Share

2. Status WA

Penulis: Tetiimulyati
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-06 11:15:19

Pagi hari ketika bangun tidur Alfan kembali rewel dan menanyakan Mas Haikal. Aku membuka ponsel bermaksud meminta Mas Haikal menghubungiku kalau nanti dia ada waktu.

Tapi aku melihat dia sudah online sepagi ini. Tidak biasanya, jam 04.37 Mas Haikal sudah bangun tidur. Oh iya aku lupa, semalam Mas Haikal bilang kalau pagi ini Arumi akan pergi ke Jakarta.

Lebih baik aku menghubungi Mas Haikal sekarang. Alfan sangat rindu dengan Ayahnya maka tanpa pikir panjang aku segera menekan gambar kamera pada profil Mas Haikal.

Ditolak. Padahal Mas Haikal barusan aku lihat sedang online tapi begitu aku melakukan panggilan video call dia langsung offline. Dua kali panggilan dariku tidak terjawab. Ada apa?

Berselang beberapa menit Mas Haikal menghubungiku. Langsung aku arahkan kamera pada Alfan yang  masih merajuk.

"Sayang, lihat! Ini Ayah, Alfan mau bilang apa sama Ayah? Ayo salam dulu." Aku menunjukkan layar ponselku pada Alfan dan seketika matanya berbinar.

"Assalamualaikum, Yah."

"Waalaikum salam sayang, Alfan kok udah bangun pagi-pagi? Kangen ya, sama Ayah?" sapa Mas Haikal di ujung sana.

Alfan tidak menjawab dia hanya mengangguk beberapa kali. Matanya terlihat berkaca-kaca.

"Ayah masih kerja belum bisa pulang sekarang. Alfan mau dibawain apa kalau Ayah pulang?"

"Mobil-mobilan yang besar," jawab Alfan antusias.

"Iya sayang, tunggu Ayah pulang ya. Jangan nakal, harus nurut sama Ibu."

Alfan kembali mengangguk.

"Ya udah, dadah dulu sayang." Mas Haikal melambaikan tangannya dan dibalas oleh Alfan.

"Ros."

"Iya Mas," jawabku sambil mengarahkan ponsel ke hadapanku.

"Mas siap-siap dulu, kamu jaga diri baik-baik ya!"

"Iya, Mas hati-hati ya. Eh, tunggu! Mas pake baju siapa?" Aku baru sadar kalau Mas Haikal memakai piyama baru karena itu bukan bajunya dan di rumah dia memang dia tidak punya piyama satu pun.

"Ini ... Mas pinjam punya Dimas. Mas nggak ada baju lagi."

"Emang muat?" tanyaku lagi sebab aku tahu badan Dimas lebih kecil dari Mas Haikal.

"Muat kok. Kamu kenapa sih Ros? Sempet- sempetnya merhatiin baju Mas. Suami mau pergi bukannya dikasih semangat, dido'akan. Malah komen yang lainnya."

"Ya udah, Mas hati-hati. Pulang dari Jakarta sempatkan menemui Alfan."

"Iya, Mas janji. Mas tahu Alfan sudah kangen sama Ayahnya. Apalagi Ibunya, pasti kangen berat," ucapnya membuat aku tersipu.

Itulah kelebihan Mas Haikal selalu bisa membuat aku tersipu dan berbunga-bunga. Dan mungkin kelemahanku adalah selalu terbuai oleh sikap manisnya hingga lupa kalau dia berulangkali berkhianat di belakangku.

Setelah Mas Haikal mengakhiri panggilannya aku menyimpan ponsel dan menggendong Alfan ke luar kamar. Lalu menemui Ibu di dapur yang sudah sibuk mengolah makanan untuk sarapan.

"Biar Rosa saja Bu,"

"Tidak apa-apa, biar Ibu saja. Kamu urus dulu Alfan sana." Ibu menolak bantuanku.

Memang tidak enak sebenarnya, sering melibatkan Ibu dalam pekerjaan rumah yang seharusnya kulakukan semua. Tapi Ibu selalu bersikeras mengerjakannya.

"Haikal tidak pulang semalam?" tanya Ibu dari arah dapur.

"Tidak Bu."

"Lembur lagi?"

"Iya."

"Makin ke sini makin sering lembur. Ibu bukannya tidak percaya pada suamimu, tapi mengingat sebelumnya .... "

"Bu .... " Aku memotong kalimat Ibu.

Ibu menoleh sebentar ke arahku lalu kembali fokus menyiangi sayuran.

"Kamu jadi istri jangan terlalu polos," lanjutnya kemudian.

"Rosa hanya ingin menjaga rumah tangga ini, Bu. Selama ini kita bergantung pada Mas Haikal. Itu saja."

"Kamu pikirkan perasaan kamu juga, mulai sekarang belajar lah mandiri. Ibu bukannya ingin menghasutmu. Ibu juga perempuan, Ibu tahu apa yang kamu rasakan."

Selama ini memang hanya dengan Ibu aku membagi cerita tentang perilaku Mas Haikal di luar sana. Sebelumnya Ibu tidak percaya karena melihat sikap manis Mas Haikal terhadapku di rumah.

Siapa pun tidak akan percaya kalau Mas Haikal sering bermain hati di belakangku. Dia suami yang sangat menyayangi keluarganya. Selalu bersikap manis dan lembut. Meski dalam hal mencari nafkah bukan termasuk suami idaman.

Aku sudah berulangkali mengutarakan niatku untuk bekerja. Alfan sekarang sudah besar, sudah bisa disambi. Tapi Mas Haikal selalu melarangku.

"Kamu fokus saja mengurus Alfan, tidak usah memikirkan masalah uang. Itu tugas Mas sebagai suami. Syukuri berapapun yang Mas dapatkan. Bukankah soal rezeki sudah ada yang mengatur?"

Ucapan Mas Haikal ada benarnya. Aku takut dia tersinggung setiap kali aku meminta izin untuk bekerja. Aku tak mau dibilang istri yang tidak pandai bersyukur.

Selesai memasak Ibu pergi bekerja seperti biasa, sedangkan Delia pergi ke sekolah. Sambil mengawasi Alfan aku membersihkan rumah dan mencuci pakaian. Baru setelah itu aku bisa beristirahat.

Membuka ponsel yang sejak tadi tergeletak kuabaikan. Ada beberapa chat dari grup sekolah. Grup alumni SMA paling banyak tapi aku malas membukanya.

[Ros, suamimu pergi bersama Arumi ya?]

Kubuka pesan dari Wika yang masuk beberapa menit yang lalu. Wika adalah teman satu kelasku juga Arumi.

[Iya.]

Kubalas singkat.

[Kok bisa?]

[Mas Haikal sekarang kerja jadi supirnya Arumi.]

[Kerja?]

[Iya.]

[Kamu udah buka status WA nya Arumi?]

[Belum.]

[Coba buka deh!]

Aku membuka status WA Arumi seperti saran Wika. Hanya ada satu kali update dua jam yang lalu. Sebuah poto dirinya sebatas dada, memakai kerudung merah muda dengan riasan wajah paripurna. Tak ketinggalan senyum merekah serta caption 'bismillah'. Arumi memang cantik dan terawat. Wajahnya yang sudah cantik alami ditambah dengan dandanan luar biasa semakin menambah kecantikannya menjadi berkali lipat.

Ada yang mengusik pandanganku ketika melirik sisi kanan poto itu. Hanya terlihat sedikit saja tapi aku yakin itu bahu milik Mas Haikal. Ya, berarti Arumi duduk di samping Mas Haikal.

Tiba-tiba ada rasa tidak enak melihatnya. Ada sesuatu yang mengoyak kepercayaanku. Bukankah majikan umumnya duduk di belakang? Bukan di samping sopir. Aku beristighfar berkali-kali, mencoba meredam prasangka yang semakin kuat.

[Sudah lihat belum?]

Pesan dari Wika kembali masuk.

[Sudah, yang ini kan?]

Aku menyertakan screenshot poto yang ada pada status Arumi.

[Iya. Coba lihat yang lainnya!]

[Yang lainnya? Yang mana? Hanya ada satu Poto yang Arumi unggah.]

[Masa?]

[Bener, Ka]

[Ada lagi kok.]

Wika meyakinkan. Aku buka sekali lagi tapi tetap sama. Tidak ada Poto lain. Apakah aku dikecualikan?

[Coba lihat poto apaan sih?]

Rasa penasaranku memuncak. Tak lama kemudian Wika mengirim beberapa poto yang semuanya adalah poto-poto Arumi sedang berada di sebuah restoran. Dari meja dan interiornya aku yakin itu bukan restoran biasa.

Namun di dalam poto-poto itu Arumi tidak sendirian, dia bersama lelaki yang lima tahun ini menjadi suamiku, Mas Haikal. Sebuah poto menampakkan Arumi tengah duduk dan di sampingnya Mas Haikal tengah sibuk bermain ponsel. Mereka duduk berdekatan? Ya Tuhan.

Poto lainnya nampak mereka sedang berada di dalam mobil. Arumi tersenyum merekah dan Mas Haikal di sampingnya memegang setir sambil mengacungkan satu jempolnya. Baju dan kacamata Mas Haikal semuanya baru. Apakah Arumi yang membelikannya? Seperti halnya piyama yang tadi pagi aku lihat, aku yakin itu bukan milik Dimas.

Sepertinya itu poto yang sama yang tadi aku lihat pada status WA-nya, hanya saja yang kulihat itu sudah dipotong sehingga Mas Haikal tidak kelihatan.

Ada lima buah poto yang Wika kirim dan semuanya adalah swapoto Arumi dengan Mas Haikal. Lelaki itu nampak khas dengan gaya kalemnya.

[Makasih, Ka. Sepertinya aku dikecualikan pada status Arumi. Tapi kenapa?]

[Ya ampun, Ros. Kamu masih nanya juga. Ya karena kamu istrinya Haikal lah makanya status WA Arumi disembunyikan darimu. Udah bener-bener tuh manusia dua.]

[Stop Ka! Jangan suudzon. Makasih ya infonya.]

Aku tak mau larut dalam prasangka buruk. Meskipun di dalam dada ini bergemuruh rasa cemburu. Tapi aku tidak boleh suudzon. Mereka adalah teman dan suamiku, meski Mas Haikal sudah berulangkali kali melakukan itu. Tapi tidak mungkin dia bermain hati dengan Arumi sahabatku.

Sejak Mas Haikal bekerja pada Arumi, perekonomian kami mengalami perubahan. Untuk kebutuhan sehari-hari terpenuhi dan aku sedikit-sedikit bisa menyisihkan uang.

Entah berapa gajih Mas Haikal dari pekerjaannya itu, karena setiap bulannya dia memberiku uang yang cukup, sedang dia sendiri sepertinya sering berbelanja pakaian. Karena sekarang bajunya banyak yang baru dan bagus-bagus.

Mas Haikal memang selalu memperhatikan penampilannya. Dari sebelum menikah denganku dia selalu rapih dan modis. Tubuhnya yang tegap ditambah wajah yang lumayan tampan membuat siapapun yang tak mengenalnya akan mengira kalau Mas Haikal seorang pengusaha muda yang sukses.

Menjelang sore hari aku mencoba menghubungi Mas Haikal karena sejak tadi tidak ada memberi kabar. Aku hanya khawatir saja, meski tadi siang aku tahu dia baik-baik saja.

Satu kali panggilan tak terjawab, kuulangi tetap saja. Hingga tiga kali aku menghubunginya tetap tak ada jawaban. Aku lupa Mas Haikal mungkin sedang menyetir.

Iseng kubuka profil Arumi dan terakhir dilihat jam 15.13, itu artinya dua jam yang lalu. Begitupun profil  Mas Haikal terakhir dilihat pukul 15. 08. Kenapa mereka off bersamaan? Kalau Mas Haikal mungkin sedang menyetir, tapi Arumi? Ah iya, mungkin baterainya habis. Atau Arumi tertidur di mobil, bisa saja.

Mencoba terus berpikir positif dan menekan pikiran negatif yang terus saja meronta muncul didalam otakku. Arumi, tak mungkin dia lakukan itu. Kuletakkan kembali ponsel di atas meja rias di kamar.

Sebentar lagi magrib, aku bersiap untuk segera melaksanakan shalat setelah itu menemani Alfan belajar mengaji di Madrasah yang tak jauh dari rumah.

Sepulang dari Madrasah aku mendapati 7 panggilan tidak terjawab dari Mas Haikal.

"Kamu dari mana saja, Ros?" tanyanya begitu telepon terhubung.

"Dari Madrasah Mas, menemani Alfan belajar mengaji," jawabku datar,  teringat poto-poto yang kulihat tadi dan sekarang sudah aku pindahkan ke ponsel Delia.

"Yakin ke Madrasah?" tanyanya sinis. Lho? Seharusnya aku yang marah karena tadi sulit kuhubungi duluan.

"Terus ke mana lagi malam-malam begini Mas?"

"Kenapa ponselnya nggak dibawa? Jadi kalau Mas telepon kan bisa langsung terjawab."

"Tadi Mas Haikal susah dihubungi, mungkin kalian sedang sibuk. Jadi aku simpan saja ponselnya di rumah."

"Kalian? Kok kamu ngomongnya kalian. Mas kan tadi nyetir jadi nggak bisa jawab panggilan. Lain kali kamu ngomongnya dijaga ya. Nanti nggak enak kalau terdengar Arumi. Mas kan lagi kerja, kamu jangan banyak suudzon, nggak baik. Bisa menghalangi rezeki nantinya."

Mas Haikal mengakhiri panggilannya, tanpa kata kangen tanpa bertanya kabar Alfan. Tidak seperti biasanya.

[Mas kok nggak nanya kabar Alfan? Nggak bilang kangen juga sama aku dan Alfan?]

Segera kukirim pesan karena memang tidak biasanya dia bersikap seperti ini.

[Males. Kamu bukannya ngasih semangat sama suami yang sedang kerja, malah berpikir yang macem-macem.]

Apa?

Bukankah dia duluan yang sulit dihubungi dan bertanya seolah tak percaya aku pergi ke Madrasah. Lalu kenapa dia yang marah hanya karena aku berkata seperti itu?

Ini sudah diluar kebiasaan dia, Mas Haikal berubah. Tak lagi kubalas pesannya dan tidak ada usaha dia untuk membujukku seperti biasa.

Bab terkait

  • Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami    3. Pintar Berkelit

    Sebentar pun aku belum bisa memejamkan mata. Suara detak jam dinding tua di dinding kamarku seirama dengan detak jantungku saat ini. Kulirik Alfan yang sudah terlelap sejak sepulang dari Madrasah tadi.Mas Haikal tak lagi memberi kabar bahkan WA-nya terakhir dilihat sepuluh menit setelah meneleponku. Iseng ku intip juga WA milik Arumi, aktif hanya beda beberapa menit dari Mas Haikal. Ada apa ini, kok aku jadi berpikiran negatif. Mereka on dan off bersamaan.Dimana mereka? Apakah sudah pulang atau masih dalam perjalanan? Kuketik pesan untuk menanyakan keberadaannya Mas Haikal, tapi kemudian kuhapus lagi. Untuk kesekian kalinya akhirnya aku memberanikan diri untuk mengirim pesan dan ternyata centang satu. Perasaanku makin tak terkendali, kucoba berkali-kali untuk berpikir positif tapi selalu kalah dengan pikiran kekhawatiranku.Setengah jam kemudian aku mengecek kembali pesan yang kukirim tadi. Ternyata sudah terbaca namun Mas Haikal tidak membalasnya. Ya ampun Mas, apa yang terjadi?*

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami    4. Pov Haikal

    Pekerjaan yang Rosa sarankan kali ini ternyata mengantarkanku pada tambang emas. Bagaimana tidak? Arumi adalah wanita kaya raya, cantik, modis dan kesepian. Poin terakhir inilah yang bisa melancarkan aksiku. Rosa tidak tahu kalau selama ini pekerjaan suaminya adalah menjerat wanita-wanita kaya dan kesepian. Uang yang selama ini aku berikan pada Rosa adalah hasil aku mengumbar janji manis dan rayuan maut. Ya, kebanyakan para wanita akan berbunga-bunga dengan sedikit perhatian saja. Cukup ditanya sudah makan belum, atau kamu cantik pakai baju itu saja mereka sudah tersipu. Apalagi mereka yang kurang perhatian dari suaminya karena terlalu sibuk mencari rupiah hingga lupa kalau istri mereka juga butuh sedikit diperhatikan. Kebanyakan para suami berpikir bahwa menyenangkan istri itu cukup dengan diberi lembaran merah saja. Mengambil hati kaum bergincu itu pekerjaan mudah dan sangat menyenangkan. Diberi perhatian sedikit saja mereka akan meleleh apalagi kalau setiap hari ditanya

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami    5. Gampang Dirayu

    Seperti yang dia bilang, jam istirahat aku sudah bertandang ke ruangan Bu Bos, wanita cantik pemilik pabrik roti terbesar di kota ini. "Ada apa Mas Haikal?" tanyanya setelah mempersilahkan aku duduk. "Sebenarnya aku sungkan, tapi mau bagaimana lagi, aku bingung harus minta tolong sama siapa." Kumulai aktingku dengan sedikit memasang wajah bingung. "Mas Haikal nggak usah ragu, katakan saja!" Arumi mengubah posisi duduknya menjadi lebih tegak. "Rosa sedang perlu uang untuk biaya berobat Ibunya. Kebetulan aku masih lama gajian dan ini sangat mendesak, jadi .... " "Oh itu, kenapa tidak bilang dari tadi? Butuh berapa?" "Lima ratus ribu. Terimakasih banyak, nanti kalau aku gajian, potong saja gaji aku untuk menggantinya. Tapi jangan bilang sama Rosa kalau aku minta tolong sama Bu Arumi, sebab kata Rosa dia tidak enak sama Bu Arumi." "Iya, tenang saja aku nggak akan ngomong, lain kali kalau ada apa-apa bilang saja jangan sungkan!" Arumi tersenyum manis, kami memang sudah saling men

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami    6. Dia Cemburu

    Hari ini aku mengajak Arumi jalan ke luar kota, sayang juga uang Arumi kalau tidak dipake berfoya-foya dari sekarang. Semalam aku tak pulang ke rumah karena memang Rizal suaminya Arumi tak ada di rumah. Kami bebas menghabiskan malam bersama, hingga pagi ini Rosa meminta panggilan video. Gawat. Aku masih berada di kamar Arumi, bahaya kalau aku menerima panggilan video dari Rosa di sini. Semalam juga Rosa curiga ketika kami dengan berbicara lewat telepon tiba-tiba Arumi batuk-batuk. Untung saja aku cepat beralasan kalau itu suara Mumun pembantu Arumi yang baru saja mengantarkan kopi. Wanita sepolos Rosa pasti akan percaya. Bergegas aku berjalan ke luar menuju pekarangan di dekat pos satpam lalu menghubungi Rosa menggunakan panggilan video. Rupanya Alfan sepagi ini sudah bangun dan rewel katanya. Dia kangen sama aku dan meminta aku untuk membelikan mainan seperti punya temannya. Itu urusan gampang, nanti aku akan meminta Arumi membelikannya. Dia pasti akan dengan senang hati menuruti

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami    7. Lelaki Bernama Rizal

    Dengan sedikit dalih aku menyerang Rosa terlebih dahulu, bahwa tidak baik berburuk sangka kepada suami yang sedang mencari nafkah. Sehingga seolah-olah aku tak bersalah apa-apa dan Rosa telah salah menilai kami. Sehingga Rosa merasa tersudut dan tak lagi bicara. Arumi terus menerus menghubungiku, aku terpaksa menerima panggilannya di dalam kamar sementara Rosa sedang memasak di dapur. "Kamu lama banget, Mas? Kapan kembali ke sini?" "Aku baru saja sampai, Rumi. Tadi mampir ke toko mainan dulu." "Jangan lama-lama, Mas! Nanti kamu lupa pulang ke sini." Ya ampun ternyata seposesif ini Arumi? Sangat berbeda dengan Rosa yang penurut dan tak banyak protes. "Iya, sayang. Sabar ya!" Obrolan kami terhenti ketika pintu kamar diketuk oleh Rosa, dia memintaku segera sarapan. Sebenarnya aku sudah sarapan di rumahnya Arumi tadi pagi. Tapi tak enak juga menolak makan di sini, aku harus tetap menghargai Rosa sebagai istri. Supaya dia tidak tambah curiga. Karena aku belum bisa menguasai Arumi se

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami    8. Kejutan

    Pov Rosa Sejak hari itu kecurigaanku semakin bertambah melihat Mas Haikal tergesa-gesa karena Arumi memintanya datang. Iya memang, dia sedang bekerja. Tapi apa dia tidak kangen denganku? Tak inginkah tidur barang semalam saja di sini? Alfan juga nampaknya masih belum puas melepas rindu dengan Ayahnya. Dua bulan sejak hari itu Mas Haikal hanya pulang beberapa kali saja ke rumah untuk mengantarkan uang. Jumlahnya memang lebih dari cukup untuk hidup kami berempat. Tapi bukan hanya itu yang aku inginkan, aku ingin suamiku seperti yang dulu. Mas Haikal pernah bermain hati beberapa kali di belakangku. Tapi tidak sampai lupa pulang. Dia tetap memberikan perhatiannya padaku juga pada Alfan. Tapi sekarang, aku telah kehilangan Mas Haikal yang dulu. [Rumi, aku dan Alfan membutuhkan Mas Haikal. Berilah cuti sehari saja supaya punya waktu untuk keluarganya.] Aku memberanikan diri mengirim pesan kepada Arumi. [Mas Haikal banyak pekerjaan di sini. Seharusnya sebagai istri yang baik kamu

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03
  • Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami    9. Pengkhianatan

    "Iya. Kaget? Karena pekerjaan Mas Haikal yang sesungguhnya ketahuan?" Aku tak kalah tajam menatapnya. "Kenapa kamu ada di sini? Keluar rumah tanpa seizin suami, itu salah Rosa!" Mas Haikal mulai menyerangku terlebih dahulu seperti biasa untuk menutupi kesalahannya. "Mulai sekarang tidak usah seperti predator Mas, menyerang duluan karena merasa terancam. Jika aku salah keluar rumah tanpa seizin suami. Maka apakah yang kalian lakukan itu benar? Lelaki beristri dan perempuan bersuami bergandengan tangan seperti tadi di tempat umum." Kali ini aku memberanikan diri mengungkapkan isi hatiku. Mas Haikal nampak kaget mendengar ucapanku, mungkin dia tidak menyangka sekarang aku berani berkata seperti itu. "Jangan sembarangan ngomong Ros, aku bukan perempuan bersuami jadi bebas mau jalan dengan siapapun." Tak kusangka Arumi berkata seperti itu sambil mendekatiku. Oh, jadi Arumi bercerai dengan suaminya? Pantas saja Mas Haikal lupa pulang dan lupa anak istri. "Oh, jadi secara tidak langsung

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03
  • Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami    10. Kehilangan

    Seorang tetanggaku yang kebetulan tadi sedang bekerja di kebun bersama Ibu, menyambutku di puskesmas. "Sabar ya Ros, mungkin ini cobaan untuk kamu dan adikmu. Kalian anak-anak yang soleha dan kuat," ucapnya seraya mengusap bahuku. "Bagaimana keadaan Ibu?" Aku tak sabar mendengar kabarnya. "Ibu kalian ... sudah pergi .... " "Innalilahi wainna ilaihi roji'un." Badanku mendadak lemas seakan tulang-tulangku menjadi rapuh seketika. Ibu adalah satu-satunya orang tua yang aku miliki. Selama ini hanya Ibu yang menguatkan aku. Begitu cepat Dia memanggilnya. Para tetangga sudah pulang sejak tadi, hanya tinggal beberapa kerabat Ibu yang masih menemaniku. Delia masih sangat berduka, aku bisa memaklumi itu. Dia masih sangat muda untuk menjadi yatim piatu. Usianya masih sangat muda, masih butuh kasih sayang dari seorang Ibu. "Kakak faham, kalau kamu masih sangat terpukul dengan kepergian Ibu. Kakak juga sama, tak ada anak yang mau hidup tanpa orang tua apalagi Ibu. Tapi tidak baik juga

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03

Bab terbaru

  • Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami    10. Kehilangan

    Seorang tetanggaku yang kebetulan tadi sedang bekerja di kebun bersama Ibu, menyambutku di puskesmas. "Sabar ya Ros, mungkin ini cobaan untuk kamu dan adikmu. Kalian anak-anak yang soleha dan kuat," ucapnya seraya mengusap bahuku. "Bagaimana keadaan Ibu?" Aku tak sabar mendengar kabarnya. "Ibu kalian ... sudah pergi .... " "Innalilahi wainna ilaihi roji'un." Badanku mendadak lemas seakan tulang-tulangku menjadi rapuh seketika. Ibu adalah satu-satunya orang tua yang aku miliki. Selama ini hanya Ibu yang menguatkan aku. Begitu cepat Dia memanggilnya. Para tetangga sudah pulang sejak tadi, hanya tinggal beberapa kerabat Ibu yang masih menemaniku. Delia masih sangat berduka, aku bisa memaklumi itu. Dia masih sangat muda untuk menjadi yatim piatu. Usianya masih sangat muda, masih butuh kasih sayang dari seorang Ibu. "Kakak faham, kalau kamu masih sangat terpukul dengan kepergian Ibu. Kakak juga sama, tak ada anak yang mau hidup tanpa orang tua apalagi Ibu. Tapi tidak baik juga

  • Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami    9. Pengkhianatan

    "Iya. Kaget? Karena pekerjaan Mas Haikal yang sesungguhnya ketahuan?" Aku tak kalah tajam menatapnya. "Kenapa kamu ada di sini? Keluar rumah tanpa seizin suami, itu salah Rosa!" Mas Haikal mulai menyerangku terlebih dahulu seperti biasa untuk menutupi kesalahannya. "Mulai sekarang tidak usah seperti predator Mas, menyerang duluan karena merasa terancam. Jika aku salah keluar rumah tanpa seizin suami. Maka apakah yang kalian lakukan itu benar? Lelaki beristri dan perempuan bersuami bergandengan tangan seperti tadi di tempat umum." Kali ini aku memberanikan diri mengungkapkan isi hatiku. Mas Haikal nampak kaget mendengar ucapanku, mungkin dia tidak menyangka sekarang aku berani berkata seperti itu. "Jangan sembarangan ngomong Ros, aku bukan perempuan bersuami jadi bebas mau jalan dengan siapapun." Tak kusangka Arumi berkata seperti itu sambil mendekatiku. Oh, jadi Arumi bercerai dengan suaminya? Pantas saja Mas Haikal lupa pulang dan lupa anak istri. "Oh, jadi secara tidak langsung

  • Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami    8. Kejutan

    Pov Rosa Sejak hari itu kecurigaanku semakin bertambah melihat Mas Haikal tergesa-gesa karena Arumi memintanya datang. Iya memang, dia sedang bekerja. Tapi apa dia tidak kangen denganku? Tak inginkah tidur barang semalam saja di sini? Alfan juga nampaknya masih belum puas melepas rindu dengan Ayahnya. Dua bulan sejak hari itu Mas Haikal hanya pulang beberapa kali saja ke rumah untuk mengantarkan uang. Jumlahnya memang lebih dari cukup untuk hidup kami berempat. Tapi bukan hanya itu yang aku inginkan, aku ingin suamiku seperti yang dulu. Mas Haikal pernah bermain hati beberapa kali di belakangku. Tapi tidak sampai lupa pulang. Dia tetap memberikan perhatiannya padaku juga pada Alfan. Tapi sekarang, aku telah kehilangan Mas Haikal yang dulu. [Rumi, aku dan Alfan membutuhkan Mas Haikal. Berilah cuti sehari saja supaya punya waktu untuk keluarganya.] Aku memberanikan diri mengirim pesan kepada Arumi. [Mas Haikal banyak pekerjaan di sini. Seharusnya sebagai istri yang baik kamu

  • Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami    7. Lelaki Bernama Rizal

    Dengan sedikit dalih aku menyerang Rosa terlebih dahulu, bahwa tidak baik berburuk sangka kepada suami yang sedang mencari nafkah. Sehingga seolah-olah aku tak bersalah apa-apa dan Rosa telah salah menilai kami. Sehingga Rosa merasa tersudut dan tak lagi bicara. Arumi terus menerus menghubungiku, aku terpaksa menerima panggilannya di dalam kamar sementara Rosa sedang memasak di dapur. "Kamu lama banget, Mas? Kapan kembali ke sini?" "Aku baru saja sampai, Rumi. Tadi mampir ke toko mainan dulu." "Jangan lama-lama, Mas! Nanti kamu lupa pulang ke sini." Ya ampun ternyata seposesif ini Arumi? Sangat berbeda dengan Rosa yang penurut dan tak banyak protes. "Iya, sayang. Sabar ya!" Obrolan kami terhenti ketika pintu kamar diketuk oleh Rosa, dia memintaku segera sarapan. Sebenarnya aku sudah sarapan di rumahnya Arumi tadi pagi. Tapi tak enak juga menolak makan di sini, aku harus tetap menghargai Rosa sebagai istri. Supaya dia tidak tambah curiga. Karena aku belum bisa menguasai Arumi se

  • Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami    6. Dia Cemburu

    Hari ini aku mengajak Arumi jalan ke luar kota, sayang juga uang Arumi kalau tidak dipake berfoya-foya dari sekarang. Semalam aku tak pulang ke rumah karena memang Rizal suaminya Arumi tak ada di rumah. Kami bebas menghabiskan malam bersama, hingga pagi ini Rosa meminta panggilan video. Gawat. Aku masih berada di kamar Arumi, bahaya kalau aku menerima panggilan video dari Rosa di sini. Semalam juga Rosa curiga ketika kami dengan berbicara lewat telepon tiba-tiba Arumi batuk-batuk. Untung saja aku cepat beralasan kalau itu suara Mumun pembantu Arumi yang baru saja mengantarkan kopi. Wanita sepolos Rosa pasti akan percaya. Bergegas aku berjalan ke luar menuju pekarangan di dekat pos satpam lalu menghubungi Rosa menggunakan panggilan video. Rupanya Alfan sepagi ini sudah bangun dan rewel katanya. Dia kangen sama aku dan meminta aku untuk membelikan mainan seperti punya temannya. Itu urusan gampang, nanti aku akan meminta Arumi membelikannya. Dia pasti akan dengan senang hati menuruti

  • Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami    5. Gampang Dirayu

    Seperti yang dia bilang, jam istirahat aku sudah bertandang ke ruangan Bu Bos, wanita cantik pemilik pabrik roti terbesar di kota ini. "Ada apa Mas Haikal?" tanyanya setelah mempersilahkan aku duduk. "Sebenarnya aku sungkan, tapi mau bagaimana lagi, aku bingung harus minta tolong sama siapa." Kumulai aktingku dengan sedikit memasang wajah bingung. "Mas Haikal nggak usah ragu, katakan saja!" Arumi mengubah posisi duduknya menjadi lebih tegak. "Rosa sedang perlu uang untuk biaya berobat Ibunya. Kebetulan aku masih lama gajian dan ini sangat mendesak, jadi .... " "Oh itu, kenapa tidak bilang dari tadi? Butuh berapa?" "Lima ratus ribu. Terimakasih banyak, nanti kalau aku gajian, potong saja gaji aku untuk menggantinya. Tapi jangan bilang sama Rosa kalau aku minta tolong sama Bu Arumi, sebab kata Rosa dia tidak enak sama Bu Arumi." "Iya, tenang saja aku nggak akan ngomong, lain kali kalau ada apa-apa bilang saja jangan sungkan!" Arumi tersenyum manis, kami memang sudah saling men

  • Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami    4. Pov Haikal

    Pekerjaan yang Rosa sarankan kali ini ternyata mengantarkanku pada tambang emas. Bagaimana tidak? Arumi adalah wanita kaya raya, cantik, modis dan kesepian. Poin terakhir inilah yang bisa melancarkan aksiku. Rosa tidak tahu kalau selama ini pekerjaan suaminya adalah menjerat wanita-wanita kaya dan kesepian. Uang yang selama ini aku berikan pada Rosa adalah hasil aku mengumbar janji manis dan rayuan maut. Ya, kebanyakan para wanita akan berbunga-bunga dengan sedikit perhatian saja. Cukup ditanya sudah makan belum, atau kamu cantik pakai baju itu saja mereka sudah tersipu. Apalagi mereka yang kurang perhatian dari suaminya karena terlalu sibuk mencari rupiah hingga lupa kalau istri mereka juga butuh sedikit diperhatikan. Kebanyakan para suami berpikir bahwa menyenangkan istri itu cukup dengan diberi lembaran merah saja. Mengambil hati kaum bergincu itu pekerjaan mudah dan sangat menyenangkan. Diberi perhatian sedikit saja mereka akan meleleh apalagi kalau setiap hari ditanya

  • Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami    3. Pintar Berkelit

    Sebentar pun aku belum bisa memejamkan mata. Suara detak jam dinding tua di dinding kamarku seirama dengan detak jantungku saat ini. Kulirik Alfan yang sudah terlelap sejak sepulang dari Madrasah tadi.Mas Haikal tak lagi memberi kabar bahkan WA-nya terakhir dilihat sepuluh menit setelah meneleponku. Iseng ku intip juga WA milik Arumi, aktif hanya beda beberapa menit dari Mas Haikal. Ada apa ini, kok aku jadi berpikiran negatif. Mereka on dan off bersamaan.Dimana mereka? Apakah sudah pulang atau masih dalam perjalanan? Kuketik pesan untuk menanyakan keberadaannya Mas Haikal, tapi kemudian kuhapus lagi. Untuk kesekian kalinya akhirnya aku memberanikan diri untuk mengirim pesan dan ternyata centang satu. Perasaanku makin tak terkendali, kucoba berkali-kali untuk berpikir positif tapi selalu kalah dengan pikiran kekhawatiranku.Setengah jam kemudian aku mengecek kembali pesan yang kukirim tadi. Ternyata sudah terbaca namun Mas Haikal tidak membalasnya. Ya ampun Mas, apa yang terjadi?*

  • Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami    2. Status WA

    Pagi hari ketika bangun tidur Alfan kembali rewel dan menanyakan Mas Haikal. Aku membuka ponsel bermaksud meminta Mas Haikal menghubungiku kalau nanti dia ada waktu.Tapi aku melihat dia sudah online sepagi ini. Tidak biasanya, jam 04.37 Mas Haikal sudah bangun tidur. Oh iya aku lupa, semalam Mas Haikal bilang kalau pagi ini Arumi akan pergi ke Jakarta.Lebih baik aku menghubungi Mas Haikal sekarang. Alfan sangat rindu dengan Ayahnya maka tanpa pikir panjang aku segera menekan gambar kamera pada profil Mas Haikal.Ditolak. Padahal Mas Haikal barusan aku lihat sedang online tapi begitu aku melakukan panggilan video call dia langsung offline. Dua kali panggilan dariku tidak terjawab. Ada apa?Berselang beberapa menit Mas Haikal menghubungiku. Langsung aku arahkan kamera pada Alfan yang masih merajuk. "Sayang, lihat! Ini Ayah, Alfan mau bilang apa sama Ayah? Ayo salam dulu." Aku menunjukkan layar ponselku pada Alfan dan seketika matanya berbinar."Assalamualaikum, Yah.""Waalaikum sala

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status