“Wira suruh keluar?” Desi bertanya untuk memastikan, apakah benar kalau sang anak lah yang disuruh Riana untuk keluar. “Iya, Tante.” Riana menganggukan kepala pelan. “Kamu dengar sendirikan, Wira?!” Desi menatap tajam ke arah Wira, lelaki itu tidak terkejut sama sekali mendengar pengusiran dari Riana. “Baik. Aku akan keluar.” Wira berjalan gontai untuk keluar dari ruangan Riana, lelaki itu tidak pergi melainkan duduk di kursi tunggu yang berada di luar. Desi dan Mbok hanya menatap Wira dengan tatapan kasihan, mereka tidak bisa berbuat banyak karena tahu di sini yang salah adalah lelaki itu, jadi wajar kalau Riana erasa sangat marah kepada Wira. “Tante, tidak marahkan kalau aku mengusirnya?” Riana menatap Desi dengan tatapan sendu, dia takut kalau sang Tante akan marah kepadanya karena mengusir sang anak. Bukankah Mayang dulu selalu membela Reynald walau pun lelaki itu salah, karena Reynald adalah anaknya jadi dia sebagai ibu membela sang anak walau pun Reynald lah yang salah. Jad
Mbok gelagapan mendapatkan pertanyaan dari Riana, wanita paruh baya itu bingung mau menjawab apa karena Riana sendiri tidak pernah bercerita tentang makanan yang dia sukai. Desi yang melihat itu menghela napas, dia sangat tahu kalau Mbok tidak bisa berbohong, jadi terpaksa dia turun tangan. “Kan kamu yang menceritakan kepada Mbok, lupa, ya? Tapi tidak usah dipikirkan, makan saja yang banyak supaya cepat bisa segera makan obat.” Desi menyuapi wanita muda yang amat dia sayangi, dia memperlakukan Riana seperti putri kandungnya sendiri. “Aku bisa makan sendiri, Tante,” Riana menolak karena merasa tidak nyaman terlalu merepotkan Desi. “Memang kamu bisa makan dengan tangan yang seperti itu? Sudahlah, Tante saja yang menyuapi, aku tidak masalah kok.” Desi merasa kasihan dengan Riana yang seorang diri dalam keadaan seperti sekarang. “Terima kasih, Tante,” ucap Riana sambil mengunyah makanan yang disuapkan Desi kepadanya. “Tidak usah berterima kasih, seperti sama siapa saja kamu ini,” Desi
Wira melemparkan perkerjaannya dan Riana kepada Reynald, lelaki yang paling dia benci karena melakukan Riana dengan tidak baik. “Tapi, ini bukan pekerjaan saya, Pak!” Reynald menolak karena merasa bukan pekerjaan dia dan juga Reynald tengah sibuk mengurus pernikahan dia dengan Diandra. Jadi dia ingin pulang cepat selama mengurus pernikahan ini. “Kau menolak perintah dariku yang adalah atasanmu ini?!” Wira membentak bawahnnya yang tidak menurut kepadanya. “Tt-tidak bukan begitu, hanya saja bukankah ini perkerjaan Sekertaris, Bapak?” Reynald gugup, dia baru kali ini melihat Wira sangat marah. “Lalu?” Wira bertanya sambil bersedekap dada. “Jadi ii-itu bukan pekerjaan yang bisa saya tangani,” sahut Reyland gugup. Dia sangat tertekan sekali dengan tatapan tajam yang Wira berikan kepadanya. “Kerjakan saja! Kalau kau tidak mau mengerjakannya, kau akan aku pecat!” Wira mengancanm sambil melemparkan dokumen ke wajah Reynald, l
Desi menatap tajam ke arah Reynald, mantan suami Riana itu tidak bergeming sama sekali di tempatnya. Rupanya lelaki itu masih marah kepada Riana yang terlalu meremehkan keluarganya, karena sudah mendapatkan lelaki yang lebih kaya dari dirinya."Aku tanya, kamu sedang apa di sini? Apa kamu tidak mendengar apa yang aku tanyakan sehingga tidak menjawab?!" Desi menatap tajam lelaki yang berada di depannya sekarang."Maaf, aku tidak mendengar perkataan Tante karena terlalu sibuk berbicara dengan Riana, mantan istriku ini! Buat apa lagi aku di sini kalau tidak sedang menjenguknya," Reynald menyahut sambil memberikan senyuman kepada wanita yang tidak lagi muda di depannya ini."Tapi Riana malah tidak terlihat nyaman dengan keberadaanmu, apakah aku salah paham atau bagaimana?" Desi meminta penjelasan, karena dia tidak tahu apa yang terjadi, lantaran baru saja datang."Hanya reunian antara mantan saja, jadi Tante tidak usah ambil pusing dengan apa yang sedang kami bicarakan. Lagi pula aku mau
Wira dan Desi terdiam mendnegar jawaban dari Riana, mereka tidak menyangka kalau wanita muda itu akan mengucapkan perkataan seperti itu, sehingga mereka kehabisan kata-kata sejenak.“Kalau begitu, Tante akan tetap berada di sini untuk menemanimu, tidak masalah kalau aku tidur di sofa paling punggungku yang sudah tua ini akan sakit saat bangun besok. Dari pada harus meninggalkanmu seorang diri di sini, rasanya tidak tega saja,” Desi berakting setelah beberapa menit terdiam, dia tahu kalau Riana adalah orang yan tidak enakan sehingga tidak akan tega kalau mendengar perkataan yang dia ucapkan sekarang.Bingo!Wanita itu menangkap umpan yang dia taburkan untuknya, Desi sangat senang melihat Riana yang nampak berpikir dan raut wajah yang merasa bersalah dengan penolakannya tadi. Dia berharap kalau wanita tersebut menerima Wira untuk menemaninya saat malam hari saja, itu pun sudah cukup bagi Desi untuk memberikan kesempatan kepada anaknya tersebut.“Baiklah. Aku tidak masalah kalau dia mene
Riana menangis sesegukan, dia tengah bermimpi kalau Wira akan meninggalkan dirinya untuk bersama dengan Tiara, di dalam mimpi itu Wira berkata kasar kepadanya untuk membuat dia menjauh dari lelaki tersebut.“Itu hanya mimpi buruk, aku akan tetap berada di sini untuk menemanimu.” Wira membelai Riana lembut sambil terus membisikan bahwa hal tersebut hanyalah mimpi semata.Setelah beberapa menit kemudian, Riana sudah menjadi tenang tidak menangis dan gelisah seperti tadi, Wira bergegas untuk segera beristirahat karena merasa sangat mengantuk sekaligus lelah habis seharian bekerja. Belum sampai satu menit Wira berbaring, Riana sudh menggeliatkan tubuhnya, wanita tersebut bangun dari tidur lantaran kantung kemih terasa penuh meminta segera dikeluarkan.“Ugh!” Riana meringis, dia merasa kesakitan saat turun dari ranjang pasien. Memang tubuhnya masih terasa sakit akibat kecelakaan yang dia alami itu.“Mau ke mana?” Wira menatap Riana, dia terbangun karena mendengar wanita itu meringis.“Mau
"Tt-tidak ada kok!" Riana malah langsung spontan menjawab pertanyaan Desi, dia takut kalau Wira akan menceritakan tentang tadi malam."Apa memang ada yang terjadi?" Desi semakin curiga karena melihat gelagat Riana."Memang tidak ada kok, Ma! Riana hanya mengigau tadi malam." Wira melirik sekilas ke arah Riana, dia ingin sedikit menggoda wanita tersebut."Mengigau?" Desi menautkan alisnya, dia semakin tidak mengerti dengan perkataan Wira."Em, lauknya terlihat sangat enak sekali!" Riana sengaja berkata seperti itu, dia ingin mengalihkan pembicaraan dengan memuji hidangan yang berada di depan matanya."Kamu mau makan yang mana? Biar Tante ambilkan." Desi mengambilkan piring untuk wanita yang berada di sampingnya."Terserah saja, sepertinya semua enak." Riana terus menatap semua lauk yang ada, ada cumi oseng pedas dan ikan mujair bakar, membuat perutnya menjadi meronta-ronta meminta diisi."Kamu coba semua saja, ya? Biar cepat sembuh." Desi mengambilkan semua lauk yang dia bawa satu-pers
“Kalau jalan, hati-hati dong!” Tiara meringis, dia masih terduduk di lantai.“Kamu yang tidak hati-hati!” Reynald malah menggerutu, lelaki itu sekarang tengah sibuk karena Wira membuatnya tidak bisa kemana-mana.“Kok yang nabrak duluan lebih galak?! Bukannya seharusnya aku yang begitu!” Tiara bersedekap dada, dia sangat kesal kepada lelaki yang berada di depannya ini. Bukannya minta maaf malah menggerutu kepadanya.“Sudahlah! Aku mau pergi karena masih banyak pekerjaan yang harus aku kerjakan!” Reynald ingin beranjak pergi, tetapi kakinya ditahan oleh Tiara.“Setidaknya kalau kamu lelaki harus bantuin aku berdiri dulu, dong!” Tiara mengulurkan tangannya meminta bantuan lelaki yang tidak dia ketahui namanya.“Ck, nyusahin saja.” Reynald membantu Tiara untuk berdiri, saat dia tengah merangkul wanita itu datanglah Diandra.“Wah, jadi begini sifat kamu di kantor!” Diandra berteriak menatap Reynald yang tengah membantu Tiara untuk berdiri.“Huh, datang lagi wanita yang menyebalkan!” Reynal