“Kalau memang dia adalah wanita itu, apa yang akan kamu lakukan, Rein? Dan kalaupun bukan, apa yang akan kamu lakukan kepada Anya?”
Dua pertanyaan yang dilontarkan Austin, membuat Reinhard terdiam lebih lama. Ia menatap kosong ke arah lantai, bergelut dengan perasaannya yang campur aduk.
“Ini tidak adil bagi Anya, Rein.”
Satu kalimat terakhir yang ditinggalkan Austin setelah istrinya dipindahkan ke ruang rawat inap, masih terngiang di dalam benak Reinhard. Ia tahu Austin benar—apa pun kenyataannya, Anya adalah istrinya saat ini.
Namun, bayang-bayang Alicia masih menghantui pikirannya dan ia telah terjebak di dalam perasaannya. Tidak mudah baginya untuk mengabaikan hal itu.
“Apa yang aku lakukan seandainya dia memang adalah Alicia?”
Pertanyaan serupa seperti itu berulang kali menggema di dalam pikiran Reinhard. Ia menyadari jika ia juga tidak memiliki jawaban pasti akan hal tersebut.
Satu hal yang terlintas di dalam benak Reinhard hany
“Kamu … sudah sadar rupanya,” gumam pria itu dengan suara serak setelah terbangun.“Y-ya,” sahut Alicia seraya mengangguk pelan.Kening Reinhard mengernyit saat mendengar nada suara Alicia yang masih terdengar lemah. Ia pun bergegas bangkit dari sofa dan menghampirinya.“Apa kamu masih merasa ada yang tidak nyaman?” tanya Reinhard, khawatir.Namun, Alicia hanya menggeleng. Ia masih memunggungi pria itu, berharap Reinhard tidak melihat wajahnya yang masih basah oleh jejak air mata. Ia mengigit bibir bawahnya kuat-kuat, khawatir suara isak tangisnya lolos tanpa terkendali.Keheningan menyelimuti ruangan selama beberapa detik hingga terdengar suara dehaman keras dari Reinhard yang berusaha melegakan tenggorokannya yang kering. Reinhard merasa ada yang salah dengan istrinya.Wanita itu masih berdiri mematung di tempatnya. Melihat punggung dingin istrinya itu, ia pun berjalan lebih dekat, mengulurkan tangannya, lalu menyentuh pundaknya dengan lembut.Tindakan Reinhard membuat Alicia tersen
Dulu Alicia memang selalu mencari cara untuk menarik perhatian Reinhard, tetapi tidak pernah berhasil. Namun, sekarang tiba-tiba saja pria itu peduli padanya setelah ia tidak lagi berminat untuk menaruh perasaan padanya.Alicia tidak tahu harus memasang wajah apa untuk menanggapi sikap suaminya saat ini. Namun, jauh di dalam lubuk hatinya, ia sangat senang karena Reinhard akhirnya menunjukkan perhatian yang selama ini ia harapkan.Hanya saja, di balik perasaan senangnya, ada kebingungan besar yang menghantui Alicia. Mengapa Reinhard tiba-tiba berubah? Apa yang sebenarnya pria itu inginkan? Apakah ini nyata dan tulus?Kedua tangan Alicia terkepal erat, menahan perasaan yang sedang membuncah di dalam dadanya. Dengan sorot mata tertuju dalam kepada Reinhard, ia pun memberanikan diri untuk bertanya, “Apa kamu … marah karena cemburu, Rein?”Ketegangan di sekeliling ruangan pun meningkat karena pertanyaan itu. Reinhard juga terdiam selama beb
“Aku hanya kebetulan bertemu Iris di depan hotel dan dia kebetulan juga diundang ke acara itu. Dari awal aku tidak berpikir untuk membawa pasangan karena aku ke sana hanya untuk bersosialisasi saja. Bukan untuk memamerkan kemesraan dengan siapa pun.”Alicia mendengarkan penjelasan Reinhard dalam diam. Ia pun menyadari jika semua hanyalah kesalahpahaman yang terjadi akibat ketidakpercayaannya terhadap Reinhard. Kecemburuannya yang telah menguasai pikirannya dan membuatnya bertindak tanpa berpikir panjang.Meskipun Alicia kini menyadari bahwa kecemburuannya mungkin berlebihan, perasaan itu masih melekat kuat di dalam hatinya.Pemandangan Reinhard dan Iris yang bersama di pesta masih membayang di benaknya, terutama bagaimana mereka terlihat begitu cocok berdampingan membuatnya sulit untuk percaya jika Reinhard tidak pernah tertarik sedikit pun kepada wanita itu."Padahal aku pikir tidak perlu menjelaskan masalah seperti ini," lanjut Reinhard, kini menatap Alicia dengan tatapan yang lebih
Alicia pun menceritakan awal pertemuannya dengan Jason dan alasan kedatangannya semalam ke hotel kepada Reinhard. Tidak ada lagi yang Alicia tutupi mengenai hal tersebut agar kesalahpahaman mereka benar-benar terselesaikan.Selama mendengarkan ceritanya, raut wajah Reinhard berubah sangat dingin. Pria itu merasa ada sesuatu hal yang mencurigakan dari sosok Jason Hughes tersebut. Firasatnya sebagai seorang lelaki mengatakan jika Jason memang memiliki ketertarikan terhadap istrinya. “Nyalimu benar-benar besar, Anya. Bisa-bisanya kamu menerima tawaran orang asing," ucap Reinhard, berusaha menahan diri untuk menjaga kestabilan emosinya dalam berhadapan dengan wanita itu.“Kamu lupa? Aku juga menerima tawaranmu untuk menikah?” Alicia membalas, tidak ingin disalahkan.“Hal itu dan hal ini adalah dua hal yang berbeda, Anya,” jawab Reinhard.“Tapi, dia baik kok walau sempat menyebalkan di awal.” Alicia masih membela pria itu.Mendengarnya saja, telinga Reinhard terasa panas. “Tidak ada orang
“Apa Divine dan Helios sudah menjalin kontrak kerja sama?”Reinhard mengangkat satu alis, matanya memperhatikan gerak-gerik Alicia dengan penuh curiga saat mendengar pertanyaannya yang mendadak dilontarkan oleh istrinya tersebut. “Ada apa? Kenapa tiba-tiba kamu tertarik dengan masalah seperti ini?” tanyanyaAlicia merasa sedikit terpojok oleh tatapan tajam Reinhard, tetapi ia mencoba bersikap santai dengan berdeham pelan. “Tidak. Aku hanya menebak kalau kamu datang ke acara itu karena ingin menjadikan Helios sebagai mitra kerja Divine.”Melihat Reinhard tetap diam, Alicia menyadari jika dirinya mungkin sudah bertanya terlalu jauh. Padahal ia hanya ingin memastikan hubungan antara Divine dan Helios, tetapi sepertinya Reinhard menangkap sesuatu yang lain dari pertanyaannya.Setelah keheningan beberapa saat, Reinhard akhirnya berbicara lagi, tetapi kali ini dengan nada yang lebih tajam dan penuh selidik. “Bukan karena kamu tertarik dengan si gondrong itu?” tanyanya dengan curiga.Alicia
"Kenapa kamu membuangnya?" Alicia pun mengajukan protesnya, melototi Reinhard dengan tajam. Namun, denga wajah acuh tak acuh, Reinhard menjawab, “Gaun itu sudah kotor dan juga tidak cocok untukmu." “Kalaupun kotor juga tidak harus dibuang dong, Rein,” gerutu Alicia, masih tidak bisa menerima alasan Reinhard. Akan tetapi, diam-diam Reinhard malah tersenyum puas melihat kekesalan istrinya. Semalam, setelah perawat rumah sakit membantunya menggantikan pakaian istrinya yang sangat terbuka itu, tanpa pikir panjang Reinhard langsung membuang gaun tersebut. Reinhard akui bahwa istrinya sangat cantik dan seksi dalam balutan gaun yang dikenakannya semalam. Hanya saja Reinhard sangat tidak suka melihat wanitanya memakai pakaian pemberian laki-laki lain! “Padahal aku harus mengembalikannya kepada Elisa,” sungut Alicia lebih lanjut. Senyuman Reinhard pun memudar. “Gaun itu dari Elisa?” tanyanya seraya menutupi rasa kagetnya. Alicia mengangguk, matanya masih menunjukkan kekesalan. “Y
Reinhard meletakkan laporan di tangannya sambil menghela napas pelan, pikirannya masih sibuk mencerna informasi yang baru diterimanya. Pandangannya pun tertuju kepada asistennya.“Owen, apa tidak ada hal yang terlewatkan dari pemeriksaan ini?”Owen pun memandang Reinhard melalui kaca spion. "Saya sudah memeriksa semua rekaman CCTV hotel dan melakukan analisis berdasarkan laporan dari Dokter Austin, Tuan Muda. Sampai saat ini, semua bukti menunjukkan bahwa Nyonya memang mengalami reaksi alergi terhadap kandungan buah persik yang ada di dalam dessert,” jawabnya.Melihat ekspresi Reinhard yang masih tampak tidak puas, Owen melanjutkan, "Tapi… jika Anda merasa ada sesuatu yang terlewatkan, saya bisa melakukan penyelidikan lebih lanjut. Mungkin saja memang ada hal lain yang perlu diteliti lagi."Reinhard menatap Owen tajam dari kursi belakang, matanya menyipit seolah menelaah kembali setiap detail yang sudah disampaikan oleh asistennya tersebut."Saya tidak meragukan hasil penyelidikanmu, O
“Bibiku?” Suara Rayden terdengar kaget di ujung teleponnya. Anak laki-laki itu sempat mengira Reinhard salah bicara. “Maksud Paman … Tante Alicia?”“Benar, Ray,” jawab Reinhard dengan lugas.Rayden terdiam sesaat, seolah sedang mencerna apa yang baru saja didengarnya. “Ada apa dengan Tante Alicia, Paman? Bukankah Paman sudah tahu kalau Tante sudah ….”Kalimat Rayden tergantung. Reinhard tahu jika anak laki-laki itu berusaha menata emosinya. Kepergian Alicia telah meninggalkan duka yang mendalam bagi keluarga Lorenzo, tidak terkecuali Rayden.“Maaf, Paman tidak bermaksud mengingatkan kesedihanmu. Tapi, ada sesuatu yang ingin Paman pastikan,” ujar Reinhard, mencoba menghibur putra Regis tersebut.Sebenarnya Reinhard ingin bertanya langsung kepada Regis mengenai Alicia. Namun, ada banyak pertimbangan di dalam benaknya.Reinhard tahu jelas, sebagai kakak dari Alicia, Regis tentunya memiliki informasi yang lebih akurat. Akan tetapi, Reinhard tahu
“Jaga dirimu. Jangan bekerja terlalu lelah,” gumam Alicia, masih enggan melepaskan pelukannya.“Ya,” jawab Reinhard dengan singkat. Ia tidak mampu mengucapkan apa pun lagi.Suara pemberitahuan keberangkatan kembali bergema. Panggilan terakhir keberangkatan itu akhirnya memaksa mereka untuk saling melepaskan pelukan. Namun, keduanya masih saling bersitatap penuh keengganan.Reinhard menyeka air mata yang masih membasahi pipi Alicia dengan lembut. "Sudahlah, jangan menangis lagi. Aku ingin lihat senyumanmu," ujarnya pelan.Alicia menarik napas panjang, mencoba menguasai perasaannya. Ia memaksakan seulas senyuman di wajahnya, meski hatinya terasa sangat perih.“Bagus,” puji Reinhard dengan nada hangat. Ia mengusap puncak kepala Alicia dengan penuh kasih, lalu melanjutkan, “Aku ingin kamu selalu tetap tersenyum walaupun aku berada jauh dariku. Mengerti?”Alicia tahu bahwa Reinhard berusaha menguatkan hatinya. Perpisahan ini memang cukup berat untuknya, tetapi ia tidak ingin membuat Reinha
“Aku tidak akan meragukannya asalkan dia bisa menunjukkan semuanya dalam tindakan yang selayaknya seorang pria sejati, bukan hanya dengan kata-kata bullshit ataupun tindakan yang didasari oleh hawa nafsu saja.”Sindiran tajam yang dilontarkan oleh Regis membuat Reinhard terdiam. Dengan senyum kecil yang nyaris tidak terlihat, ia menanggapi dengan tenang, “Terima kasih sudah mengingatkanku. Tapi, aku rasa kamu tidak perlu terlalu khawatir tentang hal itu. Aku tidak akan pernah menyia-nyiakan Alicia.”Seringai kecil yang terkesan remeh menghiasi wajah Regis. “Baiklah. Aku ingin lihat apakah nanti kamu mampu membuktikan kalau kamu pantas untuknya,” timpalnya.Kening Alicia mengerut, memandang kedua lelaki itu secara bergantian. Seperti yang diduga sebelumnya, Reinhard dan Regis memang memiliki kesepakatan yang tidak diketahuinya.Meskipun rasa ingin tahu Alicia semakin besar, tetapi ia tahu kedua pria itu tidak akan memberikan jawaban yang diinginkannya meskipun mempertanyakannya kepada
Ciuman Reinhard semakin lama semakin memburu hingga Alicia sedikit kewalahan untuk membalasnya. Namun, Alicia merasa sangat bahagia dan terhanyut dalam setiap sentuhan penuh kasih yang diberikan Reinhard.Tidak ada lagi rasa takut ataupun keraguan yang menghantuinya. Hati Alicia terasa penuh saat Reinhard memperdalam ciumannya, seperti sebuah ungkapan cinta yang sangat mendalam dan menenggelamkannya dalam kenikmatan yang sulit untuk dilukiskan dengan kata-kata.Beberapa saat kemudian, Reinhard membopong tubuh Alicia sehingga Alicia dapat mendengar detak jantungnya dan Reinhard yang menyatu dalam satu irama.Tanpa melepaskan ciuman mereka, Reinhard membawanya menuju ke medan peraduan cinta mereka, lalu beberapa saat kemudian Alicia merasakan tubuhnya telah berada di atas ranjang empuk.Saat tautan bibir mereka saling melepas, Alicia membuka matanya dan bertemu pandang dengan sorot mata penuh cinta dari Reinhard. Kehangatan yang terpancar dari mata pria itu membuat jantungnya berdebar h
Reinhard terdiam selama beberapa saat. Napasnya terasa tercekat. Ia tak percaya dengan apa yang baru saja Alicia katakan. Ajakan itu begitu tiba-tiba dan terlalu berani, membuat pikirannya seketika diselimuti gairah yang tak terkendali.Walaupun Reinhard sering mendengar pengakuan cinta dari Alicia, tetapi pernyataan yang didengarnya saat ini adalah ajakan yang terkesan sangat menantang dan sulit baginya berpikir ke arah yang positif untuk merespon ajakan tersebut.“Alicia, apa kamu sadar apa yang baru saja kamu katakan?” tanya Reinhard seraya memutar tubuhnya menghadap Alicia.Rona merah masih menghiasi kedua belah pipi Alicia. Ia tertunduk dalam sembari menggigit bibir bawahnya dengan erat untuk meredam kegugupannya.Reinhard mencengkeram lengan Alicia dengan lembut. Ia memiringkan sedikit wajahnya agar bisa melihat jelas ekspresi istrinya tersebut. “Sayang, kamu─”“Tentu saja aku sadar. Aku ingin melakukannya denganmu sebelum pergi. Karena aku tidak tahu kapan lagi bisa bertemu nant
“Duduklah,” titah Reinhard yang telah menarikkan sebuah kursi untuk istrinya.Alicia pun duduk di kursi tersebut, lalu Reinhard kembali ke tempat duduknya yang berada di samping wanita itu.“Semalam kamu pasti tidak makan dengan baik,” ujar Reinhard dengan sorot mata yang terlihat khawatir.Alicia teringat kembali dengan perdebatan yang terjadi di antara Reinhard dengan Regis yang merusak selera makannya malam itu. Rasa ingin tahunya akan hasil akhir dari pembicaraan kedua pria itu pun menyusup ke dalam benaknya dan ia berniat untuk mempertanyakannya.Namun, sebelum ia sempat melakukannya, Reinhard telah memberikan setangkup roti panggang yang telah diolesi selai ke atas piring Alicia.“Makanlah,” ucap pria itu.Alicia mengangguk kecil seraya mengambil roti tersebut, tetapi tidak langsung memakannya. Ia hanya mengamati Reinhard yang masih sibuk mengolesi roti panggang yang lain dan tindakannya tersebut tidak luput dari pandangan Reinhard.“Ada apa? Kenapa kamu tidak makan? Kamu masih
Setelah membersihkan diri, Alicia keluar dari kamar mandi. Ia hanya mengenakan kimono tidur yang tersedia di kamar hotel.Rambut basahnya dibiarkan tergerai, meneteskan sisa air yang belum sempat mengering sepenuhnya. Ia melangkah ke ruang makan di mana Reinhard telah menunggunya.Namun, langkahnya terhenti saat mendengar suara pembawa berita yang terdengar dari televisi yang menyala di ruang tengah. Mata Alicia langsung tertuju pada cuplikan pabrik Mirage yang dipasangi garis polisi, dengan beberapa petugas membawa dokumen dan barang bukti keluar dari gedung tersebut.Berita mengenai pabrik Mirage yang disegel oleh pihak berwenang atas penyelidikan dugaan penggunaan bahan yang tidak sesuai dengan standar keamanan dan kesehatan terpampang jelas pada layar televisi tersebut.Kamera televisi tersebut juga menyorot kediaman keluarga Stein, yang tampak dikelilingi oleh mobil polisi dan kerumunan wartawan yang mencoba mendapatkan pernyataan dari pihak keluarga.Wajah Miranda tersorot kamer
Pagi itu, sinar matahari menyusup di sela-sela tirai, menerpa wajah Alicia yang masih terlelap. Perlahan, matanya terbuka, lalu mengerjap beberapa kali untuk menyatukan kesadarannya.Tatapannya tertuju pada langit-langit kamar yang asing, lalu suara gumaman pun meluncur dari bibirnya, ia bergumam, “Ini … aku masih di hotel?”Kilasan ingatan tentang pertemuannya dengan Regis kembali berkelebat di dalam benaknya. Kekhawatiran pun terlukis di wajahnya. Netra birunya dengan cepat mengabsen sekelilingnya, tetapi ia tidak melihat bayangan siapa pun di sekitarnya.Tanpa pikir panjang, Alicia melompat turun dari ranjang, mengenakan sandal hotel, dan berjalan tergesa keluar dari ruangan. Namun, di saat yang bersamaan Reinhard juga berjalan masuk ke dalam kamar tersebut sehingga mereka bertabrakan di ambang pintu.Alicia kehilangan keseimbangan dan limbung ke belakang. Untungnya, Reinhard berhasil meraih pinggangnya dengan cepat dan menahannya agar tidak terjatuh.Alicia mendongak dengan mata te
Kepalan tangan Reinhard semakin mengetat. Ia tahu maksud Regis dan tidak memiliki pilihan lain selain menyanggupinya. Walau bagaimanapun, Reinhard memang harus menyelesaikan urusan dengan ayahnya. “Aku mengerti,” jawab Reinhard lebih lanjut. “Baguslah,” timpal Regis seraya tersenyum puas. “Besok aku─” “Besok kamu pulang sendiri saja dulu,” sela Reinhard dengan tegas, membuat ekspresi Regis menggelap seketika. "Apa maksudmu, Xavier?" tanya Regis, suaranya kini lebih rendah, menyiratkan kemarahannya. Reinhard tersenyum dengan tenang. Ia menatap Regis dengan pandangan yang tak tergoyahkan. "Kalau kamu memaksa Alicia pulang, aku yakin dia akan membangkang. Jadi, aku yang akan mengantarkannya nanti,” jawabnya. Regis menyipitkan matanya, menunjukkan keberatannya atas keputusan Reinhard tersebut. "Kamu pikir kamu punya hak untuk menentukan seperti itu?" tanyanya dengan dingin. “Secara hukum aku adalah suaminya dan tentu saja ak
“Mau itu hanya rumor atau bukan, aku tetap akan membawa Alicia kembali bersamaku.” Setelah mengatakan hal itu, Regis berbalik badan dan melangkah pergi─tidak memberikan Reinhard kesempatan untuk menanggapi. Namun, Reinhard tidak membiarkannya pergi begitu saja. Ia bergegas menghentikannya dan menarik lengannya, tetapi dengan cepat pula, Regis melayangkan kepalan tinjunya ke arah Reinhard. Sayangnya, serangan Regis meleset dan hanya mengenai sedikit pipi Reinhard, membuatnya terhuyung mundur beberapa langkah. Tidak berhenti sampai di sana, Regis kembali melakukan serangan berikutnya. Dibandingkan membalas serangan, Reinhard memilih untuk mengelak. Meskipun serangan Regis sangat gesit, tetapi Reinhard bisa menghindar dengan cepat. Hanya saja akhirnya pukulan Regis mengenai lengan kiri Reinhard saat Reinhard menahan serangannya. Seketika rasa sakit dari luka yang belum sepenuhnya pulih itu pun menjalar. Reinhard meringis sembari menggertakkan giginya. Regis, yang menyadari kelemah