Share

24. Bercanda

Penulis: NingrumAza
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-20 09:02:41
"Beres," ucap Devan. Lalu mengulurkan tangan bermaksud mengembalikan ponsel Syakila padanya. "Nih."

Gadis itu pun menyambut, tetapi saat tangannya akan menempel pada ponsel itu, mendadak ponselnya berdering kencang, membuat Devan urung mengembalikan.

Ada nama 'Mas Kamil' di layar ponselnya.

"Mau apalagi dia?" gerutu Devan.

Syakila tampak memicingkan matanya ketika mendapati calon suaminya itu menekan tombol reject. Kemudian tangan itu bergerak lincah pada keyboard seperti menulis sesuatu.

Sedetik kemudian dering itu kembali terdengar.

"Kenapa, Mas? Siapa yang menelepon?" tanya Syakila.

"Nih, Amuba telpon lagi!" jawab Devan sedikit ketus sambil memberikan ponsel Syakila padanya.

"Amuba?" Syakila mengulang kata sebagai pertanyaan seraya membaca tag si pemanggil di layar.

Memang ada nama Amuba yang sedang melakukan panggilan pada ponselnya. Seingatnya, dia tidak pernah memberi nama seperti itu pada nomor siapapun.

"Kamu boleh mengangkatnya, tapi harus di loudspeaker," perintah Devan.

"Mem
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Agus Roma
semangat Thor buat update
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   25. Mencari Tempat Tinggal Baru

    "Syakila! Kalau kamu masih ingin tinggal di sini, masuk sekarang!" perintah si ibu kost."I-iya, baik, Bu."Saat akan melangkah, Devan mencekal pergelangan tangan Syakila, membuat gadis itu urung meneruskan langkah, dan menoleh pada lelaki itu."Kemasi barang-barangmu. Kita tinggalkan tempat ini," seru Devan dengan sorot mata tajam mengarah pada ibu kost."Tapi, Mas---""Cepat atau tinggalkan saja semua barangmu. Aku akan membelikan semuanya dengan yang baru.""Jangan!" Buru-buru Syakila berseru. "Iya, tunggu sebentar," pintanya, kemudian melangkah cepat masuk untuk mengemasi barang sesuai perintah Devan. Dia tahu Devan tidak main-main dengan ucapannya.Sepeninggal Syakila, ibu kost yang memang tidak menyukainya pun tertawa mengejek."Bagus kalau kau bersedia menampung dia. Gadis miskin yang selalu telat bayar kost padahal katanya kerja, tapi pelit," ejeknya.Tangan Devan terkepal kuat diiringi mata yang juga terpejam menahan amarah."Gayanya sok-sokan mau membelikan barang-barang bar

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-21
  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   26. Menemui Kamil

    "kenapa ke hotel?" Syakila memberanikan diri untuk bertanya."Hanya tempat itu yang paling gampang ditemukan untuk tempat tinggal kamu malam ini. Besok, kita baru cari rumah untuk kita," terang Devan."Rumah kita?" ulang syakila."Hmmm. Untuk tempat tinggal kita setelah menikah. Kamu mau yang tipe bagaimana terserah.""Eum ... Memangnya Mas Devan sudah yakin mau menikahiku?" lirih syakila.Rasanya seperti mimpi seorang CEO perusahaan ternama sudi menikahi gadis kampung yang tidak berpendidikan tinggi seperti dirinya."Kau meragukanku?" Mata devan memicing."Tidak. Bukan, bukan begitu maksudku. Aku hanya ..." Syakila menjeda ucapannya. "Takut," lanjutnya lirih."Aku bukan tipe yang suka main-main. Jika bersedia, aku bahkan bisa menikahimu malam ini juga.""Mas Devan... " Sungguh, syakila ingin menangis mendengar penuturan Devan yang terdengar tulus padanya.Devan menepikan mobilnya untuk berbicara lebih intens."Syakila, dengarkan aku," ucap Devan sembari memegang pundak gadis yang dud

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-23
  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   27. Permohonan Kamil

    "Sejak ... Sejak satu bulan lalu. Ya, sekitar satu bula lalu aku alergi sama alpukat." Meski sempat bingung, tak ayal Syakila menemukan alasan yang tepat.Terkesan aneh bagi Kamil, tetapi pria itu memaksa untuk terlihat percaya.Di dalam mobilnya, Devan tersenyum tipis sambil geleng kepala mendengar alasan syakila. "Dasar nakal," gumamnya yang dapat didengar oleh Syakila.Gadis yang kini duduk di depan Kamil sedikit mencebik."Ya sudah, aku pesankan minuman yang lain saja, ya. Kamu mau pesan apa?" Kamil kembali menawari Syakila minum.Pria itu tak kehabisan akal untuk membuat wanita di depannya jatuh ke dalam pelukannya."Gak usah, Mas. Terima kasih. Aku gak bisa lama-lama. Bisa langsung ke topik yang mau dibicarakan saja?" tolak syakila.Pemuda yang sudah bertunangan itu nampak kecewa. Ternyata semua tak semudah yang ia bayangkan."Apa di hatimu sudah tidak tersisa lagi rasa untukku, Sya?" tanya kamil terdengar frustasi.Dahi Syakila berkerut. "Rasa apa? Untuk apa aku menyimpan peras

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-24
  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   28. Rencana Pernikahan

    "Kenapa, hem?"Syakila tak menjawab. Diletakkannya sumpit yang masih ia pegang di atas makanan yang tersisa sedikit. Tenggorokan wanita itu mendadak tercekat. Semua makanan yang semula terasa enak berubah hambar.Sementara Devan, dia masih asik menyantap hidangan di depannya. Pria itu menunduk sembari terus memasukkan makanan ke dalam mulutnya.Beberapa detik kemudian pria itu mendongak. Menatap syakila yang juga tengah menatapnya.Dengan genit dan tanpa rasa bersalah, pria yang memiliki jambang halus di dagunya itu mengedipkan sebelah matanya menggoda syakila."Apa kau takut kehilanganku? Oh tidak, tidak. Kau lebih takut tidak jadi menikah denganku 'kan?" canda Devan.Syakila bergeming. Bukan itu yang wanita itu takutkan, tetapi dia takut kembali dipermainkan. Tanpa berkata apapun lagi, Syakila beranjak hendak meninggalkan Devan."Aku memang tidak ingin bertunangan denganmu, tetapi aku ingin langsung menikah denganmu, Syakila Maharani!" seru Devan ketika langkah Syakila sudah terayun

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-25
  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   29. Hari Pernikahan

    "Kita harus melakukan sesuatu, Mil. Kita tidak bisa diam saja begini. Atau kamu sudah rela melepaskan Syakila pada Mas Devan?" ujar Yumna.Kamil yang baru saja pulang kerja langsung di berondong perkataan yang membuat hatinya sedih.Melihat wanita yang dicintainya akan menjadi milik orang lain, siapa yang tidak sakit hati? Andai dulu dia tidak pernah menyakitinya, pasti hari ini dia yang akan bahagia bersanding dengan wanita cantik, lugu nan manis itu.Nasi sudah menjadi bubur, tidak ada yang bisa diperbuat terkecuali menikmatinya.Sebelum menyahuti kakaknya, Kamil menghela napas. "Apalagi, Kak? Tidak ada lagi yang bisa aku lakukan. Semua sudah terlambat. Tinggal menghitung jam mereka akan sah menjadi suami istri."Kamil nampak pasrah."Kok kamu jadi nyerah gitu sih. Sebelum janur kuning melengkung, apapun bisa terjadi. Jangankan untuk sekedar akan, yang sudah menikah saja banyak yang pisah kok," sungut Yumna berapi-api."Terserah Kakaklah, aku capek mau istirahat," pungkas Kamil. Lal

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-27
  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   30. Syakila Hilang

    Setelah memastikan semua aman, Yumna memanggil dua orang laki-laki yang memang disiapkan untuk rencana ini. Lalu mereka membopong Syakila ke dalam mobil dan membawa gadis tak sadarkan diri itu ke sebuah penginapan kecil yang sebelumnya sudah di booking oleh Yumna.Beberapa jam kemudian, mobil mereka sampai pada penginapan yang jaraknya agak jauh dari tempat mereka tinggal. Tujuannya tentu saja agar tidak mudah ditemukan.Dua orang suruhan Yumna kembali membawa Syakila yang masih tertidur pulas ke dalam sebuah kamar berisi satu kasur cukup besar dan meletakkannya di sana.Setelah semua beres kakak beradik yang merencanakan hal buruk pada gadis tak berdosa itu bermaksud menghubungi Kamil."Cepat kamu panggil Kamil untuk menyusul kita ke sini," perintah Yumna pada Jasmin."Iya, Kak."Meskipun kemarin Kamil menolak ajakannya, tetapi Yumna tetap saja melibatkan adik laki-lakinya untuk ikut serta dalam rencananya."Ada apa, Jasmin?" tanya Kamil saat panggilan terhubung."Habis pulang dari k

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-28
  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   31. Insiden

    Syakila sadar bahwa dirinya tidak memakai sehelai benang pun ketika membuka mata. Hanya selimut putih polos yang menutupi.Tentu saja dia terkejut dan menarik selimut itu hingga menutup sempurna tubuhnya.Dan yang membuat jantungnya bagai tersambar petir ialah saat matanya melihat Kamil di ranjang yang sama dengan dirinya dalam keadaan yang bertelanjang dada.Langit seakan runtuh menghancurkan dunianya. Syakila menangis dalam diam. Air matanya mengalir deras. Ia mencengkeram selimut lalu beranjak perlahan mencari pakaian untuk kembali ia kenakan.Kamil yang pura-pura terlelap membuka mata dan duduk."Maafkan aku, Sya. Semalam kita ..." ucapan Kamil menggantung.Syakila tak peduli. Dia terus memunguti pakaiannya lalu masuk ke dalam kamar mandi.Di sana tubuh Syakila luruh ke lantai dengan pintu sebagai sandarannya."Ya Allah ... Apa yang sudah terjadi?" Syakila menangis tersedu-sedu di kamar mandi."Mas Devan. Bukankah seharusnya aku ...."Syakila kembali menjerit meluapkan segala amara

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-28
  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   32. Pencarian

    Langit pun seakan ikut menangis. Gerimis rintik-rintik mengiringi lunglai langkah kaki Syakila menapak pada bumi yang terasa begitu berat untuk dia jalani.Baru saja dia merasa kebahagiaan mulai menemui titik terang dalam hidupnya, tetapi semua itu hanya semu semata. Dalam sekejap dirinya harus kembali merasakan kepedihan yang teramat dalam.Andai bunuh diri tidak berdosa, mungkin sudah sejak dulu dia menabrakkan diri pada mobil atau bahkan kereta api yang tengah melaju dengan kencang.Air langit semakin deras mengguyur jagat. Tertatih Syakila menerobos derasnya hujan bersamaan dengan air matanya yang juga meluncur deras dari kelopak indahnya.Langkahnya semakin berat. Tanpa arah dia telah berjalan jauh. Rasa lelahnya membuat dia tersungkur di tengah jalan. Bahunya terguncang hebat. Dia menangis tersedu-sedu di sana. Bahkan ia tidak peduli andai ada mobil yang menelindas sekujur tubuhnya hingga remuk saat ini. Mungkin hal itu akan jauh lebih baik ketimbang ia harus menanggung kepediha

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-29

Bab terbaru

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   229

    Bamantara segera memanggil dokter. Sementara Sukoco, Amber dan Devan berdiri di sisi ranjang persalinan Syakila."Silakan menunggu di luar. Kami akan segera melakukan tindakan. Cukup suaminya saja yang berada di sini," ucap dokter sesaat setelah ia memeriksa pembukaan Syakila yang sudah genap."Baik, Dok." Mereka semua keluar, menyisakan Devan yang gemetar menemani Syakila.Dibantu beberapa perawat, dokter perempuan spesialis kandungan mengarahkan Syakila untuk mengatur napas.Suara erangan Syakila terus menggema di ruang bersalin. Devan tidak melepaskan genggaman tangannya, matanya memerah, dan hatinya penuh doa yang tak putus. Keringat deras membasahi dahi Syakila, tetapi semangatnya tak tergoyahkan."Sayang, kamu kuat. Sebentar lagi selesai," bisik Devan, suaranya bergetar menahan rasa cemas yang menyelubungi hatinya.Dokter memberi isyarat kepada Syakila untuk kembali mendorong dengan tenaga terakhir. "Ayo, Bu, sekali lagi! Tarik napas dalam dan dorong sekuat tenaga!"Dengan satu

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   228

    Mendengar teriakkan Renata, seketika membuat Devan dan ibunya panik. Sementara dokter segera mengambil tindakan dengan memberikan obat penenang. Terpaksa hal itu harus dilakukan kembali karena keadaan Renata yang belum bisa stabil mengontrol dirinya.Perlahan tapi pasti, teriakan Renata melemah dan akhirnya dia terbaring dengan mata terpejam di tempat tidur."Kira-kira, apa Renata bisa sembuh, Dok?" tanya Sukoco setelah mereka berada di luar ruangan."Semua kemungkinan tetap ada, Bu. Kita hanya bisa berusaha, selebihnya Tuhan yang akan menentukan," sahut dokter."Lakukan yang terbaik untuk Renata, Dok. Saya serahkan pada tim dokter di sini sembari membantu dengan doa," timpal Devan."Tentu, kami akan melakukan yang terbaik untuk pasien.""Terima kasih. Kalau begitu, kami pamit dulu, Dok. Kalau ada apa-apa, jangan sungkan untuk menghubungi saya.""Baik, Pak Devan. Terima kasih kembali."Kemudian mereka berpisah di lorong yang berbeda tujuan. Devan dan Sukoco berjalan pulang, sementara

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   227

    Suasana mendadak sunyi seakan menunggu jawaban Devan. Entah karena memang ingin mengetahui kabar Renata, atau karena bingung dengan reaksi Devan yang berubah mimik ketika ibunya bertanya, semua yang duduk lesehan di ruang tengah menatapnya.Menghembuskan napas panjang, Devan pun akhirnya menjawab setelah beberapa saat terdiam, "Renata sekarang berada di rumah sakit, Bu. Keadaannya tidak baik-baik saja.""Innalillahi ... Apa dia sakit di penjara?" Dengan keterkejutan yang tak dapat disembunyikan, Sukoco kembali bertanya."Devan juga kurang tahu, Bu. Rencananya besok Devan akan menjenguk untuk melihat keadaannya. Semoga dia baik-baik saja.""Kasihan sekali dia. Lalu, apakah Rosa tahu kalau Renata sakit?""Sepertinya belum, karena Tante Rosa sudah lama pindah dan Devan tidak tahu tempat tinggalnya yang baru."Sukoco mendesah pelan. Rasa iba seketika menghinggapi mengingat Renata pernah tinggal bersamanya. Meskipun akhir-akhir ini sikap gadis itu melewati batas, tetapi Sukoco tahu bahwa s

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   226

    "Maafkan aku, Veen. Aku gak tega menyembunyikan dari mereka, terlebih kamu harus melewatinya hanya bersama Mas Devan. Ya, meskipun aku tahu, kalian pasti bisa melewati semuanya," terang Nita menyela ucapan Syakila.Sahabatnya itu benar-benar tak tega saat menjenguknya beberapa waktu lalu di rumah sakit, sehingga keceplosan bilang pada Bamantara saat bertemu di butik. Nita pikir, dengan adanya do'a dari keluarganya, mungkin bisa mengurangi rasa sakit Syakila."Jangan salahkan Nita, Nak. Kita yang memaksanya untuk bicara," timpal Bamantara, memandang cucu angkatnya dengan sendu. Rasanya tak tega melihat wanita itu diuji terus menerus sejak dulu. Walaupun cuma cucu angkat, tapi Bamantara benar-benar menyayanginya."Lagian, kenapa kamu menyembunyikannya dari kami, hem?" tanya Amber sembari mengusap kepala Syakila.Istri dari Devan itu hanya menunduk. "Kila hanya tidak ingin terus menerus menambah beban pikiran kalian," lirihnya."Apa yang kamu katakan, Sayang. Kamu ini bukan beban, tapi k

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   225

    Devan meletakkan ponselnya di meja dengan tangan bergetar. Napasnya terasa berat, dan pikirannya dipenuhi kekhawatiran yang membingungkan. Wajahnya pucat, membuat Syakila semakin cemas.“Mas, apa yang mereka katakan?” tanyanya dengan nada panik.Devan menghela napas panjang sebelum menjawab. “Polisi bilang... Renata dalam kondisi buruk di penjara. Dia sering membuat keributan, dan itu membuat dia harus ditempatkan di ruang isolasi dan kemungkinan akan dipindahkan ke tahanan rumah sakit kejiwaan. Mereka minta aku datang.”“Astaghfirullah. Kenapa bisa begitu, Mas?" ucap Syakila tak kalah terkejut."Mas juga gak tahu, Sayang. Mas akan telepon Pak Herman saja untuk mengurusnya."Syakila tertegun sejenak. Ia tak tega melihat suaminya dilanda banyak masalah dan tanggung jawab. Andai bisa, ia ingin sekali membantu, tetapi kondisinya yang lemah mungkin hanya akan memperburuk keadaan. Untuk itu Syakila ingin mengurangi beban pikiran suaminya dengan pulang dan istirahat di Jakarta saja supaya l

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   224

    Renata duduk di sudut ruangan. Tubuhnya yang dulu anggun kini hanya menyisakan bayang-bayang kesengsaraan dengan rambutnya yang kusut."Mas Devan... tolong aku," lirihnya, hampir tak terdengar. Namun, suara itu terus diulang-ulang, seolah menjadi satu-satunya pegangan di tengah kegelapan.Para narapidana lain di sel besar itu menatapnya dengan berbagai ekspresi. Ada yang iba, tapi lebih banyak yang mencemooh. Salah satu dari mereka, wanita bertubuh kekar dengan tato di lehernya, mendekat sambil menyeringai."Kau pikir orang yang kau sebut namanya itu akan menyelamatkanmu? Hah! Kau ini cuma boneka yang sudah dibuang. Lihat dirimu sekarang!" Wanita itu meludahi tanah, matanya memandang Renata dengan jijik.Renata memejamkan matanya, mencoba mengabaikan ejekan itu. Tapi pikirannya tak bisa berhenti memutar ulang ingatan tentang Devan. Pria itu—satu-satunya yang dia anggap mampu menyelamatkannya dari tempat ini."Mas Devan pasti akan datang," gumam Renata. Suaranya nyaris tak terdengar, t

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   223

    Meski sudah berbulan-bulan tak sadarkan diri, kakak kandung almarhum Kamil itu masih sangat mengenali pria gagah di hadapannya. Pria yang dulu begitu didambanya, tetapi pada akhirnya dia harus merelakan ia berjodoh dengan yang lain meskipun awalnya penuh ketidakrelaan."Syukurlah akhirnya kamu sadar, Yum. Bagaimana perasaanmu sekarang? Apa yang kamu keluhkan?" Devan memberondong Yumna dengan pertanyaan setelah dokter selesai memeriksanya.Tak menjawab, Yumna menyunggingkan senyum tipis. Dokter kemudian menjelaskan bahwa kondisi Yumna sudah lebih baik, hanya saja ada beberapa hal yang ingin dokter sampaikan pada Devan tetapi tanpa sepengetahuan Yumna. Melalui sebuah kode, dokter itu menyuruh Devan untuk ikut dengannya ke ruangan."Kamu istirahatlah, aku keluar dulu," ucap Devan. Yumna mengangguk lemah.***"Maaf sebelumnya, apakah Anda suami dari pasien?" tanya dokter ketika mereka sudah berada di ruangan konsultasi."Bukan, Dok. Saya temannya. Atas permintaan almarhum adiknya, saya ya

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   222

    Di lorong rumah sakit, Devan duduk termenung di salah satu bangku, menggenggam secangkir kopi yang sudah dingin. Pikirannya berkelana, memikirkan dua wanita yang kini menjadi tanggung jawabnya—Sundari dan Yumna. Pesan terakhir Kamil masih terngiang jelas dalam ingatannya."Tolong jaga mamaku yang sedang struk, juga Kak Yumna yang masih koma."Suara langkah kaki membuat Devan menoleh. Perawat yang tadi menangani Sundari datang menghampirinya."Pak Devan, saya sudah memeriksa keadaan Bu Sundari. Sejauh ini stabil, tapi... sepertinya beliau sangat berharap Pak Kamil datang," ujar perawat itu hati-hati.Devan mengangguk lemah. "Saya mengerti. Saya akan mencari waktu yang tepat untuk bicara dengannya."Perawat itu ragu sejenak sebelum melanjutkan. "Saya yakin Pak Kamil ingin yang terbaik untuk keluarganya. Tapi beban ini tentu tidak mudah bagi Anda. Jika butuh bantuan, kami di sini siap mendukung."Devan tersenyum tipis, merasa sedikit terhibur oleh perhatian perawat itu. "Terima kasih. Sa

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   221

    Beberapa saat kemudian, perawat yang tadi berjanji kembali memasuki ruangan. Wajahnya tampak sedikit tegang, tapi dia mencoba tersenyum agar tidak menambah kecemasan pasiennya."Ibu, saya sudah coba hubungi Pak Kamil," katanya lembut.Sundari, yang terbaring di tempat tidur, berusaha menggerakkan bibirnya untuk bertanya. Namun, hanya gumaman lemah yang keluar. Perawat itu segera mendekat, menggenggam tangan Sundari dengan hati-hati."Pak Kamil sedang sibuk, Bu. Tapi beliau titip pesan bahwa beliau sangat sayang sama Ibu dan akan segera datang jika urusannya selesai," lanjutnya dengan suara penuh kebohongan yang terdengar begitu tulus.Mata Sundari sedikit berkaca-kaca. Meskipun tidak bisa berkata-kata, ia mencoba menunjukkan rasa terima kasih dengan menggenggam lemah tangan perawat tersebut."Tenang saja, Bu. Saya akan pastikan Ibu tetap sehat supaya bisa bertemu beliau nanti," ucap perawat itu sambil menyeka sudut matanya yang mulai basah.Namun di dalam hatinya, perawat itu merasa s

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status