Share

Bab 249

Penulis: Clarissa
Tangan Tiffany yang memegang ponsel sedikit bergetar. Sejauh apa seseorang bisa bertindak tidak tahu malu seperti ini?

Garry memotong semua kalimat ancaman Sean terhadap dirinya dan mengunggahnya ke internet. Netizen yang sebelumnya hanya mengecam Tiffany dan Mark, kini mulai menyeret nama Sean ke dalam pusaran hinaan mereka.

Bahkan, beberapa sukarelawan yang mengaku dipukul pada sore itu menyatakan bahwa di perjalanan pulang dari lembaga penelitian, mereka diserang oleh seseorang. Itu pasti ulah Mark atau Sean!

Saat Sean selesai mengurus masalah pekerjaan dan kembali ke sofa, Tiffany menyerahkan ponselnya dengan wajah khawatir. Dia bertanya, "Sayang, apa yang harus kita lakukan?"

Sean melirik sekilas ke ponsel itu, lalu membalas, "Belum waktunya."

Tiffany menatapnya dengan bingung. Dia bertanya lagi, "Belum waktunya apa?"

Pria itu memeluknya ke dalam dekapannya dan mencium keningnya. Dia menjelaskan, "Maksudku, situasinya belum mencapai titik puncaknya. Aku bukan tipe orang yang suka
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Fenty Izzi
Garry g ada kapoknya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 250

    Kalau Sean sendiri tidak bisa tidur, apa haknya meminta dia harus bisa tidur? Lengan lembut Tiffany melingkar di pinggang Sean. Mata pria itu seketika menjadi gelap. Dia menahan dorongan dalam dirinya, lalu dengan lembut memindahkan lengan Tiffany.Sean memberi tahu, "Ya, aku akan menemanimu." Usai berkata demikian, dia berbaring di sampingnya dan menariknya ke dalam pelukan.Aroma segar dari tubuh pria itu memenuhi hidung Tiffany, sementara suara napasnya yang teratur terdengar di telinganya. Bukannya mengantuk, Tiffany malah makin tidak bisa tidur. Dia terus bergerak di pelukannya"Diamlah," pinta pria itu dengan suara rendah sambil mengerutkan alis.Tiffany menggembungkan pipi, lalu membalas dengan sedih, "Aku nggak bisa tidur.""Tutup matamu, nanti juga tertidur," ucap Sean.Tiffany memejamkan mata, tapi setelah itu berbicara dengan nada manja, "Aku sudah tutup mata, tapi tetap nggak bisa tidur."Sean tertawa, lalu menunduk untuk mencium bibirnya. Dia memberi tahu, "Ayo yang nurut,

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 251

    Tiffany mengganti saluran televisi dan menyaksikan berita tentang Garry hingga selesai. dengan saksama. Ternyata, sebuah perusahaan bernama Grup Lukman menganggap Garry sebagai sosok yang penuh idealisme dan sangat berintegritas. Oleh karena itu, mereka berniat mendanainya untuk mendirikan sebuah klinik pribadi.Tiffany tertawa kecil. Idealisme? Integritas? Benarkah?Tepat pada saat itu, Julie menelepon. "Tiffany, kamu sudah lihat beritanya? Huh, Garry sudah buat banyak kekacauan, kalian nggak pernah menggubrisnya. Sekarang dia malah mau dirikan klinik pribadi!"Tiffany mengernyitkan alisnya. "Aku baru lihat. Aku lagi dalam perjalanan ke rumahmu. Kita bahas nanti, aku benar-benar kesal!""Baiklah."Setelah menutup telepon dari Julie, Tiffany meregangkan tubuhnya dan meminta Rika untuk membawakannya minyak angin.Belakangan ini dia terlalu banyak tidur. Namun, dengan ulah Garry yang semakin tidak tahu malu sekarang, dia tidak mungkin hanya berdiam diri."Sudah kuselidiki. Pemilik Grup L

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 252

    Tiffany tidak boleh lagi membuat Sean repot. Setelah menarik napas dalam-dalam, dia menatap Julie sekilas. "Bisa nggak kita tangani sendiri masalah ini?"Setelah bicara, Tiffany merasa bahwa mereka berdua mungkin tidak akan cukup matang untuk menangani masalah ini sendirian. Karena itu, dia menelepon Mark untuk meminta bantuan.Bagaimanapun, urusan ini juga ada kaitannya dengan Mark. Selain itu, Mark lebih tua dari mereka berdua dan memiliki pengalaman bertahun-tahun dalam dunia bisnis. Pandangannya pasti lebih strategis dibandingkan mereka."Kita nggak punya pilihan selain menghadiri konferensi pers itu," ujar Mark dengan nada santai sambil menyipitkan matanya. "Kebetulan aku juga mau cari kesempatan untuk klarifikasi hubunganku denganmu. Konferensi pers ini adalah panggung yang sempurna."Julie tampak agak khawatir. "Apa kita nggak perlu kasih tahu Sean soal ini?"Tiffany terdiam sejenak, teringat pada pesan Sean sebelumnya. Mereka adalah keluarga yang paling dekat di dunia ini. Apa

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 253

    Julie tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Tiffany. "Pembantu di rumahmu semua seimut ini, ya?"Tiffany mengangguk santai. "Iya, semua pembantu di rumah sangat menyenangkan."Sejak menikah dan pindah ke rumah Sean, Tiffany merasa hubungannya dengan para pembantu sangat baik. Hanya pada hari kedua setelah menikah, dia sempat beradu argumen dengan Prisa. Untuk selebihnya, semua berjalan lancar."Saya sangat berterima kasih kepada semua yang telah meluangkan waktu untuk menghadiri konferensi pers saya bersama Grup Lukman." Suara Garry terdengar dari atas panggung, menarik perhatian semua orang."Bu Shani dari Grup Lukman mendatangi saya dan mengatakan bahwa mendukung saya mendirikan klinik adalah suatu kehormatan bagi Grup Lukman. Saya pikir, justru kehormatan itu milik saya.""Saya hanya seorang dokter biasa dari desa terpencil, tanpa latar belakang apa pun dan tidak punya kekuasaan. Meskipun melakukan hal yang benar, saya masih sering mendapatkan hinaan dari orang-orang yang terlibat

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 254

    "Benarkah begitu?" ujar Tiffany sambil menarik napas dalam-dalam. Dia melepaskan topi bisbol kuning dan masker yang menutupi wajahnya, lalu menatap Garry dengan mata yang penuh ketegasan. "Jadi, di mata Kak Garry, aku adalah orang seperti itu."Seisi ruangan langsung terdiam. Semua orang tampak terkejut hingga tak mampu berkata-kata. Di atas panggung, Garry memegang mikrofon dengan wajah pucat. Dia tidak pernah menyangka bahwa orang yang mengajukan pertanyaan tadi adalah Tiffany sendiri.Sejak video Mark menghajarnya beredar di internet, Garry sudah memutuskan untuk melupakan Tiffany. Namun, berbohong tentang dirinya secara langsung di depan Tiffany tetap membuat Garry merasa canggung.Bagaimanapun, mereka telah saling mengenal selama bertahun-tahun."Itu ... Tiffany? Dia benar-benar datang!""Astaga! Tiffany ada di sini!"Semua kamera langsung diarahkan ke Tiffany.Melihat hal ini, Julie dan Mark memutuskan tidak ada gunanya lagi bersembunyi. Mereka berdua melepas topi dan masker mere

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 255

    Tiffany mundur selangkah secara refleks. Mana mungkin ... bisa kebetulan seperti ini? Awalnya Tiffany berpikir bahwa masalah ini sederhana. Jika dia bisa membuktikan bahwa Mark tidak berada di negara ini saat dia hamil, maka semua kebohongan akan terungkap.Namun kenyataannya, Mark benar-benar diam-diam kembali ke negara ini dua minggu lalu? Dia kembali sehari, lalu pergi keesokan harinya. Waktunya sangat tepat dengan masa kehamilan Tiffany. Masalah yang seharusnya bisa dijelaskan dengan mudah, kini menjadi lebih rumit.Tiffany menoleh dan menatap Mark dengan tatapan kosong. "Kenapa kamu kembali ke negara ini waktu itu? Apa kamu punya saksi yang bisa membuktikannya?"Wajah Mark berubah pucat. Dia sendiri tidak menyangka bahwa Shani akan membawa catatan imigrasinya ke hadapan semua orang. Dia menutup matanya sesaat dan menjawab dengan suara pelan, "Aku kembali untuk mengurus beberapa urusan pribadi. Nggak ada ... saksi."Tiffany mengepalkan tangannya, lalu membuka dan menggenggamnya kem

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 256

    Wajah Tiffany langsung pucat pasi. Di atas panggung, Garry melirik Tiffany dengan ekspresi penuh kemenangan. Dia mengangkat tangannya, mengambil pena, dan bersiap untuk menandatangani kontrak dengan Shani.Hati Tiffany terasa hancur.Apakah dia benar-benar seburuk ini? Hal sesederhana ini saja tidak bisa dia selesaikan. Dia ingin membersihkan namanya, tapi malah memperburuk situasi ...."Tandatangani apaan!"Julie akhirnya kehilangan kesabaran. Dia mengambil cangkir teh dari meja di sebelahnya dan melemparkannya langsung ke arah Garry. "Belum pernah aku melihat pria nggak tahu malu begini!"Garry tidak menyangka Julie akan menggunakan kekerasan. Dia bahkan tidak sempat menghindar ketika cangkir itu menghantam dadanya. Teh dan daun teh di teko itu tumpah ke seluruh tubuhnya.Ketika seorang petugas mencoba membersihkan bajunya, Garry tetap memegang mikrofon dengan sikap berpura-pura besar hati. "Sahabat Bu Tiffany, aku tahu kamu nggak puas.""Tapi, daripada membuang waktu untuk menyerang

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 257

    Garry mundur selangkah. Meskipun dia berasal dari desa, dia bisa membaca ekspresi para wartawan di ruangan itu. Posisi Faris adalah sesuatu yang tidak bisa digoyahkan. Dia menggigit bibirnya, lalu menatap Faris dan berkata, "Tentu saja saya puas.""Dengan saksi seperti Anda, seorang pria yang dihormati semua orang, bahkan sesuatu yang hitam sekalipun bisa dianggap putih. Mana mungkin saya nggak puas?"Ruangan kembali menjadi gempar. Pernyataan Garry sangat jelas. Dia sedang menyindir bahwa Faris memihak Mark.Mark langsung naik ke panggung dan menatap Garry dengan tatapan penuh amarah. "Garry, kamu akan tanggung akibatnya ngomong seperti itu!"Garry hanya tertawa kecil. "Oh? Kamu mau mukul aku lagi?" Dia menunjuk wajahnya yang penuh luka-luka dari riasan efek khusus. "Sudah dipukuli sampai begini, aku nggak keberatan menambahkan beberapa luka lagi!"Ucapan itu segera membuat beberapa orang di antara penonton merasa kasihan padanya.Julie mengepalkan tangannya. "Wah, orang ini pintar se

Bab terbaru

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 617

    Zion menggigit bibirnya dan melirik Tiffany sejenak, lalu melihat ke arah Sean sebelum akhirnya mengusap tangannya dengan gugup. Tubuhnya menyusut di sofa saat berkata, "Aku ... waktu mabuk, aku cuma bilang terus terang sama dia.""Terus terang?"Terus terang apaan! Apakah "terus terangnya" menurutnya adalah memberi tahu Quinn bahwa dia dulu menanggung kesalahan Tiffany?Saat insiden itu terjadi, Tiffany bahkan masih berada di Elupa untuk terapi rehabilitasi dan menahan rasa sakit luar biasa akibat luka bakarnya. Mana mungkin dia bisa menyusun rencana operasi untuk Quinn?Tiffany bahkan tidak bisa mengurus dirinya sendiri saat itu, apalagi mengurus operasi orang lain! Dan dia masih berani bilang itu "kebenaran"?"Ya."Zion menghela napas panjang, lalu mengangkat tatapannya yang masih jernih ke arah Tiffany. "Dok Tiff, aku nggak ingin menyembunyikan apa pun darimu. Aku tahu kamu nggak pernah ingin mengakui ini, tapi ...."Dia kembali melirik Sean sebelum melanjutkan, "Tampaknya pria ini

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 616

    Kenapa bisa ...."Ada apa?" tanya Zion Ketika melihat Sean tidak berbicara.Sean menatap Zion dengan tajam. "Tangan Dok Tiff .... apakah cedera itu mengenai otot dan tulangnya?"Zion tampak agak terkejut. Dia teringat pernah melihat laporan medis Tiffany yang tergeletak di atas meja suatu hari."Bisa dibilang begitu." Dia mengepalkan bibirnya sejenak sebelum melanjutkan, "Tapi yang paling parah adalah, tangannya pernah mengalami luka bakar yang sangat serius."Sean terdiam sejenak, ekspresinya berubah. "Luka bakar?"Saat dia hendak bertanya lebih lanjut, pintu klinik tiba-tiba terbuka. Seorang wanita melangkah masuk dengan tenang. Dengan mengenakan mantel merah panjang dan sepatu bot hitam, kehadirannya seketika menarik perhatian.Zion hampir menjatuhkan gelas air yang dipegangnya. Dengan gugup, dia langsung bangkit berdiri dari sofa dan matanya terpaku pada Tiffany. "Dok ... Dok Tiff ...."Tiffany mengangguk ringan ke arahnya, langkahnya tenang saat dia memasuki ruangan. Sebelumnya, d

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 615

    Sean mengangkat pandangannya dan menatap Zion dengan tenang. Pria itu mengenakan jas putih dokter, tubuhnya tampak kurus, tetapi wajahnya tidak terlihat licik sama sekali.Dengan senyum santai, Zion bertanya, "Anda wartawan?"Sean mengangguk. "Bisa dibilang begitu.""Tapi menurutku bukan."Zion tersenyum tipis. Tatapannya yang jernih menyapu wajah Sean yang tegas dan berkarakter dingin. "Wartawan nggak punya aura seperti Anda."Sean tersenyum. "Aku punya aura seperti apa?""Elegan, dingin, tidak peduli pada banyak hal di dunia ini, tetapi sangat fokus pada tujuan Anda. Kalau sudah menentukan target, Anda akan mengerahkan segalanya untuk mencapainya."Setelah berkata demikian, dia berbalik untuk menuangkan segelas air, lalu meletakkannya di depan Sean. "Benar nggak apa yang kubilang?"Sean menatapnya dengan lebih dalam. Ada sedikit kilasan kekaguman dalam matanya. "Kalau kamu sudah tahu aku bukan wartawan, kenapa nggak langsung mengusirku?""Karena aku merasa Anda mungkin adalah teman D

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 614

    "Sekarang dia sudah bisa melakukan operasi sendiri. Aku juga merasa senang untuknya." Zion menghela napas berat dan berkata, "Guru, jangan khawatir. Aku nggak akan bilang apa pun."Dari balik pintu kaca buram, Sean bisa melihat seorang pria berjas putih berdiri dengan postur sedikit membungkuk. "Aku benar-benar minta maaf soal Quinn. Aku nggak pernah membahas insiden malapraktik itu di depannya. Tapi sebulan yang lalu ... aku mabuk ....""Tapi keesokan harinya, aku sudah peringatkan dia untuk jangan menyebarkan apa pun. Aku benar-benar nggak tahu dia akan pergi ke Kota Kintan dan ... memfitnah Tiffany di depan begitu banyak orang.""Zion, kamu anak yang baik." Wanita yang duduk di sofa menghela napas pelan. "Apa yang terjadi waktu itu bukan salahmu, tapi kamu tetap memilih menanggung semuanya sendirian.""Tiffany sebenarnya nggak pantas menerima kebaikanmu. Baik dua tahun lalu maupun sekarang, dia nggak pernah mengakui bahwa instruksi itu datang langsung darinya.""Guru," sahut Zion sa

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 613

    Keesokan harinya, setelah mengantar Arlo dan Arlene ke taman kanak-kanak, Tiffany langsung mengemudikan mobilnya menuju kota tempat tinggal Zion sesuai alamat yang diberikan Morgan.Dari pusat kota yang ramai, dia melewati pinggiran kota, masuk ke jalan tol, lalu berbelok ke jalan pedesaan yang semakin sepi.Sepanjang perjalanan, sebuah Land Rover hitam terus mengikutinya dari belakang. Dari kaca spion, Tiffany bisa melihat dengan jelas bahwa mobil itu memiliki pelat nomor dari Kota Aven.Orang dari Kota Aven.Tiffany bahkan tidak perlu berpikir lama untuk tahu siapa yang ada di dalam mobil itu. Akhirnya, dia tidak bisa menahan diri lagi. Tiffany memasang earphone bluetooth dan langsung menelepon Sean. "Kamu ngikutin aku?"Pria di ujung telepon terdiam sesaat sebelum akhirnya menjawab, "Kamu sadar ya?"Tiffany terdiam.Mengikuti seseorang secara terang-terangan dengan Land Rover yang mencolok baik dari segi ukuran maupun model, bukankah itu memang sengaja ingin ketahuan?"Aku cuma mau

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 612

    Tiffany sangat memahami Sean. Dia tidak mungkin berbicara dengan nada seperti itu kepada seorang pria. Kalau perempuan .... Satu-satunya wanita yang paling dekat dengannya, Sanny, masih dirawat di Rumah Sakit Kintan.Tiffany merasa sedikit jengkel. Dia mengacak-acak rambutnya dengan frustasi. Julie meliriknya sekilas, seakan ingin mengatakan sesuatu, tapi akhirnya memilih diam.Setelah beberapa saat, dia menepuk bahu Tiffany pelan. "Aku sudah cari tahu. Dalam lima tahun terakhir, dia memang nggak pernah dekat sama wanita mana pun.""Tapi ... wanita yang mengincarnya sih nggak sedikit.""Tenang saja."Tiffany mengangguk, tapi beberapa detik kemudian, dia menyadari ada yang janggal. "Kenapa aku harus tenang?" Dia bahkan belum berniat untuk kembali bersama Sean."Cepat atau lambat," sahut Julie.Dia menghela napas panjang sebelum menambahkan, "Lagian, setelah kalian bersama lagi, masih ada satu hal yang harus kalian selesaikan."Tiffany mengernyit. "Apa itu?""Nanti juga kamu akan tahu."

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 611

    Tiffany kembali ke rumah sakit dan mendapati Julie sudah menunggunya di kantor dengan tangan bersedekap."Aku sudah lihat beritanya," ucap Julie.Dengan jas putih yang membalut tubuh tinggi semampainya, Julie bersandar di kursi sambil menatap Tiffany dengan sorot mata dingin. "Cuma pergi ngajar sebentar saja bisa bikin heboh begini."Tanpa perlu ditanyakan sekalipun, Tiffany sudah bisa memahami apa yang sedang dibicarakan Julie.Tiffany berjalan ke mejanya dengan tenang dan duduk, "Masalah tentang Zion sudah kuselidiki dan kujelaskan semuanya dua tahun lalu. Aku nggak perlu takut."Julie mengangkat alis dan menatapnya dengan sorot mata yang tetap tenang. "Kamu kira aku lagi membicarakan tentang Zion?""Soal itu sudah lama diselesaikan. Tim investigasi rumah sakit melakukan penyelidikan menyeluruh waktu itu. Apa lagi yang bisa dia lakukan sekarang?""Ini yang kubicarakan!" Julie mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan sebuah foto.Di dalamnya, Tiffany tampak memeluk sebuket besar mawar m

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 610

    "Turun dari mobil." Tiffany mengernyit. "Sekarang sudah jam 3 sore. Aku harus ke rumah sakit untuk absen. Nanti sore harus menjemput anak di sekolah."Sean menggigit bibirnya, memasang ekspresi keras kepala. "Aku harus melindungimu. Jadi, ke mana pun kamu pergi, aku akan ikut."Tiffany mendengus. "Melindungiku? Apa kamu juga mempelajarinya dari novel?"Wanita itu menoleh, menatap Sean dengan sorot mata penuh ejekan. "Lemah sekali, yang suka membaca novel romansa itu aku yang lima tahun lalu. Sekarang aku cuma suka membaca jurnal medis."Sean mengangguk. "Kalau begitu, lain kali aku akan meneliti jurnal medis."Tiffany termangu sesaat. Dia menarik napas dalam-dalam, lalu menekan tombol pintu mobil. "Aku nggak peduli apa yang ingin kamu teliti. Tapi, sekarang aku butuh kamu turun dari mobil."Sean mengernyit menatap Tiffany lekat-lekat. "Dok Tiff, kamu harus tahu satu hal, aku ini punya kebiasaan buruk. Aku orangnya cukup pemberontak. Kalau kamu menyuruhku turun, justru aku nggak akan tu

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 609

    "Aku mengenalmu lebih baik dari siapa pun."Ketika kalimat itu diucapkan dengan suara rendah oleh Sean, hati Tiffany tak kuasa bergetar. Baik lima tahun yang lalu maupun sekarang, kalimat ini selalu membawa kehangatan aneh setiap kali mendengar Sean mengatakannya.Terutama di saat seperti ini. Mereka telah terpisah selama lima tahun penuh. Lima tahun sudah cukup untuk mengubah banyak hal, cukup lama untuk membuat seseorang menjadi pribadi yang benar-benar berbeda.Namun, setelah bertemu lagi dan di saat dirinya difitnah, Sean masih bisa duduk dengan tenang di kursi belakang mobilnya dan berkata, "Aku mengenalmu lebih baik dari siapa pun."Perasaan dan ketulusan seperti ini membuatnya tersentuh. Tiffany menarik napas dalam-dalam. Senyuman tipis terukir di sudut bibirnya. "Kalau begitu, terima kasih, Pak Sean.""Sama-sama, Dok Tiff." Sean menyandarkan kedua lengannya di belakang kepala. "Tapi, kulihat tadi ada beberapa mahasiswa yang mengambil foto di kelas. Aku rasa masalah ini nggak ak

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status