Wira dan Desi terdiam mendnegar jawaban dari Riana, mereka tidak menyangka kalau wanita muda itu akan mengucapkan perkataan seperti itu, sehingga mereka kehabisan kata-kata sejenak.“Kalau begitu, Tante akan tetap berada di sini untuk menemanimu, tidak masalah kalau aku tidur di sofa paling punggungku yang sudah tua ini akan sakit saat bangun besok. Dari pada harus meninggalkanmu seorang diri di sini, rasanya tidak tega saja,” Desi berakting setelah beberapa menit terdiam, dia tahu kalau Riana adalah orang yan tidak enakan sehingga tidak akan tega kalau mendengar perkataan yang dia ucapkan sekarang.Bingo!Wanita itu menangkap umpan yang dia taburkan untuknya, Desi sangat senang melihat Riana yang nampak berpikir dan raut wajah yang merasa bersalah dengan penolakannya tadi. Dia berharap kalau wanita tersebut menerima Wira untuk menemaninya saat malam hari saja, itu pun sudah cukup bagi Desi untuk memberikan kesempatan kepada anaknya tersebut.“Baiklah. Aku tidak masalah kalau dia mene
Riana menangis sesegukan, dia tengah bermimpi kalau Wira akan meninggalkan dirinya untuk bersama dengan Tiara, di dalam mimpi itu Wira berkata kasar kepadanya untuk membuat dia menjauh dari lelaki tersebut.“Itu hanya mimpi buruk, aku akan tetap berada di sini untuk menemanimu.” Wira membelai Riana lembut sambil terus membisikan bahwa hal tersebut hanyalah mimpi semata.Setelah beberapa menit kemudian, Riana sudah menjadi tenang tidak menangis dan gelisah seperti tadi, Wira bergegas untuk segera beristirahat karena merasa sangat mengantuk sekaligus lelah habis seharian bekerja. Belum sampai satu menit Wira berbaring, Riana sudh menggeliatkan tubuhnya, wanita tersebut bangun dari tidur lantaran kantung kemih terasa penuh meminta segera dikeluarkan.“Ugh!” Riana meringis, dia merasa kesakitan saat turun dari ranjang pasien. Memang tubuhnya masih terasa sakit akibat kecelakaan yang dia alami itu.“Mau ke mana?” Wira menatap Riana, dia terbangun karena mendengar wanita itu meringis.“Mau
"Tt-tidak ada kok!" Riana malah langsung spontan menjawab pertanyaan Desi, dia takut kalau Wira akan menceritakan tentang tadi malam."Apa memang ada yang terjadi?" Desi semakin curiga karena melihat gelagat Riana."Memang tidak ada kok, Ma! Riana hanya mengigau tadi malam." Wira melirik sekilas ke arah Riana, dia ingin sedikit menggoda wanita tersebut."Mengigau?" Desi menautkan alisnya, dia semakin tidak mengerti dengan perkataan Wira."Em, lauknya terlihat sangat enak sekali!" Riana sengaja berkata seperti itu, dia ingin mengalihkan pembicaraan dengan memuji hidangan yang berada di depan matanya."Kamu mau makan yang mana? Biar Tante ambilkan." Desi mengambilkan piring untuk wanita yang berada di sampingnya."Terserah saja, sepertinya semua enak." Riana terus menatap semua lauk yang ada, ada cumi oseng pedas dan ikan mujair bakar, membuat perutnya menjadi meronta-ronta meminta diisi."Kamu coba semua saja, ya? Biar cepat sembuh." Desi mengambilkan semua lauk yang dia bawa satu-pers
“Kalau jalan, hati-hati dong!” Tiara meringis, dia masih terduduk di lantai.“Kamu yang tidak hati-hati!” Reynald malah menggerutu, lelaki itu sekarang tengah sibuk karena Wira membuatnya tidak bisa kemana-mana.“Kok yang nabrak duluan lebih galak?! Bukannya seharusnya aku yang begitu!” Tiara bersedekap dada, dia sangat kesal kepada lelaki yang berada di depannya ini. Bukannya minta maaf malah menggerutu kepadanya.“Sudahlah! Aku mau pergi karena masih banyak pekerjaan yang harus aku kerjakan!” Reynald ingin beranjak pergi, tetapi kakinya ditahan oleh Tiara.“Setidaknya kalau kamu lelaki harus bantuin aku berdiri dulu, dong!” Tiara mengulurkan tangannya meminta bantuan lelaki yang tidak dia ketahui namanya.“Ck, nyusahin saja.” Reynald membantu Tiara untuk berdiri, saat dia tengah merangkul wanita itu datanglah Diandra.“Wah, jadi begini sifat kamu di kantor!” Diandra berteriak menatap Reynald yang tengah membantu Tiara untuk berdiri.“Huh, datang lagi wanita yang menyebalkan!” Reynal
"Iya. Pakai syarat, mudah kok syaratnya," ucap Reynald membuat Diandra menjadi penasaran dengan syarat apa yang diberikan oleh lelaki itu."Apa?" Diandra bertanya dengan tidak sabaran."Setuju atau tidak? Kalau tidak, ya tidak jadi aku bayarinnya!" Reynald sengaja mengancam Diandra, dia ingin wanita itu menerima persyaratan dari dia."Apa dulu?! Kalau yang aneh-aneh, aku tidak mau!" Diandra tidak mau kalau sesuatu yang aneh atau bisa saja buruk baginya, jadi dia memilih untuk mendengarkan terlebih dahulu."Sederhana saja. Kamu tidak usah datang lagi ke kantor ini, aku cuma mau itu saja," Reynald mengatakan syarat yang amat sederhana kalau didengarkan Diandra, tetapi baginya dapat sangat membantu ketenangan berada di kantor."Memang kenapa kalau aku kemari? Apa kamu mau mendekati mantan istrimu itu lagi?!" Diandra malah marah mendengar syarat yang dikatakan Reynald, dia mengira kalau lelaki itu berniat akan mendekati mantan istrinya lagi."Kalau kamu tidak mau, yasudah, bayar saja send
"Hanya membicarakan masalah wanita, jadi lelaki tidak usah mau tahu apa yang sedang kami bicarakan! Eh, tapi kok kamu tidak mengetuk pintu saat masuk?!" Tiara menatap tajam kepada Wira, dia tidak mendengar kalau ada seseorang yang mengetuk pintu."Kamu tidak tahu, kalau sedari tadi pintu itu terbuka lebar?" Wira menunjuk pintu ruangan Riana yang terbuka lebar, seperti meminta orang lain memasukinya."Kamu lupa tutup pintu?" Desi menatap Tiara, karena wanita itu yang terakhir masuk ke dalam ruangan ini, Tiara malah menjawab dengan menggelengkan kepala pelan. "astaga! Kalau masuk harus tutup pintu dong!" Desi mengurut dadanya, dia terkejut karena Tiara lupa menutup pintu, entah apa yang sudah didengar oleh Wira, sang anak."Kamu sudah lama datangnya?" tanya Tiara kepada Wira, dia ingin tahu apakah lelaki itu menguping pembicaraan mereka tadi."Baru saja. Aku mendengar keributan di dalam, jadi langsung masuk saja karena mengira kalau terjadi sesuatu di dalam, ternyata tidak," sahut Wira.
"Tt-tidak kok!" Riana langsung mendorong Wira untuk segera menjauh darinya, lelaki itu hanya tertawa pelan melihat Riana gelagapan karena terpergok ibunya."Kamu tidak usah malu, Riana. Kalian kan saling suka, jadi tidak papa kalau hanya pelukan saja, tapi kalau lebih nikah dulu, baru nanti bisa puas mau ngapain saja!" Desi tidak mau kalau mereka melakukan hal lebih dari sekedar pelukan, karena dia tidak mau kalau kedua orang yang berada di depannya ini malah menjadi menginginkan lebih."Tidak kok, Tante! Aku tahu betul kalau itu tidak boleh," ucap Riana. Dia memang tidak ingin melakukan hal yang lebih, bisa-bisa kedua orang tuanya akan sedih melihat dirinya tengah melakukan hal tidak-tidak sebelum menikah."Jadi apa hubungan kalian sekarang?" Desi bertanya dengan antusias, dia sangat penasaran tentang hubungan mereka berdua.Riana tidak menjawab, dia juga merasa bingung dengan hubungan mereka yang masih tidak jelas sekarang apa? Teman atau sepasang kekasih sekarang? Wira dan dirinya
Reynald terkejut mendapati kenyataan kalau dia tidak akan bertemu dengan wanita cantik tadi, padahal dia ingin berkenalan dengan wanita itu, sayang sekali kalau dirinya tidak bisa bertemu. Jadi dia memutar otak untuk bisa bertemu dengannya walau sebentar.“Saya ingin bertemu dengannya, apakah tidak bisa?” tanya Reynald.Wira langsung mengalihkan pandangan dari komputernya tersebut, lelaki itu menatap ke arah Reynald. “Kenapa kau mau bertemu dengannya? Bukankah ada cara praktis seperti transfer saja?”“Rasanya kurang sopan saja kalau lewat transfer, jadi saya ingin menemuinya langsung!” Reynald menyampaikan keinginannya untuk bertemu.“Nanti aku yang akan mewakilkanmu saja, jadi kau tidak perlu repot menemuinya,” ucap Wira masih berusaha menolak Reynald untuk bertemu dengan Tiara, rasanya tidak sudi saja kalau temannya itu harus bertemu dengan lelaki yang dia sudah ketahui sifatnya ini.“Saya ingin menyampaikan permintaan maaf kepada wanita itu langsung, apa Bapak tidak bisa mengizinka