Alicia ke mana? Bantu cariin yuk
Owen menundukkan wajahnya dalam-dalam. Ia melirik kepalan tangan Reinhard yang masih memegang ponselnya. Terlihat urat yang menonjol di tangan tuan mudanya itu, mencerminkan amarah yang luar biasa yang sedang ditahan olehnya. Akan tetapi, Owen dapat melihat kecemasan yang begitu kentara pada wajah atasannya itu. Dengan penuh rasa bersalah dan keraguan, Owen menatap tuan mudanya. “Tuan Muda, maaf saya─” Ucapan Owen terhenti tatkala Reinhard mengembalikan ponselnya. Dengan suara rendah dan terasa dingin, Reinhard berkata, “Coba hubungi dia." Owen mengangguk, lalu dengan cepat melakukan panggilan pada nomor kontak Alicia. Sayangnya, hanya suara operator yang menjawab di ujung telepon tersebut. Owen menggigit bibir bawahnya, menatap layar ponsel dengan ragu sebelum akhirnya mengangkat wajahnya kembali ke arah Reinhard. "Sepertinya telepon nyonya tidak aktif, Tuan Muda," ucap Owen dengan suara pelan, penuh kehati-hatian. Ia bisa merasakan suhu ruangan yang menurun drastis, dipengaru
Saat memasuki gedung kelab malam tersebut, Alicia dan Ivona langsung disambut dengan gemerlap lampu sorot yang berputar-putar di langit-langit. Suara dentuman bass yang menghentak keras turut memeriahkan suasana dan terasa menggetarkan hati para pengunjung kelab, menenggelamkan mereka ke dalam dunia malam yang mendebarkan.Kedua wanita itu pun menerobos lautan manusia yang diselimuti dengan aroma campuran parfum mahal serta minuman keras yang menyengat.Alicia memandang sekitarnya dengan penuh kekaguman. Kelab malam ini lebih mewah dari yang dibayangkannya. Lampu-lampu neon berwarna-warni menyinari setiap sudut ruangan, menciptakan efek yang seakan-akan dunia ini terjebak dalam dimensi yang penuh cahaya dan energi. Lantai dansa dipenuhi oleh tubuh-tubuh yang bergerak lincah mengikuti irama musik yang keras, sementara meja bar marmer di sisi ruangan ramai dengan pengunjung yang duduk dan bercakap-cakap, menikmati minuman mereka.Di sudut yang berseberangan, Alicia melihat beberapa ruan
“Suaramu kecil sekali, Alicia. Aku tidak bisa mendengarmu!” teriak Ivona yang berusaha menangkap ucapan Alicia sebelumnya di sela-sela dentuman musik yang membuatnya frustrasi.Namun, Alicia tidak menanggapinya. Gelas kristal di tangan Alicia berhenti berputar, lalu ia menenggak minuman itu hingga habis. Rasa hangat dari alkohol mengalir di tenggorokannya, membawa sensasi membakar yang membuat perasaannya terasa lebih tenang dan melayang.Ivona memandang Alicia dengan alis sedikit terangkat, menangkap kesedihan di balik senyuman yang tersisa di bibir wanita itu. Ia tertegun, mengamati dengan lekat ekspresi wanita itu.“Sebenarnya hal apa yang sudah kamu lalui selama tiga tahun ini, Alicia?” teriak Ivona dengan rasa ingin tahu yang semakin menumpuk.Akan tetapi, Alicia hanya membisu. Ia menatap gelas kristalnya yang kosong dengan cincin berlian yang tergeletak di dasar gelas tersebut, seperti simbol dari kisah yang tak ingin lagi ia bicarakan.Keheningan yang tercipta di tengah gemuruh
Cahaya lampu strobo yang terus berputar menciptakan suasana yang semakin membakar semangat pengunjung Valery Club. Setiap kilatan lampu seakan menambah energi liar di lantai dansa, membuat setiap gerakan tubuh terasa lebih hidup dan intens.Suasana malam semakin panas, dentuman bass yang mengguncang menggiring para pengunjung untuk menumpahkan segala kegembiraan mereka. Lantai dansa yang sebelumnya cukup luas kini penuh sesak dengan lautan manusia, masing-masing tenggelam dalam irama musik dan euforia malam.Ivona, meskipun awalnya ragu, akhirnya mengikuti Alicia yang sudah lebih dulu bergerak lincah di tengah lantai dansa."Ayo, Ivona! Jangan kaku begitu!" teriak Alicia sambil tertawa riang. Rambutnya yang bergelombang tampak berkilauan di bawah cahaya neon, sementara senyumnya menunjukkan bahwa ia benar-benar mencoba melepaskan semua beban yang selama ini menghimpitnya.Ivona akhirnya menyerah dan mulai ikut bergerak mengikuti irama. Awalnya ia hanya bergoyang kecil, tetapi semakin
“Malam ini adalah pesta pelepasan lajangku, Anya. Minggu depan aku akan menikah dengan Thalia,” ucap Edwin sembari mengamati kemolekan tubuh mantan istrinya tersebut.“Bukan urusanku,” desis Alicia dengan dingin.Ia mencoba melepaskan diri dari cengkeraman Edwin, tetapi keramaian yang menyesakkan di lantai dansa tersebut membuat Alicia semakin sulit bergerak. Apalagi alkohol yang diminumnya tadi membuat kepala Alicia terasa berat.“Tidak usah berpura-pura, Anya. Aku tahu kamu pasti masih ada rasa padaku,” lanjut Edwin tanpa melewatkan setiap inchi lekuk tubuh wanita itu. “Daripada menjadi wanita panggilan Direktur Hernandez, lebih baik kamu menjadi wanita panggilanku saja.”Alicia menyipitkan matanya dengan tajam. ‘Bajingan gila ini bilang apa? Wanita panggilan? Jadi, Nicholas Hernandez tidak memberitahu hubungan kami?’ pikirnya.Alicia menerka bahwa Nicholas tidak mengetahui bahwa dirinya adalah mantan istri Edwin. Sepertinya Edwin juga tidak memberitahunya.Mengingat berita skandal
Alicia terperangah, menatap Ivona yang ternyata telah naik ke lantai dansa tersebut dengan wajah murka.Ivona masih berdiri dengan satu tangan terangkat. Kerumunan semakin riuh, beberapa orang berteriak kaget, sementara yang lain bersorak mendukung Ivona.Edwin menahan rasa sakit dengan memegang pipinya yang memerah. Dengan suara lantang, ia membentak Ivona, “Si-siapa kamu? Beraninya kamu mencampuri urusanku dan memukulku!”Dengan nada sinis, Ivona membalas, “Kamu tidak perlu tahu siapa aku. Kamu cuma perlu tahu kalau aku tidak akan segan merobek mulut kotormu kalau kamu masih berani menghinanya!”Edwin, yang baru saja ingin membalas ucapannya, langsung membungkam mulutnya saat Ivona bergerak maju hendak memukulnya sekali lagi.Dengusan remeh meluncur dari hidung Ivona. Ia memutar tubuhnya dan menghampiri Alicia yang masih berdiri di belakangnya. “Kamu tidak apa-apa?” tanya Ivona dengan cemas.Alicia tersenyum tipis, lalu menggeleng lemah.Helaan napas lega meluncur dari bibir Ivona. I
“Nyonya … dia ada di Valery Club,” jawab Owen dengan gugup.Kening Reinhard mengernyit. Netra ambernya melirik tangan Owen yang telah menyodorkan tabletnya yang menampilkan rekaman kejadian yang terjadi di kelab malam milik Dark Wolf.Wajah Reinhard pun menggelap saat melihat sosok Edwin di dalam rekaman video tersebut. Walaupun terlihat bahwa Alicia sudah menghajar pria itu, tetapi Reinhard tetap saja merasa geram melihat kelakuan dan cara bicara pria itu terhadap wanitanya.Reinhard segera melepaskan kerah baju Owen, lalu berkata dengan dingin dan tegas, “Ke Valery Club sekarang!”Owen menyampaikan perintah tuan mudanya itu kepada pengawal lainnya melalui ponselnya, meminta mereka untuk bergerak cepat sebelum nyonya muda mereka meninggalkan kelab tersebut. Mereka pun bergegas menerima perintah dan meluncur menuju Valery Club secara serentak.Sementara itu, tidak jauh dari bagian belakang bangunan kelab malam terlihat sebuah mobil van hitam terpakir. Tampak seorang pemuda berusia sek
“Apa Anda melihat Nona Hernandez, Manajer Morgan?” lanjut Owen dengan tatapan penuh selidik.Ivona menggigit bibirnya, lalu mengangguk pelan. “Ya. Tadi ... saya datang bersama Al—eh, maksud saya, Anya. Kami datang berdua,” jawabnya dengan suara yang nyaris tak terdengar di tengah dentuman musik.Ivona terpaksa mengaku. Ia tidak memiliki pilihan lain karena saat ini ia memang membutuhkan bantuan seseorang.“Benarkah Anda bersama Nyonya?” Owen berteriak dengan nada lega, menarik perhatian Reinhard yang langsung menoleh tajam ke arah mereka dan menghentikan pencariannya saat mendengar hal tersebut.Dengan cepat Reinhard menghampiri Ivona dan menginterogasinya. “Di mana dia?” desaknya.Ivona merasakan tekanan yang semakin berat dari kedua pria itu, terutama dari Reinhard yang tampak begitu cemas dan frustasi. Dengan suara terbata-bata dan penuh kebingungan, Ivona menjawab, “Sa-saya juga tidak tahu di mana dia sekarang.”Kedua alis Reinhard bertaut. Ekspresinya kembali menggelap dan membua
Sementara itu, di lantai bawah vila—Reinhard tersungkur di lantai, tubuhnya terhantam keras akibat ledakan beberapa waktu lalu. Rasa nyeri menyebar dari pelipisnya yang berdarah, tetapi ia tidak punya waktu untuk meratap. Dengan tangan bergetar, ia menekan luka di kepalanya dan memaksa dirinya untuk bangkit.Meskipun pandangannya masih buram, tetapi otaknya dapat bekerja cepat. Matanya menyapu ruangan yang porak-poranda. Bau darah dan mesiu memenuhi udara, bercampur dengan suara gemeretak api yang mulai melahap bagian vila.Di antara puing-puing, ia melihat beberapa anggota timnya dan para bawahan Dark Wolf yang lain sudah tergeletak tak bernyawa. Beberapa di antara mereka bahkan sudah tidak utuh lagi.Menyaksikan pemandangan yang tersaji di hadapannya, mata amber Reinhard berkilat tajam dengan amarah yang membara. Ingatan beberapa menit lalu pun melintas di kepalanya—Setelah melewati koridor yang penuh penyergapan, Reinhard berhasil mencapai ruang keluarga. Di sana, ia menemukan Ow
Sejak Jason mengetahui bahwa Reaganlah yang telah mengambil alih semua proyek Findell di saat ayahnya terpuruk, ia pun berusaha mencari cara untuk membalaskan dendamnya. Namun, setelah menyadari betapa kuatnya kekuasaan Hernandez Group, Jason nyaris menyerah hingga akhirnya Ken datang dan menawarkan bantuan untuk mendapatkan posisi tertinggi keluarga Hughes. Tapi, sekarang ….? Tawa getir meluncur dari bibirnya. Selama ini … dia telah menaruh kebencian pada orang yang salah? Dan, Ken hanya memperalatnya?Ia masih tidak dapat mempercayai ucapan Alexei. Akan tetapi, jika hal tersebut benar, maka Jason benar-benar telah menjadi pion dalam permainan Ken selama ini! Dingin. Baja pistol menekan kening Jason. Napasnya memburu, bukan karena takut mati, tetapi karena amarahnya yang semakin membuncah. Jason tidak dapat memaafkan kebohongan Ken. Ia ingin menuntut pembalasan atas kepercayaannya yang telah Ken sia-siakan selama ini. Namun, saat ini ia dalam posisi terpojok. “Kalau begitu, apa
Sorot mata Jason dipenuhi amarah yang membara. Ingatan masa kecilnya menyeruak—api yang melahap rumahnya, jeritan ibunya yang menggema di dalam kamar yang terkunci. Ia masih bisa merasakan bagaimana tubuhnya dibungkus selimut tebal sebelum dilempar keluar jendela oleh ibunya.Meskipun Jason selamat dan mengalami luka-luka di sekujur tubuhnya, tetapi harga yang harus dibayar terlalu mahal. Tidak ada yang lebih sakit dengan menyaksikan rumah dan orang tuanya habis dilalap api di depan matanya sendiri.Sejak saat itu, hidupnya berubah menjadi neraka. Tidak ada kerabat yang mau merawatnya. Ia dibuang ke panti asuhan sampai akhirnya diadopsi oleh keluarga Hughes.Namun, di sana pun ia hanya dipandang sebelah mata, tumbuh di bawah tekanan dan hinaan dari saudara angkatnya. Bahkan beberapa kali terancam akan dibunuh apabila berani menginginkan posisi penerus keluarga Hughes.Baginya, semua penderitaan itu berawal dari satu sosok—Reagan. Dialah dalang kehancuran Findell Group. Jika bukan karen
“Kenapa kamu tidak memberitahuku dari awal, Reagan?” protes Alexei. Ia merasa kesal karena menjadi bahan permainan di antara keduanya.Dulu, Bryan Lewis juga pernah memperdayanya dan memanfaatkan kebencian Alexei terhadap Reagan dan sekarang cucu Bryan, yaitu Jason, juga melakukan hal yang hampir serupa pada Nicholas demi membalaskan dendamnya?Alexei merasa sangat konyol dan bodoh karena bisa tertipu dua kali dengan cara yang sama.Melihat kekesalan saudaranya itu, suara tawa Reagan pun menggema. Ia menatap Alexei dengan santai, kemudian meledeknya, “Kalau kamu tahu, memangnya apa yang bisa kamu lakukan, Xei? Sepertinya memang sudah nasibmu dan Nick harus dipermainkan oleh mereka.” Alexei berdecih kesal. “Kamu … selalu menyebalkan, Reagan,” gerutunya dengan napas terengah-engah, menahan rasa sakit yang menjalar di tubuhnya. Sulit baginya menerima bahwa ia telah dimanfaatkan oleh Bryan dan keturunannya. Namun, jauh di lubuk hatinya, Alexei sadar bahwa ia dan putranyalah yang terlalu
Jason masih mematung di tempatnya. Matanya perlahan menggelap saat menyadari sesuatu yang mengejutkan. Mendengar percakapan yang terjadi, ia mulai memahami bahwa sejak awal dirinya telah dipermainkan oleh Reagan dan Alexei.“Jadi… kalian sudah bersekongkol selama ini?” desisnya dengan amarah yang tertahan.Alexei menyeringai sinis. Sebelumnya, ia memang meminta bantuan Reagan. Sejak menyerahkan Nexus kepada Reinhard, ia memang menjalin komunikasi rahasia dengan Reagan tanpa sepengetahuan siapa pun.Alexei menyampaikan setiap perintah dari Ken kepada Reagan, memberi kesempatan bagi Reagan untuk menyusun strategi mempertahankan Hernandez Group dari ancaman yang direncanakan Ken.Sebagai imbalannya, Alexei meminta Reagan mengerahkan anak buahnya untuk menyelamatkan putranya dari tangan Ken saat waktunya tiba. Karena itulah, sebelum memenuhi panggilan Ken di vila ini, Alexei sudah mengirimkan alamatnya kepada Reagan. Namun, yang mengejutkan, Reagan tidak merespons.Alexei sangat khawatir
“Mark, di sana ada bangunan.” Suara Adrian memotong pembicaraan mereka, membuat semua orang langsung menoleh ke arah yang ditunjuknya.Alicia bergegas menghapus air matanya, lalu bersama yang lainnya melihat dari kejauhan. Samar-samar melalui kabut yang semakin tebal, sebuah vila tua tampak berdiri megah di tengah hutan tersebut. Mereka juga melihat beberapa kelompok seperti saling menyerang satu sama lain, lalu suara tembakan kembali terdengar di udara.“Sepertinya suara tembakan tadi berasal dari tempat itu,” gumam Mark, menilai situasi yang terjadi.Alicia pun menatap pria itu dan berniat mengatakan sesuatu. Seolah memahami maksudnya, Mark menyela lebih dulu, “Anda tidak boleh ke sana, Nona.”“Tapi, Mark─”Alicia mencoba membantah, tetapi Mark langsung memotongnya, “Saya tidak bisa membiarkan Anda ke tempat berbahaya itu. Jadi, Anda tetap tinggal dan bersembunyi di sini bersama Rocky. Saya dan Adrian yang akan memeriksa situasi di sana.”Baru saja Alicia berniat membuka suaranya,
Sementara itu di luar vila, jauh di dalam hutan yang semakin berkabut, Alicia, Mark, dan dua pengawal lainnya berjalan cepat menyusuri jalur setapak yang dikelilingi pepohonan tinggi.Mereka telah berjalan hampir dua puluh menit dari tempat mobil ditinggalkan, namun belum juga menemukan jejak Reinhard.Mark melirik Alicia yang terlihat pucat dan kelelahan. Rasa khawatir membuatnya akhirnya bersuara, "Nona, sebaiknya Anda beristirahat sebentar."Alicia tetap melangkah tanpa menjawab. Melihat hal itu, Mark terpaksa menahan lengannya agar ia berhenti."Ada apa, Mark?" tanya Alicia, nada suaranya jelas menunjukkan ketidaksabaran.Mark menghela napas panjang. "Nona, kita hanya berputar-putar. Anda tidak menyadari kalau kita sudah melewati tempat yang sama beberapa kali?"Alicia terdiam dan melihat sekeliling. Pandangannya tertuju pada sebuah pohon yang tadi sempat ia tandai. Dahi berkerut, menyadari bahwa Mark benar."Sepertinya kita salah jalan dari awal," lanjut Mark sambil mengamati sek
[Sepuluh menit sebelumnya.] Di dalam ruangan utama vila, suasana mendadak tegang. Jason dan Ken refleks menoleh saat suara tembakan pertama menggema di luar sana. Alexei, yang baru saja menyelesaikan tanda tangannya pada dokumen di depannya, berhenti sejenak. Ia mengerutkan keningnya, mencoba menelaah situasi yang tiba-tiba saja berubah. “Suara apa itu? Apa ada penyusup?!” teriak Ken yang telah beranjak dari duduknya. Ketika ia berniat keluar dari ruangan, tiba-tiba salah satu bawahannya menunjuk ke arah monitor dan berseru panik, “Tuan! Sandera kita … dia menghilang!” “Apa?” Ken tersentak. Sontak, ia menoleh ke arah layar monitor bersamaan dengan Jason dan Alexei. Di layar, mereka melihat beberapa bawahan Ken sudah tergeletak tak bernyawa di lantai, sedangkan Nicholas sudah tidak ada di tempatnya! "Sial! Siapa yang sudah melakukan hal ini?!" Ken menggeram marah. Tangannya sigap meraih walkie-talkie, lalu ia memanggil para bawahannya, tetapi hanya ada suara statis yang terdengar
Reinhard berlindung di balik meja marmer, menekan punggungnya ke permukaan dingin sambil melirik ke arah bawahannya. Dengan satu isyarat cepat, ia memberi perintah untuk membalas serangan.Kepanikan mulai menyebar di antara penjaga Ken saat salah satu rekan mereka roboh karena tertembak. Suara tembakan pun saling bersahutan. Salah satu dari bawahan Ken berlari ke arah ruang utama, mungkin hendak melaporkan kejadian ini. “Jangan biarkan dia pergi!” Reinhard menggeram. Salah satu bawahannya langsung bertindak. Dengan satu tembakan tepat di kaki, penjaga itu terjatuh, meraung kesakitan sambil merangkak mencari perlindungan. Namun, Reinhard tidak memberi kesempatan. Ia mengangkat senjatanya dan menembak pria itu, mengakhiri nyawanya dalam sekejap. Suara tembakan terus menghujani ruangan tersebut hingga akhirnya keadaan menjadi sunyi. Reinhard menarik napasnya dalam-dalam. Ia kembali mengintip dari balik tempat persembunyiannya dan mendapati dua penjaga baru masuk ke ruang makan d