Dulu Alicia memang selalu mencari cara untuk menarik perhatian Reinhard, tetapi tidak pernah berhasil. Namun, sekarang tiba-tiba saja pria itu peduli padanya setelah ia tidak lagi berminat untuk menaruh perasaan padanya.Alicia tidak tahu harus memasang wajah apa untuk menanggapi sikap suaminya saat ini. Namun, jauh di dalam lubuk hatinya, ia sangat senang karena Reinhard akhirnya menunjukkan perhatian yang selama ini ia harapkan.Hanya saja, di balik perasaan senangnya, ada kebingungan besar yang menghantui Alicia. Mengapa Reinhard tiba-tiba berubah? Apa yang sebenarnya pria itu inginkan? Apakah ini nyata dan tulus?Kedua tangan Alicia terkepal erat, menahan perasaan yang sedang membuncah di dalam dadanya. Dengan sorot mata tertuju dalam kepada Reinhard, ia pun memberanikan diri untuk bertanya, “Apa kamu … marah karena cemburu, Rein?”Ketegangan di sekeliling ruangan pun meningkat karena pertanyaan itu. Reinhard juga terdiam selama beb
“Aku hanya kebetulan bertemu Iris di depan hotel dan dia kebetulan juga diundang ke acara itu. Dari awal aku tidak berpikir untuk membawa pasangan karena aku ke sana hanya untuk bersosialisasi saja. Bukan untuk memamerkan kemesraan dengan siapa pun.”Alicia mendengarkan penjelasan Reinhard dalam diam. Ia pun menyadari jika semua hanyalah kesalahpahaman yang terjadi akibat ketidakpercayaannya terhadap Reinhard. Kecemburuannya yang telah menguasai pikirannya dan membuatnya bertindak tanpa berpikir panjang.Meskipun Alicia kini menyadari bahwa kecemburuannya mungkin berlebihan, perasaan itu masih melekat kuat di dalam hatinya.Pemandangan Reinhard dan Iris yang bersama di pesta masih membayang di benaknya, terutama bagaimana mereka terlihat begitu cocok berdampingan membuatnya sulit untuk percaya jika Reinhard tidak pernah tertarik sedikit pun kepada wanita itu."Padahal aku pikir tidak perlu menjelaskan masalah seperti ini," lanjut Reinhard, kini menatap Alicia dengan tatapan yang lebih
Alicia pun menceritakan awal pertemuannya dengan Jason dan alasan kedatangannya semalam ke hotel kepada Reinhard. Tidak ada lagi yang Alicia tutupi mengenai hal tersebut agar kesalahpahaman mereka benar-benar terselesaikan.Selama mendengarkan ceritanya, raut wajah Reinhard berubah sangat dingin. Pria itu merasa ada sesuatu hal yang mencurigakan dari sosok Jason Hughes tersebut. Firasatnya sebagai seorang lelaki mengatakan jika Jason memang memiliki ketertarikan terhadap istrinya. “Nyalimu benar-benar besar, Anya. Bisa-bisanya kamu menerima tawaran orang asing," ucap Reinhard, berusaha menahan diri untuk menjaga kestabilan emosinya dalam berhadapan dengan wanita itu.“Kamu lupa? Aku juga menerima tawaranmu untuk menikah?” Alicia membalas, tidak ingin disalahkan.“Hal itu dan hal ini adalah dua hal yang berbeda, Anya,” jawab Reinhard.“Tapi, dia baik kok walau sempat menyebalkan di awal.” Alicia masih membela pria itu.Mendengarnya saja, telinga Reinhard terasa panas. “Tidak ada orang
“Apa Divine dan Helios sudah menjalin kontrak kerja sama?”Reinhard mengangkat satu alis, matanya memperhatikan gerak-gerik Alicia dengan penuh curiga saat mendengar pertanyaannya yang mendadak dilontarkan oleh istrinya tersebut. “Ada apa? Kenapa tiba-tiba kamu tertarik dengan masalah seperti ini?” tanyanyaAlicia merasa sedikit terpojok oleh tatapan tajam Reinhard, tetapi ia mencoba bersikap santai dengan berdeham pelan. “Tidak. Aku hanya menebak kalau kamu datang ke acara itu karena ingin menjadikan Helios sebagai mitra kerja Divine.”Melihat Reinhard tetap diam, Alicia menyadari jika dirinya mungkin sudah bertanya terlalu jauh. Padahal ia hanya ingin memastikan hubungan antara Divine dan Helios, tetapi sepertinya Reinhard menangkap sesuatu yang lain dari pertanyaannya.Setelah keheningan beberapa saat, Reinhard akhirnya berbicara lagi, tetapi kali ini dengan nada yang lebih tajam dan penuh selidik. “Bukan karena kamu tertarik dengan si gondrong itu?” tanyanya dengan curiga.Alicia
"Kenapa kamu membuangnya?" Alicia pun mengajukan protesnya, melototi Reinhard dengan tajam. Namun, denga wajah acuh tak acuh, Reinhard menjawab, “Gaun itu sudah kotor dan juga tidak cocok untukmu." “Kalaupun kotor juga tidak harus dibuang dong, Rein,” gerutu Alicia, masih tidak bisa menerima alasan Reinhard. Akan tetapi, diam-diam Reinhard malah tersenyum puas melihat kekesalan istrinya. Semalam, setelah perawat rumah sakit membantunya menggantikan pakaian istrinya yang sangat terbuka itu, tanpa pikir panjang Reinhard langsung membuang gaun tersebut. Reinhard akui bahwa istrinya sangat cantik dan seksi dalam balutan gaun yang dikenakannya semalam. Hanya saja Reinhard sangat tidak suka melihat wanitanya memakai pakaian pemberian laki-laki lain! “Padahal aku harus mengembalikannya kepada Elisa,” sungut Alicia lebih lanjut. Senyuman Reinhard pun memudar. “Gaun itu dari Elisa?” tanyanya seraya menutupi rasa kagetnya. Alicia mengangguk, matanya masih menunjukkan kekesalan. “Y
Reinhard meletakkan laporan di tangannya sambil menghela napas pelan, pikirannya masih sibuk mencerna informasi yang baru diterimanya. Pandangannya pun tertuju kepada asistennya.“Owen, apa tidak ada hal yang terlewatkan dari pemeriksaan ini?”Owen pun memandang Reinhard melalui kaca spion. "Saya sudah memeriksa semua rekaman CCTV hotel dan melakukan analisis berdasarkan laporan dari Dokter Austin, Tuan Muda. Sampai saat ini, semua bukti menunjukkan bahwa Nyonya memang mengalami reaksi alergi terhadap kandungan buah persik yang ada di dalam dessert,” jawabnya.Melihat ekspresi Reinhard yang masih tampak tidak puas, Owen melanjutkan, "Tapi… jika Anda merasa ada sesuatu yang terlewatkan, saya bisa melakukan penyelidikan lebih lanjut. Mungkin saja memang ada hal lain yang perlu diteliti lagi."Reinhard menatap Owen tajam dari kursi belakang, matanya menyipit seolah menelaah kembali setiap detail yang sudah disampaikan oleh asistennya tersebut."Saya tidak meragukan hasil penyelidikanmu, O
“Bibiku?” Suara Rayden terdengar kaget di ujung teleponnya. Anak laki-laki itu sempat mengira Reinhard salah bicara. “Maksud Paman … Tante Alicia?”“Benar, Ray,” jawab Reinhard dengan lugas.Rayden terdiam sesaat, seolah sedang mencerna apa yang baru saja didengarnya. “Ada apa dengan Tante Alicia, Paman? Bukankah Paman sudah tahu kalau Tante sudah ….”Kalimat Rayden tergantung. Reinhard tahu jika anak laki-laki itu berusaha menata emosinya. Kepergian Alicia telah meninggalkan duka yang mendalam bagi keluarga Lorenzo, tidak terkecuali Rayden.“Maaf, Paman tidak bermaksud mengingatkan kesedihanmu. Tapi, ada sesuatu yang ingin Paman pastikan,” ujar Reinhard, mencoba menghibur putra Regis tersebut.Sebenarnya Reinhard ingin bertanya langsung kepada Regis mengenai Alicia. Namun, ada banyak pertimbangan di dalam benaknya.Reinhard tahu jelas, sebagai kakak dari Alicia, Regis tentunya memiliki informasi yang lebih akurat. Akan tetapi, Reinhard tahu
“Tapi, aku punya satu informasi yang lebih penting dan berharga dibandingkan hal itu mengenai Tante Alicia,” lanjut Rayden dengan suara yang terdengar nakal. “Apa Paman mau mendengarnya?”Reinhard berdecak kesal. “Berhenti mengolokku. Katakan saja langsung informasi seperti apa yang kamu punya, Ray,” timpalnya.Anak laki-laki itu pun tertawa geli mendengar ketidaksabaran Reinhard, tetapi kemudian ia menjawab, “Begini, Paman. Aku tahu satu hal tentang Tante Alicia yang tidak banyak orang tahu, bahkan mungkin Papaku atau Kakek Diego juga tidak tahu.Ekspresi Reinhard berubah sangat serius saat mendengarkan pernyataan penuh kepercayaan diri dari anak laki-laki itu. Rasa ingin tahunya pun semakin besar.“Paman juga bisa memastikan apakah wanita itu memang adalah Tante Alicia atau bukan dari informasi ini,” lanjut Rayden.“Bisakah kamu langsung mengatakannya saja, Ray?” Kesabaran Reinhard sudah hampir habis menghadapinya.Akhirnya putra Regis itu pun berkata, “Seingatku, Tante Alicia memil
Alicia memandang kakaknya dan Reinhard secara bergantian, lalu suara tawa Regis yang terdengar sinis mengalihkan kembali fokus Alicia padanya.“Dia memberitahuku? Kalau dia memberitahuku, apa aku masih harus mencari masalah dengannya sekarang?” cetus Regis dengan suara yang terdengar dingin.Reinhard memang tidak memberitahu Regis mengenai keberadaan Alicia. Meskipun beberapa waktu lalu Regis menghubunginya dan memberitahu kedatangannya ke kota tersebut, Reinhard juga tidak mengatakan apa pun terkait Alicia kepadanyaNamun, mereka telah sepakat untuk bertemu malam ini. Reinhard bermaksud untuk menceritakan tentang Alicia kepada Regis saat mereka bertemu nanti dengan mempertemukan mereka secara langsung.Hanya saja, secara tidak terduga, Regis tiba-tiba saja muncul di tengah acara tadi dan hal itu tentunya cukup mengejutkan Reinhard.Namun, Reinhard sangat bersyukur Regis dapat menyesuaikan skenario mereka saat menjatuhkan keluarga Stein, padahal mereka tidak pernah berdiskusi apa pun
“Mau ke mana? Urusan kita belum selesai, Alicia,” ucap Regis seraya menyeringai dingin. Sorot matanya terlihat tajam, membuat jantung Alicia berdegup semakin cepat karena merasa terintimidasi.“Me-memangnya ada urusan apa, Kak?” Alicia mengalihkan pandangannya dengan gugup.Netra Regis menyipit tajam. “Kamu mau berpura-pura bodoh, huh?”“Aku … aku tidak mengerti apa yang kamu katakan. Sekarang aku sangat lelah dan mau pulang,” sahut Alicia, berusaha menghindari pembicaraan dengan kakaknya.Meskipun sebelumnya Regis telah menerimanya kembali sebagai adik, tetapi Alicia tahu bahwa ada banyak hal yang harus dijelaskannya kepada kakaknya tersebut. Tatapan tajam Regis saat ini seakan menuntut penebusan dosa darinya.Alicia teringat kembali kejadian tiga tahun lalu di mana Regis sudah memperingatkannya untuk tidak lagi melakukan hal bodoh dengan menemui Reinhard.Regis merasa malu dengan perbuatan Alicia yang terus mengejar pria itu, meski sudah ditolak berkali-kali. Karena itu, Regis memblo
Bisik-bisik tamu undangan perlahan memudar ketika satu per satu dari mereka memutuskan untuk meninggalkan acara yang telah berubah menjadi mimpi buruk. Beberapa melirik Miranda dengan simpati, tetapi tidak ada yang ingin mengulurkan tangan mereka untuk membantunya.Namun, langkah para tamu terhenti di depan pintu keluar aula saat melihat para pengawal Lorenzo dan Hernandez memblokir jalan mereka.“Apa yang kalian lakukan? Kenapa menghalangi jalan kami?” protes salah seorang tamu.Salah seorang pengawal Lorenzo pun menjawab, “Kami hanya ingin memeriksa ponsel Anda semua. Setelah itu kalian sudah boleh pergi.”Kegelisahan mulai menyelimuti para tamu undangan. Beberapa dari mereka saling berbisik, mencoba mempertimbangkan apakah harus menuruti permintaan tersebut.Namun, ada salah seorang tamu yang kembali mengajukan protesnya. “Apa maksudnya ponsel kami diperiksa? Ini melanggar privasi!”Meski menghadapi pen
Mendengar pengakuan Thalia terkait janin di dalam rahimnya tersebut, Miranda sangat syok. Wanita paruh baya itu menatap putranya dengan tak percaya. “Ini … ini tidak benar, kan, Ed?”Alih-alih menjawab, Edwin malah memalingkan wajahnya.“Kenapa kamu melakukannya, Ed?” Miranda mendesak putranya lebih lanjut. Namun, pria itu masih tertunduk dan tidak mengucapkan sepatah kata pun.Pandangan Miranda pun tertuju kepada Thalia. Ia meraih kedua tangan wanita itu dan bertanya dengan wajah yang masih terlihat syok, “Thalia, kamu … kamu pasti berbohong, kan? Kamu sengaja mengatakan ini hanya untuk menyudutkan Edwin, bukan? Tolong katakan kalau ini tidak benar!”Miranda memohon dengan suara bergetar, seolah masih berharap menemukan celah untuk menyelamatkan nama baik putranya.Selama ini Miranda selalu memperlakukan Thalia dengan baik karena mengira wanita itu mengandung penerus keluarga Stein. Namun, ia tidak
Miranda terperangah. Ia pun bergegas menghampiri John dan memohon, “Tu-tuan Vale, Anda tidak boleh menggugurkannya. Dia … dia adalah penerus keluarga Stein.” John mendengus sinis. “Saya tidak mau punya keturunan dari darah daging seperti kalian!” cetusnya. Pandangan John beralih kepada cucunya yang tengah berdiri seperti mayat hidup. Wajahnya terlihat sangat kacau dengan air mata bercucuran di wajahnya.Kebenaran yang diterimanya mengenai Edwin sudah memberikan pukulan yang sangat besar bagi Thalia. Melihat kondisi cucunya tersebut, John hanya bisa menggelengkan kepalanya dengan ekspresi kecewa yang dalam.“Kamu telah mempermalukan keluarga kita dengan laki-laki pilihanmu ini, Thalia,” ucap John seraya mendengus kasar.Thalia tersenyum pahit. Ia tidak berusaha membela diri. Saat ini tatapannya terlihat kosong seolah semua harapan hidupnya sudah lenyap tak berbekas. Selama ini Thalia mengira Edwin benar-benar mencintainya sepenuh hati hingga ia sangat membenci Alicia yang diangga
“Keputusan yang sangat bagus, Tuan Vale.” Suara Alicia membuat perhatian John tertuju padanya.Pria tua itu menatapnya dengan bingung. Sebelum John bertanya lebih jauh, Alicia pun berkata, “Kebetulan saya masih ada kejutan lain yang harus Anda dan semuanya nikmati.”Mendengar hal tersebut, Edwin semakin panik dan berkata dengan murka, “Apa lagi yang kamu inginkan? Apa kamu belum puas menjebakku, Anya?!”Alicia hanya mendengus sinis, sama sekali tidak mengindahkan ucapan mantan suaminya tersebut. Ia memerintahkan Owen untuk menampilkan tayangan video berikutnya di mana terlihat cuplikan adegan panas yang sudah disensor sebelumnya.Dalam tayangan itu hanya memperlihatkan wajah Edwin dengan wanita bayarannya. Namun, orang-orang dapat melihat dengan jelas ekspresi Edwin yang sangat menikmati momen intimnya dengan wanita itu."Ya ampun, menjijikkan sekali.""Jadi dia juga sering jajan di luar? Benar-benar gila!"Berbagai umpatan dari orang-orang pun terdengar memenuhi aula. Air muka John V
Alicia memberikan isyarat kepada Owen, yang dengan segera menyampaikan perintah melalui earpiece di telinganya. Seketika lampu-lampu di aula meredup, dan layar besar di ujung ruangan menyala, menampilkan sebuah video. Suasana menjadi hening. Semua mata tertuju pada layar. Wajah Edwin memucat seketika ketika ia melihat tayangan yang mulai diputar. Itu adalah rekaman suara dan video yang jelas memperlihatkan aksi Edwin yang sedang bercengkerama dengan seorang petinggi suatu instansi khusus perizinan produk. Selama seminggu terakhir ini produk Shiny terus mendapatkan laporan keluhan dari para konsumen dan terus menjadi bahan pemberitaan di media. Karena itu Mirage diminta untuk bekerja sama dalam melakukan pemeriksaan terhadap produk tersebut. Namun, Edwin menggunakan cara pintas untuk mempercepat pemulihan nama baik perusahaannya agar produk dapat dipasarkan kembali. Dalam rekaman tersebut terdengar jelas bagaimana Edwin memohon untuk diloloskan dengan mengimingi imbalan yang sangat
Keringat dingin mengucur deras di pelipis Edwin saat tatapan penuh amarah dan kebencian Regis tertuju padanya.Dengan wajah menahan rasa malu, Edwin pun mencoba untuk menciptakan kesempatan untuk dirinya dan memohon dengan suara terbata-bata, “Tu-tuan Muda Lorenzo, saya akui kalau saya bersalah. Saya benar-benar minta maaf. Kalau waktu itu saya tahu dia adalah adik Anda, saat itu juga saya pasti akan mengembalikannya kepada Anda.”Namun, bukannya menunjukkan rasa iba, Regis malah menyeringai sinis. “Mengembalikan?” gumamnya dengan wajah yang seketika berubah dingin dan penuh kekejaman.Edwin menelan ludah, tubuhnya gemetar. “Saya ... Saya benar-benar menyesal. Tolong beri saya kesempatan untuk menebus kesalahan ini, Tuan Muda Lorenzo ....”Regis melangkah mendekat. Kepalan tangannya yang telah tergenggam erat pun akhirnya melayang dengan cepat, menghantam wajah Edwin dengan keras. Suara teriakan kaget dari para tamu wanita yang menyaksikan adegan tersebut pun terdengar memenuhi aula.
Melihat ekspresi orang-orang yang sedang menunggu jawaban darinya, Regis pun tertawa kecil. Suara tawanya terdengar dalam dan penuh percaya diri, membuat suasana semakin tegang.“Kamu benar. Dia memang dinyatakan meninggal dalam kecelakaan pesawat, tapi …,” Regis sengaja menggantungkan ucapannya. Tatapannya mengedar ke sekeliling ruangan, lalu berhenti pada sosok Alicia.Dari jaraknya saat ini, Regis bisa melihat sepasang mata biru Alicia yang berkaca-kaca. Sorot mata yang dipenuhi emosi yang bercampur aduk itu membuat Regis merasakan bahwa adiknya itu memiliki cerita pahit yang dipenuhi dengan rasa sakit yang berusaha disimpannya rapat-rapat.Seulas senyuman tipis Regis layangkan kepadanya, lalu ia melanjutkan, “Tapi, dia adalah gadis keras kepala yang sangat beruntung. Bahkan malaikat maut saja berteman baik dengannya.”Ucapan Regis yang diselimuti guyonan ringan itu berhasil membuat Alicia tersenyum, tetapi air mata wanit