DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 80πππ"Ibu cuma gak mau kamu kepikiran Na."Si Viona meremas wajahnya."Jessica... kenapa kamu pergi secepat itu Jeeesss? Mbak kangen Jess, kita belum ketemu dan belum saling minta maaf sejak kita marahan waktu itu, dan ada sesuatu yang harus kamu tahu juga soal suamimu Jesss ...," isaknya lagi di atas ranjang rumah sakit.Sudah sadar seminggu yang lalu, tapi si Viona masih belum bisa turun dari kasur, entah kenapa kakinya masih belum bisa bergerak, kata si Viona sendiri dia ngerasa kakinya baik-baik aja, tapi emang lemes dan gak bisa digerakin aja. Makanya kemarin sehari setelah si Jessica meninggal dokter mencoba mengobservasinya kira-kira kenapa kaki si Viona bisa seperti itu, dan harusnya hasil observasi itu keluar hari ini.Itulah kenapa hari ini aku juga baru berani cerita soal kepergian adiknya pada si Viona, karena aku pikir hari ini dia udah semakin kuat dan baikan."Lagian Bu, emangnya mau apa si Jessica itu nyebrang perlintasan rel kereta s
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 81πππ"Bentar biar Ibu lihat dia ke parkiran, kali aja dia di sana atau tidur di musholla." Gegas aku bangkit.Baru saja akan menuju musholla rumah sakit, seorang suster memanggilku."Keluarganya pasien atas nama Viona?""Iya Sus, kenapa?""Ini saya bawakan rekapan administrasi biaya rumah sakit perhari ini ya, Bu," katanya ramah seraya memberikanku benerapa lembar kertas yang sudah jadikan satu."Oh ya makasih, Sus."Kutengok sebentar kertas itu sebelum melanjutkan langkah, dan lagi, aku cukup terkejut dengan nominal yang tertera di sana."Biaya rumah sakit seminggu bisa beli motor baru, astaga pusing kepalaku. Aku emang harus buru-buru cari si Fatan ini, biar dia suruh bayar, duit hasil jual rumahnya 'kan masih ada sama dia semua." Cepat akupun melanjutkan langkah dengan tergesa-gesa.Di musholla kucari dia gak ada, di kantin juga gak ada, di parkiranpun sama, argh bingung kalau udah gini. Aku mesti cari itu orang kemana? Kata si Viona nomor telepon
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 81 BπππCepat aku menghampirinya."Fatan, kamu percaya gak kalau rumah gede ini rumahnya si Wijakupra?" Si Fatan memandangi rumah megah itu sebentar, "ya mungkin aja sih, buktinya si Yuni banyak duitnya gitu."Astaga. Jawaban si Fatan malah bikin aku makin sesak tak karuan. Rasanya aku kebakaran jenggot dan ngerasa gak rela banget kalau itu beneran rumah si Wijakupra. Pasalnya kok bisa hidup si Yuni beruntung banget? Anak-anakku aja gak dapet suami sekaya si Wija, kok dia bisa? Tiiit.Aku kembali menoleh saat suara klakson mobil dibunyikan. Kutengok lagi, ternyata si Wija yang turun dari mobil itu, dia lalu bersusah payah membuka pintu gerbang rumah yang tadi ditutup si Inem, tapi yang membuatku melotot adalah karena penampilannya yang berubah drastis.Tadi si sawo busuk itu datang naik motor cuma pake kolor dan kaos juga sendal jepit, lah sekarang dia keluar dari rumah itu memakai kemeja, sepatu, dasi dan sepatu yang kelihatannya mewah kebangetan.
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 82πππ"Iya. Kenapa? Ibu mau ngelamar kerja? Ada tuh loker di bagian cleaning servis."Aku cepat menggeleng, "oh enggak. Saya cuma mau tanya doang."Buru-buru aku pergi dari sana. Enak aja, masa penampilan kece gini dikira mau nyari kerja, jadi cleaning servis pula. Amit-amit. Gara-gara ucapan security itu aku jadi kesel, akhirnya kuajak saja si Fatan kembali ke rumah sakit."Ayo balik. Si Viona takut nungguin lama."Sampai di rumah sakit, si Fatan langsung ke bagian administrasi sementara aku langsung ke kamar rawatnya si Viona. Untunglah dia sedang tidur, aku jadi gak diomeli karena pergi lama-lama.Istirahat sebentar di sofa sambil mengingat-ingat kembali soal si Wija yang berhasil bikin aku jantungan berkali-kali hari ini, si Fatan masuk."Gimana Tan? Udah kamu bayarin semuanya?" tanyaku cepat."Udah Bu, ini buktinya." Si Fatan meletakan kertas bukti pembayaran lunas ke atas meja."Baguslah. Kalau dicicil gini kita gak akan kerasa berat banget pas
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 82 Bπππ"Halah kamu tuh alesan aja, tahu gitu tadi Ibu hubungin si Yusril biar dia bawa mobil ke sini, tega emang kamu ya. Mau ditaruh di mana muka Ibu kalau tetangga tahu kita cuma sanggup nyewa angkot, hah?" Aku ngomel. Habisan kesel, masa iya anakku baru aja balik dari rumah sakit udah disuruh naik angkot, stres apa itu si Fatan."Kan angkotnya juga disewa Bu, gak bakal dinaikin sama orang lain, udah ayo buru masuk."Dengan wajah ditekuk akupun masuk. Si Viona duduk di depan samping tukang angkotnya. Duh perasaanku makin gak enak aja, takut si Viona diapa-apain. Lagian walaupun ini angkot kagak bakal dinaikin sama orang lain tetep aja malu, masa iya bawa orang balik rumah sakit pake angkot, minimal taksi kek, miskin banget apa tuh si Fatan, nyesel jadinya aku kawinin anakku sama dia, tau gitu kukawainin aja si Viona sama si Wija andai aku ketemu si Wija dari dulu.Sampai di pekarangan rumah si Jessica. Belum juga aku turun dari angkot, aku udah bis
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 83 Aπππ"Kamu nih, orang tua dateng malah ditanya ngapain ke sini, suruh masuk kek, apa kek," omelku kesal."Oh iya maaf. Maaf Bu maaf. Ayo masuk tapi itu ...." Si Yusril nengok ke arah angkot."Kayak Mbak Viona, Bu.""Iya. Emang Ibu baru bawa Mbakmu balik dari rumah sakit. Sana turunkan dia, dia lumpuh, harus dinaikan ke kursi roda atau diangkat kalau mau sampe rumah.""Apa? Lumpuh? Terus suaminya mana? Gak ikut?""Ibu tinggalin tadi dia di rumahnya si Jessica, abisan kesel. Rumah si Jessica mau dijual malah Ibu yang disalah-salahin. Sana angkat dulu Mbakmu, tar kita lanjut ngobrolnya."Tanpa bertanya lagi si Yusrilpun cepat mengangkat si Viona dan mendudukannya di sofa depan. Barulah angkot yang kami sewa pergi."Sebenernya ini ada apa sih, Bu? Kalian kok datang ke sini?"Hh si Yusril ini, menatang-mentang anak laki emang gak peka amat. Ibunya baru aja dateng dan duduk udah langsung ditanyai aja, orang mah kasih minun atau apa dulu kek. Kesel.Tapi
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 83 Bπππ"Yusril apa-apaan sih kamu? Dateng-dateng bukannya duduk ikut makan malah emosi, gak sopan banget pula kamu sama Ibu!" sentak si Viona. Kami tengah makan malam saat si Yusril datang dan langsung menggebrak meja."Gimana Yusril gak emosi, Mbak? Tadi Ibu datang ke lapas dan mengancam si Wiwit 'kan?" tanyanya dengan tatapan tajam ke arahku.Aku mengeling sambil mengecap bibir. Dasar mantu barbar, udah ngadu aja dia."Terus istri kamu itu bilang apa sampe kamu emosi begini Yusril? Tega banget kamu sama Ibumu sendiri, jadi ini balasanmu buat Ibu, hah?" Aku mencecar, mencoba berusaha menyadarkannya."Seperti yang Ibu bilang sama dia. Ibu mengancam si Wiwit 'kan? Kalau dia mau dibebaskan itu artinya kami harus cerai dan si Wiwit itu harus pergi tanpa membawa apapun, iya 'kan, Bu?" Si Yusril balik mencecar sambil menatapku serius."Ya emang bener. Ibu ngasih dia pilihan kayak gitu, kenapa? Kamu keberatan Yusril?""Ya jelas Yusril keberatan Bu, ini ru
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 84 Aπππ"Tapi istrimu tetap otaknya," potongku cepat. Si Yusrilpun bungkam."Ayo Viona. Sebaiknya kita beri sodaramu ini waktu buat dia mikir, supaya dia sadar sudah sejauh mana dia dicuci otaknya sama perempuan itu sampe dia tega sama Ibu dan sodaranya sendiri," imbuhku.Cepat kudorong si Viona ke dapur. Bahaya kalau sampe si Yusril itu mengatakan yang sebenernya, citra almarhumah anakku si Jessica harus tetep baik meski dia memang pelakunya."Bu, pokoknya Yusril akan berusaha membebaskan istriku dari penjara kalau kalian gak mau bantu!" teriak si Yusril dari meja makan.Hh dasar anak gak tahu diuntung. Kesetanan banget dia sama si Wiwit, padahal apa bagusnya wanita itu?"Ibu tenang aja, Bu. Ibu sendiri 'kan yang bilang kuncinya tetep ada pada kita? Jadi mau seberjuang apapun si Yusril, dia gak akan pernah bisa membebaskan istrinya," kata si Viona.Aku Mengangguk. Anakku bener, biar saja si Yusril itu kesetanan, dia bisa apa? Tetep aja kebebasan si W
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 91 πππSi Nayla mengangguk dan cepat mundur bersamaku. Sementara aku mempersilakan dua orang polisi itu untuk maju ke depan pintu.Tok tok tok!Musik terdengar dimatikan."Siapa sih ganggu aja? Si Inem pasti nih," gerutu mantan Ibu tiriku di dalam.Tok tok tok."Bentaaar! Sabar kenap-" Ucapannya terhenti saat ibu membuka pintu dan dia langsung melihat dua orang polisi tengah berdiri di depannya."Oh saya kira siapa. Ada apa ya, Pak?" tanyanya dengan nada suara yang melandai."Maaf apa Ibu yang bernama Ibu Halimah?""Y-a, kenapa?""Anda kami tangkap!""Ap-pa?!" Dia tampak terkejut bukan main. "Saya ditangkap? Kenapa? Apa salah saya, Pak? Kalian salah orang kali ah," cecarnya. Aku menangkap kecemasan pada nada bicaranya."Mohon kooperatif, Anda kami tangkap atas dugaan tindak kejahatan yang telah Anda lakukan, Anda sengaja membakar rumah Saudari Nayla ini dengan motif tertentu," terang petugas itu sambil dengan paksa memakaikan borgol di kedua pergelan
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 90 Bπππ***Setelah aku dibebaskan oleh si Nayla langsung yang segaja pulang dari Belanda, kami lanjut menjemput Nyonya Kinanti dari rumah sakit. Hari ini beliau diperbolehkan pulang karena kondisinya sudah membaik. Setelah mengurus administrasi, kami lalu dijemput Bang Wija di depan rumah sakit.Hah, aku bersyukur setelah seminggu di kurung akhirnya aku dibebaskan. Kalau bukan karena kebaikan hati Nyonya Kinanti yang terus membujuk si Nayla, mungkin kasus ini masih membelengguku. Pasalnya para petugas itu benar-benar lambat dalam menangani kasus kebakaran yang dilaporkan si Nayla itu. Sampai aku ngerasa waktuku terbuang sia-sia hanya untuk menunggu mereka mencari bukti."Mbak, sekali lagi aku minta maaf ya, aku cuma cemas aja saat aku diberitahu soal kondisi yang terjadi di rumah, apalagi saat aku dengar soal kondisi Ibu, aku udah gak bisa mikir apa-apa. Aku nyalahin kamu saat itu karena memang kamu 'kan yang bertanggung jawab di rumah. Belum lagi
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 90 Aπππ"Loh loh ya Ibu nggak bakalan diciduk dong Na, kamu 'kan tahu siapa yang akan jadi tumbalnya."Keningku mengerut. Yang akan jadi tumbalnya? Maksud dia apa?"Yuuun!"Aku berbalik dan cepat-cepat menjauh dari teras paviliun saat Bang Wija memanggilku di dapur. Gawat kalau sampai suamiku tahu aku sedang ada di pavilun hendak melabrak dua orang jahat itu, bisa-bisa Bang Wija ceramah lagi. Bisa ribet dah urusannya.Setelah kusembunyikan gelang itu pada saku cardiganku, aku gegas menghampiri Bang Wija."Ya, Baaang.""Kamu pulang toh Yun?""Iya Bang, Yuni mau lihat kondisi rumah sebentar. Oh ya, Abang belum berangkat kerja?""Udah Yun, ini Abang balik lagi karena ada yang ketinggalan."Mulutku membola, lalu kuelus lengannya, "lain kali dinget-inget dong, ketinggalan mulu perasaan."Dia nyengir. Kamipun jalan ke ruang depan, niat hati mau mengantarnya berangkat lagi, tapi kedatangan dua orang polisi yang sudah berdiri di depan pintu membuat langkah ka
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 89 Bπππ"Siap, Nyonya." Mbak Inem mengangkat kedua jempolnya lalu gegas pulang naik taksi.***"Hallo Mbak Inem, ada apa?" Pagi-pagi sekali Mbak sudah telepon."Nya, ada kabar penting. Semalam pas Inem pulang dari rumah ke paviliun, Inem denger si Bibik pegawai baru itu lagi cekikikan sama anak perempuannya. Gak jelas sih apa yang mereka ketawain, tapi yang Inem tangkep sih kayaknya mereka ngerasa puas banget karena Nyonya Kinanti masuk rumah sakit. Oh ya, saat Inem datang dari rumah sakit juga si Bibik itu juga langsung nanya-nanya soal kondisinya Nyonya Kinanti. Tapi anehnya, Inem kok ngelihat dia gak ada rasa khawatir-khawatirnya atau gimana gitu layaknya orang yang habis kena musibah," tutur Mbak Inem panjang lebar.Sontak saja tanganku mengepal. Bener dugaanku, pasti gak salah lagi, ini adalah ulah mantan ibu tiriku. Astaga kejam banget dia. Terbuat dari apa hatinya itu? Udah baik kuberi dia kesempatan, tapi malah dia sia-siakan. Oke, aku gak ak
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 89 Aπππ"Ya Tuhan, semoga Nyonya Kinanti baik-baik aja."Bang Wija cepat menyalakan APAR, dan tak lama dari itu Inem juga datang bersama Pak Wahyu yang juga membawa alat pemadam yang serupa. "Cepat telepon pemadam Nem, takut apinya makin membesar!" titah Bang Wija agak teriak.Inem mengangguk dan gegas lari ke arah meja telepon. Sementara aku yang mendadak lemas hanya bisa teriak-teriak memanggil Nyonya Kinanti."Ada apa ini Yun?" Bapak datang dengan wajah cemas."Kebakaran Pak, gas meledak kata Mbak Inem, Nyonya Kinanti di dalem.""Ya Allah terus gimana?""Banyak asap Pak, jangan ke sini, Bapak tunggu di depan aja. Bang Wija sama Pak Wahyu lagi coba memadamkan apinya kok." Cepat kubawa Bapak kembali ke ruangan depan.Setelah itu aku buru-buru balik lagi ke dapur. Untunglah saat aku kembali ke sana Nyonya Kinanti sudah berhasil diselamatkan meski sudah dalam keadaan pingsan dan terdapat beberapa luka bakar di wajah dan tubuhnya. "Ya ampun Nyonya Ki
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 88 Bπππ"Kurang sabar dan masih seneng ngomel, itu yang bikin kesel. Jangankan si Yuni sama Bapak, Viona aja kesel dengernya Ibu ngomel-ngomel gini," ketus Mbak Viona.Ibu diam. Kullihat dari kaca dia menyilangkan kedua tangannya untuk menahan kekesalan. Sementara aku cekikikan puas, mantan ibu tiriku iti lagi terbakar api cemburu rupanya, aih kayak ABG aja.Setelah puas mengintip, aku gegas kembali ke dapur mengambil jus kemasan dan membawanya ke gazebo. "Loh udah selesai tah belajar ngajinya?""Selesai Yun, istirahat dulu. Udah mau Dzuhur," jawab Bapak.Kamipun minum jus sebentar, setelah itu pergi ke masjid dekat rumah bersama Nyonya Kinanti juga. Rencana di sana Nyonya Kinanti ingin dituntun membaca Syahadat oleh pemuka agama yang biasanya juga menjadi imam masjid."Oh kalian di teras rupanya? Tolong beresin bekas minum kami di gazebo ya," titahku pada Ibu dan Mbak Viona, sebelum kami berangkat ke masjid.Aku tak melihat lagi bagaimana ekspresi w
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 88 AπππBiarin, aku sengaja bergurau di depan mantan ibu tiriku untuk membuatnya sadar. Pede banget tadi dia coba rayu-rayu bapak, kukenalkan dia sama wanita yang jauh lebih berkelas dan lebih segalanya baru tahu rasa tuh. Minder minder dah."Kamu nih bercanda terus, gak enak sama Nyonya Kinanti." Bapak menyikut lenganku. Aku nyengir."Duduk Nyonya." Bapak mempersilakan Nyonya Kinanti duduk di bangku yang bersisian dengannya."Terimakasih. Saya senang sama Yuni, karena dia punya selera humor yang tinggi." Nyonya Kinanti berbasa-basi."Ibu ngapain masih di sini? Sana lanjutin kerjaan rumah. Rumah masih belum divacum gitu malah ditinggalin," ketusku pada ibu.Tanpa bicara atau menolak lagi, gegas ia pun ke depan meski dengan wajah yang udah ditekuk."Saya pikir Nyonya dateng agak siang, tahunya pagi-pagi udah sampe aja." Aku membuka obrolan."Iya nih Yun, sengaja saya dateng pagi-pagi, tadinya mau ketemu orang dulu tapi eeh orang yang mau diajak ketemu
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 87 Bπππ"Padahal Inem udah bangunin terus Nya, tapi Bu Halimah ini ngeyel, dirasa tidur di hotel kali," timpal Inem kesal.Semua pekerja rumah memang biasanya ditempatkan tidur di paviliun belakang, makanya Inem tahu alasan hari ini mantan ibu tiriku itu telat masuk ke istana. Ngakunya sih kepala sakit, tapi kata Inem semalaman Ibu nonton tv sampai menjelang pagi. Hmm emang dah gak bener nih orang, andai bukan karena rasa iba dan permintaan bapak kemarin, aku ogah berurusan sama mantan ibu tiriku ini."Tolonglah Yun, rumah ini gede, gak akan sempit walau nanti kami numpang tinggal beberapa bulan aja sampe kaki Mbak sembuh," rengek Mbak Viona kemarin.Aku mengerling malas. Aih, mereka kok malah maksa sih? Kayaknya bener dugaanku deh, mereka datang bukan cuma murni mau minta maaf dan mengakui kesalahan mereka tapi karena mereka ada keinginan tinggal di sini. Buktinya mereka maksa gitu. Heuh kesel."Maaf Mbak, tapi rumah ini gak bisa sembarang asal neri
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 87 AπππJangan-jangan mereka lagi ngefrank nih, mereka itu kan banyak akal bulusnya."Ibu ngaku salah selama ini sama kamu Yuni, Ibu ngaku udah memperlakukan kamu dengan cara enggak baik. Tapi asal kamu tahu Yuni, Ibu udah mendapatkan balasannya. Kamu lihat sendiri sekarang Ibu gimana, Ibu terlunta-lunta, Ibu dan Mbakmu ini persis kayak gembel, diusir dari satu tempat ke tempat lainnya. Kami bener-bener merasakan pembalasan dari perbuatan kami selama ini Yun," tutur Ibu lagi. Wanita itu lalu bangkit sambil terus menatapku lekat, kemudian menggenggam tanganku paksa."Tolong maafkan Ibu Yun, Ibu ingat ceramah seorang ustaz seminggu lalu, katanya perbuatan jahat kita pada anak yatim atau piatu pasti akan mendapatkan balasannya, baik di dunia maupun di akhirat. Ibu takut semua ini adalah azab Yun, karena itu Ibu datang ke sini untuk meminta maaf sama kamu."Aku menarik tanganku kasar saat ibu tak henti-hentinya bicara."Kami tahu kesalahan kami terlalu be