“Tapi Mas Reynald bilang minte ke Ibu, berarti Ibu ada uangnya! Apa Ibu mau aku membatalkan saja pernikahan dengan anakmu itu? Biar sih, aku tidak rugi juga kalau tidak menikah dengan anakmu itu, masih banyak lelaki kaya dan tampan yang mau mejadi suamiku, tentu saja mereka yang akan membayar semua urusan pernikahan ini.” Diandra mengancam sambil duduk bersandar di sofa, memang menurutnya lelaki tampan dan kaya sangat banyak selain Reynald. Dia merasa akan mendapatkan salah satu dari mereka dengan mudah.Mayang gelagapan, dia mulai berpikir kalau tidak jadi mendapatkan menantu seperti Diandra yang memiliki penghasilan besar itu, bisa gawat! Apalagi kalau sampai ketahuan orang lain, bisa-bisa dia ditertawakan oleh mereka smeua ia gagal mendapatkan menantu seorang model karena tidak mau bermodalsedikit untuk mengeluarkan uang atas pernikahan mereka berdua. Toh, dia akan untung besar kalau mendapatkan menantu model yang banyak penghasilan, jadi dia akan meminta ganti rugi suatu hari kepa
“Astaga! Aku ketiduran.” Riana mengucek matanya yang terasa berat. Sekarang dia masihbelum sadar sepenuhnya karena baru bangun dari tidur, lalu mendongak menatap ke depan ada seorang lelaki yang tengah menatapnya. “Pak Wira! Kapan Bapak datang kemari? Kenapa juga tidak membangunkan saya?”“Aku baru saja datang kemari, tidak enak mau membangunkanmu karena kamu terlihat sangat kelelahan sekali,” ucap Wira sambil terus menatap Riana.“Tetap saja! Masa iya seorang bawahan seperti saya malah tidur dijam kerja? Itu tidak baik, Pak!” tegur Riana. Dia merasa kalau bosnya ini terlalu lunak kepada dirinya.“Lalu, aku harus apa? Apa kamu mau aku marah dan mengomelimu seperti yang kulakukan kepada para karyawan lain?” Wira bertanya kemauan Riana seperti apa.“Iya.” Riana mengangguk pelan. Dia memang merasa pantas mendapatkan omelan seperti yang para karyawan lain lakukan.“Em, sayangnya aku tidak bisa melakukan itu kepadamu, walau pun kamu yang memintanya sendiri. Karena aku sangat menyayangimu j
“Sangat membanggakan sekali dapat melihat pemandangan ini.” Reynald bertepuk tangan sambil melihat ke dalam mobil yang kacanya terbuka setengah.“Maksudmu melihat pemandangan apa?!” Riana sedikit terpancing emosi karena merasa kalau Reynald tengah menuduhnya melakukan sesuatu bersama dengan Wira.“Melakukan apa lagi? Kalau bukan melakukan adegan suami-istri yang sering kita lakukan saat masih bersama dulu,” ucap Reynlad dengan menunjukan seringai kecil.“Aku tidak sehina itu melakukannya tanpa ada ikatan pernikahan!” geram Riana. Padahal dia merasa kalau mantan suaminya itu tahu kalau dia bukanlah wanita yang hina seperti yang dituduhkan.“Ck, siapa tahukan seseorang bisa berubah! Bisa saja kamu menginginkan harta atau wajah rupawan bos kita ini, jadi kamu menggodanya dengan tubuhmu itu,” Reynald tertawa keras, dia merasa kalau wajah Riana sangat lucu karena dia berhasil mengejeknya.Riana mengepalkan tangannya, ingin sekali menampar mulut mantan suaminya yang sangat kurang ajar kepad
“Masa sudah dua hari kamu tidak berhasil mengambil berkas yang kumaksud?!” Wulan sedikit marah dengan usaha Lia yang terlalu lamban menurutnya.“Mau bagaimana lagi dong? Kalau banyak yang mngawasiku, mana Pak Wira selalu bersama dengan Riana. Saat mereka berpisah, masing-masing hanya berada di dalam ruangan saja, tidak kemana-mana.” Lia menggaruk tenguknya yang tidak gatal.“Halah, alasan saja!” geram Wulan yang tidak bisa menahan emosi lagi.Karena semakin cepat semakin baik dia menyerahkan berkas tersebut kepada saingan Wira, dia tidak mau lama-lama mengganggur lantaran selalu dicemoh oleh teman-temannya yang lain.“Kalau begitu, kamu saja yang ambil!” Lia orang yang tidak suka diperintah, dia membenci itu karena menurutnya sangat menyebalkan.Wulan yang mendengar Lia tidak mau disuruh, segera mulai memikirkan cara untuk Lia kembali dipihaknya lagi, “Janagn ngambek seperti itulah, Lia, aku cuma bercanda saja,” Wulan berkata dengan manis berharap Lia melunak.“Salah siapa berbicara s
Sepanjang hari selama bekerja Riana tidak berbicara hal lain di luar masalah pekerjaan bersama dnegan Wira, lelaki itu juga terlihat sangat acuh sekali kepada Riana. Yah, Wira sedang merajuk karena Riana terlalu lunak kepada Reynald, dia ingin wanita tersebut memenjarakan mantan suaminya itu. Bukan malah membiarkan kesalahan yang telah Reynald perbuat, toh itu bukan kesalahan yang sepele karena mencemarkan nama baik.Hanya saja, Wira sebenarnya ingin sekali mengajak Riana berbicara, tetapi dia malu dan bingung memulai karena wanita tersebut juga terlihat kesal kepadanya. Apalagi kalau bukan karena dia sendiri yang membuat Riana kesal, wanita tersebut tidak tahu apa salahnya sehingga harus didiamkan oleh lelaki itu.“Riana,” panggil Wira pelan. Saat satu jam lagi jam pulang bekerja, dia ingin berbicara kepada Riana sebentar.“Ada apa, Pak? Apa Bapak memerluan sesuatu?” Riana tersenyum sangat manis kepada sang Bos.“Tidak jadi,” sahut Wira. Entah kenapa dia melihat senyuman yang Riana b
“Memang apa yang akan terjadi?” Riana bertanya karena merasa heran, baru kali ini temannya itu berbicara amat serius kepadanya.Kiki mendekatkan dirinya untuk membisiki Riana. “Aku melihat kalau Lia selalu mondar-mandir di depan ruanganmu dan Pak Wira, aku merasa kalau dia sedang mengawasi sesuatu untuk menunggu waktu yang tepat. Entah itu mau melakukan apa, aku tidak tahu.”“Mungkin kamu hanya salah paham saja, tidak baik verpikiran buruk kepada orang. Bisa saja mungkin dia tengah menatap yang lain, tapi kamu mengira dia menatap ruangan kami berdua,” Riana menolak untuk percaya, dia merasa tidak ada gunanya juga kalau Lia ingin melakukan sesuatu.“Kamu harus percaya, Riana, karena bukan sekali dua kali aku melihatnya,” Kiki berusaha menyakinkan Riana untuk percaya kepadanya. “Kapan kamu melihatnya?” Riana bertanya lagi, dia ingin memastikan sesuatu.“Sekitar dua hari ini aku selalu melihatnya mondar-mandi dan mengawasi kalian berdua,” sahut Kiki.“Nah, kalau memang mau melakukan se
“Pulang bersama dengan Riana dan Bapak?” Kiki bertanya karena merasa sungkan. Kalau dengan Riana tidak masalah, ini dia juga akan satu mobil dengan bosnya sendiri. “Iya. Supaya kamu pulang dengan selamat, kasian nanti Riana akan merasa khawatir denganmu yang pulang seorang diri,” sahut Wira. Dia tidak mau kalau Kiki menolak ajaknnya. “Maukan, Ki?” Riana berharap Kiki mau menerima ajakan Wira, dia tidak mau kalau temannya itu pulang naik angkot seorang diri. Kiki menatap Wira, dia ingin menolak ajakan sang bosnya itu karena merasa sungkan kalau satu mobil dengan CEO muda tersebut, tetapi saat dia menatap Riana, wanita itu malah menatapnya dengan tatapan memelas, berharap dia mau menerima tawaran Pak Wira untuk ikut bersama mereka supaya bisa diantarkan ke rumah dengan selamat. “Baiklah. Tapi di depan gang saja, ya? Takut kalau masuk ke dalam Ayah akan salah paham dan marah,” ucap Kiki terpaksa menerima ajakan mereka. “Iya. Kalau begitu, ayo masuk! Sebelum malam semakin larut.” Wira
“Memangnya kenapa?” Desi menatap lekat ke arah Wira, dia membeikan tatapan sinis kepada sang anak menunggu jawaban yang akan keluar dari mulut anak lelakinya tersebut. “Bisa sajakan, soalnya aku adalah lelaki dewasa dan Riana adalah wanita dewasa juga.” Wira menjawab pelan dan menggaruk tengkuknya karena merasa gugup dan malu mengatakan hal tidak baik di depan Riana. “Apa kamu akan melakukannya?!”Desi menatap tajam kepada anaknya, sedangkan Riana terkejut mendengar perkataan Wira. “Tidak.” Wira menggelengkan kepalanya pelan. “Riana, apa kamu akan melakukannya dengan Wira?” Kali ini Desi beralih menatap Riana, yang dijawab wanita itu dengan anggukan kepala saja. “Nah, kalau begitu apa yang harus kutakutkan? Tapi Riana, bila kamu tidak yakin kalau tinggal hanya dengan Wira, kamu boleh mengunci pintu kamarmu dengan rapat. Siapa tahukan anak itu malah memasuki kamarmu saat malam hari,” Desi berkata hanya untuk menakuti Riana, sehingga membuat wajah wanita itu menjadi pucat. “tidak usa