"Oh, Om Chris," panggil Milla sambil refleks merapatkan kerah jubah tidurnya, menjaga agar tidak ada bagian tubuh yang terlihat.Chris meletakkan tablet di tangannya, lalu mendongak dan meliriknya. Sepertinya wanita ini senang memanggilnya dengan sebutan itu. Sudahlah, terserah dia saja ....Milla berdiri agak jauh dengan rambut yang masih basah, wajah polos tanpa riasan, rambut hitam panjang, dan kaki putih jenjang. Penampilannya terlihat lebih menarik daripada saat berdandan di siang hari. Namun, dia menjaga jarak seperti sedang menghadapi pencuri.Jakun Chris bergerak naik turun, tetapi dia akhirnya menekan perasaannya dan menggigit bibirnya. Kemudian, dia menggerakkan kursi rodanya dan jarinya menyentuh sesuatu di sandaran tangan. Tiba-tiba, terdengar suara mekanis di belakang.Milla menoleh dengan terkejut. Di dinding belakang, sebuah pintu rahasia terbuka. "Ini ... apa?" tanyanya tanpa sadar.Chris tidak menjawab, hanya mengendalikan kursi rodanya dan menghilang di balik pintu it
Milla menyalakan komputer dan menyesuaikan rencana pengembangan parfum. Tanpa disadari, dia kelelahan dan tertidur di sofa.Keesokan pagi saat dia bangun, pelayan memberitahunya bahwa Chris sudah selesai sarapan dan pergi ke perusahaan.Milla segera bersiap-siap dan membersihkan diri, lalu melirik grafik saham di komputernya. Di sana, saham Grup Samali tampak terjun bebas. Setelah melihatnya, dia mematikan komputer dengan puas.Meskipun sudah menyebarkan berita bahwa dia tidak akan melanjutkan pertunangan dengan Ryan, kondisi Ryan yang tengah kacau balau membuatnya tidak punya waktu untuk membujuk Milla. Milla pun senang bisa fokus mengembangkan parfum tanpa gangguan.Setelah tiba di Grup Jauhari, Milla memanggil Chad untuk mengumpulkan para petinggi dalam rapat manajemen. Mereka akan membahas rencana yang telah dia revisi semalam.Namun, Donny dan Sunny tiba-tiba datang saat rapat baru dimulai. Sunny sengaja berdandan tipis agar terlihat lemah. Begitu masuk, dia langsung membungkuk da
"Siapa kalian?" Donny berdiri di depan Sunny, berusaha melindungi putrinya. Namun, seorang pengawal berbaju hitam yang baru datang langsung menekan lengannya hingga dia meringis kesakitan."Kami pengawal Pak Jay. Putrimu pasti kenal," jawab pengawal itu dengan nada galak."Jay?" Donny dan para pemegang saham yang hadir pun tertegun. Jay adalah tokoh yang sering dibicarakan di Grup Jauhari belakangan ini. Tidak ada yang tahu Sunny mengenalnya. Jika Sunny mengenalnya, mereka tidak perlu repot-repot mencari undangan untuk pesta yang diadakan Jay.Di belakang, Sunny mulai mundur dengan pandangan takut. Setelah berhasil menundukkan Donny, para pengawal sontak maju dan menarik Sunny ke pintu. Di depan para pemegang saham di dalam ruang rapat dan karyawan yang menyaksikan di luar, pengawal berteriak dengan lantang."Sunny! Kamu menyamar sebagai pendamping di pesta kapal pesiar, menggoda Pak Jay, dan menyerangnya di pesta! Perilakumu hina dan kejam! Pak Jay memerintahkan kami untuk membawamu p
Milla merasa curiga. Ketika kembali ke ruang ganti dan menemukan biliknya, dia mengambil gaun dan sepatu yang sudah diberi tanda nama. Hal pertama yang dilakukan adalah memeriksa gaun itu dengan teliti, baik luar ataupun dalam. Namun, dia tidak menemukan hal yang mencurigakan.Setelah memakainya dan merasakannya sebentar, dia juga tidak menemukan masalah. Maka, Milla pun keluar dari ruang ganti.Melihat Milla keluar dengan gaun itu, dua wanita yang bersembunyi di sudut akhirnya merasa lega dan mulai berbicara."Kamu bilang sudah mengutak-atik gaunnya. Jangan-jangan cuma mengendurkan tali pundaknya?""Mana mungkin aku serendahan itu?" Salah satu wanita tertawa dingin dan puas. "Aku sudah menaruh paku di sol sepatunya!""Paku? Bukannya dia akan langsung menyadarinya? Gimana kalau dia menggantinya sebelum sempat ke aula pesta?""Aku melakukannya dengan sangat hati-hati. Paku itu nggak akan langsung terasa. Ketika dia mulai menari, paku itu baru akan menembus sol sepatu dan ... kita lihat
"Bu Milla juga tamu undangan terhormat. Kamu nggak bisa mengambil gaunnya," kata seorang staf yang terlihat bingung dan mulai berkeringat karena situasinya semakin rumit."Kamu nggak bisa mengurusnya? Siapa dia? Aku bahkan belum pernah melihat dia sebelumnya. Sosok tak dikenal seperti ini pun nggak bisa kalian atasi? Kalau kalian nggak menyelesaikan ini, aku akan pulang! Biar pesta kalian jadi suram!" ancam Grace dengan lantang.Para staf hanya bisa berpandangan dengan wajah penuh keputusasaan. Melihat pesta akan segera dimulai, mereka akhirnya mendekati Milla dengan sopan sambil berucap, "Kami sangat minta maaf, tapi ... apa kamu bisa ganti gaun lain?"Milla melihat ke dalam ruang ganti Grace, terdapat gaun mewah berwarna krem. Milla berpura-pura kesulitan, lalu menghela napas dengan pelan sebelum menjawab, "Aku ngerti kesulitan kalian. Kalau bukan karena acara ini penting, aku nggak akan mengalah begitu saja.""Apa lagi yang kalian tunggu? Aku mau gaunnya! Suruh dia lepaskan!" teriak
Saat ini, pembawa acara tiba-tiba melihat sesuatu dan berseru dengan lantang, "Mari kita sambut yang baru tiba, Pak Yoan! Selamat datang ke pesta sosialita internasional!"Di bawah tatapan semua orang, seorang pria tinggi dan gagah memasuki aula. Bahunya lebar, pinggangnya ramping, dan auranya kuat. Setelan jas mewah yang dibuat khusus untuknya terlihat sangat pas.Keluarga Mahendra adalah salah satu keluarga paling terpandang di dunia, sementara Tessa adalah ketua serta tokoh simbolik dari pesta ini. Namun, Keluarga Mahendra jarang berpartisipasi dalam acara seperti ini. Kedatangan Yoan benar-benar menjadi kejutan besar di pesta tahun ini.Para wanita seketika dipenuhi antusiasme. Beberapa dari mereka yang sudah memilih pasangan dansa bahkan buru-buru melepaskan pasangannya demi mencoba mendekati Yoan.Namun, Yoan mengabaikan semua wanita yang mencoba mengajaknya berbicara itu dan berjalan langsung ke arah Milla. Sesampainya di hadapan Milla, dia membungkuk dengan sopan dan menjulurka
"Ahh ...." Milla tiba-tiba merintih kesakitan. Kemudian, kaki kirinya mulai kehilangan tenaga dan gerakannya tidak seanggun sebelumnya lagi. Dia tampak semakin sulit mengikuti irama pria di depannya.Diam-diam, Milla memperhatikan dua pelayan dengan ekspresi mencurigakan tadi. Wajah mereka tampak dipenuhi kegembiraan. Milla yakin spekulasinya hampir benar.Milla terlalu fokus dengan pikirannya sehingga tidak menyadari pria yang memimpin tarian sedang mengernyit dengan kuat. Pria itu menopang tubuh Milla dengan lengannya yang kuat, tetapi kaki kirinya semakin lemah.Ruangan tidak panas, tetapi keringat mulai muncul di dahi Milla. Ketika melihat wanita di depannya tampak kesakitan, tetapi masih berusaha mengikuti tarian, mata pria itu menjadi suram.Awalnya, dia berniat mempercepat tarian dengan gerakan berputar. Namun, setelah melihat ekspresi Milla dan senyuman yang tetap bertahan itu, hati pria itu tiba-tiba bergetar.Saat musik mengiringi putaran berikutnya, pria itu menelan ludahnya
"Di aula pesta, ada beberapa pelayan dengan ekspresi mencurigakan. Suruh orang-orangmu mengikuti mereka diam-diam, kamu akan menemukan sesuatu yang tak terduga," kata Milla."Kenapa aku harus membantumu?" tanya Yoan balik.Milla mendongak, menatap alis Yoan yang sedikit terangkat. Tatapannya penuh penilaian dan kesombongan. Dia ingin membalas dengan kata-kata tajam, tetapi akhirnya menahan diri."Dalam beberapa tahun terakhir, Keluarga Mahendra dan Keluarga Young berteman, tapi juga bermusuhan. Tapi, paman keduamu selalu berharap kedua keluarga bisa bekerja sama demi keuntungan bersama.""Tindakan para pelayan itu melibatkan Grace. Kalau masalah ini nggak diselesaikan dengan baik, Keluarga Mahendra akan semakin menyinggung Keluarga Young. Menurutmu, memberi bantuan kecil untuk menghindari kekacauan besar nggak sepadan?"Pria di dekatnya itu menyipitkan mata, lalu memberi isyarat dengan berbalik badan. Segera, seseorang mendekat dan dia memberi perintah seperti yang Milla katakan.Milla
Juri sudah naik ke panggung, meminta kedua peserta untuk bersiap.Milla tampak agak pasrah saat melangkah ke atas panggung. Kedua peserta memberi isyarat bahwa mereka sudah siap. Suara penanda dimulainya waktu pun terdengar seketika.Tak lama kemudian, Milla menyelesaikan lebih dulu. Tak sampai satu menit kemudian, genius yang memiliki penciuman tajam dari Melasa juga menyelesaikan tantangannya.Juri berjalan menuju kartu jawaban mereka, memeriksa satu per satu, lalu mengumumkan, "Peserta pria salah mengidentifikasi tiga aroma, peserta wanita salah dua. Hasil akhirnya, Bu Milla tetap menang!""Selamat, Pak Graham! Muridmu benar-benar luar biasa!" puji juri tak bisa menahan kekagumannya.Graham pun naik ke panggung, berdiri di samping Milla, dan berkata sambil tersenyum, "Penciuman muridku ini lebih cocok untuk mengenali herbal, soal rempah-rempah dia masih kurang ahli. Mohon dimaklumi ya."Milla mengedipkan mata indahnya, tatapannya tanpa sadar tertuju ke arah Keluarga Yunanda yang dud
Di dunia bisnis Negara Melasa, Graham punya pengaruh yang cukup besar. Apalagi, dia dengan sengaja menggiring tantangan yang dibawa Maalih menjadi pertandingan antara warga lokal dan orang asing. Dengan begitu, siapa pun yang menjadi perwakilannya, apakah itu anggota Keluarga Angle atau bukan juga tidak lagi menjadi masalah.Begitu Graham menyatakan sikapnya, para tamu langsung mendukung. Maalih pun tak bisa berkata apa-apa. Milla juga tak punya pilihan lain selain maju dengan nekat.Supaya adil, 20 jenis bahan obat yang akan diuji padanya tetap dipilih oleh lima orang perantara tadi. Graham sendiri mengambil posisi terakhir dan memasukkan bahan pilihannya ke empat kotak paling akhir, lalu menutupnya rapat."Setelah semua diperiksa, silakan Nona Milla mulai proses identifikasi!" seru salah satu juri internasional.Milla berdiri di depan kotak pertama. Dia terdiam sejenak dan menarik napas dalam-dalam, lalu mulai berkonsentrasi penuh. Untungnya, semua memori masa kecilnya saat di rumah
Milla tidur sangat nyenyak di rumah Keluarga Dolken.Para pelayan di rumah itu juga sangat perhatian. Segala keperluan di kamarnya, mulai dari makanan, pakaian, hingga perlengkapan mandi, semua sudah disiapkan dengan rapi dan mudah dijangkau.Keesokan siangnya, Graham mengajak Milla menghadiri perayaan 100 tahun Keluarga Angle. Di dalam mobil, Graham bertanya, "Dengar-dengar, kakekmu itu ahli pengobatan?""Kenapa Guru bisa tahu sampai itu juga?" Milla terlihat terkejut."Benar, Kakekku memang tabib yang cukup terkenal di daerah kami. Di rumahnya ada halaman yang sangat besar, penuh dengan berbagai jenis tanaman obat. Waktu kecil aku sering main di sana, bahkan pernah bantu Kakek menjemur ramuan.""Hmm ...." Graham mengangguk dalam-dalam. "Dengan keberadaan kakekmu, meskipun ada anggota keluargamu yang sakit-sakitan, sama saja seperti punya senjata pemungkas di tangan ...."Milla tidak begitu paham maksudnya, tapi Graham juga tidak berencana menjelaskan lebih lanjut. "Hari ini di acara
"Guru, mau kuantarkan pulang?" tanya Milla pada Graham.Graham ragu-ragu sejenak melihat tatapan cerah Milla, lalu mengangguk. "Oke!"Milla berbalik dan berkata pada Zeno, "Pak Zeno, kejadian barusan cukup mengagetkan. Aku mau antar guruku pulang dulu ke rumah Keluarga Dolken supaya dia bisa tenang sedikit.""Baik, kita kontak lagi nanti." Zeno tampak sangat pengertian, bahkan menyingkir sedikit memberi jalan.Milla menggandeng Graham keluar. Asisten Graham yang menunggu di luar tampak cemas. Begitu melihat mereka keluar, dia langsung menghampiri dengan suara panik, "Pak Graham! Milla! Kalian nggak apa-apa, 'kan?""Kalau ada apa-apa, sudah telat kamu datang sekarang!" Graham langsung menghardik dengan nada tidak senang.Si asisten hanya bisa menggaruk-garuk kepala dengan malu.Di saat itu juga, Milla melihat sosok pria bertubuh besar di kerumunan. Orang yang katanya ditugaskan untuk melindunginya, tapi malah datang lebih lambat dari Zeno ....Saat pria itu mengangkat tangan seperti mem
Di luar, kekacauan berlangsung selama kurang lebih setengah jam.Milla dan Graham mendengar seseorang di luar berseru bahwa listrik sudah kembali menyala! Setelah kegaduhan awal mereda, suasana menjadi lebih tenang. Mereka sedang menimbang-nimbang kapan waktu yang tepat untuk keluar, ketika tiba-tiba kegaduhan kembali terdengar.Seseorang membentak keras, "Jangan bergerak!"Lalu, terdengar jeritan para pengunjung restoran.Milla dan Graham langsung menyadari bahwa situasinya memburuk. Mereka saling berpandangan, lalu menahan napas. Tak lama kemudian, suara-suara langkah kaki masuk ke dapur."Ada yang lihat seorang wanita muda dan pria tua? Orang asing!" tanya sebuah suara pria yang serak."Nggak ada ...." Para staf dapur menjawab dengan penuh keraguan."Belum lihat sudah bilang nggak ada?!" Pria itu langsung meledak marah dan terdengar suara pecahan keras yang membuat semua orang terkejut dan panik."Sumpah saya nggak lihat! Tadi gelap sekali, semua serba kacau, saya nggak lihat satu o
Graham langsung memahami maksud Milla. Tanpa berkata apa pun, dia mengikuti langkah gadis itu kembali ke arah semula.Begitu sampai di dekat pintu keluar tangga darurat, Milla sengaja membiarkan salah satu pintunya terbuka. Lalu, dia melepas sepatu hak tingginya dengan cepat dan langsung melemparkannya ke bawah tangga. Kemudian, dia menarik Graham kembali ke lorong dekat toilet tadi dengan kaki telanjang.Di sekitar mereka, restoran-restoran mulai gaduh. Para pramusaji berusaha menenangkan para tamu."Para pelanggan, mohon jangan panik. Ini hanya pemadaman sementara. Genset cadangan akan segera menyala dalam beberapa menit. Harap tetap di tempat duduk masing-masing dan jangan bergerak sembarangan agar tidak terjadi kecelakaan ...."Milla memindai sekeliling dengan cepat, lalu menarik Graham masuk ke sebuah restoran yang paling ramai."Kita bersembunyi di sini?" tanya Graham setengah bingung."Nggak," jawab Milla sambil menggeleng."Denah restoran terlalu rapi. Begitu mereka masuk dan m
Usai meninggalkan kediaman Keluarga Angle, Graham mengajak Milla dan asistennya untuk makan malam bersama. Saat makan malam berlangsung, Graham bertemu beberapa sahabat lamanya dan asyik bernostalgia, sehingga membiarkan Milla dan asistennya duduk sendiri.Tanpa sengaja, Milla mendengar mereka menyebut-nyebut Keluarga Angle, bahkan menyinggung tentang obsesi lama Graham yang belum juga padam.Milla lalu mengaitkan satu per satu petunjuk yang dia dengar dan bertanya pada asisten Graham, "Kalau Guru orang asli Melasa dan punya keluarga sebesar ini, kenapa dia nggak pernah pulang?"Asisten itu menghela napas pelan. "Karena baginya, rumah adalah tempat yang penuh dengan luka.""Apa ada hubungannya dengan yang mereka sebut ... Yuko?" tanya Milla lagi.Beberapa sahabat Graham yang duduk tak jauh dari mereka memang menyebut nama itu beberapa kali. Bahkan saat Graham dulu bersama Gorman, pria itu juga pernah bilang bahwa Yuko adalah obsesi hidup Graham.Tatapan asisten Graham sedikit berubah.
"Iya, dia orangnya." Milla mengangguk tanpa sungkan-sungkan.Wajah Mona dan Hara menjadi merah padam, lalu berubah pucat. "Itu ... Anda salah dengar. Yang kami maksud tadi bukan Anda ...," ucap Mona menjelaskan."Oh ya?" Graham meletakkan tangannya di belakang punggung. "Jadi siapa maksud kalian? Aku malah jadi penasaran, siapa yang pakaiannya lebih mirip pengemis daripada aku?"Graham sengaja merendahkan dirinya hingga membuat kedua orang itu bungkam dan tidak tahu harus bagaimana menjawabnya."Pak Graham ini orang penting, pasti nggak akan mempermasalahkan hal kecil begini, bukan? Kami datang ke sini sebenarnya memang ingin menemui Anda. Karena Anda jarang sekali ada di rumah, kami belum sempat berkunjung selama ini," Mona berusaha mencari celah.Namun, Graham tak tergoda oleh rayuan seperti itu sedikit pun. Dia hanya mendengus dan menoleh ke arah lain.Milla menggunakan kesempatan itu untuk menyindir, "Jadi maksudnya, kalian bukan datang untuk mengantarkan hadiah kepada Keluarga Ang
"Tapi memang sih, orang seperti Graham itu benar-benar unik. Nggak pernah ada wawancara atau laporan media, katanya seumur hidup belum pernah menikah! Keluarga Dolken punya harta sebesar itu, tapi nggak jelas akan diwariskan ke siapa," ucap Mona sambil berdecak menyayangkannya."Pastilah dia pernah patah hati!" Hara langsung berspekulasi penuh keyakinan, "Tapi pria yang bisa seumur hidup nggak menikah itu langka sekali. Gara-gara dia nggak punya istri atau anak, Ayah sampai bingung harus kasih hadiah apa ...."Mona dan Hara saling bergandengan, lalu mendekati pelayan Keluarga Angle yang tadi bertugas mencatat hadiah.Sebagian besar tamu yang datang ke tempat seperti ini pasti punya tujuan tersembunyi. Jadi pelayan pun tak terkejut saat mereka bertanya dan menjawab dengan tenang, "Pak Graham sudah datang."Sorot mata kedua orang itu langsung berbinar bersamaan. "Di mana dia?""Barusan sudah naik ke atas," jawab pelayan sambil menengadah ke arah lereng. "Kemungkinan besar sekarang sudah