Jgn lupa vote ya, Kak! Selamat malam minggu semua ^^
“Nyonya … dia ada di Valery Club,” jawab Owen dengan gugup.Kening Reinhard mengernyit. Netra ambernya melirik tangan Owen yang telah menyodorkan tabletnya yang menampilkan rekaman kejadian yang terjadi di kelab malam milik Dark Wolf.Wajah Reinhard pun menggelap saat melihat sosok Edwin di dalam rekaman video tersebut. Walaupun terlihat bahwa Alicia sudah menghajar pria itu, tetapi Reinhard tetap saja merasa geram melihat kelakuan dan cara bicara pria itu terhadap wanitanya.Reinhard segera melepaskan kerah baju Owen, lalu berkata dengan dingin dan tegas, “Ke Valery Club sekarang!”Owen menyampaikan perintah tuan mudanya itu kepada pengawal lainnya melalui ponselnya, meminta mereka untuk bergerak cepat sebelum nyonya muda mereka meninggalkan kelab tersebut. Mereka pun bergegas menerima perintah dan meluncur menuju Valery Club secara serentak.Sementara itu, tidak jauh dari bagian belakang bangunan kelab malam terlihat sebuah mobil van hitam terpakir. Tampak seorang pemuda berusia sek
“Apa Anda melihat Nona Hernandez, Manajer Morgan?” lanjut Owen dengan tatapan penuh selidik.Ivona menggigit bibirnya, lalu mengangguk pelan. “Ya. Tadi ... saya datang bersama Al—eh, maksud saya, Anya. Kami datang berdua,” jawabnya dengan suara yang nyaris tak terdengar di tengah dentuman musik.Ivona terpaksa mengaku. Ia tidak memiliki pilihan lain karena saat ini ia memang membutuhkan bantuan seseorang.“Benarkah Anda bersama Nyonya?” Owen berteriak dengan nada lega, menarik perhatian Reinhard yang langsung menoleh tajam ke arah mereka dan menghentikan pencariannya saat mendengar hal tersebut.Dengan cepat Reinhard menghampiri Ivona dan menginterogasinya. “Di mana dia?” desaknya.Ivona merasakan tekanan yang semakin berat dari kedua pria itu, terutama dari Reinhard yang tampak begitu cemas dan frustasi. Dengan suara terbata-bata dan penuh kebingungan, Ivona menjawab, “Sa-saya juga tidak tahu di mana dia sekarang.”Kedua alis Reinhard bertaut. Ekspresinya kembali menggelap dan membua
“Saya akan mencoba melacaknya melalui sistem lalu lintas di sekitar sini, Tuan Muda,” ujar Owen dengan sigap.Ia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi salah satu instansi terkait, meminta bantuannya mengatasnamakan keluarga besar Hernandez untuk mendapatkan informasi yang mereka inginkan.Violetta, yang sejak tadi terdiam, akhirnya angkat bicara. "Tuan Muda, saya akan meminta staf saya untuk memeriksa apakah ada saksi mata yang melihat kejadian itu dan membantu menyisir area sekitar. Mungkin kita bisa mendapatkan petunjuk lebih lanjut."Reinhard menatapnya sejenak sebelum mengangguk.Wanita itu pun bergegas keluar dari ruangan untuk mencari udara segar dan terlepas dari situasi yang mencekam, lalu memerintahkan salah satu bawahan kepercayaannya untuk menyelidiki hal tersebut.Violetta tahu bahwa Reinhard pasti tidak akan tinggal diam dan akan menuntut pertanggungjawabannya atas hilangnya seseorang yang penting di wilayahnya nanti.Selama menunggu informasi, Ivona yang berdiri tidak j
Perhatian Ivona dan Reinhard langsung tertuju kepada Owen. Asisten Reinhard tersebut kembali berkata, “Saat ini Commisioner Lawrence juga sudah mengerahkan bawahannya untuk melacak posisi kendaraan itu. Dari informasi CCTV lalu lintas, mobil itu mengarah ke distrik barat.”Tanpa membuang waktu, Reinhard langsung berjalan keluar dari ruangan monitor. “Ke distrik barat sekarang!”Owen pun bergegas mengikutinya di belakang. Tangannya masih memegang ponsel yang terhubung dengan lawan bicaranya.“Minta mereka untuk segera menghubungi kita apabila sudah ada informasi lebih lanjut,” lanjut Reinhard dengan nada tegas yang tidak menyisakan ruang untuk bantahan apa pun. Ia berjalan cepat menuju kendaraan, aura otoritasnya memaksa semua orang di sekitarnya untuk bergerak sigap.Owen pun bergegas menyampaikan perintah atasannya tersebut kepada lawan bicaranya di telepon, lalu ikut menyusul masuk ke dalam mobil, sedangkan Ivona hanya berdiri di depan pintu keluar kelab dan memandang kepergian mere
Tanpa seizin Alicia, pemuda itu kembali menyusupkan tangannya ke dalam roknya. “Berengsek! Apa yang sudah kamu sentuh?” teriak Alicia dengan murka.Berulang kali Alicia mencoba untuk menghentikan pemuda itu dengan menggeliat mundur, tetapi pemuda itu tetap tidak membiarkannya dan terus meraba pahanya dengan kasar.Alicia menggelengkan kepalanya dengan kuat ketika pemuda itu berniat mencumbunya. Namun, ia mendapatkan satu tamparan yang membuat pipinya terasa perih.“Apa kamu tidak bisa diam dan menyenangkanku, huh? Padahal aku akan memberikanmu kenikmatan sebelum kamu mati. Seharusnya kamu berterima kasih!” Pemuda itu membentaknya dengan penuh amarah.Alicia masih linglung. “Ma … ti?” gumamnya seraya mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya setelah penglihatannya mulai jelas.‘Sebenarnya kenapa aku bisa dibawa ke sini? Kenapa dia mau membunuhku? Aku tidak mengenalnya!’Alicia mencoba memahami situasinya, tetapi kepalanya terasa berat untuk mengingat keseluruhan kejadian yang menimpanya
‘Bajingan sialan!’ Alicia hanya bisa memaki di dalam hati. Suaranya benar-benar tidak dapat keluar lagi setelah ia terus berteriak dan menangis.Sekujur tubuhnya terasa sakit seperti habis dipukul oleh sesuatu yang berat. Mata birunya tertuju pada kobaran api yang mulai menyambar tumpukan kayu usang di dekatnya. Asap hitam perlahan memenuhi udara, membuat napasnya terasa berat.Alicia berpikir apakah ajal akan datang menjemputnya sebentar lagi?Setelah tiga tahun lalu ia berhasil melewati maut, apakah kali ini ia akan pasrah menerima takdirnya hari ini?Tiba-tiba suara Ivona bergema di dalam kepalanya. ‘Hidup ini memang tidak selalu berjalan sesuai harapan, tapi kita bisa memilih bagaimana kita melangkah ke depan.’Semangat Alicia pun kembali menyala. Ia mencoba bangkit kembali dengan bersusah payah.Namun, sayangnya, Alicia tidak bisa bergerak dengan cepat. Tubuhnya masih lemah, dan ikatan di tangan dan kakinya membuatnya sulit untuk menggerakkan diri.Ketakutan dan kepanikan mulai m
“Tuan Muda!”Owen masih memanggil Reinhard, tetapi suaranya tidak akan pernah tersampaikan.Owen pun mengerang frustrasi, kemudian bergegas menghubungi pihak pemadam kebakaran dan ambulans untuk menyediakan bantuan secepat mungkin.Pikirannya berkecamuk antara rasa bersalah karena tidak mampu menghentikan Reinhard dan kekhawatiran terhadap keselamatan nyonya mudanya yang belum dapat dipastikan keberadaannya.Asap semakin tebal, membuat Owen sulit untuk melihat dengan jelas apa yang terjadi di dalam gedung tersebut. Ia pun meminta para pengawal untuk berkumpul dan membantunya untuk melakukan penyelamatan bersama.Sementara itu, di dalam gedung, situasi semakin memburuk. Kobaran api telah melahap sebagian besar struktur kayu, menciptakan suara gemeretak yang memekakkan telinga.Alicia masih memutar otaknya untuk mencari cara menyelamatkan dirinya. Ia benar-benar terdesak oleh api yang seakan mengejarnya dan ingin melahapnya hidup-hidup.Sayangnya, dengan kondisi kaki yang terluka Alicia
“Alicia, kamu tidak apa-apa?” Reinhard bertanya dengan panik.Wajah pria itu berlumur debu dan keringat. Namun, rasa lega dan kekhawatiran telah menghiasi wajahnya. Dengan satu tangannya yang lain, Reinhard mendorong balok kayu besar yang ditahannya ke arah lain.Reinhard segera berlutut di samping Alicia, matanya menyapu penampilan Alicia yang sangat berantakan. Netranya memincing tajam tatkala melihat bekas kemerahan pada leher wanita itu. Darahnya terasa mendidih. Kepalan tangannya pun mengetat.Namun, Reinhard tidak mengatakan apa pun meskipun ia ingin menginterogasinya. Ia berusaha mengesampingkan amarahnya sejenak. Saat ini, hal yang terpenting adalah memastikan keselamatan mereka dan membawa Alicia keluar sebelum bangunan itu runtuh sepenuhnya.Bibir Alicia yang bergetar tampak bergerak-gerak, seolah ingin mengatakan sesuatu hal. Namun, suara wanita itu tidak terdengar olehnya.Reinhard mengerutkan keningnya. Seolah dapat memahami kekhawatiran wanita itu, ia pun tersenyum menena
Alicia terdiam. Tatapannya kosong sejenak sebelum akhirnya ia tertawa sinis. “Aktingmu benar-benar luar biasa, Jason.”“Aku tidak berakting. Aku benar-benar mencintaimu, Alicia,” Jason menegaskan."Cinta?" Alicia mengulang kata itu dengan nada mengejek.Sebelum Jason sempat menanggapinya, suara Alicia berubah menjadi dingin, penuh amarah dan kepedihan yang tak bisa disembunyikan. “Cinta seperti apa yang kamu maksud, Jason? Cinta yang membuatmu ingin membunuhku tiga tahun lalu? Atau cinta yang membuatmu ingin membunuh pria yang kucintai? Apa cinta seperti itu yang kamu miliki?”Jason tidak bisa berkata-kata. Untuk pertama kalinya, ia merasakan betapa jauhnya jaraknya dengan wanita itu seolah Alicia mendorongnya dengan keras hingga ia terjatuh ke dasar yang mungkin tidak akan pernah dapat ia gapai lagi.Jason mengatupkan rahangnya erat, menahan rasa sakit yang terasa lebih menusuk daripada luka di tubuhnya. Tatapan Alicia begitu tajam, seolah setiap kata yang keluar dari bibirnya adalah
Karena sentakan kasar Alicia, Jason refleks menarik tangannya, lalu terhuyung mundur dan akhirnya terduduk di atas tanah berbatu tersebut. Ia menarik napas berat, menatap wanita itu dengan bingung.“Alicia, maaf … a-apa aku sudah menyakitimu?” tanya Jason gugup, takut jika ia tanpa sengaja telah menyentuh titik sakit wanita itu.Alicia tidak menjawab, memalingkan wajahnya.Jason melirik pergelangan kaki Alicia yang telah bengkak. Ia merasa khawatir dan berniat menyentuhnya lagi.Namun, Alicia segera berdiri, melangkah mundur untuk menjaga jarak. Tatapannya tajam dan penuh kewaspadaan. “Sudah kubilang, jangan sentuh aku! Apa kamu tidak mengerti?!”Jason mengernyit, hatinya mencelos dengan sikap wanita itu. Ia bangkit perlahan, menatap wanita itu dengan sorot mata terluka.“Alicia, sebenarnya kamu kenapa?” tanya Jason. Nada suaranya lembut dan penuh kecemasan. “Apa aku melakukan sesuatu yang menurutmu salah?”Alih-alih menjawab, Alicia malah tertawa sinis. “Tidak usah berakting lagi, J
“Anda mau mengejar Ken?” terka Owen yang semakin menunjukkan kekhawatirannya.Reinhard menyeringai tipis. “Aku harus membuatnya membayar semua kejahatan yang telah dia lakukan,” ujarnya dengan keteguhan yang terpancar dari sorot mata ambernya yang menyala-nyala. "Jason juga, Rein. Dia berhasil lolos tadi," ucap Reagan mengingatkan.Reinhard terkejut. Walaupun ia ingin mengetahui lebih rinci mengenai perseteruan ayahnya dengan pria itu, tetapi ia tidak ingin mengulur waktu lebih lama lagi dan hanya memberikan anggukan kecil."Aku akan sekalian mengurusnya," timpal Reinhard dengan tegas.“Berhati-hatilah, Tuan Muda. Ken sangat licik.” Owen ikut mengingatkan.Melihat percakapan mereka yang serius, Regis lantas bertanya, “Memangnya siapa Ken?”“Orang yang mencoba meledakkan kita tadi. Sepertinya dia belum pergi jauh,” jawab Reinhard sambil menghela napas. “Dia sangat berbahaya untuk dibiarkan lepas begitu saja.”Reinhard khawatir Ken akan kembali membalas mereka. Karena itu, ia harus men
Reinhard baru bisa menarik napas lega setelah mereka berhasil keluar dari vila. Bangunan vila di hadapannya telah ambruk sepenuhnya.Puing-puing yang mengepul di udara menjadi saksi betapa tipisnya batas antara hidup dan mati yang baru saja mereka lalui. Dengan napas tersengal, ia menatap reruntuhan itu, menyadari betapa berbahayanya situasi yang baru saja mereka hadapi sebelumnya.“Tuan Alexei!” seru Hans tiba-tiba, panik melihat Alexei yang tidak sadarkan diri di tengah tuntunan langkahnya.“Hans, bawa dia ke mobil sekarang,” titah Reagan kepada asistennya tersebut.Tanpa membuang waktu, Hans segera membawa Alexei menuju ke lokasi parkiran kendaraan mereka yang tertutup pepohonan lebat, hanya berjarak beberapa meter dari vila.Namun, langkahnya terhenti seketika saat melihat keadaan mobil mereka—keempat bannya telah dikempiskan. Bukan hanya mobilnya, tetapi juga semua kendaraan milik bawahan mereka mengalami hal yang sama.“Sial! Ini pasti kerjaan Ken,” geram Hans, mengepalkan tinju
Di dalam vila yang porak-poranda, Reinhard melangkah tertatih melewati puing-puing berserakan. Asap tebal masih memenuhi ruangan, membuat napasnya terasa berat.Di tengah kabut debu dan serpihan beton, matanya menyapu sekeliling hingga menangkap sosok Owen yang terkapar di salah satu sudut dengan darah menggenang di sekitarnya.Dengan tubuh yang masih gemetar, Reinhard bergegas menghampiri asistennya tersebut. Ia berlutut di samping Owen dan mengangkat puing yang menindih punggung pria itu.Di bawah Owen, terlihat sosok Nicholas yang sudah tidak sadarkan diri. Beberapa waktu lalu sebelum ledakan terjadi, Owen menggunakan tubuhnya sendiri untuk melindungi Nicholas sehingga pria itu masih terselamatkan dan Owen mengalami luka yang cukup parah. “Owen, sadarlah!” Reinhard mengguncang tubuh asistennya dengan cemas. Perlahan, kelopak mata Owen bergerak sebelum terbuka sepenuhnya. Suaranya lemah saat berbisik, "Tuan Muda ...."Reinhard menghela napas lega, lalu ia bergegas membantunya berd
Di tempat persembunyiannya, Alicia dikejutkan oleh suara ledakan yang menggema di kejauhan. Suara tembakan yang samar-samar terdengar saja sudah membuat jantungnya tak hentinya berdegup kencang. Dan, sekarang ia dibuat panik dengan suara dentuman tersebut.Alicia berdiri dengan gelisah, matanya terpaku pada vila di kejauhan, di mana kepulan asap mulai menjulur ke langit."Rocky, kamu dengar itu? Itu ledakan, kan?" tanyanya cepat kepada pengawal yang berdiri di sampingnya.“Sepertinya begitu, Nona,” sahut Rocky, mengangguk pelan dengan ekspresi penuh kewaspadaan.Alicia menggigit bibirnya, tangannya mengepal erat di kedua sisi tubuhnya. Meskipun Mark telah memintanya untuk menunggu kepastian kabar darinya mengenai keberadaan Reinhard di vila tersebut, tetapi Alicia sudah tidak dapat berdiam diri saja di sana.“Tidak bisa! Aku harus pergi melihatnya langsung,” gumam Alicia segera beranjak dari tempatnya.Akan tetapi, Rocky menahannya dengan cepat. “Nona, Anda mau ke mana?”“Saya mau men
Ledakan mengguncang ruangan, menghancurkan bagian dinding dan membuat serpihan beton berterbangan ke segala arah. Hans terlempar ke belakang, tubuhnya menghantam meja yang langsung hancur berantakan. Anak buahnya berusaha melindungi Nicholas dari puing-puing yang berjatuhan.Sementara, Owen berteriak histeris memanggil tuan mudanya. Asap tebal memenuhi udara, membuat pandangannya kabur sejenak. Telinganya masih berdengung akibat ledakan dahsyat itu.Di tengah kekacauan itu, tawa Ken Stewart menggema, matanya bersinar dengan kegilaan yang mengerikan. "Sudah kubilang, tempat ini akan menjadi kuburan kalian!"Namun, tawanya terhenti ketika asap mulai menipis dan memperlihatkan sosok Reinhard yang masih berdiri tegak di dekat reruntuhan tangga tersebut.Tadi Reinhard sempat melompat sebelum tangga tersebut diledakkan. Namun, ia mendapatkan beberapa luka goresan ringan di tubuhnya.Melihat sosok pemuda itu, Ken tersentak. "Ternyata kamu masih bisa mengelak, huh?" gumamnya seraya berdecih
Ken menyeringai sinis saat mengulang kata-kata Reinhard. "Aku anjing gila? Hah! Anjing mana yang kamu maksud? Tidak ada satu pun yang bisa mengaturku!"Reinhard menatapnya dengan tenang, kemudian mengangkat alis. "Oh, ya? Bukankah kamu adalah kaki tangan Jason Hughes? Kamu pikir aku tidak tahu?”Senyum di wajah Ken sedikit memudar, tetapi hanya untuk sesaat. Ia lalu tertawa keras, seolah mengejek.“Apa yang kamu tertawakan, Ken?” hardik Owen.Ken menghentikan tawanya perlahan, lalu dengan suara yang dingin, dia menjawab, “Jason Hughes sama sekali bukan majikanku. Dia hanyalah anak muda malang yang terlalu naif.”“Apa maksudmu?” Reinhard mengerutkan dahinya, mencoba mengorek lebih jauh mengenai hubungan keduanya.“Dia selalu saja berlagak kalau dia bisa mengaturku dan menganggap dirinya lebih pintar dariku. Tapi, dia tidak tahu kalau pada akhirnya akulah yang mengendalikan semuanya dan menjadikannya bidak catur untuk memeriahkan permainanku ini.”Jawaban Ken sangat mengejutkan Reinhard
Hans dapat merasakan kekecewaan dalam suara tuan mudanya. Dengan wajah yang diliputi kepedulian yang mendalam, ia berkata, “Tuan Muda, jangan berpikiran seperti itu. Justru tuan besar sangat mencemaskan Anda, makanya beliau datang untuk membantu.” Namun, Reinhard malah tersenyum sinis. “Tidak usah bicara terlalu manis. Bilang saja kalau dia takut aku akan membunuh saudara dan keponakan tersayangnya itu,” sindirnya. Reagan tidak bermaksud menyalahkan tindakan ayahnya, tetapi ucapan itu keluar begitu saja dari bibirnya untuk melampiaskan kekesalan yang menumpuk di dadanya. Hans menarik napas panjang. Ia tahu, akhir-akhir ini hubungan Reagan dengan Reinhard semakin memburuk. Meskipun Hans tahu jika majikannya telah bersikap terlalu keras kepada pemuda itu, tetapi ia sangat berharap Reinhard dapat memahami bahwa Reagan sangat peduli padanya, melebihi yang Reinhard ketahui. Reinhard tidak tahu, bagaimana Reagan berusaha keras mempertahankan posisinya agar tetap stabil di perusahaan.