Bos yang sedang jatuh cinta tidak dapat disinggungi! Tiffany tersenyum seraya menatap Genta. Tiffany berujar, "Kamu tetap tampan."Tiffany beristirahat di rumah dalam beberapa waktu terakhir sehingga tidak tahu Genta berdinas ke luar. Jika dihitung-hitung, sudah lama Tiffany tidak bertemu dengan Genta.Genta berdeham dan ingin berbicara, tetapi Berlina yang berdiri di belakang sudah tidak tahan lagi. Berlina mengangkat alis seraya menegur, "Sopir, cepat bukakan pintu untuk Karen. Kenapa malah ngobrol dengan Tiffany?"Sebelum Berlina selesai berbicara, Genta langsung menjentikkan sebutir kacang ke wajah Berlina. Genta menghardik, "Aku sedang bicara dengan Bu Tiffany. Siapa kamu?"Mata Berlina membelalak. Berlina hendak menghampiri Genta. Dia membentak, "Kamu ... sekarang kamu hanya sopir Karen, tapi aku teman Karen!""Berlina," panggil Karen. Karen sekali lagi menghentikan Berlina. Sebenarnya, Karen tidak sudi untuk berteman dengan orang seperti Berlina. Akan tetapi ....Sifat Berlina y
Karen memicingkan mata saat melihat mobil Maybach abu-perak edisi terbatas sedunia itu. Berlina pun sangat iri. Mobil siapa yang bisa lebih berkelas dibanding Sean? Apakah Mark?Pintu mobil dibuka. Sepasang sepatu kustom buatan tangan berpijak di permukaan tanah depan gerbang sekolah. Semua orang memusatkan perhatian pada pria itu.Sean masih mengenakan jas biru tua yang formal setelah baru selesai melakukan pertemuan bisnis. Kaki Sean ramping dan panjang. Tubuh Sean jangkung dan besar, serta memancarkan aura angkuh dan mulia. Wajah Sean tampak tegas dan sangat tampan. Mata Sean yang kelam tertuju pada wajah Tiffany. "Maaf, aku telat," kata Sean. Sean menutup pintu mobil, lalu tersenyum pada Tiffany dengan penuh kasih sayang sembari mengulurkan dua tangan."Nggak telat!" Seperti biasa, Tiffany langsung maju dan memeluk pinggang Sean yang kekar. Tiffany berkomentar, "Waktunya pas, tapi kamu jarang telat."Tiffany mendongakkan matanya yang hitam dan murni. Tiffany bertanya, "Kamu sibuk,
Dibanding dengan teman-teman sekelas yang tercengang, Karen yang sudah menduga hal itu tampak jauh lebih kalem. Karen tersenyum sopan pada Sean dan berujar, "Iya, aku dan Tiff sekolah bareng, pulang sekolah bareng, dan sama-sama tunggu mobil di sini.""Kalau begitu, Nona Karen pulanglah," kata Sean. Lalu, Sean menoleh pada Berlina dan berkata dengan suara rendah yang penuh aura berbahaya, "Tadi kamu bilang kamu ... menertawakan istriku?"Berlina terdiam. Dia merapatkan bibir, lalu berucap, "Aku ... aku hanya bercanda dengan Tiff."Sean menundukkan pandangan pada gadis polos di dalam pelukannya. Sean tahu dia tidak bisa mendapatkan jawaban dari mulut Tiffany. Tiffany terlalu baik dan tidak menyimpan dendam.Oleh karena itu, Sean menoleh pada Julie dan bertanya, "Apa yang terjadi barusan?"Julie memicingkan mata dengan jengkel saat menceritakan apa yang terjadi barusan kepada Sean."Begitu, ya," kata Sean dengan suara rendah yang dipanjangkan. Berlina takut sehingga bersembunyi di balik
Karen pulang ke rumah Keluarga Winata dengan penuh emosi. Karen melempar tasnya ke sofa dan berseru, "Aku nggak mau lagi!"Slamet Winata duduk di sofa sambil minum teh. Slamet menatap Karen dan bertanya, "Kenapa lagi?""Sean benar-benar seperti batu!" keluh Karen. Karen mengambil cangkir teh dan minum, lalu berujar dengan jengkel, "Hari ini, Tiffany sudah masuk sekolah lagi. Selama seminggu ini, aku sudah berusaha memenangkan hati yang lain dan menyusun siasat agar Tiffany trauma dan salah paham." Karen melanjutkan, "Aku mau Tiffany salah kira aku jauh lebih unggul darinya dan Sean lebih menyukaiku! Tapi? Sore ini, Sean secara pribadi datang untuk jemput Tiffany! Semua usahaku sia-sia!"Karen menaruh cangkirnya ke meja dengan kuat. Terdengar dentingan nyaring karena gesekan antara cangkir kaca dan meja kaca!Slamet mengernyit dan menegur Karen, "Jangan keras-keras! S sedang tidur di atas! Awas kalau kamu bangunkan dia!"Karen berseru dengan jengkel, "Ayah! Aku nggak paham apa yang ha
Sudah ada yang traktir, sayang jika tidak pergi. Tak lama setelah Julie mengirim pesan, orang itu membalas pesan. [ Kalian benaran sudah pergi ke Restoran Imperial? Berlina nggak kasih tahu kalian? Berlina masuk rumah sakit hari ini dan Karen merawatnya. Jadi, acara makan dibatalkan! ]Tiffany berkomentar dengan murung, "Oh, begitu. Aku pikir acara makan tetap jadi.""Aku pikir bisa ambil untung dan bikin mereka jengkel," kata Julie dengan murung juga. Alhasil, lawan menyerah terlebih dahulu."Begini saja," usulkan Tiffany seraya mengeluarkan ponselnya. "Suruh Mark ke sini dan traktir kita makan."Tiffany bepergian dengan tergesa-gesa sehingga tidak membawa kartu hitam yang telah diberikan oleh Sean. Uang yang Tiffany punya saat ini jelas tidak mencukupi. Apabila karyawan hari ini tidak mengenalnya saat melakukan pembayaran nanti, bukankah itu akan sangat merepotkan?Oleh karena itu, biarlah Mark datang dan mentraktir mereka. Sean pun mengatakan Mark sangat santai belakangan ini.Juli
Mark tersenyum kepada Tiffany, lalu duduk di sebelahnya. Mark bertanya, "Makan gratis ke sini lagi?"Wajah Tiffany merah tersipu. Dia menyangkal, "Mana ada aku makan gratis? Aku ... aku hanya mau makan dengan Julie."Lalu, Tiffany menoleh pada Julie, berharap bisa mendapat bantuannya. Bagaimanapun, Julie pandai bersilat lidah dan tidak ada yang bisa mengalahkan Julie. Alhasil, wajah Julie ... jauh lebih merah dibanding Tiffany!"Nona Julie sakit?" tanya Mark sambil mengernyit. Mark mengulurkan tangan untuk meraba dahi Julie. "Sepertinya demam tinggi."Mark menjentikkan jari dengan elegan. Staf resepsionis di samping segera datang dan menyapa, "Bos.""Ambilkan obat pereda demam," perintah Mark. Mark mengernyit ketika melihat anggur merah di atas meja di depan Tiffany. Mark menambahkan, "Sekalian ambilkan obat pereda mabuk."Staf resepsionis bergegas pergi dan segera kembali. Dengan jari yang ramping, Mark mengambil obat pereda demam dari tangan staf resepsionis dan secara elegan menyodo
"Kamu dan para wanita murahan itu nggak ada bedanya."Saat itu, Julie meraih lengan baju Mark dan membantah, "Bukan begitu, aku ...."Julie hanya yakin bahwa ginjal ibunya ada di dalam tubuh Mark. Namun, Mark malah menepis tangannya dan pergi dengan ekspresi datar.Ketika teringat pada sikap dingin Mark, Julie membuka sekaleng bir lagi.Tiffany berkata, "Julie, jangan putus asa begini. Sebenarnya Mark juga nggak termasuk hebat. Selain itu ...."Tiffany menggigit bibirnya sebelum meneruskan, "Kamu dan Mark baru bertemu dua kali. Kamu benaran ... begitu menyukainya?"Julie sampai merendahkan harga dirinya untuk mengungkapkan perasaan kepada Mark? Asal tahu saja, Julie termasuk salah satu dari wanita tercantik di kampus. Kalau bukan karena dia galak, pasti ada banyak pria yang mengejarnya.Selain itu, Julie orang yang sangat serius pada suatu hubungan. Dia tidak pernah menerima orang sembarangan.Di kelas sebelah mereka, ada seorang pria yang mengejar Julie selama setahun. Pada akhirnya,
Keesokan hari, Tiffany baru bangun. Dia bangun karena dering ponselnya. Dengan mata yang masih mengantuk, Tiffany menjawab telepon. "Siapa ....""Tiff, ini aku, Samuel." Terdengar suara cemas seorang pria dari ujung telepon. "Kamu tahu di mana Julie?"Tiffany yang baru bangun dari tidurnya masih linglung. Dia bertanya balik, "Samuel? Siapa?""Aku dari kelas sebelah." Samuel menjelaskan dengan sabar, "Aku yang mengajak Julie nonton hari itu, tapi terus ditolak."Tiffany memejamkan matanya dan merenung beberapa saat. Sepertinya, memang ada orang seperti itu. Namun ...."Kok kamu punya nomorku? Ngapain kamu cari Julie?""Begini." Samuel menarik napas dalam-dalam. "Selama kamu cuti, sekitar tiga atau empat hari lalu, Julie mencariku dan memintaku menjadi pacarnya. Makanya, sekarang kami pacaran. Hari ini kami janjian ke perpustakaan. Aku menunggunya setengah jam, tapi dia nggak datang-datang."Terdengar kecemasan dari suara Samuel. "Tadi aku sudah telepon dia, tapi yang terdengar malah sua
Pagi itu ketika mengingatnya kembali, Derek masih merasa ngeri. Hari itu adalah pertama kalinya dia mengenal seorang wanita bernama Niken.Bukan Nancy, bukan menantu Keluarga Japardi yang bernama Nancy, tetapi Niken. Seorang wanita yang mampu membuat seluruh Keluarga Japardi kacau balau. Namanya Niken.Setelah berpamitan dengan Derek, Nancy meninggalkan sebuah surat perjanjian cerai, membawa anaknya, dan pergi menemui Kepala Keluarga Rimbawan.Derek awalnya mengira itu hanya karena kemarahan sesaat Nancy, tetapi ternyata Nancy serius dengan ucapannya. Dia benar-benar menjadi Kepala Keluarga Rimbawan dan berhasil membalas dendam, bahkan menjadi pendukung terkuat Bronson dalam perjalanan hidupnya.Orang-orang selalu menganggap Bronson sangat mengerikan. Siapa pun yang berani melawan atau bermain curang di belakangnya pasti akan mendapatkan akibat buruk. Namun, Derek tahu bahwa semua itu adalah hasil kerja Nancy di belakang layar.Di permukaan, Nancy adalah Kepala Keluarga Rimbawan. Namun
Gadis muda di depannya ini memang sangat mirip dengan Nancy.Saat itu, Bronson terlalu mencolok sehingga menarik banyak musuh. Orang-orang yang merasa dirugikan oleh Keluarga Japardi dalam urusan bisnis, memanfaatkan ketidakhadiran Bronson di rumah untuk menerobos masuk ke kamar Nancy.Malam itu, Derek sedang sakit parah, terbaring tak berdaya di tempat tidur. Sementara itu, para pelayan di rumah telah disuap.Derek hanya bisa mendengar jeritan menyakitkan Nancy, mendengar tangisan anak-anak. Bahkan, untuk pergi melihat saja dia tidak mampu.Akhirnya, Derek jatuh dari tempat tidur. Semua alat komunikasi di rumah telah diambil. Derek tak bisa menolong Nancy, juga tak bisa memberi tahu Bronson. Mereka menyiksa Nancy sepanjang malam.Setelah malam itu, Derek membayangkan berbagai kemungkinan. Dia membayangkan Nancy akan bunuh diri, membayangkan Nancy akan menceraikan Bronson, bahkan membayangkan Nancy akan membenci Keluarga Japardi.Namun, yang tak pernah diduga adalah Nancy muncul di had
Tiffany tertegun, lalu mendongak menatap Derek. "Kakek bisa melihatnya?""Tentu saja!" Derek memutar bola matanya. "Kamu pikir aku siapa? Aku sudah hidup begitu lama dan kaya akan pengalaman. Gadis itu ingin bersandiwara di depanku? Dia masih kurang pengalaman!"Sambil berbicara, Derek mengangkat tangannya dan mengelus pipi Tiffany yang ditampar oleh Cathy. "Sakit?""Nggak." Tiffany menggeleng, tersenyum menyipitkan mata kepada Derek. "Kalau Kakek nggak salah paham padaku, aku nggak merasa sakit.""Dasar." Derek menggeleng dengan tak berdaya. "Cepat pikirkan, siapa saja yang menyentuh pakaian itu?"Tiffany mengernyit, mencoba mengingat dengan saksama. Saat itu, meskipun ditemani oleh Rika saat belanja, dia meminta Rika pulang duluan.Selain itu, ibu Raiyen yang punya hubungan buruk dengan Tiffany, diusir ke gudang sebelum Tiffany melihat pakaian ini.Setelah Tiffany membeli pakaian itu dan kembali, dia bahkan belum sempat memeriksa dan langsung pergi ke dapur untuk memasak.Jadi ... sa
Tiffany berdiri di belakang Bronson yang melindunginya, sambil memandang Cathy yang sedang berakting berlebihan. Dia hanya bisa menggeleng dengan tak berdaya."Masalah ini belum jelas. Kamu nggak perlu buru-buru menuduhku yang menaruh jarum-jarum itu," ucap Tiffany.Cathy langsung menuduhnya, mengatakan dia merasa tertekan selama bertahun-tahun ini di luar, makanya ingin mencelakai kakeknya?"Kamu pasti nggak akan mengakui sekarang." Cathy menarik napas dalam-dalam, lalu berdiri di tempat dengan ekspresi sedih.Sambil menyeka air mata, dia meneruskan, "Bagaimanapun, kamu Nona Besar Keluarga Japardi, keturunan resmi keluarga ini. Kakek dan Ayah pasti akan melindungimu. Kalaupun aku memukulmu untuk keselamatan Kakek, mereka tetap akan menganggapku yang salah."Selesai berbicara demikian, Cathy langsung mengangkat tangannya.Plak! Lagi-lagi sebuah tamparan. Namun, tamparan itu bukan diarahkan ke Tiffany, melainkan ke wajahnya sendiri.Tamparan itu jelas bukan akting karena suaranya lebih
"Kalian bisa masuk sekarang." Charles membuka pintu, membiarkan Tiffany dan Cathy masuk.Begitu pintu terbuka, bahkan sebelum Tiffany bisa bereaksi, Cathy langsung melangkah cepat ke depan dan meraih tangan Derek. "Kakek! Bagaimana keadaan Kakek?""Coba kulihat, apakah lukanya parah? Aduh, aku benar-benar kasihan .... Kakek sudah setua ini, masih harus menanggung penderitaan seperti ini ...."Tiffany berdiri di ambang pintu, melongo melihat adegan di depannya.Apakah ini benar-benar Cathy yang dia kenal?Dalam ingatan Tiffany, Cathy bukanlah tipe orang yang suka bersikap manja, apalagi menunjukkan perhatian sebesar ini kepada Derek. Perhatian dan kehangatan Cathy sekarang, meskipun tampak mendalam, nada bicara dan tangisannya terdengar agak dibuat-buat.Charles melirik Tiffany dengan sedikit canggung, lalu berkata, "Dia ini ....""Nona Besar Keluarga Japardi," jawab Tiffany dengan hati-hati."Benar, dia Nona Besar." Bronson tersenyum dan menepuk pundak Tiffany dengan penuh kasih."Aku
Tiffany tertegun cukup lama sebelum menyadari bahwa wanita ini adalah Cathy. Hanya dalam waktu kurang dari sebulan, dia telah berubah menjadi seperti ini."Pak Derek terluka karena jarum." Apa yang dapat dilihat Tiffany, tentu saja Charles juga langsung bisa mengetahuinya. Dia mengerutkan alis. "Pak Derek, Anda harus melepas pakaian ini. Pakaian ini telah dimanipulasi oleh seseorang."Barulah Derek mendengus dan mengangguk. Dengan bantuan Dokter Charles serta Bronson, dia melepas pakaian itu dan menggantinya dengan pakaian tidur. Saat mereka membantu Derek mengganti pakaian, Tiffany dan Cathy keluar dari ruangan."Dik." Cathy berdiri dengan tangan bersilang di dada dan menatap Tiffany dengan wajah penuh rasa superior. Saat itu, meskipun dia hanya mengenakan kaus putih dan celana jeans, wajahnya masih menunjukkan keangkuhan seperti sebelumnya."Aku hitung-hitung, sepertinya aku lahir lebih awal dua atau tiga hari darimu. Jadi, nggak berlebihan kalau aku memanggilmu adik, bukan?"Tiffany
Tiffany mengangkat matanya yang berlinang air mata seraya menatap Derek. "Ibuku ... apa Kakek tahu di mana dia?"Derek mengangguk ringan, matanya memancarkan sedikit kelelahan. "Hubungan antara ayah dan ibumu sangat rumit. Tapi yang harus kamu ingat adalah, baik ayah maupun ibumu, di hati mereka, mereka sangat menyayangimu.""Dalam dunia mereka, selain satu sama lain, hanya ada kamu."Tiffany menggigit bibirnya, lalu menoleh untuk melihat Bronson yang masih memeluknya. "Ayah ....""Ya." Bronson menarik napas panjang, lalu melepaskan pelukannya perlahan-lahan dan menyeka air matanya. Dalam hidupnya yang lebih dari 40 tahun, ini adalah kedua kalinya dia menangis.Pertama kali adalah ketika Nancy meninggalkannya.Pria itu menarik napas dalam-dalam. "Tiffany, mengenai ibumu ... kami membutuhkan kerja samamu."Tiffany mengangguk. "Apa yang perlu aku lakukan?"Namun, sebelum Bronson bisa menjawab, Derek tiba-tiba mengerutkan alis dengan keras. Tubuhnya tampak lemah saat dia duduk kembali di
"Tentu saja, bukan karena kamu akan menderita di Keluarga Japardi. Tapi, pada masa itu, Keluarga Japardi punya banyak musuh.""Waktu itu, ayahmu sangat menonjol di dunia bisnis dan membuat banyak orang marah. Banyak yang mencoba menyakiti kamu dan ibumu.""Meski setiap kali ancaman itu diselesaikan oleh ibumu dengan mudah, akhirnya dia nggak tahan dengan kehidupan seperti itu, sehingga memilih untuk membawamu pergi.""Alasan dia mengatur Cathy untuk menggantikanmu .... Pertama, agar ayahmu punya pelipur lara di hatinya dan nggak terus mencarimu ke seluruh penjuru dunia.""Kedua, untuk membuat semua orang berpikir bahwa Cathy adalah kamu, bahwa anak yang tinggal bersama Keluarga Japardi adalah putri sulung mereka. Dengan begitu, orang-orang yang berniat jahat terhadapmu nggak akan lagi mengejar keberadaanmu yang sebenarnya.""Mengenai alasan kenapa kamu akhirnya diculik oleh Kendra ...."Derek menutup matanya sejenak sebelum melanjutkan, "Itu karena suami baru ibumu pada awalnya nggak m
Tiffany duduk di sofa sambil menatap kedua pria di depannya. Setiap kata yang mereka ucapkan jelas terdengar olehnya. Setiap kalimat yang mereka sampaikan, dia mengerti maksudnya.Namun, dia tetap merasa tidak memahami apa pun.Kenapa dia tiba-tiba menjadi anak Keluarga Japardi? Kenapa pamannya, Kendra, tiba-tiba dianggap sebagai penculik anak? Kenapa dia sekarang disebut sebagai putri dari pemimpin Keluarga Japardi dan Keluarga Rimbawan?Bagaimana mungkin dia memiliki orang tua yang begitu luar biasa? Lalu, jika memang begitu, mengapa sepanjang hidupnya dia selalu dihina, dicap bodoh, dan dianggap tidak lebih dari seorang gadis desa yang sederhana?"Aku tahu ini sulit untuk kamu terima," ujar Derek sambil tersenyum pasrah. Dia mengambil setumpuk laporan hasil tes DNA dari tasnya dan meletakkannya di tangan Tiffany.Tumpukan laporan itu tebal sekali."Ini adalah hasil dari berbagai lembaga pengujian DNA ternama di dunia.""Tiffany, aku tahu kamu pintar, dan sebagai mahasiswa kedokteran