Keesokan malam, Sunny merias wajahnya dengan tebal untuk menutupi kepucatannya akibat kondisi tubuh yang masih lemah. Dengan gaun seksi, dia naik ke kapal pesiar di tepi pantai.Sunny mendapatkan informasi dari Hara bahwa Jay baru saja tiba di Kota Huari dan ada banyak pengusaha kaya yang menjamunya, bahkan mengadakan pesta mewah di atas laut untuknya. Kesempatan ini tentu tidak akan dilewatkan oleh Sunny.Sunny menyamar sebagai wanita pendamping, menyusup ke kapal pesiar, dan menemukan Jay di tengah kerumunan.Setelah minum beberapa gelas, Jay mulai mabuk dan dikelilingi oleh banyak wanita. Namun, dia terlihat mulai bosan.Sunny memakai topeng Cleopatra setengah wajah, membawa tongkat perak, dan memakai gaun seksi. Dia sengaja berjalan di depan Jay untuk menarik perhatiannya.Jay mendorong para wanita di sekitarnya dan mendekati Sunny. Saat dia mencoba menyentuh pinggang Sunny, Sunny pun menghindar. Setelah beberapa kali percobaan, Jay akhirnya terpikat olehnya.Karena ini adalah wakt
Sebelum berangkat malam itu, Milla melirik tongkat yang diletakkan di samping kursi. Dia ragu selama beberapa detik dan akhirnya tidak membawanya.Kaki kirinya sebenarnya sudah bisa berjalan normal, tetapi dia terbiasa bergantung pada tongkat sehingga masih agak kaku saat berjalan. Namun, malam ini dia mewakili Grup Jauhari untuk menghadiri acara kelas atas. Sudah saatnya melepaskan tongkat itu dan memberi dirinya awal yang baru.Milla pergi bersama Joy. Di perjalanan, Milla sengaja bertanya kepada Joy, yang informasinya selalu terkini, "Ryan memukul Sunny sampai masuk rumah sakit. Lalu, gimana dengan anaknya?""Anaknya? Tentu saja mati!" Joy menjawab sambil mengemudi, "Kalaupun Ryan nggak memukulnya, Sunny juga nggak akan mempertahankan anak itu."Melihat wajah Milla yang tampak dingin, Joy tak kuasa bertanya, "Yang benar saja, jangan bilang kamu kasihan sama jalang itu. Kudengar, meskipun dirawat di rumah sakit, dia tetap sibuk. Kemarin, dia bahkan sudah keluar dan pergi ke pesta kap
Jay hampir menempel di tubuh Milla, kedua matanya terus menjelajah tubuh Milla. Meskipun tidak puas dengan sikap angkuhnya, Jay terpesona oleh kecantikannya yang luar biasa dan tidak sabar ingin memeluknya."Pak Jay, aku ke sini untuk membahas kerja sama pengembangan parfum. Apa kamu sudah melihat proposal dari Grup Jauhari?" tanya Milla sambil menghindari tangan gemuk Jay dengan lincah."Eh?" Jay melambaikan tangannya di depan wajah Milla. "Jangan bahas hal-hal yang bisa merusak suasana. Kita bertemu lagi, ini takdir. Kamu harus menepati janji! Ayo, ikut aku ke lantai atas!""Dalam undangan, kamu menyebutkan bahwa tujuan acara ini adalah untuk membahas kerja sama." Milla menegaskan.Jay yang kesal pun mengernyit. "Kerja sama apa? Aku sudah menyelidikinya. Sekarang Keluarga Jauhari sudah bangkrut sampai harus menjual putri mereka untuk menyanjung orang kaya. Selama kamu bisa memuaskanku malam ini, aku bisa memberimu lebih dari apa yang kamu inginkan!""Heh." Milla tersenyum sinis. Dia
Chris duduk di kursi roda, sementara Milla terjatuh di pahanya. Benturan keras saat Milla berlari membuat kursi roda sedikit miring. Berat badan keduanya pun membebani Wilson yang berdiri di belakang kursi roda, menopangnya agar tidak terbalik.Wilson tidak tahu apakah dirinya harus melihat atau berpaling. Bagaimanapun, posisi Milla dan Chris terlalu mencanggungkan. Dia takut nyawanya melayang jika melihat terlalu lama.Milla telah menyadari bahwa orang yang ditabraknya adalah Chris. Dia memegang kaki Chris dan kursi roda, berusaha untuk bangkit. Namun, tiba-tiba terdengar suara para pengawal Jay yang mengejar di belakang. "Berhenti! Kamu nggak akan bisa lolos!"Para pengawal itu segera diadang oleh para pengawal Chris. "Pak Chris ada di sini. Siapa yang berani mendekat?"Para pengawal Jay mencoba melihat ke depan. Terlihat Chris menarik jasnya untuk menutupi wajah Milla yang berada di antara kakinya. Posisi itu ... cukup jelas bagi siapa pun yang melihat.Chris ini memang luar biasa.
"Silakan," ujar Chris dengan nada tidak sabar."Kudengar sebelum pesta Jay, perusahaannya sudah diakuisisi. Pabriknya tetap beroperasi normal, tapi Jay telah didepak. Apa kamu tahu soal ini?" tanya Milla dengan tenang sambil mengamati ekspresi Chris.Chris bertanya balik dengan ekspresi datar, "Apa yang ingin kamu katakan?""Grup Jauhari sedang mencari produsen yang cocok untuk diajak bekerja sama. Jadi, aku ingin tahu siapa yang diam-diam membeli pabrik Jay." Milla mencoba mencari informasi.Chris sontak menatapnya dengan tatapan tajam. "Memangnya Grup Jauhari nggak bisa menyelidikinya sendiri? Aku nggak bisa membantu."Milla menggigit bibirnya, lalu segera mengganti topik pembicaraan. "Apa aku boleh tahu parfum apa yang kamu pakai?"Chris menatapnya dengan tatapan yang semakin tajam, menunjukkan ketidaksabarannya.Tanpa menunggu jawaban, Milla meneruskan, "Aku bisa mencium bahan utama seperti ambergris, bergamot, dan cedarwood. Tapi, parfum mahal nggak selalu baik. Yang paling pentin
"Oh, Om Chris," panggil Milla sambil refleks merapatkan kerah jubah tidurnya, menjaga agar tidak ada bagian tubuh yang terlihat.Chris meletakkan tablet di tangannya, lalu mendongak dan meliriknya. Sepertinya wanita ini senang memanggilnya dengan sebutan itu. Sudahlah, terserah dia saja ....Milla berdiri agak jauh dengan rambut yang masih basah, wajah polos tanpa riasan, rambut hitam panjang, dan kaki putih jenjang. Penampilannya terlihat lebih menarik daripada saat berdandan di siang hari. Namun, dia menjaga jarak seperti sedang menghadapi pencuri.Jakun Chris bergerak naik turun, tetapi dia akhirnya menekan perasaannya dan menggigit bibirnya. Kemudian, dia menggerakkan kursi rodanya dan jarinya menyentuh sesuatu di sandaran tangan. Tiba-tiba, terdengar suara mekanis di belakang.Milla menoleh dengan terkejut. Di dinding belakang, sebuah pintu rahasia terbuka. "Ini ... apa?" tanyanya tanpa sadar.Chris tidak menjawab, hanya mengendalikan kursi rodanya dan menghilang di balik pintu it
Milla menyalakan komputer dan menyesuaikan rencana pengembangan parfum. Tanpa disadari, dia kelelahan dan tertidur di sofa.Keesokan pagi saat dia bangun, pelayan memberitahunya bahwa Chris sudah selesai sarapan dan pergi ke perusahaan.Milla segera bersiap-siap dan membersihkan diri, lalu melirik grafik saham di komputernya. Di sana, saham Grup Samali tampak terjun bebas. Setelah melihatnya, dia mematikan komputer dengan puas.Meskipun sudah menyebarkan berita bahwa dia tidak akan melanjutkan pertunangan dengan Ryan, kondisi Ryan yang tengah kacau balau membuatnya tidak punya waktu untuk membujuk Milla. Milla pun senang bisa fokus mengembangkan parfum tanpa gangguan.Setelah tiba di Grup Jauhari, Milla memanggil Chad untuk mengumpulkan para petinggi dalam rapat manajemen. Mereka akan membahas rencana yang telah dia revisi semalam.Namun, Donny dan Sunny tiba-tiba datang saat rapat baru dimulai. Sunny sengaja berdandan tipis agar terlihat lemah. Begitu masuk, dia langsung membungkuk da
"Siapa kalian?" Donny berdiri di depan Sunny, berusaha melindungi putrinya. Namun, seorang pengawal berbaju hitam yang baru datang langsung menekan lengannya hingga dia meringis kesakitan."Kami pengawal Pak Jay. Putrimu pasti kenal," jawab pengawal itu dengan nada galak."Jay?" Donny dan para pemegang saham yang hadir pun tertegun. Jay adalah tokoh yang sering dibicarakan di Grup Jauhari belakangan ini. Tidak ada yang tahu Sunny mengenalnya. Jika Sunny mengenalnya, mereka tidak perlu repot-repot mencari undangan untuk pesta yang diadakan Jay.Di belakang, Sunny mulai mundur dengan pandangan takut. Setelah berhasil menundukkan Donny, para pengawal sontak maju dan menarik Sunny ke pintu. Di depan para pemegang saham di dalam ruang rapat dan karyawan yang menyaksikan di luar, pengawal berteriak dengan lantang."Sunny! Kamu menyamar sebagai pendamping di pesta kapal pesiar, menggoda Pak Jay, dan menyerangnya di pesta! Perilakumu hina dan kejam! Pak Jay memerintahkan kami untuk membawamu p
Di luar, kekacauan berlangsung selama kurang lebih setengah jam.Milla dan Graham mendengar seseorang di luar berseru bahwa listrik sudah kembali menyala! Setelah kegaduhan awal mereda, suasana menjadi lebih tenang. Mereka sedang menimbang-nimbang kapan waktu yang tepat untuk keluar, ketika tiba-tiba kegaduhan kembali terdengar.Seseorang membentak keras, "Jangan bergerak!"Lalu, terdengar jeritan para pengunjung restoran.Milla dan Graham langsung menyadari bahwa situasinya memburuk. Mereka saling berpandangan, lalu menahan napas. Tak lama kemudian, suara-suara langkah kaki masuk ke dapur."Ada yang lihat seorang wanita muda dan pria tua? Orang asing!" tanya sebuah suara pria yang serak."Nggak ada ...." Para staf dapur menjawab dengan penuh keraguan."Belum lihat sudah bilang nggak ada?!" Pria itu langsung meledak marah dan terdengar suara pecahan keras yang membuat semua orang terkejut dan panik."Sumpah saya nggak lihat! Tadi gelap sekali, semua serba kacau, saya nggak lihat satu o
Graham langsung memahami maksud Milla. Tanpa berkata apa pun, dia mengikuti langkah gadis itu kembali ke arah semula.Begitu sampai di dekat pintu keluar tangga darurat, Milla sengaja membiarkan salah satu pintunya terbuka. Lalu, dia melepas sepatu hak tingginya dengan cepat dan langsung melemparkannya ke bawah tangga. Kemudian, dia menarik Graham kembali ke lorong dekat toilet tadi dengan kaki telanjang.Di sekitar mereka, restoran-restoran mulai gaduh. Para pramusaji berusaha menenangkan para tamu."Para pelanggan, mohon jangan panik. Ini hanya pemadaman sementara. Genset cadangan akan segera menyala dalam beberapa menit. Harap tetap di tempat duduk masing-masing dan jangan bergerak sembarangan agar tidak terjadi kecelakaan ...."Milla memindai sekeliling dengan cepat, lalu menarik Graham masuk ke sebuah restoran yang paling ramai."Kita bersembunyi di sini?" tanya Graham setengah bingung."Nggak," jawab Milla sambil menggeleng."Denah restoran terlalu rapi. Begitu mereka masuk dan m
Usai meninggalkan kediaman Keluarga Angle, Graham mengajak Milla dan asistennya untuk makan malam bersama. Saat makan malam berlangsung, Graham bertemu beberapa sahabat lamanya dan asyik bernostalgia, sehingga membiarkan Milla dan asistennya duduk sendiri.Tanpa sengaja, Milla mendengar mereka menyebut-nyebut Keluarga Angle, bahkan menyinggung tentang obsesi lama Graham yang belum juga padam.Milla lalu mengaitkan satu per satu petunjuk yang dia dengar dan bertanya pada asisten Graham, "Kalau Guru orang asli Melasa dan punya keluarga sebesar ini, kenapa dia nggak pernah pulang?"Asisten itu menghela napas pelan. "Karena baginya, rumah adalah tempat yang penuh dengan luka.""Apa ada hubungannya dengan yang mereka sebut ... Yuko?" tanya Milla lagi.Beberapa sahabat Graham yang duduk tak jauh dari mereka memang menyebut nama itu beberapa kali. Bahkan saat Graham dulu bersama Gorman, pria itu juga pernah bilang bahwa Yuko adalah obsesi hidup Graham.Tatapan asisten Graham sedikit berubah.
"Iya, dia orangnya." Milla mengangguk tanpa sungkan-sungkan.Wajah Mona dan Hara menjadi merah padam, lalu berubah pucat. "Itu ... Anda salah dengar. Yang kami maksud tadi bukan Anda ...," ucap Mona menjelaskan."Oh ya?" Graham meletakkan tangannya di belakang punggung. "Jadi siapa maksud kalian? Aku malah jadi penasaran, siapa yang pakaiannya lebih mirip pengemis daripada aku?"Graham sengaja merendahkan dirinya hingga membuat kedua orang itu bungkam dan tidak tahu harus bagaimana menjawabnya."Pak Graham ini orang penting, pasti nggak akan mempermasalahkan hal kecil begini, bukan? Kami datang ke sini sebenarnya memang ingin menemui Anda. Karena Anda jarang sekali ada di rumah, kami belum sempat berkunjung selama ini," Mona berusaha mencari celah.Namun, Graham tak tergoda oleh rayuan seperti itu sedikit pun. Dia hanya mendengus dan menoleh ke arah lain.Milla menggunakan kesempatan itu untuk menyindir, "Jadi maksudnya, kalian bukan datang untuk mengantarkan hadiah kepada Keluarga Ang
"Tapi memang sih, orang seperti Graham itu benar-benar unik. Nggak pernah ada wawancara atau laporan media, katanya seumur hidup belum pernah menikah! Keluarga Dolken punya harta sebesar itu, tapi nggak jelas akan diwariskan ke siapa," ucap Mona sambil berdecak menyayangkannya."Pastilah dia pernah patah hati!" Hara langsung berspekulasi penuh keyakinan, "Tapi pria yang bisa seumur hidup nggak menikah itu langka sekali. Gara-gara dia nggak punya istri atau anak, Ayah sampai bingung harus kasih hadiah apa ...."Mona dan Hara saling bergandengan, lalu mendekati pelayan Keluarga Angle yang tadi bertugas mencatat hadiah.Sebagian besar tamu yang datang ke tempat seperti ini pasti punya tujuan tersembunyi. Jadi pelayan pun tak terkejut saat mereka bertanya dan menjawab dengan tenang, "Pak Graham sudah datang."Sorot mata kedua orang itu langsung berbinar bersamaan. "Di mana dia?""Barusan sudah naik ke atas," jawab pelayan sambil menengadah ke arah lereng. "Kemungkinan besar sekarang sudah
Melihat sorot mata Graham yang diam-diam menanti pujian seperti anak kecil, Milla pun tersenyum dan menggoda, "Tentu saja aku percaya pada guruku. Kalau begitu, sepertinya kita harus mendaki cukup jauh, ya!"Graham tertawa lepas, "Gadis cerdik!"Baru saja mereka melewati gerbang pertama, datang beberapa pria dari arah berlawanan. Dari kejauhan, mereka langsung membungkuk memberi salam, "Pak Graham! Nggak nyangka Anda juga hadir hari ini ...."Graham segera dikerubungi untuk saling menyapa dan bertukar basa-basi, sementara Milla berdiri sedikit menjauh sambil memperhatikan pemandangan di sekitar gerbang.Saat itulah terdengar suara seorang wanita dari belakang yang agak terkejut dan sinis, "Eh, bukannya ini Milla? Lama nggaka jumpa!"Milla menoleh dan ternyata orang yang berdiri di sana adalah Hara.Tak jauh di belakangnya, Mona terlihat sibuk membawa sejumlah kantong hadiah besar dan sedang mendaftarkan barang-barang mereka kepada pelayan Keluarga Angle di depan gerbang pertama."Kamu
"Pak Rafael?"Melihat Rafael yang berdiri di sampingnya, untuk pertama kalinya Milla merasa kehadiran Rafael ini sangat tepat waktu."Kebetulan aku baru selesai makan sama teman, dari belakang tadi kulihat seperti kamu. Ternyata memang benar kamu!" ucap Rafael dengan ekspresi senang."Kamu siapa, ya?" Rafael menoleh ke arah pria di seberang Milla yang sedang menyumpal mulutnya dengan potongan daging.Belum sempat pria itu menjawab, Milla sudah berdiri sambil berkata, "Silakan lanjutkan makan. Aku sudah bayar semua, jadi ... sampai jumpa." Setelah itu, dia menarik Rafael pergi bersamanya.Rafael sempat menoleh ke belakang dan menangkap aura canggung di antara mereka, lalu bertanya, "Milla, jangan-jangan ... kamu lagi ikut kencan buta?""Mana mungkin?" sahut Milla jengkel."Tapi aku lihat suasananya canggung sekali, kalian makan berdua begitu ...." Rafael masih terlihat penasaran."Cuma dia yang makan, aku nggak!" jawab Milla dengan kesal. Dia sendiri tidak tahu apa yang sebenarnya dipik
Setelah menutup telepon, Chris terdiam cukup lama. Kemudian, dia menelepon Wilson dan menyampaikan perintah Tessa padanya, "Cari orang yang bisa dipercaya, wakilkan aku untuk ketemu sama seseorang besok ...."Wanita apanya .... Chris sama sekali tidak ingin menghabiskan waktunya."Baik."Wilson juga merasa permintaan Tessa terlalu aneh. Setelah menutup panggilan itu, dia langsung menelepon untuk mencari wajah asing di tim pengawal Grup Mahendra dan memastikan tidak ada kesalahan untuk pertemuan besok.....Sore keesokan harinya.Milla mendorong pintu restoran tempat janji temu, di tangannya menggenggam setangkai mawar merah muda.Siang tadi, ibunya tiba-tiba bersikap misterius lewat telepon dan menyuruhnya datang ke tempat ini sambil membawa mawar sebagai penanda untuk bertemu seseorang.Katanya, orang itu akan menjadi pelindung rahasia selama Milla berada di Negara Melasa. Yang perlu dilakukan hanyalah bertemu langsung. Setelah itu, semua akan menjadi jelas.Ini adalah permintaan lang
Tiga hari kemudian.Di dalam kotak surat yang sudah berdebu, Nayla menerima sepucuk surat balasan. Isinya adalah ajakan untuk bertemu langsung di sebuah kafe tengah kota.Sore itu, Nayla berdandan rapi dan datang ke kafe yang dimaksud. Tak lama kemudian, muncullah seorang wanita tua berambut putih dengan aura yang luar biasa. Mereka saling mengenali lewat benda penanda yang telah disepakati, lalu duduk berhadapan."Nggak nyangka setelah sekian tahun, kamu masih bersedia membalas suratku," ucap Nayla penuh rasa syukur sambil memandang wanita tua di depannya."Aku dan mendiang ibu mertuamu adalah sahabat sejati," jawab wanita tua itu dengan penuh semangat. "Meski di tahun-tahun terakhir sebelum dia meninggal kami jarang bertemu karena jarak, tapi begitu dia menitipkan keluarganya padaku, aku sudah bersumpah akan melindungi kalian sampai napas terakhirku. Jadi, nggak perlu sungkan. Katakan saja, apa yang bisa kubantu?""Terima kasih banyak, Tante Winaya."Nayla tersenyum haru. "Putriku ak