Share

3. Pintar Berkelit

Penulis: Tetiimulyati
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-06 11:16:12

Sebentar pun aku belum bisa memejamkan mata. Suara detak jam dinding tua di dinding kamarku seirama dengan detak jantungku saat ini. Kulirik Alfan yang sudah terlelap sejak sepulang dari Madrasah tadi.

Mas Haikal tak lagi memberi kabar bahkan WA-nya terakhir dilihat sepuluh menit setelah meneleponku. Iseng ku intip juga WA milik Arumi, aktif hanya beda beberapa menit dari Mas Haikal. Ada apa ini, kok aku jadi berpikiran negatif. Mereka on dan off bersamaan.

Dimana mereka? Apakah sudah pulang atau masih dalam perjalanan? Kuketik pesan untuk menanyakan keberadaannya Mas Haikal, tapi kemudian kuhapus lagi.

Untuk kesekian kalinya akhirnya aku memberanikan diri untuk mengirim pesan dan ternyata centang satu. Perasaanku makin tak terkendali, kucoba berkali-kali untuk berpikir positif tapi selalu kalah dengan pikiran kekhawatiranku.

Setengah jam kemudian aku mengecek kembali pesan yang kukirim tadi. Ternyata sudah terbaca namun Mas Haikal tidak membalasnya. Ya ampun Mas, apa yang terjadi?

***

[Mas belum pulang, ini masih di perjalanan. Tadi ada masalah dengan mobil Arumi jadi sekarang Mas tidur di mobil besok baru bisa nyari bengkel.]

Pesan itu masuk pukul 2 dini hari. Aku baru membacanya saat bangun tidur. Mobil Arumi bermasalah? Bukankah mobilnya bagus, keluaran terbaru tahun ini. Alasan yang tidak masuk akal.

Tak berniat membalas pesan Mas Haikal aku menyimpan kembali ponsel, tapi sesaat kemudian beberapa pesan masuk dan itu dari grup alumni SMA. Penasaran aku kembali membukanya. Arumi dan gengnya, pagi-pagi sudah rame membahas oleh-oleh.

Rupanya Arumi pamer sedang pergi ke Jakarta dan teman-teman dekatnya antusias dibawakan oleh-oleh.

[Ros, kamu cuma ngintip doang, nggak minta oleh-oleh?]

Pesan dari Santi, ternyata dia tahu kalau aku sedang menyimak.

[Nggak, aku lagi nggak pengen apa-apa.]

Balasku. Lalu kututup aplikasinya dan kembali meletakkan ponsel. Baru saja aku akan keluar kamar ponsel berdering, aku kira Mas Haikal tapi ternyata Arumi.

"Kamu yakin nggak mau aku bawakan sesuatu?" tanyanya.

"Nggak, Mi. Aku cuma ingin Mas Haikal cepat pulang. Itu saja."

Arumi tertawa keras saat mendengar jawabanku.

"Aku belum selesai meminjamnya, Ros. Nanti juga aku kembalikan kok."

Rupanya Arumi mengira aku sedang bercanda. Padahal aku berkata serius.

"Kalian tidur dimana?" Pertanyaan itu keluar begitu saja dari bibirku.

"Di hotel."

"Apa? Di hotel."

"M-maksud aku, aku tidur di hotel Mas Haikal di mobil."

Tanpa berkata lagi aku menutup sambungan telepon, hatiku terlanjur bergemuruh mendengarnya. Aku yakin Arumi barusan keceplosan. Segera aku mencari kontak Mas Haikal dan melakukan panggilan video. Namun hingga panggilan berhenti dengan sendirinya Mas Haikal tidak menerimanya. Lalu kuulangi sekali lagi, tetap sama.

Sasaat kemudian dia menghubungiku melalui sambungan telepon biasa.

"Kenapa panggilan videonya nggak diangkat Mas?"

"Mas baru bangun, Ros. Ada apa pagi-pagi sudah minta vidio call? Kangen ya?"

"Iya, Mas." Aku berbohong, padahal sesungguhnya aku hanya ingin tahu Mas Haikal sedang berada di mana.

"Mas baru bangun, belum ganteng. Nanti saja ya panggilan videonya kalau Mas udah ganteng," elaknya.

"Ya nggak apa-apa, kan aku biasa lihat Mas bangun tidur."

"Nanti ya, Mas mau nyari kopi dulu. Dingin, tidur di mobil banyak nyamuk lagi."

"Ya udah, kirim poto ya Mas."

Setelah panggilan berakhir Mas Haikal mengirim sebuah poto, tapi entah poto kapan.

"Mas, aku mau poto kamu yang sekarang," protesku.

"Nanti saja."

Mas Haikal tidak mau melakukan panggilan video dan mengirim poto terkini. Apakah ada sesuatu yang disembunyikan?

***

Hingga matahari terbenam lagi tak ada kabar yang aku terima dari Mas Haikal. Begitu pun Arumi, tidak seperti biasanya dia tidak berbalas komen di grup. Aku bosan menghubungi Mas Haikal tapi beberapa kali tidak terjawab.

Ibu sudah berkali-kali bertanya begitu pun Alfan.

"Bu, Mas Haikal sedang kerja, dia itu sopir jadi kemanapun majikannya minta diantar harus siap." Aku mencoba membela suamiku.

"Tapi perasaan Ibu lain, Ros. Apalagi kalau mengingat kelakuan suamimu yang sudah-sudah."

"Iya tapi jangan suudzon dulu, Bu."

"Terserah kamu, Ibu hanya mengingatkan."

Sesungguhnya kekhawatiranku juga sama dengan Ibu, bahkan mungkin lebih besar. Tapi itu hanya menyiksa diri sendiri. Aku juga cemburu, tapi tidak bisa menuduh tanpa bukti.

***

Mas Haikal datang keesokan harinya, menjelang siang. Seperti janjinya dia membawa mainan sesuai keinginan Alfan. Anak itu nampak kegirangan melihat Ayahnya datang membawa mainan seperti yang dia inginkan.

"Ya udah, Alfan main dulu ya. Di teras saja jangan jauh-jauh."

"Bilang apa dulu sama Ayah?" Aku mengusap rambut Alfan.

"Terima kasih, Ayah."

"Alfan jangan lupa belajar yang rajin ya. Supaya Ayah lebih semangat lagi kerjanya." Alfan mengangguk kemudian bergegas ke teras sambil menirukan suara mobil.

"Kamu nggak kangen sama Mas? Tak seperti biasanya jadi pendiam begini?" tanya Mas Haikal.

Aku membuang nafas perlahan sambil meletakkan kopi di atas meja.

"Kangenku sudah bertumpuk Mas, sudah satu bulan ini Mas jarang pulang."

"Kebetulan bulan ini Arumi banyak bepergian. Kamu harus ngerti dong pekerjaan Mas."

"Tapi apa harus, supir dan majikan duduk berdampingan?" tanyaku ketus.

"Kamu jangan berlebihan Ros, jangan terlalu mengikuti perasaan. Apalagi suudzon, tidak baik?"

"Arumi itu punya suami dan Mas beristri, jadi seharusnya kalian bisa menjaga jarak," lanjutku seraya duduk dihadapannya.

"Jangan tambah ngawur ah, banyak berpikir baik dan positif."

"Aku lihat Arumi seneng banget berpoto sama kamu Mas."

Mas Haikal nampak berpikir sejenak lalu tersenyum.

"Oh itu, jadi istri Mas yang cantik dan soleha ini sedang cemburu? Masa cemburu sama teman sendiri?"

"Teman juga bisa makan teman, Mas,"

"Arumi itu teman kamu, masa kamu nggak percaya."

"Mau percaya bagaimana Mas? Dia kelihatan bahagia banget poto sama kamu."

"Ya biar saja, itu kan dia. Yang penting kan Mas nggak seperti itu. Mas menganggap dia hanya sebatas majikan saja, tidak lebih."

"Lebih baik Mas berhenti saja kerja di sana. Masih banyak pekerjaan lain."

Mas Haikal bangkit dan berjalan menuju kursi yang aku duduki lalu berjongkok di hadapanku. Kedua tangannya meraih tanganku dan menggenggamnya.

"Dulu kamu kan yang meminta pekerjaan untuk Mas pada Arumi. Kenapa sekarang kamu jadi begini? Makanya kalau suami lagi kerja itu do'akan yang baik-baik. Jangan keseringan ngerumpi dengan orang lain apalagi mendengarkan ghibahan tetangga.

Jaman sekarang mencari pekerjaan itu susah. Mas sudah nyaman kerja di sana, uang belanja kamu juga tidak pernah kurang. Arumi sangat memperhatikan keluarga kita, jarang-jarang ada majikan sebaik dia."

Aku membuang pandangan mendengar ucapan Mas Haikal. Memang ada benarnya juga, tapi perasaanku terlanjur terkoyak. Kepercayaanku padanya sudah luntur sejak dulu, sejak aku tahu saat berjualan bakso dia malah asik menggoda Mbak penjual es buah.

Apakah aku jujur saja bahwa aku tahu tentang semua perilakunya di belakangku. Ah, Mas Haikal pasti akan dengan mudah mengelak. Dan masalahnya akan semakin runyam. Jangankan kejadian yang sudah bertahun-tahun, kejadian kemarin saja dia pintar membuat dalih.

Mas Haikal terlalu pintar berkelit dan bersilat lidah. Mudah membuat alasan dan memberi penjelasan yang bisa diterima akal. Ujung-ujungnya aku selalu terpojok.

"Ros, kamu percaya sama Mas?" tanyanya sambil menggerak-gerakkan tanganku dalam genggamannya.

"Ya sudah kalau tidak percaya, lebih baik Mas pergi lagi. Percuma pulang juga malah didiamkan seperti ini." Dia bangkit dan berjalan menuju kamar lalu keluar lagi menenteng jaket.

Aku segera berdiri dan meraih tangannya.

"Mas, aku minta maaf. Aku salah telah berburuk sangka." Kupegang tangannya erat, dia berhenti dan membalikkan badan menjadi berhadapan denganku. Aku selalu kalah dalam setiap perselisihan dengannya.

"Mas itu cape, siang malam kerja untuk kalian. Mas pulang bukannya disambut, dipeluk, diberi senyuman, malah dituduh yang tidak-tidak."

"Aku cuma ketakutan Mas, takut kehilangan Mas."

"Kalau takut kehilangan, ya diperhatikan dong, dijaga, dimengerti. Mas juga berpikir dua kali untuk berkhianat kalau di rumah ada istri yang selalu memperhatikan Mas."

Rasanya ingin kubeberkan semua kelakuannya yang terdahulu. Kurang apa aku selama ini? Tapi tetap saja dia berani bermain di belakangku. Malahan dengan tanpa merasa berdosanya seolah-olah dia tidak pernah berbuat salah.

Ucapan yang keluar dari bibirnya sangat bijak dan benar, siapapun akan terpesona mendengar jika tidak tahu kelakuannya. Menasehati aku tapi kenyataannya ucapan itu lebih pantas untuk menasehati dirinya.

"Mas mau makan apa? Aku buatkan dulu ya." Aku mengalihkan pembicaraan untuk menghindari lebih banyak lagi pembelaannya.

"Apa saja, asal kamu yang masak, pasti enak."

"Mas mandi dulu ya, biar seger."

Aku bergegas ke dapur, mencari bahan makanan di kulkas dan segera mengolahnya. Sementara Mas Haikal mandi, namun ponselnya berkali-kali berbunyi, sepertinya itu panggilan telepon.

Penasaran aku mencari ponsel Mas Haikal yang sejak tadi berbunyi tapi tidak kelihatan bendanya. Rupanya dia letakkan diatas kursi dan ditutupi jaket. Mungkin tidak sengaja tertutup bukan ditutupi. Baru saja aku akan melihat siapa yang terus-terusan menghubungi dia tiba-tiba dia sudah berada di belakangku.

"Kamu ngapain di sini? Bukannya mau masak?"

"Eh, itu ... aku mau mengecek .... " jawabku gugup.

"Mengecek? Mengecek apa?" Mas Haikal menautkan alis.

"Mengecek Alfan .... "

"Lagi anteng dia," ucapnya seraya mendongak ke luar. Alfan memang anteng sejak tadi.

Aku kembali ke dapur dan menyelesaikan pekerjaanku. Sekilas kulirik Mas Haikal masuk kamar namun sebelumnya mengambil sesuatu dari balik jaket di atas kursi. Berarti benar, dia menyembunyikan ponselnya di sana.

Sambil menyiapkan makanan sesekali aku melirik ke arah pintu kamar yang memang terlihat dari dapur. Mas Haikal berpakaian lama sekali. Dari tadi pintunya masih tertutup rapat. Biasanya selepas mandi dia akan menemani Alfan bermain, melepas rindu karena sering ditinggal pergi bekerja.

Penasaran aku mendekati pintu kamar dan terdengar suara seperti orang bercakap-cakap. Mas Haikal berbicara dengan siapa? Suaranya terdengar lembut dan berbisik, apakah dia sedang menerima telepon?

Hingga selesai aku memasak Mas Haikal belum keluar dari kamar. Dia baru keluar ketika aku memintanya segera makan.

"Mas habis ngapain di kamar, pake baju kok lama amat?"

"Habis rebahan lama-lama ketiduran."

"Bukannya habis teleponan?"

"Nggak lah, teleponan sama siapa?"

"Tadi kedengaran seperti orang bercakap-cakap."

"Oh, itu Mas lagi buka grup teman-teman supir. Percakapannya pake voice note semua."

Aku tak membalas lagi ucapannya, sudah jelas dia yang menelepon. Aku juga bisa membedakan suara dari voice note dan suara asli dia.

Baru saja makan beberapa suap ponsel Mas Haikal kembali bergetar di dalam saku celananya. Setelah memastikan siapa yang menghubunginya, Mas Haikal berjalan ke luar ke arah teras. Lalu terdengar menerima telepon sambil berbisik.

Aku fokus membantu Alfan makan sambil sesekali melirik ke luar. Tak lama Mas Haikal kembali namun tidak duduk lagi.

"Mas berangkat lagi ya, Arumi ada acara mendadak katanya jadi Mas harus segera ke sana."

Aku tak menjawab karena protes pun percuma. Berdiri lalu mengikutinya keluar kemudian mencium tangannya dan berusaha untuk tersenyum. Hilang sudah selera makanku berganti dengan air mata yang tak tertahan. Mas Haikal bahkan tidak menghabiskan makannya dan lupa pamitan pada Alfan yang sejak tadi menatapku heran.

Bab terkait

  • Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami    4. Pov Haikal

    Pekerjaan yang Rosa sarankan kali ini ternyata mengantarkanku pada tambang emas. Bagaimana tidak? Arumi adalah wanita kaya raya, cantik, modis dan kesepian. Poin terakhir inilah yang bisa melancarkan aksiku. Rosa tidak tahu kalau selama ini pekerjaan suaminya adalah menjerat wanita-wanita kaya dan kesepian. Uang yang selama ini aku berikan pada Rosa adalah hasil aku mengumbar janji manis dan rayuan maut. Ya, kebanyakan para wanita akan berbunga-bunga dengan sedikit perhatian saja. Cukup ditanya sudah makan belum, atau kamu cantik pakai baju itu saja mereka sudah tersipu. Apalagi mereka yang kurang perhatian dari suaminya karena terlalu sibuk mencari rupiah hingga lupa kalau istri mereka juga butuh sedikit diperhatikan. Kebanyakan para suami berpikir bahwa menyenangkan istri itu cukup dengan diberi lembaran merah saja. Mengambil hati kaum bergincu itu pekerjaan mudah dan sangat menyenangkan. Diberi perhatian sedikit saja mereka akan meleleh apalagi kalau setiap hari ditanya

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami    5. Gampang Dirayu

    Seperti yang dia bilang, jam istirahat aku sudah bertandang ke ruangan Bu Bos, wanita cantik pemilik pabrik roti terbesar di kota ini. "Ada apa Mas Haikal?" tanyanya setelah mempersilahkan aku duduk. "Sebenarnya aku sungkan, tapi mau bagaimana lagi, aku bingung harus minta tolong sama siapa." Kumulai aktingku dengan sedikit memasang wajah bingung. "Mas Haikal nggak usah ragu, katakan saja!" Arumi mengubah posisi duduknya menjadi lebih tegak. "Rosa sedang perlu uang untuk biaya berobat Ibunya. Kebetulan aku masih lama gajian dan ini sangat mendesak, jadi .... " "Oh itu, kenapa tidak bilang dari tadi? Butuh berapa?" "Lima ratus ribu. Terimakasih banyak, nanti kalau aku gajian, potong saja gaji aku untuk menggantinya. Tapi jangan bilang sama Rosa kalau aku minta tolong sama Bu Arumi, sebab kata Rosa dia tidak enak sama Bu Arumi." "Iya, tenang saja aku nggak akan ngomong, lain kali kalau ada apa-apa bilang saja jangan sungkan!" Arumi tersenyum manis, kami memang sudah saling men

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami    6. Dia Cemburu

    Hari ini aku mengajak Arumi jalan ke luar kota, sayang juga uang Arumi kalau tidak dipake berfoya-foya dari sekarang. Semalam aku tak pulang ke rumah karena memang Rizal suaminya Arumi tak ada di rumah. Kami bebas menghabiskan malam bersama, hingga pagi ini Rosa meminta panggilan video. Gawat. Aku masih berada di kamar Arumi, bahaya kalau aku menerima panggilan video dari Rosa di sini. Semalam juga Rosa curiga ketika kami dengan berbicara lewat telepon tiba-tiba Arumi batuk-batuk. Untung saja aku cepat beralasan kalau itu suara Mumun pembantu Arumi yang baru saja mengantarkan kopi. Wanita sepolos Rosa pasti akan percaya. Bergegas aku berjalan ke luar menuju pekarangan di dekat pos satpam lalu menghubungi Rosa menggunakan panggilan video. Rupanya Alfan sepagi ini sudah bangun dan rewel katanya. Dia kangen sama aku dan meminta aku untuk membelikan mainan seperti punya temannya. Itu urusan gampang, nanti aku akan meminta Arumi membelikannya. Dia pasti akan dengan senang hati menuruti

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami    7. Lelaki Bernama Rizal

    Dengan sedikit dalih aku menyerang Rosa terlebih dahulu, bahwa tidak baik berburuk sangka kepada suami yang sedang mencari nafkah. Sehingga seolah-olah aku tak bersalah apa-apa dan Rosa telah salah menilai kami. Sehingga Rosa merasa tersudut dan tak lagi bicara. Arumi terus menerus menghubungiku, aku terpaksa menerima panggilannya di dalam kamar sementara Rosa sedang memasak di dapur. "Kamu lama banget, Mas? Kapan kembali ke sini?" "Aku baru saja sampai, Rumi. Tadi mampir ke toko mainan dulu." "Jangan lama-lama, Mas! Nanti kamu lupa pulang ke sini." Ya ampun ternyata seposesif ini Arumi? Sangat berbeda dengan Rosa yang penurut dan tak banyak protes. "Iya, sayang. Sabar ya!" Obrolan kami terhenti ketika pintu kamar diketuk oleh Rosa, dia memintaku segera sarapan. Sebenarnya aku sudah sarapan di rumahnya Arumi tadi pagi. Tapi tak enak juga menolak makan di sini, aku harus tetap menghargai Rosa sebagai istri. Supaya dia tidak tambah curiga. Karena aku belum bisa menguasai Arumi se

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami    8. Kejutan

    Pov Rosa Sejak hari itu kecurigaanku semakin bertambah melihat Mas Haikal tergesa-gesa karena Arumi memintanya datang. Iya memang, dia sedang bekerja. Tapi apa dia tidak kangen denganku? Tak inginkah tidur barang semalam saja di sini? Alfan juga nampaknya masih belum puas melepas rindu dengan Ayahnya. Dua bulan sejak hari itu Mas Haikal hanya pulang beberapa kali saja ke rumah untuk mengantarkan uang. Jumlahnya memang lebih dari cukup untuk hidup kami berempat. Tapi bukan hanya itu yang aku inginkan, aku ingin suamiku seperti yang dulu. Mas Haikal pernah bermain hati beberapa kali di belakangku. Tapi tidak sampai lupa pulang. Dia tetap memberikan perhatiannya padaku juga pada Alfan. Tapi sekarang, aku telah kehilangan Mas Haikal yang dulu. [Rumi, aku dan Alfan membutuhkan Mas Haikal. Berilah cuti sehari saja supaya punya waktu untuk keluarganya.] Aku memberanikan diri mengirim pesan kepada Arumi. [Mas Haikal banyak pekerjaan di sini. Seharusnya sebagai istri yang baik kamu

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03
  • Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami    9. Pengkhianatan

    "Iya. Kaget? Karena pekerjaan Mas Haikal yang sesungguhnya ketahuan?" Aku tak kalah tajam menatapnya. "Kenapa kamu ada di sini? Keluar rumah tanpa seizin suami, itu salah Rosa!" Mas Haikal mulai menyerangku terlebih dahulu seperti biasa untuk menutupi kesalahannya. "Mulai sekarang tidak usah seperti predator Mas, menyerang duluan karena merasa terancam. Jika aku salah keluar rumah tanpa seizin suami. Maka apakah yang kalian lakukan itu benar? Lelaki beristri dan perempuan bersuami bergandengan tangan seperti tadi di tempat umum." Kali ini aku memberanikan diri mengungkapkan isi hatiku. Mas Haikal nampak kaget mendengar ucapanku, mungkin dia tidak menyangka sekarang aku berani berkata seperti itu. "Jangan sembarangan ngomong Ros, aku bukan perempuan bersuami jadi bebas mau jalan dengan siapapun." Tak kusangka Arumi berkata seperti itu sambil mendekatiku. Oh, jadi Arumi bercerai dengan suaminya? Pantas saja Mas Haikal lupa pulang dan lupa anak istri. "Oh, jadi secara tidak langsung

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03
  • Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami    10. Kehilangan

    Seorang tetanggaku yang kebetulan tadi sedang bekerja di kebun bersama Ibu, menyambutku di puskesmas. "Sabar ya Ros, mungkin ini cobaan untuk kamu dan adikmu. Kalian anak-anak yang soleha dan kuat," ucapnya seraya mengusap bahuku. "Bagaimana keadaan Ibu?" Aku tak sabar mendengar kabarnya. "Ibu kalian ... sudah pergi .... " "Innalilahi wainna ilaihi roji'un." Badanku mendadak lemas seakan tulang-tulangku menjadi rapuh seketika. Ibu adalah satu-satunya orang tua yang aku miliki. Selama ini hanya Ibu yang menguatkan aku. Begitu cepat Dia memanggilnya. Para tetangga sudah pulang sejak tadi, hanya tinggal beberapa kerabat Ibu yang masih menemaniku. Delia masih sangat berduka, aku bisa memaklumi itu. Dia masih sangat muda untuk menjadi yatim piatu. Usianya masih sangat muda, masih butuh kasih sayang dari seorang Ibu. "Kakak faham, kalau kamu masih sangat terpukul dengan kepergian Ibu. Kakak juga sama, tak ada anak yang mau hidup tanpa orang tua apalagi Ibu. Tapi tidak baik juga

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03
  • Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami    1. Aku Pinjam Suamimu

    [Ros, aku pinjam suami kamu ya. Mungkin dia malam ini pulang agak malem karena harus nganter aku ke acara nikahan anaknya saudaraku.]Kubaca pesan yang baru saja masuk melalui sebuah aplikasi di dalam ponselku. Tanpa berniat membalasnya, kulemparkan asal ponsel tersebut ke atas kasur.Ini bukan yang pertama kalinya Arumi mengirim pesan serupa kepadaku. Seolah Mas Haikal adalah sebuah benda yang bisa dipinjam dan dikembalikan sesukanya.Mas Haikal sendiri beberapa menit yang lalu sempat kuhubungi tapi dia hanya bilang bahwa dia ada pekerjaan mendadak."Kamu tidur saja duluan ya, jangan tunggu Mas." Itu yang dia katakan tadi."Tapi kapan Mas mau pulang sebelum Alfan tidur? Supaya kalian bisa bersenda gurau seperti biasa." tanyaku mengingat sudah beberapa hari ini Alfan anak semata wayang kami selalu bertanya perihal Ayahnya yang semakin jarang menemaninya tidur."Sabar ya, sayang. Ini Mas lakukan demi kamu dan Alfan. Demi kita." Aku tak bisa berkata apa-apa lagi kalau sudah mendengar j

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06

Bab terbaru

  • Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami    10. Kehilangan

    Seorang tetanggaku yang kebetulan tadi sedang bekerja di kebun bersama Ibu, menyambutku di puskesmas. "Sabar ya Ros, mungkin ini cobaan untuk kamu dan adikmu. Kalian anak-anak yang soleha dan kuat," ucapnya seraya mengusap bahuku. "Bagaimana keadaan Ibu?" Aku tak sabar mendengar kabarnya. "Ibu kalian ... sudah pergi .... " "Innalilahi wainna ilaihi roji'un." Badanku mendadak lemas seakan tulang-tulangku menjadi rapuh seketika. Ibu adalah satu-satunya orang tua yang aku miliki. Selama ini hanya Ibu yang menguatkan aku. Begitu cepat Dia memanggilnya. Para tetangga sudah pulang sejak tadi, hanya tinggal beberapa kerabat Ibu yang masih menemaniku. Delia masih sangat berduka, aku bisa memaklumi itu. Dia masih sangat muda untuk menjadi yatim piatu. Usianya masih sangat muda, masih butuh kasih sayang dari seorang Ibu. "Kakak faham, kalau kamu masih sangat terpukul dengan kepergian Ibu. Kakak juga sama, tak ada anak yang mau hidup tanpa orang tua apalagi Ibu. Tapi tidak baik juga

  • Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami    9. Pengkhianatan

    "Iya. Kaget? Karena pekerjaan Mas Haikal yang sesungguhnya ketahuan?" Aku tak kalah tajam menatapnya. "Kenapa kamu ada di sini? Keluar rumah tanpa seizin suami, itu salah Rosa!" Mas Haikal mulai menyerangku terlebih dahulu seperti biasa untuk menutupi kesalahannya. "Mulai sekarang tidak usah seperti predator Mas, menyerang duluan karena merasa terancam. Jika aku salah keluar rumah tanpa seizin suami. Maka apakah yang kalian lakukan itu benar? Lelaki beristri dan perempuan bersuami bergandengan tangan seperti tadi di tempat umum." Kali ini aku memberanikan diri mengungkapkan isi hatiku. Mas Haikal nampak kaget mendengar ucapanku, mungkin dia tidak menyangka sekarang aku berani berkata seperti itu. "Jangan sembarangan ngomong Ros, aku bukan perempuan bersuami jadi bebas mau jalan dengan siapapun." Tak kusangka Arumi berkata seperti itu sambil mendekatiku. Oh, jadi Arumi bercerai dengan suaminya? Pantas saja Mas Haikal lupa pulang dan lupa anak istri. "Oh, jadi secara tidak langsung

  • Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami    8. Kejutan

    Pov Rosa Sejak hari itu kecurigaanku semakin bertambah melihat Mas Haikal tergesa-gesa karena Arumi memintanya datang. Iya memang, dia sedang bekerja. Tapi apa dia tidak kangen denganku? Tak inginkah tidur barang semalam saja di sini? Alfan juga nampaknya masih belum puas melepas rindu dengan Ayahnya. Dua bulan sejak hari itu Mas Haikal hanya pulang beberapa kali saja ke rumah untuk mengantarkan uang. Jumlahnya memang lebih dari cukup untuk hidup kami berempat. Tapi bukan hanya itu yang aku inginkan, aku ingin suamiku seperti yang dulu. Mas Haikal pernah bermain hati beberapa kali di belakangku. Tapi tidak sampai lupa pulang. Dia tetap memberikan perhatiannya padaku juga pada Alfan. Tapi sekarang, aku telah kehilangan Mas Haikal yang dulu. [Rumi, aku dan Alfan membutuhkan Mas Haikal. Berilah cuti sehari saja supaya punya waktu untuk keluarganya.] Aku memberanikan diri mengirim pesan kepada Arumi. [Mas Haikal banyak pekerjaan di sini. Seharusnya sebagai istri yang baik kamu

  • Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami    7. Lelaki Bernama Rizal

    Dengan sedikit dalih aku menyerang Rosa terlebih dahulu, bahwa tidak baik berburuk sangka kepada suami yang sedang mencari nafkah. Sehingga seolah-olah aku tak bersalah apa-apa dan Rosa telah salah menilai kami. Sehingga Rosa merasa tersudut dan tak lagi bicara. Arumi terus menerus menghubungiku, aku terpaksa menerima panggilannya di dalam kamar sementara Rosa sedang memasak di dapur. "Kamu lama banget, Mas? Kapan kembali ke sini?" "Aku baru saja sampai, Rumi. Tadi mampir ke toko mainan dulu." "Jangan lama-lama, Mas! Nanti kamu lupa pulang ke sini." Ya ampun ternyata seposesif ini Arumi? Sangat berbeda dengan Rosa yang penurut dan tak banyak protes. "Iya, sayang. Sabar ya!" Obrolan kami terhenti ketika pintu kamar diketuk oleh Rosa, dia memintaku segera sarapan. Sebenarnya aku sudah sarapan di rumahnya Arumi tadi pagi. Tapi tak enak juga menolak makan di sini, aku harus tetap menghargai Rosa sebagai istri. Supaya dia tidak tambah curiga. Karena aku belum bisa menguasai Arumi se

  • Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami    6. Dia Cemburu

    Hari ini aku mengajak Arumi jalan ke luar kota, sayang juga uang Arumi kalau tidak dipake berfoya-foya dari sekarang. Semalam aku tak pulang ke rumah karena memang Rizal suaminya Arumi tak ada di rumah. Kami bebas menghabiskan malam bersama, hingga pagi ini Rosa meminta panggilan video. Gawat. Aku masih berada di kamar Arumi, bahaya kalau aku menerima panggilan video dari Rosa di sini. Semalam juga Rosa curiga ketika kami dengan berbicara lewat telepon tiba-tiba Arumi batuk-batuk. Untung saja aku cepat beralasan kalau itu suara Mumun pembantu Arumi yang baru saja mengantarkan kopi. Wanita sepolos Rosa pasti akan percaya. Bergegas aku berjalan ke luar menuju pekarangan di dekat pos satpam lalu menghubungi Rosa menggunakan panggilan video. Rupanya Alfan sepagi ini sudah bangun dan rewel katanya. Dia kangen sama aku dan meminta aku untuk membelikan mainan seperti punya temannya. Itu urusan gampang, nanti aku akan meminta Arumi membelikannya. Dia pasti akan dengan senang hati menuruti

  • Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami    5. Gampang Dirayu

    Seperti yang dia bilang, jam istirahat aku sudah bertandang ke ruangan Bu Bos, wanita cantik pemilik pabrik roti terbesar di kota ini. "Ada apa Mas Haikal?" tanyanya setelah mempersilahkan aku duduk. "Sebenarnya aku sungkan, tapi mau bagaimana lagi, aku bingung harus minta tolong sama siapa." Kumulai aktingku dengan sedikit memasang wajah bingung. "Mas Haikal nggak usah ragu, katakan saja!" Arumi mengubah posisi duduknya menjadi lebih tegak. "Rosa sedang perlu uang untuk biaya berobat Ibunya. Kebetulan aku masih lama gajian dan ini sangat mendesak, jadi .... " "Oh itu, kenapa tidak bilang dari tadi? Butuh berapa?" "Lima ratus ribu. Terimakasih banyak, nanti kalau aku gajian, potong saja gaji aku untuk menggantinya. Tapi jangan bilang sama Rosa kalau aku minta tolong sama Bu Arumi, sebab kata Rosa dia tidak enak sama Bu Arumi." "Iya, tenang saja aku nggak akan ngomong, lain kali kalau ada apa-apa bilang saja jangan sungkan!" Arumi tersenyum manis, kami memang sudah saling men

  • Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami    4. Pov Haikal

    Pekerjaan yang Rosa sarankan kali ini ternyata mengantarkanku pada tambang emas. Bagaimana tidak? Arumi adalah wanita kaya raya, cantik, modis dan kesepian. Poin terakhir inilah yang bisa melancarkan aksiku. Rosa tidak tahu kalau selama ini pekerjaan suaminya adalah menjerat wanita-wanita kaya dan kesepian. Uang yang selama ini aku berikan pada Rosa adalah hasil aku mengumbar janji manis dan rayuan maut. Ya, kebanyakan para wanita akan berbunga-bunga dengan sedikit perhatian saja. Cukup ditanya sudah makan belum, atau kamu cantik pakai baju itu saja mereka sudah tersipu. Apalagi mereka yang kurang perhatian dari suaminya karena terlalu sibuk mencari rupiah hingga lupa kalau istri mereka juga butuh sedikit diperhatikan. Kebanyakan para suami berpikir bahwa menyenangkan istri itu cukup dengan diberi lembaran merah saja. Mengambil hati kaum bergincu itu pekerjaan mudah dan sangat menyenangkan. Diberi perhatian sedikit saja mereka akan meleleh apalagi kalau setiap hari ditanya

  • Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami    3. Pintar Berkelit

    Sebentar pun aku belum bisa memejamkan mata. Suara detak jam dinding tua di dinding kamarku seirama dengan detak jantungku saat ini. Kulirik Alfan yang sudah terlelap sejak sepulang dari Madrasah tadi.Mas Haikal tak lagi memberi kabar bahkan WA-nya terakhir dilihat sepuluh menit setelah meneleponku. Iseng ku intip juga WA milik Arumi, aktif hanya beda beberapa menit dari Mas Haikal. Ada apa ini, kok aku jadi berpikiran negatif. Mereka on dan off bersamaan.Dimana mereka? Apakah sudah pulang atau masih dalam perjalanan? Kuketik pesan untuk menanyakan keberadaannya Mas Haikal, tapi kemudian kuhapus lagi. Untuk kesekian kalinya akhirnya aku memberanikan diri untuk mengirim pesan dan ternyata centang satu. Perasaanku makin tak terkendali, kucoba berkali-kali untuk berpikir positif tapi selalu kalah dengan pikiran kekhawatiranku.Setengah jam kemudian aku mengecek kembali pesan yang kukirim tadi. Ternyata sudah terbaca namun Mas Haikal tidak membalasnya. Ya ampun Mas, apa yang terjadi?*

  • Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami    2. Status WA

    Pagi hari ketika bangun tidur Alfan kembali rewel dan menanyakan Mas Haikal. Aku membuka ponsel bermaksud meminta Mas Haikal menghubungiku kalau nanti dia ada waktu.Tapi aku melihat dia sudah online sepagi ini. Tidak biasanya, jam 04.37 Mas Haikal sudah bangun tidur. Oh iya aku lupa, semalam Mas Haikal bilang kalau pagi ini Arumi akan pergi ke Jakarta.Lebih baik aku menghubungi Mas Haikal sekarang. Alfan sangat rindu dengan Ayahnya maka tanpa pikir panjang aku segera menekan gambar kamera pada profil Mas Haikal.Ditolak. Padahal Mas Haikal barusan aku lihat sedang online tapi begitu aku melakukan panggilan video call dia langsung offline. Dua kali panggilan dariku tidak terjawab. Ada apa?Berselang beberapa menit Mas Haikal menghubungiku. Langsung aku arahkan kamera pada Alfan yang masih merajuk. "Sayang, lihat! Ini Ayah, Alfan mau bilang apa sama Ayah? Ayo salam dulu." Aku menunjukkan layar ponselku pada Alfan dan seketika matanya berbinar."Assalamualaikum, Yah.""Waalaikum sala

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status