Home / Rumah Tangga / Dimanja Paman Mantan / Bab 2. Berhenti Menyukainya

Share

Bab 2. Berhenti Menyukainya

Author: Rias Ardani
last update Last Updated: 2025-01-10 04:34:28

Napasku memburu, aku nyaris kehilangan kesadaran, ketika bertemu teman- teman, yang rupanya memang tengah mencariku.

"Itu Oliv," pekik salah satu dari mereka.

"Astaga, dari mana saja kamu, Liv. Kami seharian cari kamu," sahut yang lainnya.

"Menyusahkan saja! Seharian kami sibuk mencari kamu, benar- benar menyebalkan ...." 

Aku tidak merespon apapun, selain terus menarik napasku berulang kali, sembari meraup udara dengan rakusnya. Karena aku benar- benar kelelahan berlari pontang panting dalam ketakutan.

"Lain kali jangan sok tau, ini tuh hutan lebat. Kamu bisa saja tersesat dan sulit ditemukan." Suara berat itu memicu perhatianku.

"Menyusahkan," lanjutnya.

Aku menatap ke arahnya. Dion dengan wajah masamnya, menatap juga ke arahku.

Hati ini berdenyut nyeri, ketika melihat ke arahnya. Dion berdiri dekat dengan Karina, wanita yang memang juga dekat dengan Dion. 

Padahal aku sudah melihat masa depanku, jika tetap menyukai lelaki ini. Tapi tidak mudah, membuang rasa suka menjadi benci, aku tetap merasa kesulitan mengendalikan perasaan ini.

"Jangan marah sama Olivia, teman- teman. Aku yakin, dia hanya ingin mencari perhatian Dion. Hanya saja, caranya benar- benar salah," sahut Karina dengan lemah lembut, memicu amarah teman- teman lainnya.

"Dasar sialan! Menyusahkan saja," maki mereka padaku.

"Sudahlah! Berhenti untuk berdebat, yang penting Oliv sudah ketemu," ucap seorang perempuan, yang kini berjalan cepat ke arahku.

"Olivia, sukurlah kamu tidak apa- apa. Ayo kita ke kemah! Kamu terlihat pucat dan berkeringat dingin," lanjutnya yang langsung memapahku.

"Makasih, Dinda," lirihku pelan. Dinda adalah teman sekelasku, sekaligus sahabat baikku.

Riuh suara cibiran teman- teman tidak aku hiraukan. Aku merasa terlalu letih dan tidak ingin berdebat juga.

Sesampainya di dalam tenda, gadis manis berambut keriting itu memintaku untuk rebahan. Sedangkan dia, nampak sibuk menyeduh teh hangat.

"Seharusnya kamu tidak melakukan hal bodoh itu, Olivia ...." 

Aku terdiam, mendengar celotehannya.

"Duduklah, dan minum dulu tehnya," pintanya, sambil memegang gelas.

Aku yang semula berbaring, pun berusaha duduk. Aku benar- benar merasa lelah dan pusing. Serta tubuhku masih terasa gemetar.

Aku menyesap teh hangat buatan Dinda.

"Aku tahu kamu begitu obsesi kepada Dion, dan semua juga tahu, Liv. Tapi please, jangan begini lagi, bahaya!" ujar Dinda, dengan raut wajah serius.

Aku sedikit bingung, mendengar ucapannya. 

"Dinda, maksudnya gimana?" Aku bertanya. 

Dinda menghela napas berat, dan nampak terlihat kesal kepadaku.

"Kita semua juga tahu, Karina adalah wanita populer di sekolah. Dan Dion, juga populer di sekolah. Mereka pasangan yang cocok, dimata teman- teman semua. Dan kamu, kapan kamu? Please Olivia, sampai kapan?" 

Terlihat sekali, Dinda mulai jengah dengan semua ulahku. Harusnya aku sadar sejak lama, perasaanku kepada Dion, hanyalah lelucuan dimata semuanya. 

Bahkan bukan cuma lelucuan, tapi lebih tepatnya tidak tahu malu. Sepertinya aku terlalu memaksakan kehendak.

"Aku akan berhenti menyukai Dion, Din." 

Seketika mata Dinda membola, mendengar ucapanku.

"Maaf jika ucapanku keterlaluan, Liv. Hanya saja, aku ---" Dinda terlihat tidak nyaman menatap ke arahku yang terdiam melihatnya.

Aku mengulas senyum.

"Tidak apa, aku tahu kamu peduli sama aku, Din. Aku yang bodoh, terlalu memaksakan diri."

Dinda tiba- tiba memelukku.

"Oh Tuhan, akhirnya wanita bodoh ini sadar juga. Semoga bukan bualannya," lirihnya sambil memelukku dengan erat.

Acara kemah dalam rangka perpisahan sekolah itu pun berakhir tidak menyenangkan.

Bahkan ketika upacara penutupan, lagi- lagi aku harus menghadapi rasa malu karena tingkahku sebelumnya.

"Teman- teman, aku disini cuma sebagai perantara. Ada seseorang yang ingin mengungkapkan cintanya, kepada lelaki pujaannya." 

Saka, dia adalah teman sekelasku, yang sebelumnya aku minta untuk membantuku mengungkapkan cinta pada Dion. Ini ungkapan cinta yang kedua, karena sebelumnya, Dion sudah pernah menolakku.

Namun kebodohanku yang dahulu, membuatku tidak ingin menyerah, dan terlalu percaya diri bahwa Dion akan menerimaku.

"Wah, apakah itu Olivia!!" seru teman- teman.

"Dia benar- benar wanita gila! Sudah tau Dion hanya suka pada Karina, tetap saja dia tidak menyerah," lanjut lainnya menimpali.

"Satu sekolah juga tahu, cuma Olivia yang gila pada Dion, sedangkan Dion?" 

Riuh tawa ramai menghinaku.

"Olivia! Ayo kemari, dan katakan pada mereka, bahwa kamu akan menyatakan cinta lagi pada Dion. Bukankah ini sikap seorang pemberani," ujar Saka, memicu keadaan dilapangan semakin ricuh.

Kumantapkan hati, kuhadapi dengan berani. Biar bagaimana pun juga, aku yang memulai, aku pula yang mengakhiri.

Aku berjalan ke arah Saka, diiringi riuh ucapan' ucapan tidak senang teman- teman, yang memang lebih mendukung Karina.

Aku kemudian berdiri, dihadapan banyaknya teman- teman.

"Maafkan tingkahku sebelumnya teman- teman. Mulai hari ini, dan seterusnya. Aku akan berhenti menyukai Dion, dan tidak akan lagi mengejarnya. Dan untuk Dion, maafkan semua tingkah lakuku selama ini, aku sudah sadar. Tidak semua hal, harus aku miliki. Setelah ini, aku hanya akan fokus pada pendidikanku, dan impian, terimakasih ...."

Dion hanya terdiam, berbeda dengan teman- teman lainnya. Mereka kembali ricuh membicarakanku.

"Sulit kupercaya."

"Apa benar ini Olivia? Wanita yang terobsesi pada Dion selama bertahun' tahun, dan kini sudah menyerah?"

"Ya, ini aneh. Setelah hampir mati ditelan hutan, rupanya dia sudah mulai sadar diri ...."

"Akhirnya si cantik ini sadar, bahwa dia bukan type Dion ...."

Dan banyak lagi, suara- suara sumbang yang tidak percaya dengan ucapanku barusan. 

Sebab sebelumnya, aku adalah orang yang begitu kekeuh mengejar cintanya Dion. Bahkan aku tidak segan- segan, memaki dan memarahi siapapun yang mendekati Dion.

Hanya saja, aku tidak bisa menyentuh Karina. Jika aku menyinggungnya, Dion akan marah padaku.

Acara penutupan pun selesai, dan kami semua akhirnya berkemas untuk pulang ke rumah masing- masing. Disaat aku dan Dinda berkemas, Dion datang ke tenda kami dan menarik tanganku.

"Trik apalagi yang sedang kamu mainkan?" ucapnya, dengan ekspresi wajah yang marah kepadaku.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Dimanja Paman Mantan   Bab 3. Tidak Ada Hubungan

    "Lepaskan!" Aku menarik tanganku dari pegangannya.Lelaki tampan itu menatapku dengan sedikit heran."Aku sudah katakan, kalau aku tidak akan mengejar kamu lagi. Jadi kamu tidak perlu terganggu lagi, kan.""Trik murahan," cibirnya. Usai berkata, dia pun langsung berbalik badan dan menjauh pergi dari hadapanku.Dinda mendekat."Liv, ini pertama kalinya, aku lihat kamu seperti ini ke Dion. Padahal sebelumnya, kamu itu tunduk banget sama dia, bahkan kalau Dion marah, kamu sanggup memohon- mohon maaf dengannya. Tapi ini? Wow, luar biasa ...." Dinda bertepuk tangan, kemudian memelukku dengan eratnya.Terlihat sekali, dia nampak lega dan bahagia, dengan semua perubahanku."Semangat Oliv. Aku tahu ini tidak mudah, tapi aku yakin, kamu bisa terbebas dari obsesi kamu ini," ujar Dinda lagi, memberikanku semangat."Oke ...." hanya itu jawabanku sembari tersenyum manis. Jelas ini tidak mudah, karena ini masalah perasaan. Tapi demi nyawaku sendiri, aku harus bisa.Bayangan kematian tragis itu sang

    Last Updated : 2025-01-18
  • Dimanja Paman Mantan   Bab 4. Aku Tidak Peduli

    "Sudah puas bicaranya?" Ucapan Dion menghentikan langkahku, yang berniat terus menjauh.Sebelum aku melempar tanya, tiba- tiba Karina keluar, dengan kedua pengikutnya itu."Dion, jangan marah sama Olivia. Dia tidak bermaksud jahat, aku yang salah bicara dengannya," ujar Karina bersandiwara.Jengah dan bosan sebenarnya kalau sudah begini. "Trik apalagi ini?" bentak Dion, membuat aku mengernyit."Dion jangan marah begitu, kasihan Olivia ..." lagi- lagi Karina bersuara, membuatku sangat muak."Lihatlah Karina, dia begitu baik dan lembut. Bahkan dihadapan Dion saja, dia masih membela wanita tidak tahu malu ini," ujar Siska."Jijik," lanjut Lani, yang juga salah satu pengikut Karina.Aku menghembuskan napas malas."Berhenti membuat masalah, Olivia. Minta maaflah pada Karin, jangan menyinggungnya," pinta Dion."Minta maaf untuk apa? Salahku dibagian mana?" "Dion sudahlah. Olivia tidak salah, aku yang salah," kata Karin dengan suara bergetar.Luar biasa benar wanita busa ini."Aku tahu kam

    Last Updated : 2025-01-18
  • Dimanja Paman Mantan   Bab 5. Buktikan!

    "Ayah tidak mau tahu, setelah lulus ini, kamu harus bisa mengambil hati Dion," tegas ayah. "Aku tidak mau," jawabku. "Kamu ...." Ayah terlihat semakin marah, membuat ibu langsung menenangkannya. "Ayah tahan, tahan ayah," pinta ibu dengan lembut. Ibu melihat kearahku. "Sayang, kamu ke kamar dulu, istirahat. Ibu tahu kamu capek, dan mengenai ayah, biar ibu yang ngomong," ucap ibuku, yang hanya kutanggapi dengan anggukan. Aku terdiam di dalam kamar, ketika menatap layar ponsel. Disana terlihat pemberitahuan acara pesta perpisahan, yang diadakan oleh Ronald, salah satu anak konglomerat, yang juga bagian dari teman sekelas kami. "Apakah aku harus datang?" Aku membatin. Dan tidak lama kemudian, pintu kamarku diketuk. Setelah diketuk, pintu terbuka. Sosok ibu berdiri di depan pintu, sembari memegangi gagangnya. "Boleh ibu masuk?" tanyanya dengan lembut, sambil tersenyum kecil. Aku mengangguk, dan ibu pun masuk, satu tangan ibu, terlihat memegang sesuatu. "Ini ada undang

    Last Updated : 2025-01-18
  • Dimanja Paman Mantan   Bab 6. Marah

    Kumantapkan hati, untuk tetap datang ke pesta.Masalah minuman? Kurasa aku bisa menghindarinya. Aku berangkat mengendarai mobil sendiri malam ini. Entah mengapa, ibu begitu baik dan meminjamkan padaku mobilnya. Kejadian yang membuat cinta 1 malam itu terjadi, ketika acara perpisahan diadakan di sebuah Hotel ternama. Tapi kenyataannya, acara diadakan Ronald di rumah mewahnya. Takdir ini lumayan membuatku was- was, ketika sampai ditujuan, dan memarkirkan mobil. Setelah parkir, aku mulai bergabung ke dalam pesta, mendekati teman- teman lainnya. Acara diadakan di taman rumah Ronald, dan di dekat kolam renangnya. "Nyalimu besar juga, berani datang ke acara ini," ucap Siska, yang suaranya terdengar dari belakangku. Dan seperti biasa, dia datang bersama Lani, juga sesembahannya, Karin. Aku berbalik badan, dan melempar senyum mengejek ke arah mereka. "Dari dulu nyaliku besar, masa kamu ragukan itu?" "Cih! Wanita culas, memanfaatkan Dion, hanya untuk sebuah peringkat." Lani b

    Last Updated : 2025-01-21
  • Dimanja Paman Mantan   Bab 7. Sebuah Trik?

    Aku dan Dion menoleh pada pemilik suara itu. Benar saja, Karina tersenyum ke arah kami dan berjalan mendekat. "Maaf, apakah aku mengganggu kalian?" tanya Karina sambil mendekat ke arah kami. Belum sempat ada yang bersuara, tiba- tiba Karina tersandung dan menabrakku yang berada di pinggiran kolam renang. Aku terjatuh ke kolam renang, aku memekik ketakutan, karena aku tidak bisa berenang. Apakah memang aku ditakdirkan harus mati? Sungguh sial sekali, memang nasib buruk selalu menimpaku, jika aku berada didekat Dion dan Karina. Seseorang memasuki kolam renang, dan menarik tanganku. Tubuhku benar- benar sudah terasa tidak berdaya, entah siapakah yang kini menolongku, aku pun tidak tahu. "Oliv, Olivia ...." Terdengar suara panik sahabatku. Aku melihat ke arahnya yang membantu menarik tubuhku naik. Aku direbahkan, dan lelaki yang menolongku tadi pun akhirnya naik ke tepian kolam renang. Terlihat wajahnya dengan samar, dia terlihat tampan, ditambah rambut basahnya yang m

    Last Updated : 2025-02-03
  • Dimanja Paman Mantan   Bab 8. Suka?

    "Ngomong apa sih, Liv. Kita ini kan keluarga, mana mungkin kami menjahati kamu. Semua yang ayah lakukan, demi kamu juga," bela Ibu. "Kami tahu kamu suka Dion, makanya kami dukung kamu, tapi kenapa kami jadi seakan- akan jahat, Liv?" tanya Ibu, nampak terheran- heran dengan sikapku. "Dulu aku suka, Bu. Sekarang sudah tidak," jelasku. "Ayah tidak percaya, nggak masuk akal. Semua juga tahu, kalau kamu tergila- gila sama Dion, bahkan kamu selalu menempel kepadanya," ujar Ayah. "Nak, tidak harus menikah muda. Setidaknya, kami hanya ingin kamu memiliki hubungan yang jelas dengan Dion," timpal Ibu, menatapku dengan tatapan yang sulit kuartikan. "Ya, jangan cuma iri sama Kakakmu! Seharusnya kamu bisa seperti dia, banggain orang tua." Ayah kembali bersuara, membuatku hanya diam. Percuma berdebat dengan mereka, yang ada aku yang akan semakin pusing. "Tidak jadi orang hebat juga nggak masalah, Nak. Setidaknya, kamu bantu ayah saja sudah cukup," lirih ibu. Aku hanya diam dan berjalan mem

    Last Updated : 2025-02-18
  • Dimanja Paman Mantan   Bab 9. Tuduhan

    "Apaan sih?" "Liv, ikuti saja ucapan Dion. Bukannya kamu selama ini selalu menjadi penurut, dan mengikuti kemana pun Dion pergi." Suara Karina terdengar lembut dan penuh arti. "Bukankah ini, yang selalu kamu inginkan? Di perhatikan Dion," cibir teman lainnya. "Trik apalagi ini, Olivia? Jangan buat aku jijik," tekan Dion. Entah kenapa, rasanya sakit sekali mendengar ucapannya. "Jika ini cara kamu, agar dapat perhatianku, lebih baik hentikan saja. Karena sampai kapanpun juga, aku tidak akan pernah tertarik padamu," ujarnya lagi dengan tatapan tajam menekan. Aku menutup mata, berusaha menelan perasaan yang semakin terluka. Tidak mudah memang, melepaskan perasaan, pada seseorang yang memang pernah kita sukai. Tapi jika orang itu luka dan celaka, maka memantapkan hati meninggalkannya, bukankah itu keputusan yang cukup baik. "Dion, kumohon sudah. Aku tidak berniat melakukan trik apapun, aku hanya ingin hidup dengan normal," jelasku dengan nada suara yang pelan. Namun,

    Last Updated : 2025-02-22
  • Dimanja Paman Mantan   Bab10. Sebuah Tujuan

    Aku, ayah dan ibu sangat terkejut, ketika melihat Dion, berada di muara pintu rumah kami. "Nak Dion, ada apa kemari?" tanya Ibu yang langsung bersikap ramah. "Nak Dion mari masuk, ayo ayo. Olivia, ajak Dion masuk, Nak," timpal ayah sangat ramah. Aku diam membeku, ketika melihat tatapan marah dimata Dion padaku. "Kupikir kamu tulus, ternyata ...." Dion kembali bersuara. Lelaki itu mengabaikan ayah dan ibuku. "Ternyata Karina benar, kamu licik," lanjutnya. Kemudian dia pergi begitu saja. Ngapain dia datang ke rumahku secara tiba- tiba? Tapi terserah saja, bagus kalau dia salah paham. Jadi harapan ayah akan semakin pupus. "Bodoh! Kenapa diam saja? Kejar Dion nya," titah ayah kepadaku. "Untuk apa?" "Ya ampun! Dia salah paham itu, cepat bujuk dia, Liv. Dia adalah harapan ayah, agar perusahaan tidak jadi bangkrut," lirih ayah mulai panik. "Aku nggak mau, Dion hanya akan semakin marah padaku." Namun tiba- tiba ibu kesakitan, memegangi dadanya dan pingsan. Aku, serta ayah pun la

    Last Updated : 2025-02-26

Latest chapter

  • Dimanja Paman Mantan   Zoya kehilangan kendali

    Bab38"Lama tidak berjumpa, Olivia." Dion berkata sembari mendekat. Ia menyodorkan tangannya, berharap bisa berjabat tangan dengan wanita itu.Olivia menyambut tangan itu, tanpa melihat ke arah Àmmar, yang memasang wajah masam."Baik." Wanita cantik itu mengulas senyum tipis, membuat dada Dion berdebar."Kupikir kamu tidak akan kembali lagi, Olivia. Rupanya, setelah beberapa tahun menghilang, kini kamu datang lagi, ada tujuan apa?" tanya Zoya, menatap tajam, tapi masih disertai dengan senyuman tipisnya."Olivia adalah istri saya, ibu dari anak saya. Jadi wajar, dia kembali, bahkan dia memang harus kembali. Karena kami berdua, masih punya tanggung jawab, untuk membesarkan Dewa, dengan kasih sayang orang tua yang lengkap," jelas Ammar."Hhmm, Ammar ...." Zoya menatap dalam ke arah mata hitam lelaki itu."Kamu begitu romantis, sayangnya tidak ada cinta yang tulus," desah Zoya.Ammar mengernyit."Bukan ranah kamu, untuk membahas masalah perasaan dan cinta saya. Sebaiknya tertiblah layakny

  • Dimanja Paman Mantan   Kesempatan ke dua

    Bab37"Bu, ada apa?" Dewa merasa heran, dengan reaksi yang ibunya tunjukkan, ketika melihat ayahnya."Dewa, tunggu ayah di bawah. Ayah harus bicara berdua sama ibu," pinta Ammar dengan tenang. Meskipun ada perasaan berat dihati.Dewa yang penurut, langsung memangguk patuh, dengan ucapan ayahnya.Tatapan Ammar, menyiratkan kemarahan yang mendalam, dan hal itu bisa dirasakan Olivia."Pulanglah bersama kami, Olivia ....""Seharusnya kita tidak perlu lagi saling mencari lagi, Pak. Anda bisa berbahagia, bersama dengan kak Zoya.""Jangan kekanak- kanakkan, Olivia. Kita ini sudah menjadi orang tua. Memangnya kamu tidak kasihan sama Dewa?"Olivia terdiam."Ini bukan hanya tentang saya, tentang kita, tapi tentang anak kita, Olivia. Tentang Dewa, yang masih butuh kasih sayang, dia tidak tahu apa- apa, jangan hukum dia, saya mohon," lirih Ammar.Suara lelaki itu bergetar.Olivia terhenyak, bingung harus mengambil keputusan apa? Kini Dewa sudah tumbuh besar, apakah Olivia sanggup menyakiti hati

  • Dimanja Paman Mantan   Kembalilah bersama kami, Olivia

    Bab36Olivia tersentak, ketika tangan kecil Dewa, menyentuhnya. Refleks dia menjauh, dan melihat kesekitar. 'Bagaimana mungkin, Dewa tahu keberadaannya? Apa Ammar ada di dekat sini?'Olivia langsung memundurkan langkah, memasang sikap waspada."Bu ...." Dewa kebingung, melihat sikap yang Olivia tunjukkan."Bagaimana kamu tahu saya disini?" Olivia bertanya dengan suara gemetar. Dia takut, takut kembali bertemu dengan Ammar. "Dewa kemari bersama Ayah, Bu. Ayah bilang ibu telah kembali, kenapa ibu nggak pulang ke rumah?""Dimana ayahmu?" Olivia semakin merasa cemas dan sangat khawatir."Ibu kenapa seperti ketakutan? Ayah sepertinya ada di bawah, Bu. Ayah cuma mengantar Dewa ke depan pintu kamar ibu. Ayah bilang, ayah ada keperluan masih.""Bbeenar dia gak ada disini?" "Iya."Seketika itu juga, Olivia langsung memeluk Dewa dengan erat. Air matanya tumpah, membasahi baju mungil lelaki tampan itu.Dewa juga menangis, mencurahkan kerinduannya pada Olivia. Selama ini, Ammar selalu memperli

  • Dimanja Paman Mantan   Dia ibu dari anakku

    Bab35Karena Zanuar orang yang juga disegani, tentu saja Ammar meragu, untuk menutup area Bandara, demi menangkap Olivia.Akhirnya, Ammar memutuskan untuk memilih jalan lain, dan lebih hati- hati lagi. Agar dia tidak gagal, menangkap Olivia.Ammar juga mencari tahu, setiap pergerakkan Olivia.Dua hari kemudian, Zanuar datang langsung ke kantor Ammar, untuk bertemu dengan lelaki itu. Ammar sempat mengernyit, kenapa Zanuar menemuinya.Dilanda rasa penasaran, Ammar pun mempersilahkan Zanuar untuk masuk ke kantornya.Lelaki berusia 55 tahun itu, dengan tubuh yang masih tegap berisi, menatap Ammar dengan dingin.Dia duduk, kemudian membenarkan tata letak kacamatanya, baru melihat ke arah Ammar dengan tajam."Kamu mengirim orang, untuk memata- matai kami? Ada masalah apa, pak Ammar?" tanya Zanur.Ammar tidak heran, jika Zanur bertanya hal ini. Sebab, orang- orangnya sudah memberitahu, kalau salah satu team mereka, tertangkap anak buahnya Zanuar."Tolong sampaikan pesan saya, pada wanita yan

  • Dimanja Paman Mantan   setelah 5 tahun berlalu

    Bab34"Olivia ...." Ammar panik dan berlari cepat. Dia menghubungi semua anak buahnya, untuk ikut mencari jejak Olivia. Sementara Zoya, mulai membersihkan jejak- jejak keterlibatannya. "Tutup semua akses Bandara!!" Ammar berteriak di telepon kepada para orang suruhannya.Lelaki itu mengemudi dengan kecepatan penuh. Tubuhnya gemetar,pikirannya kacau. Ada sesal mendalam di hatinya kini, karena lalai menjaga Olivia.Namun disaat dia sedang kacau dan panik. Zoya mengirimkannya sebuah foto, yang membuat Ammar semakin murka."Sialan! Wanita itu rupanya berani main' main sama aku," teriak Ammar.Kemudian, dia kembali menghubungi para anak buahnya."Tangkap wanita itu! Jangan biarkan dia lolos." Amarah Ammar semakin memuncak, dia benar- benar ingin sekali mengamuk.Sayangnya, jejak Olivia benar- benar lenyap. Ammar kalah, tidak bisa menemukan keberadaan Olivia begitu saja.Padahal, semua kekuatan sudah dia kerahkan.Bahkan seminggu telah berlalu, Olivia menghilang bagaikan di telan bumi. P

  • Dimanja Paman Mantan   Melarikan Diri

    Bab33Zoya tersenyum, ketika Ammar pergi dari ruangan. Zoya menatap Olivia dengan ejekkan."Segitunya ya, minta perhatian dari Ammar," ejek wanita itu."Kamu tidak sadar ya, kalau kamu itu, hanya dia jadikan pelampiasan kekecewaannya padaku. Kamu pikir, dia menikahimu karena cinta? Tidak Olivia ...."Olivia masih cukup begitu lemah, jadi tidak begitu ingin menanggapi ucapan Zoya."Aku benar- benar kasihan, sepertinya kamu memang terlahir sial ya. Cinta sama Dion, malah di abaikan, eh nikah sama Ammar, hanya jadi bahan pelampiasan. Huuu, kasihan ....""Pergilah! Saya butuh istirahat," pinta Olivia pada Zoya. Namun Zoya malah terkekeh, kemudian mendekati wanita itu dan berbisik."Aku bahagia sekali, melihat kamu seperti ini. Kamu pantas menderita, Olivia."Olivia tidak perduli, dia juga tidak menanggapi ucapan, serta gelak tawa Zoya.Belum sempat Zoya bersuara lagi, suara langkah kaki terdengar. Zoya menjauhkan diri dari Olivia, kemudian bertingkah layaknya kakak yang baik dan perhatian

  • Dimanja Paman Mantan   Bunuh Diri

    Bab32Ammar mengepalkan tinju, mendengar permintaan Olivia. Dia sengaja membawa Zoya ke apartemen mereka, berharap mendapatkan reaksi cemburu dari Olivia.Namun, dia sendiri malah kebingungan, menilai reaksi Olivia.Ammar mencengkram lengan Olivia, menatap tajam pada istri sahnya itu."Kamu mau menciptakan keluarga yang berantakan pada anak saya yang masih bayi itu?""Jangan pernah bermimpi, untuk bercerai. Karena sampai kapanpun, saya tidak akan pernah menceraikan kamu, paham!!""Untuk apa pernikahan toxic ini? Saya lelah menjalaninya, saya nggak bahagia, Ammar.""Jadi kalau cerai dari saya, kamu bahagia. Kemudian, kamu akan menikahi Dion, begitu tujuan kamu, Olivia ....""Lagi- lagi kamu bawa Dion? Memangnya saya ada bilang, kalau saya akan kembali mengejar Dion?""Saya tidak percaya kamu, Olivia.""Saya tidak perduli, Tuan Ammar yang terhormat. Mari kita bercerai, kita tidak cocok. Anda bisa memulai lagi hubungan yang baru, bersama wanita anda," tegas Olivia, kembali menyulut emosi

  • Dimanja Paman Mantan   kamu cemburu

    Bab31"Ammar, jangan ...." Olivia memelas, berharap Ammar tidak menyentuhnya."Kenapa kamu menolak saya? Apa karena Dion?" Olivia menjawab dengan menggeleng lemah."Lalu apa. Saya suami sah kamu, Olivia. Saya berhak atas semua, yang ada pada dirimu.""Ammar, beri saya waktu.""No. Kamu milik saya, dan saya berhak atas kamu ...."Meskipun Olivia berusaha menghindar, Ammar tidak melepaskannya. Lelaki itu menyentuhnya dengan kasar, dan tidak ada kelembutan disana.Olivia menangis, merasakan sakit ditubuhnya. Meskipun Olivia memohon, Ammar tidak menghiraukannya.Bahkan, Ammar dengan kasar melahap bibir Olivia, hingga membengkak. Air mata mengalir, membasahi wajah cantiknya.Dan Ammar, melakukan itu nyaris tak kenal waktu. Kapanpun dia ingin, dia akan melakukannya.Olivia merasa tidak tahan lagi. Namun, dia juga tidak tahu, harus bagaimana lagi. Ponselnya pun Ammar sita, bahkan hanya ada babysitter yang ada di apartemen mereka. Sedangkan urusan memasak dan membersihkan apartemen, Ammar b

  • Dimanja Paman Mantan   Setelah Melahirkan

    Bab30Olivia panik, melihat tatapan tajam Dion, dan cengkraman yang semakin kuat. Olivia menangis, dan berniat untuk berteriak.Namun, Dion langsung memindah tangannya, menahan kepala Olivia, dan mendaratkan ciuman pada bibir wanita itu.Olivia terkejut, ketika bibir mereka bertemu, Ammar masuk ke kamar rawatnya."Olivia!!" Ammar berteriak, Dion langsung melepaskan pegangan tangannya dari kepala Olivia."Dion, Olivia! Apa yang sedang kalian lakukan?" teriak Ammar dengan marah.Olivia menangis."Dia melecehkan saya, Ammar ...."Dion berusaha tenang, dan menatap Ammar."Untuk apa saya melecehkan dia, Paman? Bukannya semua orang juga tahu, kalau dia begitu menyukai saya. Bahkan tadi dia mengakui, terpaksa menikahi Paman, hanya untuk membalas saya," jelas Dion.Ammar mengepalkan tinju."Itu tidak benar, Ammar. Dia menyakitiku, dan memaksaku berciuman," kata Olivia."Terserah saja kalau sudah begini. Paman mau percaya saya, atau wanita itu. Yang jelas, bukan saya orang ketiga dia antara ka

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status