“Dek Riana bilang tidak enak kalau harus selalu bersama dengan Den Wira, karena Den Wira kan sudah punya wanita lain yaitu Tiara,” sahut Mbok. Desi yang mendengar hal tersebut langsung menghela napas berat, dia tidak menyangka akan menjadi begini setelah pulang dari menjenguk sang suami di luar negeri, tetapi mau bagaimana lagi, semuanya sudah terjadi seperti ini tinggal menyerahkan kepada takdir, berjodoh atau tidak. “Sebenarnya ....” Desi memilih bercerita kepada Mbok untuk menghilangkan perasaan yang mengganjal pada hatinya. Di tempat lain, Riana sudah setengah jam berada di makam kedua orang tuannya, tetapi dia enggan untuk pergi bekerja jadi terus diam di sana tanpa ada berniat untuk beranjak sedikit pun. Teringat perkataan sang paman yang tadi datang kemari, mereka tidak sengaja bertemu saat berziarah ke makam kedua orang tua Riana dan pamannya itu menawarkan sesuatu kepada dirinya. Namun, dia mengatakan akan memikirkannya terlebih dahulu sementara waktu, lalu kalau sudah sele
“Maaf, Riana, bukan maksudku untuk menekanmu. Hanya saja aku sangat menyayangkan sikapmu itu, padahal aku berharap kali ini kamu akan menikah dengan seseorang sebaik Pak Wira, kapan lagi kamu mendapatkan lelaki sebaik dia dan juga, aku sangat tahu kamu pun menyukainya.” Kiki menggenggam tangan Riana lembut, dia berharap temannya akan mengerti maksud dari dirinya.“Aku merasa tidak pantas,” Riana hanya bisa memberikan satu alasan kepada Kiki, karena hanya itu yang dia bisa.“Dia menyukaimu, kamu menyukainya dan mamanya menyukaimu. Jadi apa salahnya? Aku sangat tidak mengerti dengan dirimu, Riana, lelaki baik berada di depan mata kamu malah ....” Kiki tidak meneruskan ucapannya, dia sadar kalau terlalu menekan Riana sekarang, “maafkan aku,”“Tidak papa, Kiki,” ucap Riana tidak mempermasalahkan ucapan temannya. Karena dia merasa kalau perkataan Kiki memang benar, hanya saja dia terlambat untuk mengakuinya.Wira dan Tiara terlihat sangat mesra sekali, mereka memang sangat cocok karena dar
“Ke rumah sakit mana korbannya di bawa?” Wira bertanya kepada salah satu orang yang masih berada di sana, belum lagi dijawab oleh orang itu teleponnya sudah berdering pertanda ada yang menelpon.“Iya, Ma, aku akan ke sana!” Wira bergegas lari kembali ke mobilnya, dia melaju terus dengan kecepatan penuh berharap segera sampai ke rumah sakit di mana Riana di rawat. “semoga kamu tidak papa, Riana.” Wira memukul setir mobilnya sambil merutuki kesalahan yang telah dia lakukan.Kalau misalkan Riana kenapa-napa, dia akan menyalahkan dirinya sendiri karena dia ‘lah yang membuat wanita itu pergi dalam keadaan bersedih, bahkan sampai mengalami kecelakaan. Entah bagaimana dengan kondisinya sekarang, Wira sangat ingin cepat-cepat sampai dan memastikan kalau Riana baik-baik saja dan dia juga akan meminta maaf kepada wanita tersebut untuk semua kesalahan yang telah dia lakukan.Ckit!Pedal rem diinjak sampai membuat suara yang nyaring, Wira bergegas masuk ke dalam setelah memastikan mobilnya terpar
“Wira suruh keluar?” Desi bertanya untuk memastikan, apakah benar kalau sang anak lah yang disuruh Riana untuk keluar. “Iya, Tante.” Riana menganggukan kepala pelan. “Kamu dengar sendirikan, Wira?!” Desi menatap tajam ke arah Wira, lelaki itu tidak terkejut sama sekali mendengar pengusiran dari Riana. “Baik. Aku akan keluar.” Wira berjalan gontai untuk keluar dari ruangan Riana, lelaki itu tidak pergi melainkan duduk di kursi tunggu yang berada di luar. Desi dan Mbok hanya menatap Wira dengan tatapan kasihan, mereka tidak bisa berbuat banyak karena tahu di sini yang salah adalah lelaki itu, jadi wajar kalau Riana erasa sangat marah kepada Wira. “Tante, tidak marahkan kalau aku mengusirnya?” Riana menatap Desi dengan tatapan sendu, dia takut kalau sang Tante akan marah kepadanya karena mengusir sang anak. Bukankah Mayang dulu selalu membela Reynald walau pun lelaki itu salah, karena Reynald adalah anaknya jadi dia sebagai ibu membela sang anak walau pun Reynald lah yang salah. Jad
Mbok gelagapan mendapatkan pertanyaan dari Riana, wanita paruh baya itu bingung mau menjawab apa karena Riana sendiri tidak pernah bercerita tentang makanan yang dia sukai. Desi yang melihat itu menghela napas, dia sangat tahu kalau Mbok tidak bisa berbohong, jadi terpaksa dia turun tangan. “Kan kamu yang menceritakan kepada Mbok, lupa, ya? Tapi tidak usah dipikirkan, makan saja yang banyak supaya cepat bisa segera makan obat.” Desi menyuapi wanita muda yang amat dia sayangi, dia memperlakukan Riana seperti putri kandungnya sendiri. “Aku bisa makan sendiri, Tante,” Riana menolak karena merasa tidak nyaman terlalu merepotkan Desi. “Memang kamu bisa makan dengan tangan yang seperti itu? Sudahlah, Tante saja yang menyuapi, aku tidak masalah kok.” Desi merasa kasihan dengan Riana yang seorang diri dalam keadaan seperti sekarang. “Terima kasih, Tante,” ucap Riana sambil mengunyah makanan yang disuapkan Desi kepadanya. “Tidak usah berterima kasih, seperti sama siapa saja kamu ini,” Desi
Wira melemparkan perkerjaannya dan Riana kepada Reynald, lelaki yang paling dia benci karena melakukan Riana dengan tidak baik. “Tapi, ini bukan pekerjaan saya, Pak!” Reynald menolak karena merasa bukan pekerjaan dia dan juga Reynald tengah sibuk mengurus pernikahan dia dengan Diandra. Jadi dia ingin pulang cepat selama mengurus pernikahan ini. “Kau menolak perintah dariku yang adalah atasanmu ini?!” Wira membentak bawahnnya yang tidak menurut kepadanya. “Tt-tidak bukan begitu, hanya saja bukankah ini perkerjaan Sekertaris, Bapak?” Reynald gugup, dia baru kali ini melihat Wira sangat marah. “Lalu?” Wira bertanya sambil bersedekap dada. “Jadi ii-itu bukan pekerjaan yang bisa saya tangani,” sahut Reyland gugup. Dia sangat tertekan sekali dengan tatapan tajam yang Wira berikan kepadanya. “Kerjakan saja! Kalau kau tidak mau mengerjakannya, kau akan aku pecat!” Wira mengancanm sambil melemparkan dokumen ke wajah Reynald, l
Desi menatap tajam ke arah Reynald, mantan suami Riana itu tidak bergeming sama sekali di tempatnya. Rupanya lelaki itu masih marah kepada Riana yang terlalu meremehkan keluarganya, karena sudah mendapatkan lelaki yang lebih kaya dari dirinya."Aku tanya, kamu sedang apa di sini? Apa kamu tidak mendengar apa yang aku tanyakan sehingga tidak menjawab?!" Desi menatap tajam lelaki yang berada di depannya sekarang."Maaf, aku tidak mendengar perkataan Tante karena terlalu sibuk berbicara dengan Riana, mantan istriku ini! Buat apa lagi aku di sini kalau tidak sedang menjenguknya," Reynald menyahut sambil memberikan senyuman kepada wanita yang tidak lagi muda di depannya ini."Tapi Riana malah tidak terlihat nyaman dengan keberadaanmu, apakah aku salah paham atau bagaimana?" Desi meminta penjelasan, karena dia tidak tahu apa yang terjadi, lantaran baru saja datang."Hanya reunian antara mantan saja, jadi Tante tidak usah ambil pusing dengan apa yang sedang kami bicarakan. Lagi pula aku mau
Wira dan Desi terdiam mendnegar jawaban dari Riana, mereka tidak menyangka kalau wanita muda itu akan mengucapkan perkataan seperti itu, sehingga mereka kehabisan kata-kata sejenak.“Kalau begitu, Tante akan tetap berada di sini untuk menemanimu, tidak masalah kalau aku tidur di sofa paling punggungku yang sudah tua ini akan sakit saat bangun besok. Dari pada harus meninggalkanmu seorang diri di sini, rasanya tidak tega saja,” Desi berakting setelah beberapa menit terdiam, dia tahu kalau Riana adalah orang yan tidak enakan sehingga tidak akan tega kalau mendengar perkataan yang dia ucapkan sekarang.Bingo!Wanita itu menangkap umpan yang dia taburkan untuknya, Desi sangat senang melihat Riana yang nampak berpikir dan raut wajah yang merasa bersalah dengan penolakannya tadi. Dia berharap kalau wanita tersebut menerima Wira untuk menemaninya saat malam hari saja, itu pun sudah cukup bagi Desi untuk memberikan kesempatan kepada anaknya tersebut.“Baiklah. Aku tidak masalah kalau dia mene