DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 74πππ"Sudah berhenti teriak. Ayo ikut." Kamipun digiring oleh petugas yang tadi, lalu dimasukan ke dalam sel setelah borgol kami dibuka."Paaak. Paaak lepasin kami, Pak. Lepasin kami. Kami gak salah, Paaak!" teriak si Jessica."Diam di sana dan jangan buat gaduh," tegasnya sambil meluruskan jari telunjuk."Paaak. Arghh." Si Jessica memukul besi sel.Cepat kucekal kedua bahunya dengan kasar. "Sekarang kamu jelasin sama Ibu Jessica. Jelasin apa yang udah kamu lakukan sama Mbakmu, hah?!" Kutatap kedua matanya tajam. Dia menunduk ketakutan."B-Bu sebenernya ... sebenernya ....""Sebenernya apa, hah?!""Jessica bener-bener gak berniat melakukan itu Bu, semua itu karena Mbak Wiwit, Mbak Wiwit yang udah menghasut Jessica sampai akhirnya peristiwa pen*sukan itu terjadi ...." Bla bla bla. Panjang lebar, dengan air mata yang terus menerus berderai si Jessica lalu menceritakan semuanya. Dari awal kejadian sampe akhir."Bodoh dasar bodoh! Jadi selama ini suamim
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 75πππ"Pak! Paaak ... Paaak!"Nuut nuut nuut."Habis waktunya. Silakan kembali ke sel." Seorang Polwan menggiringku lagi ke dalam sel."Gak udah dorong-dorong, saya bisa jalan sendiri," tampikku kesal."Oh bagus. Kalau gitu silakan jalan sendiri.""Kalem. Gak usah songong mentang-mentang polisi. Asal Anda tahu ya, kekayaan saya itu lebih banyak dari yang Anda punya sekarang. Jadi gak usah rendahin saya di sini karena saya bisa tuntut."Dia cuma geleng-geleng kepala saat mendengar ancamanku, kemudian nyeletuk setelah aku kembali dimasukan ke dalam sel."Hmh orang kaya kok maling."Aku melotot, ingin rasanya kujambak aja itu rambutnya andai aku bisa."Bu Polwan, mana jatah sarapan kami? Masa jam segini belum dikasih sarapan?" tanya si Jessica sebelum polwan itu pergi."Sabar. Lagi diolah dulu. Saya aja belum sarapan kalian malah minta buru-buru, gak usah manja kalau hidup dipenjara, namanya juga lagi dihukum," ketusnya."Heh, biasa aja bisa gak? Anak sa
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 76πππ"Enggak. Apa-apaan kamu? Masa iya Ibu disuruh makan makanan kotor begitu?""Ya terus maunya apa? Gak ada lagi makanan Bu, udah gak usah banyak protes, 'kan ini emang dibikin kotor sama Ibu.""Ogah. Meningan Ibu pingsan daripada makan makanan itu." Aku berpaling muka sambil melipat kedua tangan di dada."Beneran? Ya udah kalau gak mau." Si Jessica kembali menaruh piringku ke lantai.-Malam harinya kami baru dijatah lagi makan. Dengan menu yang sama tentu saja. Tapi karena aku bener-bener udah gemeteran banget, terpaksa saja kumakan jatah makan malamku itu."Nah gitu dong gak usah banyak drama. Biar gak nyusahin," celetuk si Wiwit. Ah sayang banget perutku terlalu lapar kalau buat debat sama dia."Wit, Bu." Si Yusril datang.Refleks kutaruh piringku ke bawah dan gegas bangkit mendekatinya."Ril, Ril tolong Ibu Ril ... tolong bebasin Ibu Ril, kamu punya uang 'kan? Kamu bisa tebus Ibu 'kan Ril biar Ibu cepet bebas dari sini?" cecarku."Apaan sih, o
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 77 Aπππ"Iya ngontrak, kenapa?""Pak sopir stop." Aku cepat-cepat menyetop laju taksi lalu buru-buru membuka pintunya."Heh Yuni, kalau gitu bilang sama Bapakmu, segera ceraikan saya. Dasar tua bangka gak ada otak," pekikku sebelum aku turun dari taksi.Blak.Kututup pintu taksi dengan kencang. Cepat taksi itu melesat lagi."Arghhh ... apa ini? Si tua bangka itu malah mau ngontrak? Terus aku mau dibawa ngontrak gitu? Gak salah? Meningan aku jadi janda selamanya anak-anakku udah besar ini," dengusku sambil menendang kerikil yang ada di depan kakiku dengan kencang.Kutengok kiri kananku, "loh-loh ngomong-ngomong ini aku ada di mana? Kok bisa-bisanya aku malah turun tengah jalan gini, ya ampuun mana sepi pula." Aku bergidig sambil memegangi tengkuk meremang, lalu tergesa-gesa jalan ke depan.Argh tahu gini gak bakal tadi aku turun dari taksi, gimana nih? Aku harus kemana sekarang?Tiiit!Sebuah motor tepat saja berhenti di sampingku. Aku pikir itu orang
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANPart 77 BKepalaku langsung mendidih, refleks saja kujambak jilbabnya kuat-kuat."Anak kurang ajar. Anak gak tahu diri. Kau diurus dari kecil sampe segede gini jadi ini balasanmu, hah? Masa bodoh sama rumah ini, tapi kamu gak boleh meras si Fatan gitu Yuni. Gak kasihan kamu sama dia? Dia lagi kesusahan malah kamu manfaatin, sekarang balikin itu kunci rumahnya, mana?""Apa sih." Dia mendorongku kencang sampai aku turun lagi dari teras."Dateng-dateng malah bikin huru-hara, mau dilaporin ke Pak Rt apa Ibu, hah? Soal rumah Mbak Viona ya bukan salah Yunilah, itu emang kesepakatan Mas Fatan jual di harga segitu, dia deal di depan notaris. Jadi gak ada yang bisa gugat lagi karena balik namanya lagi diproses.""Apa? Stres kamu Yuni." Aku kembali naik ke teras"Mana bapakmu? Ibu mau ngomong sama bapakmu yang gak berguna itu.""Gak ada. Bapak lagi di rumah Pak Sabeni. Lagi tahlilan.""Kalau gitu awas." Aku menerobos masuk ke dalam. Kuubek-ubek lemariku, di sana aku ny
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 78πππHeuh. Aku jadi kesel. Akhirnya aku cuma bisa diem kursi bonceng sambil melipat kedua tanganku menunggu jalanan terurai.Tapi untungnya sih macetnya gak sampe perlu setengah jam, cuma berapa menitan udah lancar lagi, ya iyalah awas aja kalau hari-hari biasa sampe macet kayak lebaran, bakal protes nih emak-emak ke Presiden."Sus, ada di mana jenazah kedua wanita yang tertabrak kereta? Tadi saya lihat beritanya belum lama ini," tanyaku saat aku sampai di tempat yang kutuju."Ada di ruang jenazah Bu, dari sini ke sebelah kiri terus lurus belok ke kiri lagi, di paling ujung ruangannya ya."Aku langsung menelan ludah. Dadaku makin berdebar tak karuan, sebetulnya nyaliku enggak sebesar itu kalau harus pergi ke ruang jenazah sendirian, tapi ... aku penasaran apa yang tertabrak itu anakku atau bukan. Halimah gak usah mikir yang aneh-aneh kamu. Di sana bakal ada penjaganya, kamu minta temenin aja ke dia, dia 'kan udah ahlinya dalam hal ngurus mengurus or
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 79πππ"Andai kamu gak lancang melaporkan anakku ke polisi, dia gak akan sampe begini!" teriakku lagi.Si Yuni baru akan maju selangkah saat aku menyetopnya."Diem di sana! Dan ajak Bapakmu itu pergi dari sini. Sama-sama gak berguna!""Bu, apa maksdu Ibu? Kita lagi berkabung, Ibu malah marah-marah begini, apa yang terjadi sama Jessica ini adalah takdir Tuhan, Bu," sahut Bapaknya cepat."Diaaam! Pergi kalian! Ibu bilang pergi ya pergii!" Aku teriak makin kencang sambil nunjuk ke arah luar."Ayo, Pak." Si Yunipun gegas pergi menarik tangan bapaknya.Sementara aku tentu saja ambruk di samping ranjang jenazah sambil menumpahkan sesak dan tangisanku. Anakku si Viona belum sadar, dan sekarang si Jessica malah udah pergi lebih dulu. Ya Tuhaan, ini gak adil namanya! Aku menjerit dan histeris sampai salah seorang petugas penjaga kamar jenazah lari memanggil teman perawatnya untuk membawaku."Maaf Bu, mari ikut kami, supaya Ibu bisa sedikit tenang." Kedua tanga
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 79 Bπππ"Kamu ...." Aku menggantung ucapanku, rasanya gak mungkin kalau aku bilang dia ditusuk sama adiknya sendiri si Jessica."Kenapa, Bu? Viona kecelakaan? Tapi kok Viona gak inget apa-apa ya, Bu?" cecarnya sambil terus berusaha mengingat-ngingat sesuatu.Aku menelan ludah, "i-iya Nak, kamu ... kecelakaan.""Oh iya bener dugaan Viona berarti, Viona kecelakaan saat mau nyari alamat temen Viona karena yang Viona inget Viona lagi nyari alamat temen Viona terus gak sengaja lihat lakinya si Jessica lagi selingkuh sama seseorang di sebuah kos-kosan, makanya si Jessica perlu Viona kasih tahu soal itu Bu," tuturnya panjang lebar.Aku cuma senyum kuda dengan perasaan nelangsa."Aw kok sakit banget kepala Viona ya, Bu? Oh ya Mas Fatan mana sih, Bu? Dia gak tahu apa Viona di rumah sakit?""Tahu kok, biasanya dia yang gantian jaga sama Ibu di sini, tapi gak tahu dia kemana sekarang kamu sadar malah gak ada."Setelah kusuapi dia bubur, kuberi dia obat, kusuruh
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 91 πππSi Nayla mengangguk dan cepat mundur bersamaku. Sementara aku mempersilakan dua orang polisi itu untuk maju ke depan pintu.Tok tok tok!Musik terdengar dimatikan."Siapa sih ganggu aja? Si Inem pasti nih," gerutu mantan Ibu tiriku di dalam.Tok tok tok."Bentaaar! Sabar kenap-" Ucapannya terhenti saat ibu membuka pintu dan dia langsung melihat dua orang polisi tengah berdiri di depannya."Oh saya kira siapa. Ada apa ya, Pak?" tanyanya dengan nada suara yang melandai."Maaf apa Ibu yang bernama Ibu Halimah?""Y-a, kenapa?""Anda kami tangkap!""Ap-pa?!" Dia tampak terkejut bukan main. "Saya ditangkap? Kenapa? Apa salah saya, Pak? Kalian salah orang kali ah," cecarnya. Aku menangkap kecemasan pada nada bicaranya."Mohon kooperatif, Anda kami tangkap atas dugaan tindak kejahatan yang telah Anda lakukan, Anda sengaja membakar rumah Saudari Nayla ini dengan motif tertentu," terang petugas itu sambil dengan paksa memakaikan borgol di kedua pergelan
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 90 Bπππ***Setelah aku dibebaskan oleh si Nayla langsung yang segaja pulang dari Belanda, kami lanjut menjemput Nyonya Kinanti dari rumah sakit. Hari ini beliau diperbolehkan pulang karena kondisinya sudah membaik. Setelah mengurus administrasi, kami lalu dijemput Bang Wija di depan rumah sakit.Hah, aku bersyukur setelah seminggu di kurung akhirnya aku dibebaskan. Kalau bukan karena kebaikan hati Nyonya Kinanti yang terus membujuk si Nayla, mungkin kasus ini masih membelengguku. Pasalnya para petugas itu benar-benar lambat dalam menangani kasus kebakaran yang dilaporkan si Nayla itu. Sampai aku ngerasa waktuku terbuang sia-sia hanya untuk menunggu mereka mencari bukti."Mbak, sekali lagi aku minta maaf ya, aku cuma cemas aja saat aku diberitahu soal kondisi yang terjadi di rumah, apalagi saat aku dengar soal kondisi Ibu, aku udah gak bisa mikir apa-apa. Aku nyalahin kamu saat itu karena memang kamu 'kan yang bertanggung jawab di rumah. Belum lagi
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 90 Aπππ"Loh loh ya Ibu nggak bakalan diciduk dong Na, kamu 'kan tahu siapa yang akan jadi tumbalnya."Keningku mengerut. Yang akan jadi tumbalnya? Maksud dia apa?"Yuuun!"Aku berbalik dan cepat-cepat menjauh dari teras paviliun saat Bang Wija memanggilku di dapur. Gawat kalau sampai suamiku tahu aku sedang ada di pavilun hendak melabrak dua orang jahat itu, bisa-bisa Bang Wija ceramah lagi. Bisa ribet dah urusannya.Setelah kusembunyikan gelang itu pada saku cardiganku, aku gegas menghampiri Bang Wija."Ya, Baaang.""Kamu pulang toh Yun?""Iya Bang, Yuni mau lihat kondisi rumah sebentar. Oh ya, Abang belum berangkat kerja?""Udah Yun, ini Abang balik lagi karena ada yang ketinggalan."Mulutku membola, lalu kuelus lengannya, "lain kali dinget-inget dong, ketinggalan mulu perasaan."Dia nyengir. Kamipun jalan ke ruang depan, niat hati mau mengantarnya berangkat lagi, tapi kedatangan dua orang polisi yang sudah berdiri di depan pintu membuat langkah ka
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 89 Bπππ"Siap, Nyonya." Mbak Inem mengangkat kedua jempolnya lalu gegas pulang naik taksi.***"Hallo Mbak Inem, ada apa?" Pagi-pagi sekali Mbak sudah telepon."Nya, ada kabar penting. Semalam pas Inem pulang dari rumah ke paviliun, Inem denger si Bibik pegawai baru itu lagi cekikikan sama anak perempuannya. Gak jelas sih apa yang mereka ketawain, tapi yang Inem tangkep sih kayaknya mereka ngerasa puas banget karena Nyonya Kinanti masuk rumah sakit. Oh ya, saat Inem datang dari rumah sakit juga si Bibik itu juga langsung nanya-nanya soal kondisinya Nyonya Kinanti. Tapi anehnya, Inem kok ngelihat dia gak ada rasa khawatir-khawatirnya atau gimana gitu layaknya orang yang habis kena musibah," tutur Mbak Inem panjang lebar.Sontak saja tanganku mengepal. Bener dugaanku, pasti gak salah lagi, ini adalah ulah mantan ibu tiriku. Astaga kejam banget dia. Terbuat dari apa hatinya itu? Udah baik kuberi dia kesempatan, tapi malah dia sia-siakan. Oke, aku gak ak
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 89 Aπππ"Ya Tuhan, semoga Nyonya Kinanti baik-baik aja."Bang Wija cepat menyalakan APAR, dan tak lama dari itu Inem juga datang bersama Pak Wahyu yang juga membawa alat pemadam yang serupa. "Cepat telepon pemadam Nem, takut apinya makin membesar!" titah Bang Wija agak teriak.Inem mengangguk dan gegas lari ke arah meja telepon. Sementara aku yang mendadak lemas hanya bisa teriak-teriak memanggil Nyonya Kinanti."Ada apa ini Yun?" Bapak datang dengan wajah cemas."Kebakaran Pak, gas meledak kata Mbak Inem, Nyonya Kinanti di dalem.""Ya Allah terus gimana?""Banyak asap Pak, jangan ke sini, Bapak tunggu di depan aja. Bang Wija sama Pak Wahyu lagi coba memadamkan apinya kok." Cepat kubawa Bapak kembali ke ruangan depan.Setelah itu aku buru-buru balik lagi ke dapur. Untunglah saat aku kembali ke sana Nyonya Kinanti sudah berhasil diselamatkan meski sudah dalam keadaan pingsan dan terdapat beberapa luka bakar di wajah dan tubuhnya. "Ya ampun Nyonya Ki
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 88 Bπππ"Kurang sabar dan masih seneng ngomel, itu yang bikin kesel. Jangankan si Yuni sama Bapak, Viona aja kesel dengernya Ibu ngomel-ngomel gini," ketus Mbak Viona.Ibu diam. Kullihat dari kaca dia menyilangkan kedua tangannya untuk menahan kekesalan. Sementara aku cekikikan puas, mantan ibu tiriku iti lagi terbakar api cemburu rupanya, aih kayak ABG aja.Setelah puas mengintip, aku gegas kembali ke dapur mengambil jus kemasan dan membawanya ke gazebo. "Loh udah selesai tah belajar ngajinya?""Selesai Yun, istirahat dulu. Udah mau Dzuhur," jawab Bapak.Kamipun minum jus sebentar, setelah itu pergi ke masjid dekat rumah bersama Nyonya Kinanti juga. Rencana di sana Nyonya Kinanti ingin dituntun membaca Syahadat oleh pemuka agama yang biasanya juga menjadi imam masjid."Oh kalian di teras rupanya? Tolong beresin bekas minum kami di gazebo ya," titahku pada Ibu dan Mbak Viona, sebelum kami berangkat ke masjid.Aku tak melihat lagi bagaimana ekspresi w
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 88 AπππBiarin, aku sengaja bergurau di depan mantan ibu tiriku untuk membuatnya sadar. Pede banget tadi dia coba rayu-rayu bapak, kukenalkan dia sama wanita yang jauh lebih berkelas dan lebih segalanya baru tahu rasa tuh. Minder minder dah."Kamu nih bercanda terus, gak enak sama Nyonya Kinanti." Bapak menyikut lenganku. Aku nyengir."Duduk Nyonya." Bapak mempersilakan Nyonya Kinanti duduk di bangku yang bersisian dengannya."Terimakasih. Saya senang sama Yuni, karena dia punya selera humor yang tinggi." Nyonya Kinanti berbasa-basi."Ibu ngapain masih di sini? Sana lanjutin kerjaan rumah. Rumah masih belum divacum gitu malah ditinggalin," ketusku pada ibu.Tanpa bicara atau menolak lagi, gegas ia pun ke depan meski dengan wajah yang udah ditekuk."Saya pikir Nyonya dateng agak siang, tahunya pagi-pagi udah sampe aja." Aku membuka obrolan."Iya nih Yun, sengaja saya dateng pagi-pagi, tadinya mau ketemu orang dulu tapi eeh orang yang mau diajak ketemu
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 87 Bπππ"Padahal Inem udah bangunin terus Nya, tapi Bu Halimah ini ngeyel, dirasa tidur di hotel kali," timpal Inem kesal.Semua pekerja rumah memang biasanya ditempatkan tidur di paviliun belakang, makanya Inem tahu alasan hari ini mantan ibu tiriku itu telat masuk ke istana. Ngakunya sih kepala sakit, tapi kata Inem semalaman Ibu nonton tv sampai menjelang pagi. Hmm emang dah gak bener nih orang, andai bukan karena rasa iba dan permintaan bapak kemarin, aku ogah berurusan sama mantan ibu tiriku ini."Tolonglah Yun, rumah ini gede, gak akan sempit walau nanti kami numpang tinggal beberapa bulan aja sampe kaki Mbak sembuh," rengek Mbak Viona kemarin.Aku mengerling malas. Aih, mereka kok malah maksa sih? Kayaknya bener dugaanku deh, mereka datang bukan cuma murni mau minta maaf dan mengakui kesalahan mereka tapi karena mereka ada keinginan tinggal di sini. Buktinya mereka maksa gitu. Heuh kesel."Maaf Mbak, tapi rumah ini gak bisa sembarang asal neri
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 87 AπππJangan-jangan mereka lagi ngefrank nih, mereka itu kan banyak akal bulusnya."Ibu ngaku salah selama ini sama kamu Yuni, Ibu ngaku udah memperlakukan kamu dengan cara enggak baik. Tapi asal kamu tahu Yuni, Ibu udah mendapatkan balasannya. Kamu lihat sendiri sekarang Ibu gimana, Ibu terlunta-lunta, Ibu dan Mbakmu ini persis kayak gembel, diusir dari satu tempat ke tempat lainnya. Kami bener-bener merasakan pembalasan dari perbuatan kami selama ini Yun," tutur Ibu lagi. Wanita itu lalu bangkit sambil terus menatapku lekat, kemudian menggenggam tanganku paksa."Tolong maafkan Ibu Yun, Ibu ingat ceramah seorang ustaz seminggu lalu, katanya perbuatan jahat kita pada anak yatim atau piatu pasti akan mendapatkan balasannya, baik di dunia maupun di akhirat. Ibu takut semua ini adalah azab Yun, karena itu Ibu datang ke sini untuk meminta maaf sama kamu."Aku menarik tanganku kasar saat ibu tak henti-hentinya bicara."Kami tahu kesalahan kami terlalu be