Share

Keputusan Tomi

Penulis: rafanalfa6819
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-05 16:06:42

***

"Katakan, Mas!"

Suara Astri membuat beberapa tetangga melongok keluar. Sementara Handoko nampak meremas ponsel dengan kuat sembari membatin. "Apa maumu, As? Dulu kamu menggugat cerai, sekarang justru ingin kembali?"

"Han, apa istrimu menculik Tirta?" tanya Sumi.

Handoko mendongak. Wajahnya memancarkan kemarahan terlihat jelas dari rahang yang mengatup rapat.

"Aku yang akan membawa Tirta pulang, jangan khawatir, As. Tidak akan kubiarkan anakku mendapat luka yang sama."

Astri melengos. Dia merutuki kebodohannya sendiri karena terlalu lalai pada Tirta. Pikiran Astri sudah terlalu lelah dengan segala permasalahan yang ada sehingga dia sedikit melupakan keselamatan anaknya.

"Kalau sampai Tirta kenapa-kenapa, aku tidak akan memaafkanmu, Mas!"

Handoko mengangguk. Dia meninggalkan halaman rumah Astri dengan sedikit tergesa. Yang ada di dalam pikirannya hanyalah bagaimana caranya bisa membawa Tirta kembali tanpa harus menikah untuk yang kedua kalinya dengan Asvia. Hanya laki-laki bodoh ya
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Pengorbanan Handoko

    ***"Diam, atau kurobek mulutmu!" Tirta terperanjat dan seketika terdiam. Buku kuduknya meremang membayangkan Astri akan bertindak seperti dulu, menganiaya dirinya saat masih menjadi istri Handoko."Semua ini gara-gara kamu! Seharusnya mati saja anak sepertimu, Tirta! Kamu yang menyebabkan Mas Handoko masuk penjara, sialan!"Tirta menangis dalam diam. Berharap ada seseorang yang akan membantunya kabur dari genggaman Asvia."Aku mau pulang," seru Tirta dengan suara bergetar. "Lepaskan aku, Tante.""Diam!"Husain dan Jamilah yang baru saja pulang dari pasar seketika terkejut mendengar tangisan seorang anak di dalam rumahnya. "Apa yang kamu lakukan, Asvia!" Suara Husain terdengar meninggi. Kedua matanya menatap tajam putrinya yang sedang sibuk menekan ponsel dalam genggaman sementara seorang anak laki-laki dia ikat di kursi dengan tangan masing-masing berada di pinggiran kursi. Tirta menangis histeris melihat ada orang lain di rumah Asvia. Dia berharap bisa keluar dari wanita gila itu

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-06
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Kegilaan Asvia

    ***Asvia menoleh. Dia menarik sudut bibirnya dan berjalan melenggok hendak menemui Handoko di depan pintu. Asvia merasa menang, dia pikir Handoko datang kesini karena mau kembali rujuk dengannya."Papa!" teriak Tirta. "Pa, aku mau pulang, hu ... hu ... hu ...."Asvia mencebik. Dia hendak melayangkan tamparan di pipi Tirta tapi Handoko dengan cepat meringsek masuk ke dalam rumah dan mencekal pergelangan tangan mantan istrinya itu."Lepas!" desis Asvia. "Dia pikir hanya dia yang bisa memanggilmu Papa, anakku juga! Dia darah dagingmu, Mas!"Handoko membuang muka. Andai saja kasus dengan Tomi tidak terjadi, mungkin dia tidak akan menyadari semua kesalahan yang sudah dia perbuat. "Jangan sentuh Tirta atau aku menolak kembali menikahimu.""Oh, jadi sekarang kamu berani mengancamku, begitu?""Kenapa tidak? Bukankah kamu ingin kita rujuk karena tidak tahan hidup satu atap dengan benalu?" sindir Handoko melirik Jamilah yang melengos. "Sekali saja aku melihat tubuh anakku lecet, maka aku tidak

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-06
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Luka Tusuk

    ***Handoko menelan ludahnya kasar. Dia bisa melihat ketakutan di wajah Tirta mendapat ancaman yang tidak main-main dari Asvia.Jamilah mencengkeram lengan suaminya dengan gusar. Di rumahnya kini sedang terjadi perhelatan batin antara Asvia dengan masa lalunya. Sedikit saja mereka berbicara salah, maka Tirta yang tidak tahu apa-apa akan menanggung semuanya. "Via, dengarkan Bapak, Nak," pinta Husain lembut."Jangan bicara apapun, Pak!" sela Asvia sengit. "Apa Bapak lupa kalau dulu bahkan suaraku tidak pernah Bapak dengar? Wanita yang berada di samping Bapak itu hampir saja membunuhku. Ya, dia melakukan hal ini pula padaku dulu, apa Bapak percaya dengan ucapanku saat ini?" kata Asvia sinis. Jamilah menggeleng cepat. Wajahnya berubah pucat mendengar Asvia mengungkit masa lalunya yang menyakitkan mendapat perlakuan buruk dari Ibu tirinya saat itu. Tapi dia selalu diam, meredam ketakutannya sendiri karena Husain yang terlanjur kesepian tidak mau kehilangan Jamilah karena membela Asvia ya

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-06
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Harapan Tirta

    ***"Kenapa mereka lama sekali, Hal. Aku takut Mas Tomi kenapa-kenapa," ungkap Gina cemas. Dia berkali-kali meremas jemarinya sendiri dan mondar-mandir di ruang tamu rumah Astri.Mereka sengaja tidak memberi tahu Leha dan Karim karena merasa tidak ingin membebani kedua orang tua yang selama ini sudah banyak menanggung beban masalah anak-anaknya."Duduklah, Mbak. Mas Tomi akan baik-baik saja, lagipula yang mereka hadapi ini wanita, tiga laki-laki melawan satu wanita harusnya menang kan?" Gina menggigit bibir bawahnya dengan gelisah. Dia tidak bisa duduk dengan tenang sebelum memastikan keadaan Suaminya baik-baik saja. Melihat cinta di mata Gina membuat hati Astri terasa nyeri, dia tidak menyangka jika wanita yang akan mendampingi hidup Tomi ke depan adalah Gina, wanita dari masa lalu yang memiliki kenangan kelam."Halimah benar, Nak. Duduklah, semoga mereka berhasil membujuk Asvia dan melepaskan Tirta," kata Sumi mencoba menenangkan. "Jangan cemas, Ibu yakin mereka pasti selamat. Lagi

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-07
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Menegangkan

    ***Handoko mengangguk samar sembari melirik takut pada Astri. Dia terpaksa mengatakan kebohongan karena Tirta yang terus mendesak dirinya agar mau kembali rujuk dengan Astri."Apa yang kamu katakan pada Tirta, Mas?" Suara Astri terdengar tajam dan lantang. Kedua matanya memerah serta napasnya memburu. Dia mengira jika Handoko sedang mengambil kesempatan dari keluguan Tirta. "Sampai kapanpun aku tidak sudi kembali hidup dengan laki-laki sepertimu!""Tenangkan dirimu, Mbak," tegur Halimah cemas. Dia bisa melihat wajah kecewa Tirta ketika Ibunya berteriak memaki Handoko. "Jangan ribut di depan Tirta, itu akan mengganggu mentalnya.""Tapi dia sudah keterlaluan, Hal ....""Hentikan, As. Anakmu mendapat masalah dan kamu masih saja ingin cari ribut disini?" sindir Rukun. Dia menarik pergelangan tangan putrinya dan membawanya keluar dari kamar Tirta."Jangan egois, Astri. Harus berapa kali Bapak katakan kalau Tirta butuh sosok Ayah. Jika kamu masih saja memikirkan dirimu sendiri, maka anakmu

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-07
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Operasi Caesar

    ***"Keadaan cukup darurat, Pak. Silahkan ke bagia administrasi untuk mengurus semuanya."Tomi mengangguk paham. Saat hendak berbalik, Gina mencekal pergelangan tangan suaminya dan menggeleng pelan. Diam-diam rasa takut merayap di hatinya karena melihat Leha dan Karim yang tidak berani mengambil tindakan."Aku paham bagaimana karakter adik iparku, Dek. Dia akan mengerti keadaan Halimah sehingga harus menjalani Operasi Caesar hari ini, lagipula apa ada yang salah dengan melahirkan secara Caesar? Kecuali jika orang-orang terdekat kita mulai terhasut omongan tetangga."Leha menggenggam jemari Karim seraya menunduk. Bukan rahasia lagi jika di kampung mereka wanita yang melahirkan secara Caesar akan mendapat cibiran sedemikian rupa. Gina melirik keki pada kedua mertuanya. Pasalnya dia yakin sekali jika ucapan Tomi sudah keterlaluan dengan menyindir orang tuanya sendiri."Kalau sampai aku tidak bergerak sekarang dan Halimah kenapa-kenapa, aku tidak akan memaafkan diriku sendiri, Dek. Terla

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-08
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Kedatangan Fani

    ***"Kita bisa jalan-jalan bertiga jika kamu mau, Nak. Bagaimana?" tawar Astri pada Tirta. Bocah itu menunduk dalam, air matanya menetes satu per satu membuat Astri semakin kebingungan."Ayolah, Tir. Jangan memaksa Mama melakukan hal yang tidak mungkin kita lakukan.""Kenapa tidak mungkin, As?"Astri melengos. "Apa kamu pikir melupakan penghianatan itu mudah, Mas? Kamu sadar betapa sakit yang sudah kamu ciptakan dulu, hah?""Aku tau! Itu sebabnya aku ingin menebus semua rasa bersalahku, Astri!" Suara Handoko meninggi. Dia benar-benar frustasi melihat Astri yang masih saja pada pendiriannya. "Aku tau jika semua luka yang kamu terima adalah salahku, tapi tidakkah ada satu kesempatan saja untukku memperbaiki semuanya, As?" Astri menutup wajahnya. Dia tidak mau pembahasan ini berlanjut apalagi ada Tirta di depan mereka."Kita bicarakan ini lain kali, Mas.""Aku butuh kepastian, As. Katakan iya maka aku akan datang kembali bersama keluargaku, atau katakan tidak maka ....""Ma ... aku moho

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-08
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Kehilangan Orang Tua

    ***"Bagaimana keadaan istri saya, Dok?"Dokter keluar dari ruang operasi dan menghampiri keluarga Vano. Mereka terlibat obrolan serius, bahkan sesekali Vano meremas rambutnya frustasi."Tenang, Van. Berdoa agar Halimah bisa segera sadar dan kondisinya semakin stabil.""Betul, Pak. Untuk sementara Ibu Halimah akan kami bawa ke ruang ICU, beliau butuh penanganan ekstra dan bayi Bu Halimah sedang dalam perjalanan ke ruang NICU, ketuban keruh membuatnya harus mendapat penanganan yang sama ketatnya dengan Sang Ibu."Vano hanya mengangguk pasrah. Dia bahagia karena anak dan istrinya selamat meskipun keduanya harus mendapat pengawasan dari Dokter. "Terima kasih, Mas. Kalau saja kamu tidak bertindak cepat ....""Sudahlah! Semua baik-baik saja. Doakan agar anak dan istrimu segera stabil."Vano menghela napas berat. Dia sampai melupakan memberi kabar pada kedua orang tuanya saling paniknya. Dengan meminjam ponsel Tomi, dia mengabarkan pada keluarga jika Halimah sudah melahirkan. Betapa bahagi

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-08

Bab terbaru

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Extra Part

    Dikira Miskin (Extra Part) *** Lima bulan kemudian .... "Hai ... lama tidak bertemu, usia berapa kandungan kamu?" Sea menoleh dan mendapati sosok Nando tengah berdiri dengan kedua tangan yang masuk ke dalam saku celana. "Se?" "Ah, maaf, Bang. Aku ... kaget aja tiba-tiba kamu muncul disini," celetuk Sea gugup. "Sendirian, Bang?" "Ya, karena wanita yang hampir menemani masa tuaku ternyata lebih memilih pria lain. Takdir memang selucu itu, Se." Sea membuang muka. Ada perasaan sedih ketika melihat Nando yang masih mengingat dirinya bahkan disaat dia dan Tirta sedang bahagia menanti buah hati mereka lahir. "Maaf, Bang." Nando terkekeh. "Aku baik-baik saja, Sea. Mungkin Tuhan memang melindungi kamu dari pria tua sepertiku." Sea menggeleng samar. Kedua matanya berembun melihat raut putus asa di wajah Nando. "Sudah kukatakan, kamu pasti mendapatkan wanita yang jauh lebih baik, Bang." "Sendirian?" tanya Nando mengalihkan pembicaraan. Sea mengangguk samar, "Mas Tirta sibuk ngurus Caf

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   TAMAT

    Dikira Miskin (TAMAT)***Satu tahun kemudian ...."Pulang dulu, Sayang. Brian pasti nyariin kamu," kata Bagas lembut. Anita mendongak, kedua matanya memerah dengan bekas air mata yang di pipi. "Sebentar lagi ya, Mas. Sebentar saja," rengeknya manja. Jemarinya yang lentik mengusap-usap pusara kedua orang taunya bergantian, lalu beralih pada pusara Haryati yang nampak segar dengan bunga-bunga yang Anita taburkan barusan. "Brian sudah bisa berjalan, Yah. Kalau saja Ayah dan Ibu masih ada ....""Nit ...." Suara Bagas mengambang di udara. Kehilangan adalah hal yang paling menakutkan baginya. "Biarkan mereka semua tenang di alam sana. Ayo pulang!"Anita bergeming. Matanya semakin sembab karena sudah hampir satu jam ia menangis di pusara tiga orang tercintanya. Haryati sengaja di kuburkan tepat di samping anak dan menantunya. "Semua terasa begitu cepat, Mas.""Takdir Tuhan adalah misteri, apalagi kematian ... semua tidak ada yang tahu sampai kapan batas usia mereka, Sayang. Berhenti berse

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Menjelang Tamat

    ***"Darimana kamu tahu kalau Bang Nando menaruh hati pada Sea, Sayang?"Anita mengedikkan bahu. Dia bangkit dan berjalan menjauhi Bagas yang saat ini nampak cengo karena keterkejutannya barusan."Anita ...," pekik Bagas tertahan mengingat sekarang dia sedang berada diantara banyak tamu undangan.Anita menghentikan langkah dan bergelayut manja di lengan Halimah. Wanita cantik itu sekarang tidak segan-segan untuk memeluk mertuanya karena selama ini Halimah memang mencurahkan perhatiannya pada Anita."Bawa Anita pulang, Gas. Dia pucat sekali," ucap Halimah panik. Dia mengusap-usap pipi menantunya dengan lembut. "Pulanglah, acaranya mungkin akan selesai agak malam. Kamu istirahat saja, biar Ibu yang menjelaskan pada Sea nanti."Anita mengangguk patuh. Dia mengikuti langkah Bagas dengan jemari yang saling bertaut. Acara pernikahan Sea memang di adakan di sebuah hotel ternama, perjalanan untuk pulang ke rumah mereka pun menempuh waktu sekitar dua puluh menit."Kamu belum menjawab pertanyaa

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Kondangan, yuk!

    ***"Nit, kami ...."Anita beralih menatap Tomi dan Gina. Sorot matanya penuh selidik sampai suara Sea membuatnya tiba-tiba terpekik dan berjingkrak bahagia seperti gadis kecil yang mendapat mainan. "Kami ... sebentar lagi akan menikah.""Hah? Serius, kalian ... tidak lagi membohongi aku kan?"Sea menggeleng. Dia merentangkan tangan untuk menyambut tubuh Anita, sahabat yang paling baik yang ia punya selama ini. Sea dan Tirta tertawa ketika Anita jingkrak-jingkrak senang dengan kabar yang ia dengar."Kamu membuatku takut, Se!" Anita mengusap air mata sambil memeluk Sea. "Kalian ... akhirnya. Ya Tuhan!" Anita kembali memekik bahagia. Dia mengurai pelukan dan berlari menuju Gina. Tanpa aba-aba lagi, kedua wanita beda generasi itu saling memeluk dan menangis lirih. Betapa Tomi merasa haru dengan suasana di depan matanya. Siapa sangka, restu yang ia berikan justru memberikan kebahagiaan bagi banyak orang, tidak hanya Sea dan Tirta. "Kami sudah lelah menangis, Nit. Ayolah, kalau kamu masi

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Berhasil melewati Batu Terjal

    ***"Brengsek! Berani-beraninya dia ngusir kita, Mas?!" jerit Nayna marah. Bibirnya mengerucut sembari satu tangan mengusap dahi yang mulai berpeluh. "Harusnya kamu bisa tegas sama istrimu itu, Mas! Bagaimanapun kamu adalah kepala keluarga, jangan lembek gini dong!" Suara Nayna semakin membuat kepala Rayan berdenyut nyeri. "Diam, Nay!""Kenapa kamu malah bentak aku? Harusnya kamu bentak saja di Prisa yang kurang ajar itu!""Semua ini salah kamu! Murahan! Kamu bisa kan bersikap baik di depan Prisa bukan malah menyulut pertengkaran seperti ini!""Ya, ya! Salahkan saja aku terus, Mas! Bela wanita mandul yang tidak berguna itu! Aku muak melihat sikapmu yang lemah di depan Prisa!"Plak ....Nayna memegang pipi kanannya yang terasa panas. Tidak ada air mata melainkan hanya kemarahan yang bersarang di dadanya saat ini. "Tampak! Tampar yang banyak kalau perlu bunuh sekalian bayimu ini! Pria miskin! Aku menyesal mau mengakui anak ini sebagai darah dagingmu!"Rayan mengusap wajahnya kasar. Pe

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Kamu menang, Tirta!

    ***Tirta dan Sea bergeming. Ucapan Tomi membuat rasa percaya diri Tirta yang sempat tumbuh terasa dihempas begitu saja. Ternyata, setelah bisa mendapatkan kembali hati Sea, ia harus melalui satu jalan lagi yaitu Tomi dan Gina. "Ada banyak pria di luaran sana, Sea! Kamu cantik, mandiri dan ... kamu bisa mencari pria lain tanpa harus terjebak dengan pria yang sama!" ucap Tomi marah. "Kamu lupa ... dia bahkan rela memohon agar wanita yang sudah membuatmu celaka itu bebas. Jangan bodoh!"Sea menunduk. Bodoh! Ya, dia memang sudah bodoh karena setelah berbulan-bulan terlewati, perasaannya pada Tirta terus saja tumbuh tanpa sedikitpun berkurang. Gina mengusap lengan Tomi dengan lembut. Kedua matanya menatap Sea dengan nanar. Putri yang ia anggap sudah melupakan Tirta ternyata masih memiliki perasaan yang begitu besar untuk pria itu."Dia sudah membuatmu terluka, Se. Apa kamu pikir Ayah akan melepaskanmu dengan pria yang sudah pernah membuatmu kecewa?""Yah ....""Tidak!" sahut Tomi tegas.

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Hamka Mundur

    ***Sea dan Tirta terlonjak. Wanita itu mengurai pelukan saat kedua matanya mulai terbuka dan mendapati sosok Freya berdiri di ambang pintu dengan air muka kebingungan."Fre mau ikut peluk," ucapnya polos. Sea merentangkan tangan dan menghambur di pelukan Sea. Bibirnya terus mengukir senyum seolah-olah dua pasangan di depannya bukanlah sebuah ancaman bagi Papanya. "Ini siapa, Tante? Papa ...." Freya memanggil Hamka ketika pertanyaannya tidak kunjung mendapat jawaban dari mulut Sea. "Ayo, sini! Kita pelukan sama-sama!"Brenda membuang muka. Sedikit banyak dia mulai mengerti apa yang sedang terjadi di depan matanya. Melihat Freya yang begitu dekat dengan Sea sudah memberikan jawaban atas pertanyaan Brenda pada Hamka tadi."Kalian ... di-- dia kenal Sea?" tanya Brenda terbata. "Kalian ... sudah saling mengenal?"Hamka mengangguk sambil tersenyum tipis. Pria itu melangkah mendekati Freya dan meninggalkan Brenda di depan toko dengan rasa cemas yang luar biasa."Hai ...," sapa Hamka. "Maaf

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Pupus Harapan Freya

    ***"Se, tolong dengarkan aku!" pinta Tirta memelas. Dia melangkah mendekati Sea yang memunggunginya sembari menutup telinga dengan dua tangan seakan-akan tidak ada yang ingin dia dengarkan dari mulut Tirta. "Aku datang hanya ingin menjelaskan semuanya. Setelah itu semua keputusan terserah padamu. Aku ... hanya ingin meminta maaf atas semua rasa kecewa yang kamu rasakan.""Untuk apa meminta keputusan dariku, Mas? Bukankah kamu sudah memutuskan semuanya sendiri? Kamu lebih memilih wanita itu daripada aku yang ... aku yang tidak sedang mengandung anakmu!" "Dia bukan anakku, Sea!""Dan aku tidak peduli!" teriak Sea. Air matanya berlomba-lomba untuk meluncur bebas ke pipi. "Anakmu atau bukan, yang jelas kamu sudah memilih Nayna daripada aku! Dan itu ... sudah cukup membuatku paham jika nama Nayna berada di posisi tertinggi dalam hatimu."Tirta menunduk. Langkahnya terhenti ketika Sea sudah berada tepat di depan matanya. "Bahkan setelah melukai hatiku berkali-kali, kamu datang dengan wani

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Awal Kehancuran Nayna

    ***"Mana sarapan untukku?"Nayna duduk di kursi makan dengan melipat tangan. Persis seperti seorang anak kecil yang sedang menunggu sarapannya tersaji."Coba ulangi lagi!"Nayna mendengus kesal. "Ck! Jangan cari gara-gara ya, Mbak. Ini masih pagi, mood ku juga sedang buruk, kamu nggak mau kan kalau sampai aku ngadu ke Mas ....""Kamu pikir aku takut?""Ouh, jadi nantangin? Kamu mau tau siapa yang akan dipilih oleh suami kamu, begitu?" angkuh Nayna. "Lihat! Di perutku ada kehidupan lain, dia yang bertahun-tahun lamanya sangat diinginkan oleh Mas Rayan, yakin kalau aku merajuk dia bakalan lepas kamu begitu saja?"Wanita yang usianya jauh lebih tua di banding Nayna itu tertawa sumbang. Ya, tidak mengelak jika hadirnya seorang bayi adalah keinginan dia dan Rayan selama bertahun-tahun menjalani biduk rumah tangga. Tapi tidak dengan bayi dalam hubungan yang kotor. Rayan sudah mencurangi pernikahan mereka."Kenapa diam,

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status