Share

Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan
Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan
Penulis: Ririichan13

Tertangkap Basah

“Ah, Sayang – terus, lebih cepat ....”

Andri terdiam di ambang pintu kamar Agra, tunangannya. Tangannya sedikit gemetar sambil memegang gagang pintu, sementara telinganya masih bisa mendengar jelas suara rintihan dan desahan dari dalam kamar.

Dengan perlahan, ia mulai membuka pintu kamarnya sedikit, membuat celah agar ia bisa melihat apa yang terjadi disana.

Namun, seketika jantungnya pun seolah berhenti saat melihat pemandangan itu

Disana, ia melihat Agra tengah memadu kasih dengan seseorang. Dan yang lebih menyesakkannya lagi, perempuan itu adalah Arsy, adiknya sendiri.

“Ah, Sayang, aku hampir ....”

Andri sudah tak kuasa mendengar kalimat yang menjijikan itu kembali. Ia pun berusaha menguatkan hatinya, hingga akhirnya ....

Brak!

Pintu kamar pun terbuka cukup lebar, membuat kedua insan yang sedang memadu kasih itu langsung terkesiap kaget dan menoleh ke arah pintu.

“Mbak.”

“Sayang.”

Ucap kedua orang itu secara serempak.

Agra segera melepaskan tubuhnya dari tubuh Arsy, lalu mengambil sebuah selimut untuk menutupi tubuh Arsy, sementara dirinya segera menyambar celana pendek yang berada tak jauh dari sana.

“Kalian --,” ucap Andri geram, tangannya nampak mengepal kuat berusaha menahan gejolak amarah di dadanya.

“Sayang, aku bisa jelasin, ini nggak seperti yang kamu pikirkan,” ucap Agra berusaha mendekat ke arah Andri setelah memakai celana pendeknya.

Andri menggeleng pelan, dan berkata, “gak seperti yang aku pikirkan, Mas? Kamu pikir aku buta, gak bisa lihat kelakuan kalian?”

Pandangan Andri pun kini beralih pada sang adik yang begitu ketakutan sambil mencengkram selimut.

“Kamu ... dasar wanita murahan!” seru Andri sambil menunjuk wajah Arsy.

“Sayang, aku mohon denger penjelasan aku dulu,” ucap Agra melembut.

Wajahnya sedikit memelas, ia pun berusaha meraih lengan Andri namun berhasil ditepisnya. Andri tak sudi tangannya dipegang oleh tangan yang telah menjamah wanita lain.

“Jangan sentuh aku! Pernikahan kita batal, Mas!” seru Andri dengan tegas sambil terisak.

Air matanya perlahan mulai turun membasahi wajahnya. Hatinya sakit dan juga kecewa melihat apa yang barusan terjadi itu. Ia pun lalu menghapus air matanya kasar dan bersiap untuk pergi.

Agra menggelengkan kepalanya pelan, wajah putihnya langsung memucat pasi, mungkin agar membuat Andri kembali iba.

“Kamu jangan sembarang bicara, Andri. Aku hanya khilaf, Sayang,” ucap Agra kembali.

“Khilaf?” tanya Andri sarkas.

“Ayo lah, Sayang. Pernikahan kita gak mungkin bisa dibatalkan. Apa kamu lupa kalau persiapan pernikahan kita sudah hampir rampung semua? Jadi, apapun yang terjadi, pernikahan kita akan tetap berlangsung,” jawab Agra.

“Nggak, Mas. Pokoknya aku mau pernikahan kita batal,” ucap Andri kekeuh degan apa keputusannya.

“Jangan egois, Andri. Pikirkan perasaan Kakek dan juga Ayahmu kalau pernikahan kita batal,” ucap Agra pelan.

Andri memejamkan matanya sebentar. Terbayang sudah bagaimana hancurnya perasaan sang kakek dan ayahnya jika tau bahwa pernikahan mereka batal. Tapi, jujur ia tak ingin melanjutkan pernikahan ini kembali.

“Maaf, Mas, aku yakin mereka akan paham tentang perasaanku setelah ini,” ucap Andri tegas.

Andri menatap wajah tampan Agra. Wajah yang selalu ia puja dan ia harapkan selama ini, namun kini wajah itu malah terlihat begitu menjijikan.

Wajah tampan itu pun kini berubah menjadi merah bak kepiting rebus saat mendengar ucapan Andri barusan.

“Andriyani Devandra, apa kamu tak memikirkan perasaan semua orang jika pernikahan ini batal? Ini gak cuma tentang Ayah dan Kakek tapi dengan yang lainnya. Kamu gak lupa kan dengan banyaknya biaya yang udah aku dan keluargaku keluarkan untuk pernikahan ini?” tanya Agra kembali.

“Mas, tak sadarkah kamu? Harusnya kamu yang sadar diri, gimana sama perasaan semua orang kalau kamu melakukan hal menjijikan sama jalang itu!” tegas Andri lantang.

Dadanya nampak kembang kempis seolah menahan gejolak amarah yang ada. Tubuhnya sedikit gemetar dan tak ada lagi air mata yang turun. Perasaannya pun nampak kacau dan sulit dideskripsikan.

“Andriyani! Tutup mulutmu. Aku udah bilang kan, aku ini khilaf, dan jangan pernah ngatain Arsy itu jalang. Dia kekasih baru, Mas!” sentak Agra tak terima.

“Ooh kekasih baru tah? Lalu, sebutan apa yang pantas buat perempuan yang rela menyerahkan tubuhnya kepada laki-laki lain sebelum menikah? Apalagi, laki-laki itu, adalah calon kakak iparnya sendiri? Ani-ani kah? Atau cabe-cabean?” tanya Andri seolah meledek.

“Sudah cukup! Ini hanya salah paham, Ndri. Mas rasa gak perlu dibesar-besarkan,” ucap Agra kali ini dengan lebih lembut.

“Terserah,” ketus Andri.

Andri menghela napasnya kasar. Ingin rasanya kembali mendebat namun ia rasa percuma. Lebih baik ia segera pergi saja dari sini dan mengadukan semuanya pada kakek dan ayahnya.

****

Plak!

“Memalukan!”

Sebuah tamparan meluncur di wajah tampan Agra, kali ini Om Nathan yang melakukannya.

Ya, setelah pulang dari kediaman Agra, Andri pun memutuskan untuk mengadukan semuanya pada Ayah dan juga Kakeknya.

Dan di sini, di rumah keluarga besar Wiguna, mereka pun kembali dikumpulkan untuk membahas hal ini.

Suasana di ruang tamu ini pun mendadak tegang dan juga canggung.

Andri pun mengerti, mengapa Om Nathan melakukannya. Semua orang tua pun pasti akan melakukan hal yang sama saat mengetahui anaknya melakukan hal tak senonoh sehari menjelang pernikahannya.

“Kenapa Papa pukul Agra, hah?!” sentak Arga tak terima.

“Kamu pantas mendapatkannya Agra! Kamu bener-bener anak gak tau diri! Bikin malu keluarga aja bisanya!” bentak Om Nathan dingin.

“Papa bilang aku gak tau diri? Harusnya Papa bersyukur, kalau aku gak jadi nikah sama dia!” sentak Agra kembali.

Wajahnya nampak memerah, dadanya kembang kempis seolah menahan amarah yang ada.

“Bersyukur? Apa maksudmu dengan bersyukur? Di sini, kamu yang salah dengan tidur sama adik ipar kamu, tapi kenapa kamu malah bilang bersyukur, hah? Gak ada otak kamu!” sentak Om Nathan sedikit terperangah.

Agra nampak menyunggingkan sedikit senyumnya seolah meledek.

“Pa, asal Papa tau, Andri itu, nggak cuma udik dan kampungan, tapi dia juga mandul, Pa. Mandul! Bayangkan, Pa, Papa nikahin aku ke perempuan macem dia, terus berharap kita punya anak, itu cuma mimpi, Pa, mimpi!” sentak Agra kembali.

Deg!

“Ma—mandul?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status