Share

187

Penulis: NingrumAza
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-19 23:13:13

Empat laki-laki itu tetap membisu, duduk di kursi tunggu seperti patung tanpa ekspresi. Di tengah keheningan yang tegang, lorong rumah sakit mulai diisi suara langkah tergesa-gesa. Nita dan Ryan datang dengan wajah penuh kecemasan, seolah tak ingin membuang waktu.

"Kamil! Kamu Kamil kan? Di mana Syakila, bagaimana keadaannya?" Suara Nita pecah, menggema hingga membuat keempat lelaki itu menoleh.

Kamil, yang duduk di samping Jo, berdiri seketika. Dalam hati, dia lega mendapat alasan untuk mengalihkan perhatian dari sorotan mata Jo yang sejak tadi menelanjangi kegugupannya.

"Dia di dalam bersama Pak Devan dan keluarga. Dokter baru saja mengatakan untuk bergantian jika ingin menjenguk," jawab Kamil sambil menunjuk pintu ruang rawat.

Belum sempat Nita merespons, pintu itu terbuka. Bamantara dan Amber keluar, wajah mereka menyiratkan kelelahan.

"Opa, Oma!" Nita langsung berlari menghampiri Amber, memeluk wanita paruh baya itu dengan erat.

"Kenapa ke sini, Nak? Bukankah kalian seharusnya di
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   1. Gadis Kampung

    "Oh, jadi kamu Syakila? Si perempuan kampung yang bermimpi jadi istri adikku?"Deg!Baru saja tiba di restoran yang dimaksud sang kekasih untuk bertemu keluarga pria itu, Syakila justru disambut sinis dua perempuan asing dalam balutan kebaya.“Maaf, kalian–”“Ck! Aku Yumna, kakak Kamil, dan ini Jasmin adik Kamil," potong wanita berkebaya cream itu lalu tertawa merendahkan."Jas, panggil Mama. Tamu spesialnya udah dateng," perintah Yumna lagi–masih membiarkan Syakila berdiri di ambang pintu masuk restoran.Beribu tanya sontak berkecamuk di benak Syakila. Dia memang belum dikenalkan pada keluarga Kamil. Tapi, pria itu mengatakan bahwa hari ini keluarganya mengundang Syakila. Lantas, mengapa mereka justru memperlakukannya seperti ini?"Mana gadis kampung itu?" Sebuah suara terdengar dari arah belakang, membuat Syakila tersadar dari lamunan.Dia mendapati seorang wanita paruh baya yang juga mengenakan kebaya tengah berdiri congkak. Tak hanya itu, dia berjalan diikuti Kamil yang diapit len

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   2. Endorse

    Ucapan Syakila menggantung, terlebih kala mendapati bosnya tersenyum. "Tahu, dong. Sang Pemimpi kan, namanya? Dongengnya bagus-bagus. Ibu suka nonton sama cucu Ibu." Seketika wajah Syakila memerah karena malu. Ternyata selama ini bos-nya diam-diam mengikuti kegiatan barunya."Hehehe, saya cuma iseng aja, Bu. Daripada gak ngapa-ngapain," terang Syakila kikuk."Udah ada endorse masuk belum?""Endorse apaan, Bu? Orang cuma live begituan siapa yang mau pake.""Ya udah. Kalau gitu, Ibu orang pertama yang akan pake jasa kamu. Mulai malam nanti, kamu live baju-baju dagangan Ibu, ya."Mata Syakila sedikit terbelalak. Bukan ia tak mau membantu bosnya itu, tetapi ia takut baju-baju yang ia pasarkan di platform itu tidak laku. Intinya ia takut gagal!"Tapi saya belum tahu caranya gimana, Bu. Kalau ada yang pesen bagaimana?" Itu hanya alasan saja. Sejauh ini Syakila sudah cukup mengerti perdagangan online. Akan tetapi, ia pura-pura gaptek, agar bosnya itu berpikir ulang."Udah, coba aja dulu.

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   3. Buntu

    Di sisi lain, dengan tekad dan keyakinan, Syakila mulai memulai streaming. Menjajakan beberapa baju yang ia bawa. Merapalkan doa-doa dalam hati, berharap usahanya membuahkan hasil. Nyatanya, realita tak sesuai ekspektasi.Apa yang sempat Syakila khawatirkan terjadi. Baju-baju dagangan Bu Sukoco yang di live tak banyak yang terjual.Awalnya Syakila berpikir positif. Mungkin karena dirinya masih pemula, sehingga butuh proses dan waktu untuk membuahkan hasil memuaskan.Namun, hal demikian berlarut pada live-live berikutnya. Malahan, semenjak Syakila menjual baju di dalam live-nya, jumlah penonton dan sawerannya semakin berkurang tiap harinya. Itupun banyak yang mengeluhkan dongeng yang Syakila ceritakan tak semenarik dulu."Sekarang jadi gak asik.""Jadi malas nonton.""Jangan sambil dagang dong, kayak dulu. Biar dongengnya lebih fokus dan menarik."Dan masih banyak lagi komen-komen yang membuat Syakila down.Mawar yang biasa bertaburan pun ikut meredup. Tersisa beberapa orang saja dan

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   4. Haters Syakila

    "Dalam hidup ada dua pilihan. Mau menyerah, atau bertahan? Jika bertahan membuatmu sakit, maka menyerahlah. Tetapi, bila menyerah ternyata juga sulit, maka tinggalkan keduanya. Kamu tidak perlu menjadi lilin untuk bisa bermanfaat bagi kehidupan. Cukup menjadi air putih. Sederhana, tetapi besar manfaatnya untuk kehidupan."Syakila mendongak. Matanya mengerjap tak mengerti dengan apa yang di katakan Devan. Mata dengan hiasan bulu lentik alami itu memandang wajah Devan, membuat lelaki itu gemas. 'Kenapa tingkahnya lucu begitu?' batin Devan, saat sesekali mencuri pandang pada Syakila."Maksudnya apa, Mas?" tanya Syakila polos.Pria berambut belah pinggir ala-ala korea itu hanya menghela napas. "Lupakan! Memang susah ngomong sama anak kecil."Syakila mencebik. Selalu begitu setiap dirinya berbicara dengan Devan. Lelaki tampan yang berusia beberapa tahun di atasnya itu selalu menganggap ia anak kecil yang tak mengerti apapun."Ayok! Buruan!" pekik Devan."Ke mana?" Syakila pun ikut memekik

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   5. Gift

    “Enggak! Gak kenal aku. Kakak kan tahu, aku gak suka sama platform itu," jawab Kamil berbohong.Pasti akan panjang ceritanya kalau Kamil menyebutkan siapa pemilik akun itu. Bukan bermaksud melindungi, tetapi dua tahun menjalin hubungan membuat Kamil merasa tak tega pada Syakila jika terus terusan diserang oleh kakak dan adiknya. Apalagi, selama dua tahun itu, Syakila selalu memperhatikan dan memperlakukan dirinya dengan baik."Eh, dia masih gak menyerah kak. Bebal juga nih orang. Serang lagi yuk, Kak!" ajak Jasmin yang masih memperhatikan Syakila."Mana?" sahut Yumna.Lalu Jasmin menunjukkan ponsel miliknya pada kakaknya itu."Iya. Dasar muka tembok!" caci Yumna."Udah deh, dari pada ngurusin orang yang gak kenal, mendingan kalian istirahat. Besok kamu harus sekolah loh, Jas." Kamil berusaha mencegah dua saudaranya yang akan kembali menyerang Syakila."Ah, Kak Kamil gak seru!" Jasmin beranjak seraya menghentakkan kakinya kesal."Tahu tuh, Kamil. Ganggu aja!" Yumna pun ikut sewot, dan

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   6. Menantu

    Sekitar 45 menit, mobil yang dikendarai Devan berbelok pada sebuah pusat perbelanjaan. Syakila yang sedari awal naik hanya memandang ke luar jendela dibuat bingung, kenapa dirinya di bawa ke tempat seperti ini? Tetapi, gadis yang sejak tadi diam itu tak memiliki sedikit nyali, walau sekedar bertanya pada lelaki berwajah datar di sampingnya.Tanpa terdengar satu katapun, Devan keluar dari mobil yang telah terparkir apik di basement, meninggalkan gadis yang ia bawa begitu saja."Kok aku ditinggal, sih?" cibir Syakila. Ia sedikit takut dengan tempat sepi seperti ini.Selain karena tidak terbiasa datang ke tempat seperti ini, gadis itu memang penakut dengan tempat-tempat yang terlihat seperti lorong ataupun bawah tanah."Ya Tuhan ... Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan?" Gadis itu terus bermonolog sendiri.Ia masih berdiam diri di dalam mobil mewah milik anak dari juragannya.Syakila terlonjak, ketika sebuah ketukan keras terdengar dari balik kaca mobil di mana ia berada.Ketakutan

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   7. Calon Istri

    Pukul 14.15 wib, mobil yang ditumpangi Bu Sukoco dan Syakila tiba di rumah mewah Bu Sukoco.Bangunan tinggi menjulang dengan hiasan taman itu, mempercantik halaman di sana, membuat Syakila terpesona."Ayo, masuk! Aira pasti senang lihat kamu," ajak Bu Sukoco.Sambil terus melangkah, Syakila mencoba memberanikan diri untuk bertanya pada bos wanitanya itu. "Memangnya Aira kenal sama saya, Bu?""Kenal, dong. 'Kan, dia itu penggemar berat kamu di toktok. Tiap malam loh, Aira menantikan dongeng kamu sebelum tidur," ujar Bu Sukoco semringah."Ibu cerita kalau itu saya?" tanya Syakila memastikan."Enggak. Ibu cuma janji bakal membawa tukang dongeng kesayangannya ke sini. Sebagai nenek yang baik, Ibu harus menepati janji, dong," sahut Bu Sukoco sembari melebarkan senyuman."Owh, begitu."Tepat ketika Syakila dan Bu Sukoco akan berbelok ke ruang tengah yang terhubung langsung pada pintu menuju kolam renang, sebuah mobil terdengar memasuki halaman rumah itu.Bu Sukoco menghentikan langkahnya,

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   8. Mommy

    "Memangnya, siapa wanita itu, Jeung?" tanya Bu Sundari membuang penasaran.Bu Sukoco hanya mencebik. Bahunya terangkat acuh sembari melenggang meninggalkan ibu dan anak yang hanya bisa menahan kesal."Gimana dong, Ma? Gak mau tahu! Pokoknya Devan harus jadi milikku!" Yumna merengek. Kakinya dientak-entakkan ke lantai seperti anak kecil kehilangan mainannya."Udah, kamu tenang saja! Selama belum ada janur kuning melengkung, apa pun bisa kita lakukan." Bu Sundari mencoba menenangkan."Tapi kalau Devan tetep keukeuh sama wanita itu gimana, Ma?" Lagi-lagi Yumna merengek."Makanya kamu tenang, dong ...! Kalau kamu kayak gitu, gimana Devan bisa tertarik. Tunjukkan kalau kamu lebih baik dari wanita tadi.""Caranya?""Ya kamu jangan seperti anak kecil begitu. Kita ini wanita berkelas. Keluarga kita terpandang. Angkat dagumu, dan kita singkirkan wanita itu pelan-pelan," bisik Bu Sundari dengan seringai tipis penuh makna.Seolah mengerti, Yumna pun melakukan hal yang sama. "Sekarang kita masu

Bab terbaru

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   187

    Empat laki-laki itu tetap membisu, duduk di kursi tunggu seperti patung tanpa ekspresi. Di tengah keheningan yang tegang, lorong rumah sakit mulai diisi suara langkah tergesa-gesa. Nita dan Ryan datang dengan wajah penuh kecemasan, seolah tak ingin membuang waktu."Kamil! Kamu Kamil kan? Di mana Syakila, bagaimana keadaannya?" Suara Nita pecah, menggema hingga membuat keempat lelaki itu menoleh.Kamil, yang duduk di samping Jo, berdiri seketika. Dalam hati, dia lega mendapat alasan untuk mengalihkan perhatian dari sorotan mata Jo yang sejak tadi menelanjangi kegugupannya."Dia di dalam bersama Pak Devan dan keluarga. Dokter baru saja mengatakan untuk bergantian jika ingin menjenguk," jawab Kamil sambil menunjuk pintu ruang rawat.Belum sempat Nita merespons, pintu itu terbuka. Bamantara dan Amber keluar, wajah mereka menyiratkan kelelahan."Opa, Oma!" Nita langsung berlari menghampiri Amber, memeluk wanita paruh baya itu dengan erat."Kenapa ke sini, Nak? Bukankah kalian seharusnya di

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   186

    "Eh, anu ... Itu, saya ---""Sudahlah, Dev. Sebaiknya kita segera masuk. Siapa tahu Bu Syakila saat ini sudah sadar." Jo menyela, terkesan melindungi Kamil padahal dia sendiri menaruh rasa curiga pada lelaki bertubuh tinggi kurus itu."Ya, tapi---""Tidak ada tapi-tapian, Bos. Istrimu sudah menunggu di dalam." Lagi-lagi Jo tak membiarkan Devan menginterogasi Kamil. Di otak sahabat Devan itu sudah tersusun rencana matang untuk menyelidiki tentang Kamil. Firasatnya mengatakan ada keanehan pada lelaki yang masih berdiri di depannya dengan gelagat gugup itu."Kamu benar, Jo." Devan lalu berjalan masuk ke rumah sakit, dan berusaha membuang pikirannya tentang Kamil. Mungkin dia hanya menebak, pikirnya.Sementara Jo tersenyum manis pada Kamil agar tak merasa gugup lagi. "Yuk, kita juga ikut masuk," ajaknya."Iya, mari."Kamil dan Jo lalu berjalan beriringan menuju rumah sakit menyusul Devan.Kamil begitu pandai menghilangkan kecemasannya, terbukti dia begitu santai saat berjalan bersama Jo.

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   185

    Syakila baru saja selesai melakukan kuretase setelah sebelumnya melakukan dilatasi selama lima jam. Saat ini dia belum sadarkan diri dari pengaruh obat bius.Devan dan keluarga masih setia menemani, hingga satu pesan dari orang kepercayaannya berhasil membuat dia harus meninggalkan rumah sakit sebentar."Bu, Opa, Oma, Devan ada urusan penting. Tolong jaga Syakila. Setelah urusan Devan selesai, Devan akan segera kembali," pamitnya."Iya, Nak. Semoga urusanmu cepat selesai," sahut sang ibu sambil mengelus pundak Devan."Iya, Bu."Setelah itu Devan berjalan cepat menuju parkiran. Tak lupa dia juga menyuruh anak buahnya untuk standby di sekitar ruangan istrinya.Dengan kecepatan tinggi, kini Devan telah sampai di markas tempatnya berkumpul dengan anak buahnya.Di sana sudah ada Jo dan Alex yang menunggu."Sorry, Bro. Aku turut berdukacita," ucap Jo."Hmmm. Tak apa. Kau juga sedang bersedih. Kenapa kamu sudah kembali? Bukankah masih ada waktu cuti beberapa hari?" ucap Devan heran, sebab sa

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   184

    "ada apa, Non?" Anton bertanya dengan panik."Maaf, Pak Anton, tidak ada apa-apa. Saya hanya sangat bahagia karena sahabat baik saya akhirnya akan segera menikah," jawab Syakila."Syukurlah, kalau begitu kami kembali ke depan. Permisi.""Iya, Pak. Maaf bikin panik.""Gak pa-pa, Non."Sepeninggal Anton dan temannya, Syakila kembali memperhatikan kertas yang berhiaskan ukiran indah beserta foto dua sahabatnya yang sedang tersenyum bahagia. "Pantas mereka gak ada kabar akhir-akhir ini, ternyata mereka sedang sibuk mempersiapkan pesta pernikahan. Masya Allah ...." Antara bahagia dan tidak menyangka, Syakila terus memperhatikan."Pantas saja beberapa waktu lalu pas Opa ke butik, Nita gak ada. Katanya sedang cuti beberapa hari. Ternyata ini alasannya," ujar Bamantara."Oma senang, akhirnya Nita menemukan jodohnya. Dia gadis yang baik." Amber ikut membuka suara."Nita memang jagonya bikin kejutan. Tapi kok Mas Ryan ikutan sembunyi-sembunyi, sih? Biasanya kalau ada apa-apa pasti cerita ke ak

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   183

    Setelah kepergian kakak yang dulu pernah diremehkannya, Jasmin harus kembali masuk ke dalam sel. Dengan membawa dua kantong kresek berisi makanan, Jasmin nampak sedikit berbinar. Setidaknya untuk nanti malam dia tidak terlalu kebingungan ketika dia ingin makan sesuatu.Demi menjaga psikologis Jasmin yang pernah melakukan aksi bunuh diri, Lapas memperbolehkan Jasmin membawanya ke dalam setelah melakukan pengecekan terlebih dahulu. Sayangnya hal itu tidak berlangsung lama, sebab rombongan napi yang suka usil terhadapnya datang menghampiri. Lima orang wanita berbadan besar menghadang langkah Jasmin."Sepertinya bawa makanan. Bagi, dong," ucap salah satunya.Jasmin mengeratkan genggaman kantong kreseknya. "I-iya, nanti pasti aku bagi-bagi kok, tapi aku harus ke sel-ku dulu," sahut Jasmin terbata dan berusaha melangkah menerobos lima orang di depannya."Jangan terburu-buru, dong." Dua orang langsung mencekal tangan Jasmin. "Boleh aku lihat isinya?""Enggak. Tolong, kali ini jangan ambil m

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   182

    Sosok itu lalu menghilang di tengah gelapnya malam. Tak ada yang menyadari, sebab bodyguard belum sepenuhnya tersebar.***Dua hari setelah insiden itu, suasana masih normal dan aman. Sayangnya, keberadaan Rosa belum juga diketahui oleh orang suruhan Devan. Wanita itu terlalu pintar bersembunyi.Keadaan Renata semakin kacau di penjara. Beberapa hari lagi sidang putusan, dan dia masih berharap Devan mau memaafkan dan mencabut tuntutannya. Namun, harapan tinggal harapan, Devan bahkan tak pernah lagi datang menemuinya. Sementara itu, keadaan Dion dan Jasmin juga tak kalah menyedihkan. Dion kini telah menjadi pelacur laki-laki yang suka rela melayani Jek dan anggotanya. Kehidupannya di penjara lebih baik dari yang sebelumnya memang, tapi dia harus merelakan kehormatan sebagai lelaki sejati menjadi ternoda. Namun, bagi Dion hal itu kini bukanlah masalah.Berawal dari jijik, kini justru Dion sangat menyukai permainan itu. Dia bahkan lupa hal buruk apa yang bisa saja menimpa dirinya kemudia

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   181

    "Apa itu, Mas?" Syakila penasaran. Ia pun mendekati Devan untuk melihat apa isi kertas putih itu."Boleh aku lihat itu apa, Mas?" Tanpa menunggu jawaban, Syakila lantas merebut kertas itu dan membuat Devan terkesiap."Sayang --""Kalian boleh bahagia sementara waktu. Tunggulah sampai aku lenyapkan janin di perut Syakila, maka hari itu adalah awal penderitaan kalian yang sesungguhnya!" Seketika Syakila menegang setelah selesai membaca tulisan dalam kertas itu."Astaghfirullah, siapa yang melakukan ini, Mas." Syakila benar-benar ketakutan. Dia memegangi perutnya sambil celingukan."Tenanglah, Sayang. Mas pasti akan melindungi kalian. Tidak akan terjadi apa-apa pada keluarga kita, Mas janji." Devan merengkuh Syakila dan membawanya ke dalam rumah.Sampai di dalam, seluruh keluarga kaget melihat Syakila dalam rengkuhan Devan dengan keadaan wajah yang pucat."Syakila kenapa, Dev? Kamu apakan dia? Tadi gak kenapa-kenapa kok." Sukoco langsung berdiri dan mendekati anak menantunya."Gak pa-pa,

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   180

    Devan turun dari mobil dengan wajah penuh amarah. Ia berdiri di depan rumah kosong yang terlihat lusuh, jauh dari bayangan tempat layak tinggal. Cat dinding mulai mengelupas, dan pintu kayunya tampak berkarat.Pengacara Devan, Pak Hendra, melangkah mendekat dengan tatapan cemas. “Sepertinya ini bukan tempat yang benar, Pak. Tidak ada tanda-tanda kehidupan di sini.”Devan mengepalkan tangannya, mencoba menahan rasa frustrasi. Ia tidak bisa percaya bahwa Renata berani mengarahkan mereka ke tempat kosong seperti ini. "Renata... Berani sekali dia mempermainkan aku," geramnya. Matanya menelusuri sekeliling, berharap menemukan petunjuk bahwa Rosa ada di sekitar sini, tapi yang ia dapatkan hanya keheningan.Pak Hendra mengeluarkan ponsel dan membuka catatan, mencoba mencari kemungkinan lain. “Mungkin dia sengaja mengelabui kita, Pak Devan. Bisa jadi ada orang yang tahu tentang Rosa di sekitar sini.”Devan mengangguk, mengendalikan emosinya. “Baiklah. Kita harus cari tahu. Aku tidak akan pu

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   179

    Renata memandang kosong ke arah Devan, seolah mencoba mencari jejak kebaikan yang pernah dia kenal di dalam mata dingin lelaki itu. Setiap harapan yang dia simpan perlahan memudar, digantikan oleh ketakutan dan kesadaran bahwa Devan kini adalah musuh terbesar dalam hidupnya."Di mana mamamu? Jawab cepat!" Devan mengulang pertanyaannya dengan nada dingin yang menusuk, membuat nyali Renata menciut.Renata menelan ludah, mencari kata-kata yang bisa meyakinkan Devan. "Aku ... aku benar-benar gak tau, Mas," jawabnya terbata-bata. "Tapi, mungkin Mama pergi ke rumah Tante Rina ... sepupu Mama di luar kota. Mama juga gak pernah mengunjungiku di sini."Devan mengerutkan alis, tampak tidak puas dengan jawaban itu. Dia memberi isyarat kepada pengacaranya, seorang pria bertampang tegas yang duduk di sebelahnya, untuk mencatat informasi tersebut. Renata masih bingung kenapa Devan mencari mamanya."Renata, kau akan menanggung akibatnya kalau kau berbohong." Devan menyipitkan matanya, sorotannya taj

DMCA.com Protection Status