DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 75πππ"Pak! Paaak ... Paaak!"Nuut nuut nuut."Habis waktunya. Silakan kembali ke sel." Seorang Polwan menggiringku lagi ke dalam sel."Gak udah dorong-dorong, saya bisa jalan sendiri," tampikku kesal."Oh bagus. Kalau gitu silakan jalan sendiri.""Kalem. Gak usah songong mentang-mentang polisi. Asal Anda tahu ya, kekayaan saya itu lebih banyak dari yang Anda punya sekarang. Jadi gak usah rendahin saya di sini karena saya bisa tuntut."Dia cuma geleng-geleng kepala saat mendengar ancamanku, kemudian nyeletuk setelah aku kembali dimasukan ke dalam sel."Hmh orang kaya kok maling."Aku melotot, ingin rasanya kujambak aja itu rambutnya andai aku bisa."Bu Polwan, mana jatah sarapan kami? Masa jam segini belum dikasih sarapan?" tanya si Jessica sebelum polwan itu pergi."Sabar. Lagi diolah dulu. Saya aja belum sarapan kalian malah minta buru-buru, gak usah manja kalau hidup dipenjara, namanya juga lagi dihukum," ketusnya."Heh, biasa aja bisa gak? Anak sa
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 76πππ"Enggak. Apa-apaan kamu? Masa iya Ibu disuruh makan makanan kotor begitu?""Ya terus maunya apa? Gak ada lagi makanan Bu, udah gak usah banyak protes, 'kan ini emang dibikin kotor sama Ibu.""Ogah. Meningan Ibu pingsan daripada makan makanan itu." Aku berpaling muka sambil melipat kedua tangan di dada."Beneran? Ya udah kalau gak mau." Si Jessica kembali menaruh piringku ke lantai.-Malam harinya kami baru dijatah lagi makan. Dengan menu yang sama tentu saja. Tapi karena aku bener-bener udah gemeteran banget, terpaksa saja kumakan jatah makan malamku itu."Nah gitu dong gak usah banyak drama. Biar gak nyusahin," celetuk si Wiwit. Ah sayang banget perutku terlalu lapar kalau buat debat sama dia."Wit, Bu." Si Yusril datang.Refleks kutaruh piringku ke bawah dan gegas bangkit mendekatinya."Ril, Ril tolong Ibu Ril ... tolong bebasin Ibu Ril, kamu punya uang 'kan? Kamu bisa tebus Ibu 'kan Ril biar Ibu cepet bebas dari sini?" cecarku."Apaan sih, o
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 77 Aπππ"Iya ngontrak, kenapa?""Pak sopir stop." Aku cepat-cepat menyetop laju taksi lalu buru-buru membuka pintunya."Heh Yuni, kalau gitu bilang sama Bapakmu, segera ceraikan saya. Dasar tua bangka gak ada otak," pekikku sebelum aku turun dari taksi.Blak.Kututup pintu taksi dengan kencang. Cepat taksi itu melesat lagi."Arghhh ... apa ini? Si tua bangka itu malah mau ngontrak? Terus aku mau dibawa ngontrak gitu? Gak salah? Meningan aku jadi janda selamanya anak-anakku udah besar ini," dengusku sambil menendang kerikil yang ada di depan kakiku dengan kencang.Kutengok kiri kananku, "loh-loh ngomong-ngomong ini aku ada di mana? Kok bisa-bisanya aku malah turun tengah jalan gini, ya ampuun mana sepi pula." Aku bergidig sambil memegangi tengkuk meremang, lalu tergesa-gesa jalan ke depan.Argh tahu gini gak bakal tadi aku turun dari taksi, gimana nih? Aku harus kemana sekarang?Tiiit!Sebuah motor tepat saja berhenti di sampingku. Aku pikir itu orang
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANPart 77 BKepalaku langsung mendidih, refleks saja kujambak jilbabnya kuat-kuat."Anak kurang ajar. Anak gak tahu diri. Kau diurus dari kecil sampe segede gini jadi ini balasanmu, hah? Masa bodoh sama rumah ini, tapi kamu gak boleh meras si Fatan gitu Yuni. Gak kasihan kamu sama dia? Dia lagi kesusahan malah kamu manfaatin, sekarang balikin itu kunci rumahnya, mana?""Apa sih." Dia mendorongku kencang sampai aku turun lagi dari teras."Dateng-dateng malah bikin huru-hara, mau dilaporin ke Pak Rt apa Ibu, hah? Soal rumah Mbak Viona ya bukan salah Yunilah, itu emang kesepakatan Mas Fatan jual di harga segitu, dia deal di depan notaris. Jadi gak ada yang bisa gugat lagi karena balik namanya lagi diproses.""Apa? Stres kamu Yuni." Aku kembali naik ke teras"Mana bapakmu? Ibu mau ngomong sama bapakmu yang gak berguna itu.""Gak ada. Bapak lagi di rumah Pak Sabeni. Lagi tahlilan.""Kalau gitu awas." Aku menerobos masuk ke dalam. Kuubek-ubek lemariku, di sana aku ny
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 78πππHeuh. Aku jadi kesel. Akhirnya aku cuma bisa diem kursi bonceng sambil melipat kedua tanganku menunggu jalanan terurai.Tapi untungnya sih macetnya gak sampe perlu setengah jam, cuma berapa menitan udah lancar lagi, ya iyalah awas aja kalau hari-hari biasa sampe macet kayak lebaran, bakal protes nih emak-emak ke Presiden."Sus, ada di mana jenazah kedua wanita yang tertabrak kereta? Tadi saya lihat beritanya belum lama ini," tanyaku saat aku sampai di tempat yang kutuju."Ada di ruang jenazah Bu, dari sini ke sebelah kiri terus lurus belok ke kiri lagi, di paling ujung ruangannya ya."Aku langsung menelan ludah. Dadaku makin berdebar tak karuan, sebetulnya nyaliku enggak sebesar itu kalau harus pergi ke ruang jenazah sendirian, tapi ... aku penasaran apa yang tertabrak itu anakku atau bukan. Halimah gak usah mikir yang aneh-aneh kamu. Di sana bakal ada penjaganya, kamu minta temenin aja ke dia, dia 'kan udah ahlinya dalam hal ngurus mengurus or
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 79πππ"Andai kamu gak lancang melaporkan anakku ke polisi, dia gak akan sampe begini!" teriakku lagi.Si Yuni baru akan maju selangkah saat aku menyetopnya."Diem di sana! Dan ajak Bapakmu itu pergi dari sini. Sama-sama gak berguna!""Bu, apa maksdu Ibu? Kita lagi berkabung, Ibu malah marah-marah begini, apa yang terjadi sama Jessica ini adalah takdir Tuhan, Bu," sahut Bapaknya cepat."Diaaam! Pergi kalian! Ibu bilang pergi ya pergii!" Aku teriak makin kencang sambil nunjuk ke arah luar."Ayo, Pak." Si Yunipun gegas pergi menarik tangan bapaknya.Sementara aku tentu saja ambruk di samping ranjang jenazah sambil menumpahkan sesak dan tangisanku. Anakku si Viona belum sadar, dan sekarang si Jessica malah udah pergi lebih dulu. Ya Tuhaan, ini gak adil namanya! Aku menjerit dan histeris sampai salah seorang petugas penjaga kamar jenazah lari memanggil teman perawatnya untuk membawaku."Maaf Bu, mari ikut kami, supaya Ibu bisa sedikit tenang." Kedua tanga
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 79 Bπππ"Kamu ...." Aku menggantung ucapanku, rasanya gak mungkin kalau aku bilang dia ditusuk sama adiknya sendiri si Jessica."Kenapa, Bu? Viona kecelakaan? Tapi kok Viona gak inget apa-apa ya, Bu?" cecarnya sambil terus berusaha mengingat-ngingat sesuatu.Aku menelan ludah, "i-iya Nak, kamu ... kecelakaan.""Oh iya bener dugaan Viona berarti, Viona kecelakaan saat mau nyari alamat temen Viona karena yang Viona inget Viona lagi nyari alamat temen Viona terus gak sengaja lihat lakinya si Jessica lagi selingkuh sama seseorang di sebuah kos-kosan, makanya si Jessica perlu Viona kasih tahu soal itu Bu," tuturnya panjang lebar.Aku cuma senyum kuda dengan perasaan nelangsa."Aw kok sakit banget kepala Viona ya, Bu? Oh ya Mas Fatan mana sih, Bu? Dia gak tahu apa Viona di rumah sakit?""Tahu kok, biasanya dia yang gantian jaga sama Ibu di sini, tapi gak tahu dia kemana sekarang kamu sadar malah gak ada."Setelah kusuapi dia bubur, kuberi dia obat, kusuruh
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 80πππ"Ibu cuma gak mau kamu kepikiran Na."Si Viona meremas wajahnya."Jessica... kenapa kamu pergi secepat itu Jeeesss? Mbak kangen Jess, kita belum ketemu dan belum saling minta maaf sejak kita marahan waktu itu, dan ada sesuatu yang harus kamu tahu juga soal suamimu Jesss ...," isaknya lagi di atas ranjang rumah sakit.Sudah sadar seminggu yang lalu, tapi si Viona masih belum bisa turun dari kasur, entah kenapa kakinya masih belum bisa bergerak, kata si Viona sendiri dia ngerasa kakinya baik-baik aja, tapi emang lemes dan gak bisa digerakin aja. Makanya kemarin sehari setelah si Jessica meninggal dokter mencoba mengobservasinya kira-kira kenapa kaki si Viona bisa seperti itu, dan harusnya hasil observasi itu keluar hari ini.Itulah kenapa hari ini aku juga baru berani cerita soal kepergian adiknya pada si Viona, karena aku pikir hari ini dia udah semakin kuat dan baikan."Lagian Bu, emangnya mau apa si Jessica itu nyebrang perlintasan rel kereta s