Share

Bab 6. Marah

Penulis: Rias Ardani
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-21 18:03:20

Kumantapkan hati, untuk tetap datang ke pesta.

Masalah minuman? Kurasa aku bisa menghindarinya.

Aku berangkat mengendarai mobil sendiri malam ini. Entah mengapa, ibu begitu baik dan meminjamkan padaku mobilnya.

Kejadian yang membuat cinta 1 malam itu terjadi, ketika acara perpisahan diadakan di sebuah Hotel ternama. Tapi kenyataannya, acara diadakan Ronald di rumah mewahnya.

Takdir ini lumayan membuatku was- was, ketika sampai ditujuan, dan memarkirkan mobil.

Setelah parkir, aku mulai bergabung ke dalam pesta, mendekati teman- teman lainnya. Acara diadakan di taman rumah Ronald, dan di dekat kolam renangnya.

"Nyalimu besar juga, berani datang ke acara ini," ucap Siska, yang suaranya terdengar dari belakangku.

Dan seperti biasa, dia datang bersama Lani, juga sesembahannya, Karin.

Aku berbalik badan, dan melempar senyum mengejek ke arah mereka.

"Dari dulu nyaliku besar, masa kamu ragukan itu?"

"Cih! Wanita culas, memanfaatkan Dion, hanya untuk sebuah peringkat." Lani bersuara, membuatku ingin terbahak.

"Lani, kalau kamu bodoh, mending kamu diam. Dari dulu, aku itu sudah pinter. Bahkan, aku selalu juara kelas, meskipun hanya juara 2. Dan kini, jika aku juara 1, itu berarti aku semakin maju, gak seperti kamu, mundur," ejekku.

Lani mendengkus, dan tidak berani menyahut lagi.

"Semakin sombong saja kamu, pantes Dion tidak suka. Sikapmu dan Karina, sangat jauh berbeda." Siska bersuara, dan membuat aku terkekeh.

"Memangnya aku perduli? Lagi pula, aku sudah tidak suka Dion, kalau Karina mau, jadian saja sana," sahutku sambil berjalan, meninggalkan tiga wanita usil itu.

Disaat aku berjalan menuju meja yang terletak banyak minuman, aku terdiam sejenak. Di dalam bayangan itu, aku meminum jus buah, kemudian membawa sepotong cake, dan duduk. Setelah menyantap cake dan menyesap minuman jus sampai habis, aku diberikan air putih oleh seorang pelayan.

Aku tidak duduk sendiri saat itu, tapi sedang mengobrol bersama Dinda, juga sepupuku yang juga memang 1 kelas denganku.

Entah siapa yang berniat jahat kepadaku sebelumnya. Yang jelas, aku harus waspada malam ini.

Acara pesta pun dimulai, pestanya sangat meriah, bahkan Ronald mengadakannya tidak main- main, dia sampai mendatangkan artis ibukota, yang cukup terkenal, untuk memeriahkan pesta perpisahan malam ini.

"Kamu cantik sekali malam ini, Olivia," puji Ronald, yang kini berjalan mendekatiku.

"Terimakasih, Ronald," ujarku sambil tersenyum.

"Olivia, ayo berdansa denganku malam ini?" ajak Ronald. Karena acara sudah memasuki sesi dansa.

Bahkan, beberapa teman- teman, sudah mulai berdansa.

"Olivia tidak bisa berdansa ...." suara berat mengintrupsi.

Aku dan Ronald melihat ke arahnya.

"Dion," batinku. Lelaki yang begitu aku sukai itu, kini mendekat ke arah kami dengan sikap yang kharismatik.

"Wow, Dion." Ronald menyapa lelaki yang kini menatap dingin ke arah kami.

"Olivia tidak bisa berdansa, jangan mengajaknya, kamu akan malu," ucap Dion pada Ronald.

"Kata siapa?" Aku menyahut,"Ronald, ayo berdansa," kataku, membuat Ronald tersenyum manis.

"Gas," ujarnya langsung meraih tanganku. Aku pun mengikuti langkahnya, dan mengabaikan tatapan masam Dion.

"Kamu beneran bisa berdansa?" tanya Ronald lagi, ketika kami memasuki area dansa.

"Bisa dong. Kamu meragukan aku?" jawabku sambil mulai melakukan gerakkan dansa. Ronald tersenyum, sembari terlihat menatapku dengan tatapan yang sulit kuartikan.

Kami berdua berdansa, sembari menikmati musik. Dan tiba- tiba, sebuah tangan kekar, memegangi lenganku.

Aku dan Ronald terkejut, ketika melihat Dion, dengan tatapan marah, serta matanya yang memerah.

"Ikut aku," titahnya, membuat aku dan Ronald tercengang.

"Lepaskan! Sakit," rintihku.

"Dion, lepaskan Oliv," ujar Ronald, yang juga ikut tidak senang, melihat sikap Dion.

"Jangan ikut campur," bentak Dion pada Ronald.

"Bukannya kamu tidak suka Olivia? Terus kenapa tingkah kamu seperti ini," tanya Ronald.

"Lepasin nggak?" Aku ikut bersuara.

Dan teman' teman yang berdansa pun semua jadi kebingungan, melihat keributan kami.

"Ikut aku," tegas Dion, yang langsung menarikku dari tempat berdansa.

Ronald kini hanya terdiam, tidak lagi bersikeras menahan tanganku. Dion menarikku menjauh dari ramainya teman- teman.

Lelaki itu membawaku ke dekat kolam renang.

"Trik apalagi ini, Olivia?" tanya Dion dengan emosi, membuatku rasanya ingin sekali berteriak.

"Seenaknya kamu bilang suka, dan sekarang seenaknya pula, kamu bilang berhenti suka! Kamu mau mempermainkan aku?" lanjutnya.

Hatiku berdebar, mendengar ucapannya. Aku khawatir, aku takut kembali tidak bisa mengendalikan perasaan ini lagi. Karena bagaimana pun juga, membuang perasaan cinta bukanlah perkara mudah.

Apalagi, semua orang juga tahu, aku begitu tergila gila pada Dion, bahkan selalu menempel padanya. Dan kini, aku membuat jarak, yang sulit semua orang percaya, termasuk Dion.

"Aku sudah berusaha, dan sangat berusaha. Tolong menjauhlah, demi kebaikan kita bersama," lirihku pada akhirnya.

Dion terdiam, mendengar penuturanku.

"Dion ...." Suara lembut itu membuat kami menoleh.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Dimanja Paman Mantan   Bab 7. Sebuah Trik?

    Aku dan Dion menoleh pada pemilik suara itu. Benar saja, Karina tersenyum ke arah kami dan berjalan mendekat. "Maaf, apakah aku mengganggu kalian?" tanya Karina sambil mendekat ke arah kami. Belum sempat ada yang bersuara, tiba- tiba Karina tersandung dan menabrakku yang berada di pinggiran kolam renang. Aku terjatuh ke kolam renang, aku memekik ketakutan, karena aku tidak bisa berenang. Apakah memang aku ditakdirkan harus mati? Sungguh sial sekali, memang nasib buruk selalu menimpaku, jika aku berada didekat Dion dan Karina. Seseorang memasuki kolam renang, dan menarik tanganku. Tubuhku benar- benar sudah terasa tidak berdaya, entah siapakah yang kini menolongku, aku pun tidak tahu. "Oliv, Olivia ...." Terdengar suara panik sahabatku. Aku melihat ke arahnya yang membantu menarik tubuhku naik. Aku direbahkan, dan lelaki yang menolongku tadi pun akhirnya naik ke tepian kolam renang. Terlihat wajahnya dengan samar, dia terlihat tampan, ditambah rambut basahnya yang m

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03
  • Dimanja Paman Mantan   Bab 8. Suka?

    "Ngomong apa sih, Liv. Kita ini kan keluarga, mana mungkin kami menjahati kamu. Semua yang ayah lakukan, demi kamu juga," bela Ibu. "Kami tahu kamu suka Dion, makanya kami dukung kamu, tapi kenapa kami jadi seakan- akan jahat, Liv?" tanya Ibu, nampak terheran- heran dengan sikapku. "Dulu aku suka, Bu. Sekarang sudah tidak," jelasku. "Ayah tidak percaya, nggak masuk akal. Semua juga tahu, kalau kamu tergila- gila sama Dion, bahkan kamu selalu menempel kepadanya," ujar Ayah. "Nak, tidak harus menikah muda. Setidaknya, kami hanya ingin kamu memiliki hubungan yang jelas dengan Dion," timpal Ibu, menatapku dengan tatapan yang sulit kuartikan. "Ya, jangan cuma iri sama Kakakmu! Seharusnya kamu bisa seperti dia, banggain orang tua." Ayah kembali bersuara, membuatku hanya diam. Percuma berdebat dengan mereka, yang ada aku yang akan semakin pusing. "Tidak jadi orang hebat juga nggak masalah, Nak. Setidaknya, kamu bantu ayah saja sudah cukup," lirih ibu. Aku hanya diam dan berjalan mem

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-18
  • Dimanja Paman Mantan   Bab 9. Tuduhan

    "Apaan sih?" "Liv, ikuti saja ucapan Dion. Bukannya kamu selama ini selalu menjadi penurut, dan mengikuti kemana pun Dion pergi." Suara Karina terdengar lembut dan penuh arti. "Bukankah ini, yang selalu kamu inginkan? Di perhatikan Dion," cibir teman lainnya. "Trik apalagi ini, Olivia? Jangan buat aku jijik," tekan Dion. Entah kenapa, rasanya sakit sekali mendengar ucapannya. "Jika ini cara kamu, agar dapat perhatianku, lebih baik hentikan saja. Karena sampai kapanpun juga, aku tidak akan pernah tertarik padamu," ujarnya lagi dengan tatapan tajam menekan. Aku menutup mata, berusaha menelan perasaan yang semakin terluka. Tidak mudah memang, melepaskan perasaan, pada seseorang yang memang pernah kita sukai. Tapi jika orang itu luka dan celaka, maka memantapkan hati meninggalkannya, bukankah itu keputusan yang cukup baik. "Dion, kumohon sudah. Aku tidak berniat melakukan trik apapun, aku hanya ingin hidup dengan normal," jelasku dengan nada suara yang pelan. Namun,

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-22
  • Dimanja Paman Mantan   Bab10. Sebuah Tujuan

    Aku, ayah dan ibu sangat terkejut, ketika melihat Dion, berada di muara pintu rumah kami. "Nak Dion, ada apa kemari?" tanya Ibu yang langsung bersikap ramah. "Nak Dion mari masuk, ayo ayo. Olivia, ajak Dion masuk, Nak," timpal ayah sangat ramah. Aku diam membeku, ketika melihat tatapan marah dimata Dion padaku. "Kupikir kamu tulus, ternyata ...." Dion kembali bersuara. Lelaki itu mengabaikan ayah dan ibuku. "Ternyata Karina benar, kamu licik," lanjutnya. Kemudian dia pergi begitu saja. Ngapain dia datang ke rumahku secara tiba- tiba? Tapi terserah saja, bagus kalau dia salah paham. Jadi harapan ayah akan semakin pupus. "Bodoh! Kenapa diam saja? Kejar Dion nya," titah ayah kepadaku. "Untuk apa?" "Ya ampun! Dia salah paham itu, cepat bujuk dia, Liv. Dia adalah harapan ayah, agar perusahaan tidak jadi bangkrut," lirih ayah mulai panik. "Aku nggak mau, Dion hanya akan semakin marah padaku." Namun tiba- tiba ibu kesakitan, memegangi dadanya dan pingsan. Aku, serta ayah pun la

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-26
  • Dimanja Paman Mantan   Bab 11. Rumah Nenek

    Aku mengepalkan tangan. Rasa terhina juga sakit hati. "Aku mau pulang, Paman." Aku berkata dengan kesal. "Buat apa juga aku dibawa kesini?" lanjutku dengan tatapan kesal. "Ikut denganku, akan aku jelaskan tujuanku," ujar Ammar. Meskipun kesal, aku tetap mengikuti langkahnya. Kami kembali ke dalam mobil, dan lelaki itu melajukan mobilnya, meninggalkan parkiran rumah sakit. "Aku sudah memantau perkembangan hubungan kamu dan Dion. Kurasa, itu hubungan yang buruk dan sepihak." Aku hanya terdiam, tidak ingin menanggapi apapun mengenai lelaki yang bernama Dion itu. "Kudengar, perusahaan orang tuamu juga sedang membutuhkan suntikan dana. Dan kamu, diminta untuk memperjelas hubungan kamu dan Dion. Hubungan seperti apa? Padahal Dion, tidak menyukaimu sama sekali," lanjutnya sambil menyetir. "Aku tidak suka Dion," jawabku tegas. "Semua orang di kota Lurry ini juga tau, bahwa kamu, tergila- gila sama Dion." Aku terdiam. Faktanya aku dulu memang sebodoh itu, melakukan apapun

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-27
  • Dimanja Paman Mantan   Bab 12. Malu

    "Kita akan keluar diam- diam, kamu tenang saja," jawab Ammar. "Yang penting, rahasiakan dulu pernikahan ini, aku hanya butuh status, bukan pernikahan sungguhan," lanjutnya. "Baiklah." "Panggil aku, Ammar." "Iya." Keheningan memenuhi kamar ini, kemudian, pintu kamar kami diketuk. Ammar berdiri dari duduknya, dan membukakan pintu. Senyum sumringah Nenek menyambutnya. "Nenek bawakan minuman sehat untuk kalian," ucap Nenek. Aku hanya melempar senyum pada Nenek dan langsung gegas berdiri. "Ini minuman tradisi penyambutan keluarga kita, pada pengantin baru. Kalian berdua harus meminumnya," tegas Nenek sambil tersenyum manis. Aku pun menyambut minuman itu dan langsung menegaknya. Sedangkan Ammar masih terdiam. "Nenek tidak sedang merencanakan sesuatu kan?" Ammar menatap curiga, membuat wajah Nenek cemberut. "Rencana apa? Kamu meragukan ucapan Nenek, ya. Ini tradisi keluarga kita, Ammar." Mendengar ucapan Nenek yang nampak kecewa, Ammar pun menurut saja dan langsung m

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-28
  • Dimanja Paman Mantan   Bab 13. Berbelanja

    Aku menatap kesal pada lelaki yang kini sarapan dengan tenang. "Makan, jangan liatin Ammar terus," tegur Nenek sambil terkekeh, membuatku menjadi kikuk. Nenek duduk, sambil tersenyum- senyum ke arahku. Sedangkan Ammar, nampak terlihat gelisah, sambil melirik ke arahku sekilas. "Pertempuran malam tadi pasti seru, ya," ucap Nenek. "Cucu Nenek memang yang terbaik, bahkan sampai meninggalkan jejak unik," lanjut Nenek sambil terkekeh. "Aku sudah kenyang," ujar Ammar langsung berdiri. "Cepat habiskan sarapannya, kita harus segera ke rumah orang tuamu," lanjut Ammar tergesa- gesa. Nenek hanya mengulum senyum, dan aku pun menurut saja. Setelah berpamitan pada Nenek, kami berdua masuk mobil. Nenek juga sempat memberikanku gelang giok hijau, yang katanya gelang warisan keluarganya. Mobil melaju, menuju sebuah pusat perbelanjaan yang cukup besar di kota ini. "Turun, kita harus membeli sesuatu," titahnya. Aku tidak ingin banyak bicara lagi, dan menuruti saja ucapannya. Kami berjalan,

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-01
  • Dimanja Paman Mantan   Bab 14. Bukan Anak Kandung

    Aku mengernyit, ketika melihat sosok kak Zoya, yang menatap tajam ke arahku. Ibu berjalan cepat ke arahku dan melayangkan pukulan keras ke pipi. "Dari mana saja kamu, hah?" "Dari mana lagi? Kalau bukan jual diri," timpal kak Zoya. Aku meringis, pipiku panas karena tamparan tangan ibu. Ibu begitu marah padaku, bahkan pukulannya saja begitu terasa sakit. "Sakit, Bu." Aku memegangi pipiku, menatap kecewa pada ibu. Ini pertama kalinya, dia memukulku. "Jawab! Dari mana saja kamu?" bentak ibu, tanpa perduli dengan rasa sakit di wajahku karena ulahnya. Belum sempat aku bersuara, kak Zoya sudah melangkah cepat mendekatiku dan langsung mendorongku begitu saja. "Apa yang sudah kamu lakukan? Kenapa Ammar sampai mau berinvestasi ke perusahaan ayah?" bentak kak Zoya marah. Matanya memerah dan nyaris keluar dari tempatnya. "Kenapa jadi tanya aku, Kak?" Plak .... Kak Zoya melayangkan tamparan keras ke wajahku begitu saja. Sudah sakit karena tamparan ibu, di tambah lagi tamparan keras dari

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-02

Bab terbaru

  • Dimanja Paman Mantan   Zoya kehilangan kendali

    Bab38"Lama tidak berjumpa, Olivia." Dion berkata sembari mendekat. Ia menyodorkan tangannya, berharap bisa berjabat tangan dengan wanita itu.Olivia menyambut tangan itu, tanpa melihat ke arah Àmmar, yang memasang wajah masam."Baik." Wanita cantik itu mengulas senyum tipis, membuat dada Dion berdebar."Kupikir kamu tidak akan kembali lagi, Olivia. Rupanya, setelah beberapa tahun menghilang, kini kamu datang lagi, ada tujuan apa?" tanya Zoya, menatap tajam, tapi masih disertai dengan senyuman tipisnya."Olivia adalah istri saya, ibu dari anak saya. Jadi wajar, dia kembali, bahkan dia memang harus kembali. Karena kami berdua, masih punya tanggung jawab, untuk membesarkan Dewa, dengan kasih sayang orang tua yang lengkap," jelas Ammar."Hhmm, Ammar ...." Zoya menatap dalam ke arah mata hitam lelaki itu."Kamu begitu romantis, sayangnya tidak ada cinta yang tulus," desah Zoya.Ammar mengernyit."Bukan ranah kamu, untuk membahas masalah perasaan dan cinta saya. Sebaiknya tertiblah layakny

  • Dimanja Paman Mantan   Kesempatan ke dua

    Bab37"Bu, ada apa?" Dewa merasa heran, dengan reaksi yang ibunya tunjukkan, ketika melihat ayahnya."Dewa, tunggu ayah di bawah. Ayah harus bicara berdua sama ibu," pinta Ammar dengan tenang. Meskipun ada perasaan berat dihati.Dewa yang penurut, langsung memangguk patuh, dengan ucapan ayahnya.Tatapan Ammar, menyiratkan kemarahan yang mendalam, dan hal itu bisa dirasakan Olivia."Pulanglah bersama kami, Olivia ....""Seharusnya kita tidak perlu lagi saling mencari lagi, Pak. Anda bisa berbahagia, bersama dengan kak Zoya.""Jangan kekanak- kanakkan, Olivia. Kita ini sudah menjadi orang tua. Memangnya kamu tidak kasihan sama Dewa?"Olivia terdiam."Ini bukan hanya tentang saya, tentang kita, tapi tentang anak kita, Olivia. Tentang Dewa, yang masih butuh kasih sayang, dia tidak tahu apa- apa, jangan hukum dia, saya mohon," lirih Ammar.Suara lelaki itu bergetar.Olivia terhenyak, bingung harus mengambil keputusan apa? Kini Dewa sudah tumbuh besar, apakah Olivia sanggup menyakiti hati

  • Dimanja Paman Mantan   Kembalilah bersama kami, Olivia

    Bab36Olivia tersentak, ketika tangan kecil Dewa, menyentuhnya. Refleks dia menjauh, dan melihat kesekitar. 'Bagaimana mungkin, Dewa tahu keberadaannya? Apa Ammar ada di dekat sini?'Olivia langsung memundurkan langkah, memasang sikap waspada."Bu ...." Dewa kebingung, melihat sikap yang Olivia tunjukkan."Bagaimana kamu tahu saya disini?" Olivia bertanya dengan suara gemetar. Dia takut, takut kembali bertemu dengan Ammar. "Dewa kemari bersama Ayah, Bu. Ayah bilang ibu telah kembali, kenapa ibu nggak pulang ke rumah?""Dimana ayahmu?" Olivia semakin merasa cemas dan sangat khawatir."Ibu kenapa seperti ketakutan? Ayah sepertinya ada di bawah, Bu. Ayah cuma mengantar Dewa ke depan pintu kamar ibu. Ayah bilang, ayah ada keperluan masih.""Bbeenar dia gak ada disini?" "Iya."Seketika itu juga, Olivia langsung memeluk Dewa dengan erat. Air matanya tumpah, membasahi baju mungil lelaki tampan itu.Dewa juga menangis, mencurahkan kerinduannya pada Olivia. Selama ini, Ammar selalu memperli

  • Dimanja Paman Mantan   Dia ibu dari anakku

    Bab35Karena Zanuar orang yang juga disegani, tentu saja Ammar meragu, untuk menutup area Bandara, demi menangkap Olivia.Akhirnya, Ammar memutuskan untuk memilih jalan lain, dan lebih hati- hati lagi. Agar dia tidak gagal, menangkap Olivia.Ammar juga mencari tahu, setiap pergerakkan Olivia.Dua hari kemudian, Zanuar datang langsung ke kantor Ammar, untuk bertemu dengan lelaki itu. Ammar sempat mengernyit, kenapa Zanuar menemuinya.Dilanda rasa penasaran, Ammar pun mempersilahkan Zanuar untuk masuk ke kantornya.Lelaki berusia 55 tahun itu, dengan tubuh yang masih tegap berisi, menatap Ammar dengan dingin.Dia duduk, kemudian membenarkan tata letak kacamatanya, baru melihat ke arah Ammar dengan tajam."Kamu mengirim orang, untuk memata- matai kami? Ada masalah apa, pak Ammar?" tanya Zanur.Ammar tidak heran, jika Zanur bertanya hal ini. Sebab, orang- orangnya sudah memberitahu, kalau salah satu team mereka, tertangkap anak buahnya Zanuar."Tolong sampaikan pesan saya, pada wanita yan

  • Dimanja Paman Mantan   setelah 5 tahun berlalu

    Bab34"Olivia ...." Ammar panik dan berlari cepat. Dia menghubungi semua anak buahnya, untuk ikut mencari jejak Olivia. Sementara Zoya, mulai membersihkan jejak- jejak keterlibatannya. "Tutup semua akses Bandara!!" Ammar berteriak di telepon kepada para orang suruhannya.Lelaki itu mengemudi dengan kecepatan penuh. Tubuhnya gemetar,pikirannya kacau. Ada sesal mendalam di hatinya kini, karena lalai menjaga Olivia.Namun disaat dia sedang kacau dan panik. Zoya mengirimkannya sebuah foto, yang membuat Ammar semakin murka."Sialan! Wanita itu rupanya berani main' main sama aku," teriak Ammar.Kemudian, dia kembali menghubungi para anak buahnya."Tangkap wanita itu! Jangan biarkan dia lolos." Amarah Ammar semakin memuncak, dia benar- benar ingin sekali mengamuk.Sayangnya, jejak Olivia benar- benar lenyap. Ammar kalah, tidak bisa menemukan keberadaan Olivia begitu saja.Padahal, semua kekuatan sudah dia kerahkan.Bahkan seminggu telah berlalu, Olivia menghilang bagaikan di telan bumi. P

  • Dimanja Paman Mantan   Melarikan Diri

    Bab33Zoya tersenyum, ketika Ammar pergi dari ruangan. Zoya menatap Olivia dengan ejekkan."Segitunya ya, minta perhatian dari Ammar," ejek wanita itu."Kamu tidak sadar ya, kalau kamu itu, hanya dia jadikan pelampiasan kekecewaannya padaku. Kamu pikir, dia menikahimu karena cinta? Tidak Olivia ...."Olivia masih cukup begitu lemah, jadi tidak begitu ingin menanggapi ucapan Zoya."Aku benar- benar kasihan, sepertinya kamu memang terlahir sial ya. Cinta sama Dion, malah di abaikan, eh nikah sama Ammar, hanya jadi bahan pelampiasan. Huuu, kasihan ....""Pergilah! Saya butuh istirahat," pinta Olivia pada Zoya. Namun Zoya malah terkekeh, kemudian mendekati wanita itu dan berbisik."Aku bahagia sekali, melihat kamu seperti ini. Kamu pantas menderita, Olivia."Olivia tidak perduli, dia juga tidak menanggapi ucapan, serta gelak tawa Zoya.Belum sempat Zoya bersuara lagi, suara langkah kaki terdengar. Zoya menjauhkan diri dari Olivia, kemudian bertingkah layaknya kakak yang baik dan perhatian

  • Dimanja Paman Mantan   Bunuh Diri

    Bab32Ammar mengepalkan tinju, mendengar permintaan Olivia. Dia sengaja membawa Zoya ke apartemen mereka, berharap mendapatkan reaksi cemburu dari Olivia.Namun, dia sendiri malah kebingungan, menilai reaksi Olivia.Ammar mencengkram lengan Olivia, menatap tajam pada istri sahnya itu."Kamu mau menciptakan keluarga yang berantakan pada anak saya yang masih bayi itu?""Jangan pernah bermimpi, untuk bercerai. Karena sampai kapanpun, saya tidak akan pernah menceraikan kamu, paham!!""Untuk apa pernikahan toxic ini? Saya lelah menjalaninya, saya nggak bahagia, Ammar.""Jadi kalau cerai dari saya, kamu bahagia. Kemudian, kamu akan menikahi Dion, begitu tujuan kamu, Olivia ....""Lagi- lagi kamu bawa Dion? Memangnya saya ada bilang, kalau saya akan kembali mengejar Dion?""Saya tidak percaya kamu, Olivia.""Saya tidak perduli, Tuan Ammar yang terhormat. Mari kita bercerai, kita tidak cocok. Anda bisa memulai lagi hubungan yang baru, bersama wanita anda," tegas Olivia, kembali menyulut emosi

  • Dimanja Paman Mantan   kamu cemburu

    Bab31"Ammar, jangan ...." Olivia memelas, berharap Ammar tidak menyentuhnya."Kenapa kamu menolak saya? Apa karena Dion?" Olivia menjawab dengan menggeleng lemah."Lalu apa. Saya suami sah kamu, Olivia. Saya berhak atas semua, yang ada pada dirimu.""Ammar, beri saya waktu.""No. Kamu milik saya, dan saya berhak atas kamu ...."Meskipun Olivia berusaha menghindar, Ammar tidak melepaskannya. Lelaki itu menyentuhnya dengan kasar, dan tidak ada kelembutan disana.Olivia menangis, merasakan sakit ditubuhnya. Meskipun Olivia memohon, Ammar tidak menghiraukannya.Bahkan, Ammar dengan kasar melahap bibir Olivia, hingga membengkak. Air mata mengalir, membasahi wajah cantiknya.Dan Ammar, melakukan itu nyaris tak kenal waktu. Kapanpun dia ingin, dia akan melakukannya.Olivia merasa tidak tahan lagi. Namun, dia juga tidak tahu, harus bagaimana lagi. Ponselnya pun Ammar sita, bahkan hanya ada babysitter yang ada di apartemen mereka. Sedangkan urusan memasak dan membersihkan apartemen, Ammar b

  • Dimanja Paman Mantan   Setelah Melahirkan

    Bab30Olivia panik, melihat tatapan tajam Dion, dan cengkraman yang semakin kuat. Olivia menangis, dan berniat untuk berteriak.Namun, Dion langsung memindah tangannya, menahan kepala Olivia, dan mendaratkan ciuman pada bibir wanita itu.Olivia terkejut, ketika bibir mereka bertemu, Ammar masuk ke kamar rawatnya."Olivia!!" Ammar berteriak, Dion langsung melepaskan pegangan tangannya dari kepala Olivia."Dion, Olivia! Apa yang sedang kalian lakukan?" teriak Ammar dengan marah.Olivia menangis."Dia melecehkan saya, Ammar ...."Dion berusaha tenang, dan menatap Ammar."Untuk apa saya melecehkan dia, Paman? Bukannya semua orang juga tahu, kalau dia begitu menyukai saya. Bahkan tadi dia mengakui, terpaksa menikahi Paman, hanya untuk membalas saya," jelas Dion.Ammar mengepalkan tinju."Itu tidak benar, Ammar. Dia menyakitiku, dan memaksaku berciuman," kata Olivia."Terserah saja kalau sudah begini. Paman mau percaya saya, atau wanita itu. Yang jelas, bukan saya orang ketiga dia antara ka

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status