu menghebohkan, semua teman sekelas pun tahu. Mereka iri dengan keberuntungan Tiffany, juga memandang rendah Tiffany karena menikah dengan Sean demi uang.Orang cenderung lebih ingin memercayai fakta yang ingin mereka percaya. Meskipun Garry bersikap agresif di konferensi pers, meskipun Farris memberi kesaksian, Berlina dan teman-temannya tetap percaya bahwa ada hubungan tak jelas antara Tiffany dan Mark. Oleh karena itu, ketika Karen berbicara tentang hubungannya dengan Sean, mereka semua percaya."Tiff, kamu jangan marah dengan Karen. Nggak ada wanita normal yang akan menolak ungkapan cinta dari pria unggul," ujar Berlina. Dia berkata lagi dengan tegas, "Apalagi, bukannya kamu dan Sean bebas main masing-masing? Kamu punya Mark, Sean juga bisa punya Karen.""Gimana cara Karen hipnotis kalian?" tukas Julie

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 288

    Tiffany menatap Berlina dengan serius dan bertanya, "Memangnya ayahmu lapor pada ibumu kalau pinjamkan mobilnya ke orang lain?"Ekspresi sombong di wajah Berlina membeku. Setiap orang di kelas mereka tahu bahwa keluarga Berlina miskin sampai tidak punya mobil! Ayah Berlina selalu mengendarai motor listrik saat menghadiri rapat orang tua di sekolah!Itu adalah penghinaan, penghinaan yang jelas! Wajah Berlina memucat. Suasana pun menjadi hening untuk waktu yang lama.Julie bereaksi lebih dulu. Dia tertawa terbahak-bahak dan mengejek, "Tiff, Berlina nggak bisa jawab pertanyaanmu. Keluarganya nggak punya mobil!"Tiffany termangu sejenak, lalu berkata, "Oh, begitu."Tiffany menatap Berlina seraya tersenyum. Dia berujar, "Kalau orang tuamu nggak kasih contoh, gimana kamu tahu masalah ini akan merusak hubungan suami istri?"Wajah Berlina memucat lagi. Dia tergagap, "Aku ....""Berlina, omonganmu sudah keterlaluan," seru Karen. Karen menepuk bahu Berlina dan berkata, "Gimana hubungan suami ist

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 289

    Sean mengirim pesan untuk memberitahukan dirinya akan sampai dalam waktu sepuluh menit. Saat Tiffany sampai di depan gerbang sekolah, hanya tersisa enam menit lebih dari waktu yang dijanjikan oleh Sean.Julie menoleh ke belakang dan mengernyit ketika melihat Karen diikuti oleh banyak orang di belakang. Julie menggerutu, "Dasar menyebalkan, buat apa mereka ikut ke sini?"Tiffany sangat tenang dan berujar, "Ini gerbang sekolah. Sehabis pulang sekolah, semua murid akan dijemput di sini. Itu wajar."Julie mengerenyotkan bibir. Dia benar-benar tidak berdaya terhadap wanita tidak peka ini! Julie menggertakkan gigi, lalu meraih tangan Tiffany dan bertanya, "Tadi kamu bilang mau sekalian antar aku pulang. Jangan-jangan kamu bohongi mereka?"Sebelumnya, Tiffany selalu diantar dan dijemput oleh Genta menggunakan mobil Maserati hitam yang sekarang sudah dipinjamkan kepada Karen. Oleh karena itu, Julie berpikir sekarang Tiffany pasti naik bus untuk datang ke dan pulang dari sekolah! Tiffany hanya

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 290

    Bos yang sedang jatuh cinta tidak dapat disinggungi! Tiffany tersenyum seraya menatap Genta. Tiffany berujar, "Kamu tetap tampan."Tiffany beristirahat di rumah dalam beberapa waktu terakhir sehingga tidak tahu Genta berdinas ke luar. Jika dihitung-hitung, sudah lama Tiffany tidak bertemu dengan Genta.Genta berdeham dan ingin berbicara, tetapi Berlina yang berdiri di belakang sudah tidak tahan lagi. Berlina mengangkat alis seraya menegur, "Sopir, cepat bukakan pintu untuk Karen. Kenapa malah ngobrol dengan Tiffany?"Sebelum Berlina selesai berbicara, Genta langsung menjentikkan sebutir kacang ke wajah Berlina. Genta menghardik, "Aku sedang bicara dengan Bu Tiffany. Siapa kamu?"Mata Berlina membelalak. Berlina hendak menghampiri Genta. Dia membentak, "Kamu ... sekarang kamu hanya sopir Karen, tapi aku teman Karen!""Berlina," panggil Karen. Karen sekali lagi menghentikan Berlina. Sebenarnya, Karen tidak sudi untuk berteman dengan orang seperti Berlina. Akan tetapi ....Sifat Berlina y

Latest chapter

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 651

    "Kakak, Paman Ganteng! Sini bantuin!"Saat Arlo dan Sean masih ingin melanjutkan percakapan mereka, terdengar suara yang lembut dari luar pintu.Arlene yang tingginya bahkan belum mencapai pegangan pintu, berdiri di luar dengan mengenakan piama berwarna merah muda. Dengan tangannya yang mungil, dia mengetuk pintu dengan penuh semangat."Mama sibuk sekali sendirian! Sebagai pria, kalian berdua harus bantu! Kalau nggak bantu, berarti bukan pria sejati!"Di dalam ruangan, Arlo dan Sean saling bertatapan.Tak lama kemudian, pintu terbuka. Seorang pria dewasa dan seorang bocah laki-laki keluar dari dalam kamar."Aku benar-benar curiga kalau Paman Ganteng ini adalah Papa Kakak ...." Melihat dua orang dengan gaya berjalan yang identik berjalan ke dalam rumah mereka, Arlene bergumam sendirian.Namun, Mama bilang bahwa dia dan Kakak punya Papa yang sama.Gadis kecil itu menggelengkan kepalanya. Terlalu disayangkan!Seandainya saja Paman Ganteng adalah Papa Kakak, aku bisa melihatnya setiap hari

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 650

    "Aku sering dengar dia nangis sendirian di malam hari sambil memeluk sebuah foto. Foto itu ...."Arlo mengatupkan bibirnya. "Di foto itu, ibuku pakai baju kelinci berwarna pink. Kamu berdiri di sampingnya dan dia tersenyum sangat indah. Tapi, aku nggak pernah lihat Mama senyum seperti itu sebelumnya.Sean tertegun dan tidak berbicara lagi. Sebenarnya, dia ingat foto yang dibicarakan Arlo. Itu adalah foto yang diambil saat pertama kali dia membawa Tiffany ke Keluarga Japardi dan dia menari di hadapan Derek.Meskipun lima tahun telah berlalu .... Dia masih ingat dengan jelas saat itu.Itu adalah masa-masa terindah dan tanpa beban dalam hubungannya dengan Tiffany. Namun, setelah itu ....Mereka tidak pernah bisa merasakan kebahagiaan yang sama lagi.Keluarga Japardi, Keluarga Rimbawan, dan Keluarga Tanuwijaya.Perselisihan dan konflik di antara mereka telah memisahkan hubungan yang seharusnya bisa mereka pertahankan .... Mata Sean diliputi kesedihan yang mendalam."Pak Sean." Arlo menatap

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 649

    "Paman Ganteng, kenapa kamu kelihatannya nggak senang?"Setelah beberapa saat hening, suara lembut Arlene terdengar di dalam lift. "Paman, apa kamu sama seperti Mama? Terlalu banyak orang yang mendekatimu, jadi kamu merasa sangat terganggu?"Tiffany terdiam.Sean mengangkat alisnya dengan santai, lalu menatap Tiffany dengan sorot mata penuh godaan sebelum kembali berjongkok dan menatap Arlene dengan lembut."Iya, benar sekali. Ada seorang wanita jahat yang ngasih nomor telepon Paman kepada seorang wanita yang mengejar-ngejar Paman. Sekarang Paman sangat terganggu."Arlene berkedip beberapa kali, lalu memiringkan kepalanya sambil berpikir keras. Setelah beberapa saat, matanya berbinar. "Oh, aku mengerti!""Ini seperti waktu Mama selalu menerima telepon ajakan kencan di malam hari, 'kan? Itu sangat mengganggu!"Sean tersenyum tipis. "Ya, persis seperti itu.""Wanita itu benar-benar jahat!" Arlene mengepalkan tinjunya dengan marah. "Paman jangan sedih, biar Arlene undang Paman makan pangs

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 648

    Langit sudah gelap dan lampu di lorong apartemen sangat redup. Tiffany tidak terlalu memperhatikan siapa orang di belakangnya. Saat pintu apartemen terbuka, Arlo dan Arlene langsung masuk lebih dulu.Tiffany mengikuti dari belakang. Tepat setelah mereka bertiga masuk, sosok pria yang sedari tadi mengikuti mereka juga ikut masuk ke dalam lift.Di dalam lift, pencahayaan terang benderang. Secara refleks, Tiffany menoleh ke pria itu ...."Wah, Paman Ganteng! Kamu juga baru pulang?" Suara polos Arlene menggema di dalam lift.Sean tersenyum tipis, lalu berjongkok agar sejajar dengan Arlene. "Gimana? Stroberinya enak?"Tiffany terkejut.Di bawah cahaya terang lift, Tiffany bisa melihat dengan jelas bahwa Arlene sama sekali tidak memiliki noda stroberi di pakaiannya. Bajunya bersih. Gadis kecil itu baru saja berlarian di taman dan yang tersisa di tubuhnya hanya aroma rumput segar.Lalu kenapa Sean bisa tahu bahwa dia baru saja makan stroberi?Kecuali ....Sebuah firasat buruk meluap dalam hat

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 647

    Tiffany dan Xavier mengobrol sangat lama di lapangan rumput di depan taman kanak-kanak. Begitu lama hingga Arlene sudah menghabiskan sepiring kecil stroberi dan kini ikut berlari-lari bersama Arlo, membawa remot kontrol dan bermain dengan helikopter mainannya."Mama, Arlene lapar!"Saat langit mulai gelap, Arlene akhirnya merasa lelah. Dengan langkah kecilnya, dia berlari ke arah Tiffany dengan wajah penuh kepolosan dan mata besar yang berkedip manja."Mama, Arlene mau pulang makan pangsit!""Pulanglah." Xavier melirik jam tangan mewah di pergelangannya dan mengangguk. "Waktunya memang sudah malam.""Anak-anak masih harus sekolah besok.""Kita juga belum makan malam!" Arlene menambahkan dengan sangat serius. Tiffany melempar tatapan sinis. "Siapa tadi yang sudah menghabiskan begitu banyak stroberi dari Paman Xavier, tapi sekarang sudah lapar lagi?"Arlene langsung merajuk dan mengerucutkan bibirnya. "Buah itu bukan makanan sungguhan, Mama. Itu nggak bikin kenyang!""Kamu yang rakus!"A

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 646

    "Pasien yang dioperasi waktu itu ... adalah kakak kandung Sean."Xavier mengangguk pelan. "Jadi dia menggunakan kesempatan itu untuk kembali mendekatimu?""Nggak bisa dibilang seperti itu."Tiffany menghela napas ringan. "Tapi sepertinya memang benar dia ingin kembali denganku."Sambil berkata demikian, dia menceritakan semua interaksinya dengan Sean dalam beberapa waktu terakhir kepada Xavier. Tentu saja, tanpa menyebut insiden yang terjadi di asrama rumah sakit.Setelah mendengar semuanya, Xavier mengangkat kepalanya menatap langit yang dihiasi warna keemasan senja. Pandangannya kemudian beralih ke Arlo yang sedang berlarian di rumput dan asyik bermain dengan helikopter mainannya."Sepertinya dia memang masih menyimpan perasaan padamu." Dia menghela napas pelan."Kadang-kadang, aku iri sama Sean. Dia mencintai seseorang, dan orang itu juga menyimpan perasaan padanya di dalam hatinya. Dia punya dua anak yang menggemaskan dan seorang wanita yang setia."Mata hitamnya tetap jernih seper

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 645

    Malam itu, saat Tiffany pergi menjemput Arlene dan Arlo dari sekolah, dia melihat seseorang yang sudah lama tidak ditemuinya di depan gerbang taman kanak-kanak ... Xavier.Saat itu, Xavier sedang duduk di bangku dekat gerbang. Dia sedang membuang tangkai stroberi dengan telaten sebelum menyuapkannya satu per satu ke mulut kecil Arlene yang merah merona.Di sisi lainnya, Arlo duduk dengan antusias sambil memegang remote kontrol dan mengendalikan sebuah helikopter mainan kecil yang berdengung di atas kepalanya.Begitu melihat Tiffany, Xavier berdiri dan tersenyum lembut ke arahnya. Arlo langsung berteriak penuh semangat, "Mama, cepat ke sini!""Lihat ini! Paman Xavier belikan aku helikopter remote! Keren banget, 'kan?"Tiffany tertegun sejenak, lalu menatap helikopter kecil di udara.Mainan itu tampaknya terbuat dari paduan logam. Kelihatannya sangat keren, desainnya elegan, dan bahan pembuatannya juga tampak berkualitas tinggi. Hanya dari tampilannya saja, sudah jelas ini bukan mainan m

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 644

    Julie mendengus pelan, tetapi tetap mempertahankan sikap sopan saat berbicara. "Bu Filda, begini, tanda tangan Anda memang dibutuhkan di sini.""Saya sudah mengatur semuanya dengan sangat rapi. Kalau masih ada yang perlu diperbaiki, saya akan mengajukannya bersamaan di lain waktu. Apa Anda bisa tandatangani dokumen ini dulu?"Filda menatapnya dingin dan senyumnya semakin sinis. "Gimana kamu bisa tahu masih akan ada lain waktu? Mungkin saja ini adalah pengajuan klaim terakhirmu di rumah sakit ini."Julie terdiam. Dia menatap Filda dengan terkejut. Setelah beberapa saat, dia baru tersadar. Namun, dia tetap mempertahankan ekspresinya seolah-olah tidak tahu apa pun."Kenapa, Bu Filda? Anda mau pecat saya?""Mungkin saja." Filda tersenyum, lalu tidak bicara lagi.Julie adalah sahabat Tiffany. Bahkan, dulu dia bisa masuk ke Rumah Sakit Kota Kintan berkat koneksi Tiffany. Sekarang, jika Tiffany terkena masalah besar, apakah Julie masih bisa bertahan?Begitu Tiffany disingkirkan, tidak menutup

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 643

    Suasana di dalam kantor langsung menjadi sunyi.Filda hampir tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Tiffany menghabiskan hampir empat juta hanya untuk membeli satu lipstik hari ini?Dia sudah gila?!"Kami juga merasa itu sangat nggak masuk akal," ujar Lina sambil menggigit bibirnya, "Bu Filda, Anda juga tahu, sejak Dok Tiff mulai bekerja di rumah sakit ini, dia hampir nggak pernah berdandan.""Tapi sekarang ... dia tiba-tiba membeli lipstik semahal itu. Semua orang bertanya-tanya apakah sesuatu sedang terjadi padanya.""Beberapa orang berpikir dia mungkin sedang tertarik pada seseorang dan berniat berselingkuh ... atau mungkin sebenarnya dia adalah orang kaya yang selama ini menyembunyikan identitasnya."Filda mendengus dingin, lalu bibirnya melengkung membentuk senyum sinis. "Kamu boleh keluar dulu."Dengan gugup, Lina buru-buru keluar dari ruangan. Filda tetap duduk di kursinya sambil tersenyum sinis. Sepertinya dia benar-benar memberi penilaian terlalu tinggi terhadap

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status