"Serius? Pemenang acara bakat itu seorang wanita pincang?" Para wanita kaya di sekitar mulai bergosip."Ehem." Tessa berdeham dan ruangan langsung sunyi. Kemudian, dia bertanya, "Kamu kenal dia?"Hara mengira Tessa marah pada Milla, jadi segera menambah api. "Nggak kenal, tapi sekarang dia jadi bahan pembicaraan. Di Kota Huari, hampir semua orang mengenalnya. Pagi tadi, video tentang tunangan dan adiknya yang selingkuh bahkan ditayangkan di layar lebar gedung tertinggi ....""Ternyata itu putri sulung Keluarga Jauhari. Belakangan ini, Keluarga Jauhari dan Keluarga Samali memang sangat terkenal. Video itu ditayangkan langsung. Kamu lihat nggak?""Tentu saja lihat, siaran langsung seperti itu nggak bisa diabaikan. Nggak mau lihat pun nggak bisa."Para wanita itu menutup mulut sambil tertawa dengan tatapan mencela.Dalam keramaian itu, Hara semakin percaya diri. Dia tidak menyadari wajah Tessa yang semakin suram, jadi menambahkan, "Lucu, 'kan? Keluarganya baru saja mengalami hal seperti i
Pesta di rumah Keluarga Mahendra selesai. Tessa secara khusus menyuruh sopir untuk mengantar Milla pulang.Milla melihat waktu, ternyata bursa saham baru saja tutup. Tanpa diduga, saham Grup Samali turun drastis!Meskipun Donny dan Fernand bekerja sama menekan opini publik, ingatan orang terhadap kejadian di gedung tertinggi itu sangat mendalam. Efek berantai seperti ini tidak akan hilang dalam waktu singkat.Milla membaca berita terbaru dengan tidak acuh. Semuanya tentang pencabutan hak Sunny. Banyak syuting yang seharusnya akan dimulai, tetapi banyak merek internasional yang mencabut dukungan untuknya, bahkan mengajukan tuntutan ganti rugi yang sangat besar.Banyak rekan dan staf yang pernah bekerja sama dengan Sunny juga mulai mengungkapkan bahwa etika profesionalnya sejak debut sangat buruk. Opini publik di internet hampir sepenuhnya berbalik melawan Sunny.Milla tersenyum dingin. Ini adalah akibat dari sikap tak bermoralnya. Ketika masalah datang, tidak ada seorang pun yang membel
Keesokan malam, Sunny merias wajahnya dengan tebal untuk menutupi kepucatannya akibat kondisi tubuh yang masih lemah. Dengan gaun seksi, dia naik ke kapal pesiar di tepi pantai.Sunny mendapatkan informasi dari Hara bahwa Jay baru saja tiba di Kota Huari dan ada banyak pengusaha kaya yang menjamunya, bahkan mengadakan pesta mewah di atas laut untuknya. Kesempatan ini tentu tidak akan dilewatkan oleh Sunny.Sunny menyamar sebagai wanita pendamping, menyusup ke kapal pesiar, dan menemukan Jay di tengah kerumunan.Setelah minum beberapa gelas, Jay mulai mabuk dan dikelilingi oleh banyak wanita. Namun, dia terlihat mulai bosan.Sunny memakai topeng Cleopatra setengah wajah, membawa tongkat perak, dan memakai gaun seksi. Dia sengaja berjalan di depan Jay untuk menarik perhatiannya.Jay mendorong para wanita di sekitarnya dan mendekati Sunny. Saat dia mencoba menyentuh pinggang Sunny, Sunny pun menghindar. Setelah beberapa kali percobaan, Jay akhirnya terpikat olehnya.Karena ini adalah wakt
Sebelum berangkat malam itu, Milla melirik tongkat yang diletakkan di samping kursi. Dia ragu selama beberapa detik dan akhirnya tidak membawanya.Kaki kirinya sebenarnya sudah bisa berjalan normal, tetapi dia terbiasa bergantung pada tongkat sehingga masih agak kaku saat berjalan. Namun, malam ini dia mewakili Grup Jauhari untuk menghadiri acara kelas atas. Sudah saatnya melepaskan tongkat itu dan memberi dirinya awal yang baru.Milla pergi bersama Joy. Di perjalanan, Milla sengaja bertanya kepada Joy, yang informasinya selalu terkini, "Ryan memukul Sunny sampai masuk rumah sakit. Lalu, gimana dengan anaknya?""Anaknya? Tentu saja mati!" Joy menjawab sambil mengemudi, "Kalaupun Ryan nggak memukulnya, Sunny juga nggak akan mempertahankan anak itu."Melihat wajah Milla yang tampak dingin, Joy tak kuasa bertanya, "Yang benar saja, jangan bilang kamu kasihan sama jalang itu. Kudengar, meskipun dirawat di rumah sakit, dia tetap sibuk. Kemarin, dia bahkan sudah keluar dan pergi ke pesta kap
Jay hampir menempel di tubuh Milla, kedua matanya terus menjelajah tubuh Milla. Meskipun tidak puas dengan sikap angkuhnya, Jay terpesona oleh kecantikannya yang luar biasa dan tidak sabar ingin memeluknya."Pak Jay, aku ke sini untuk membahas kerja sama pengembangan parfum. Apa kamu sudah melihat proposal dari Grup Jauhari?" tanya Milla sambil menghindari tangan gemuk Jay dengan lincah."Eh?" Jay melambaikan tangannya di depan wajah Milla. "Jangan bahas hal-hal yang bisa merusak suasana. Kita bertemu lagi, ini takdir. Kamu harus menepati janji! Ayo, ikut aku ke lantai atas!""Dalam undangan, kamu menyebutkan bahwa tujuan acara ini adalah untuk membahas kerja sama." Milla menegaskan.Jay yang kesal pun mengernyit. "Kerja sama apa? Aku sudah menyelidikinya. Sekarang Keluarga Jauhari sudah bangkrut sampai harus menjual putri mereka untuk menyanjung orang kaya. Selama kamu bisa memuaskanku malam ini, aku bisa memberimu lebih dari apa yang kamu inginkan!""Heh." Milla tersenyum sinis. Dia
Chris duduk di kursi roda, sementara Milla terjatuh di pahanya. Benturan keras saat Milla berlari membuat kursi roda sedikit miring. Berat badan keduanya pun membebani Wilson yang berdiri di belakang kursi roda, menopangnya agar tidak terbalik.Wilson tidak tahu apakah dirinya harus melihat atau berpaling. Bagaimanapun, posisi Milla dan Chris terlalu mencanggungkan. Dia takut nyawanya melayang jika melihat terlalu lama.Milla telah menyadari bahwa orang yang ditabraknya adalah Chris. Dia memegang kaki Chris dan kursi roda, berusaha untuk bangkit. Namun, tiba-tiba terdengar suara para pengawal Jay yang mengejar di belakang. "Berhenti! Kamu nggak akan bisa lolos!"Para pengawal itu segera diadang oleh para pengawal Chris. "Pak Chris ada di sini. Siapa yang berani mendekat?"Para pengawal Jay mencoba melihat ke depan. Terlihat Chris menarik jasnya untuk menutupi wajah Milla yang berada di antara kakinya. Posisi itu ... cukup jelas bagi siapa pun yang melihat.Chris ini memang luar biasa.
"Silakan," ujar Chris dengan nada tidak sabar."Kudengar sebelum pesta Jay, perusahaannya sudah diakuisisi. Pabriknya tetap beroperasi normal, tapi Jay telah didepak. Apa kamu tahu soal ini?" tanya Milla dengan tenang sambil mengamati ekspresi Chris.Chris bertanya balik dengan ekspresi datar, "Apa yang ingin kamu katakan?""Grup Jauhari sedang mencari produsen yang cocok untuk diajak bekerja sama. Jadi, aku ingin tahu siapa yang diam-diam membeli pabrik Jay." Milla mencoba mencari informasi.Chris sontak menatapnya dengan tatapan tajam. "Memangnya Grup Jauhari nggak bisa menyelidikinya sendiri? Aku nggak bisa membantu."Milla menggigit bibirnya, lalu segera mengganti topik pembicaraan. "Apa aku boleh tahu parfum apa yang kamu pakai?"Chris menatapnya dengan tatapan yang semakin tajam, menunjukkan ketidaksabarannya.Tanpa menunggu jawaban, Milla meneruskan, "Aku bisa mencium bahan utama seperti ambergris, bergamot, dan cedarwood. Tapi, parfum mahal nggak selalu baik. Yang paling pentin
"Oh, Om Chris," panggil Milla sambil refleks merapatkan kerah jubah tidurnya, menjaga agar tidak ada bagian tubuh yang terlihat.Chris meletakkan tablet di tangannya, lalu mendongak dan meliriknya. Sepertinya wanita ini senang memanggilnya dengan sebutan itu. Sudahlah, terserah dia saja ....Milla berdiri agak jauh dengan rambut yang masih basah, wajah polos tanpa riasan, rambut hitam panjang, dan kaki putih jenjang. Penampilannya terlihat lebih menarik daripada saat berdandan di siang hari. Namun, dia menjaga jarak seperti sedang menghadapi pencuri.Jakun Chris bergerak naik turun, tetapi dia akhirnya menekan perasaannya dan menggigit bibirnya. Kemudian, dia menggerakkan kursi rodanya dan jarinya menyentuh sesuatu di sandaran tangan. Tiba-tiba, terdengar suara mekanis di belakang.Milla menoleh dengan terkejut. Di dinding belakang, sebuah pintu rahasia terbuka. "Ini ... apa?" tanyanya tanpa sadar.Chris tidak menjawab, hanya mengendalikan kursi rodanya dan menghilang di balik pintu it
Milla mendongak dengan terkejut. Yang dilihatnya adalah leher panjang dan dagu Chris. Pria itu merangkulnya ke dalam mantel, seolah-olah dia adalah zirah pelindungnya.Di belakang, bawahan dan pengawal Chris segera menahan beberapa orang yang membuat onar itu. Salah satu dari mereka maju untuk bertanya, "Pak, apa yang harus kami lakukan terhadap orang-orang ini?""Bawa mereka kembali, cari tahu dalang di balik ini!" Chris memberi perintah tanpa menoleh."Baik!"Suasana di belakang langsung menjadi tenang. Milla keluar dari pelukannya, melihat punggungnya yang basah kuyup. Ujung mantel Chris masih terus meneteskan air."Kamu baik-baik saja?" Ada banyak hal yang ingin Milla tanyakan, tetapi akhirnya hanya itu yang keluar."Apa yang perlu dikhawatirkan? Aku cuma perlu mengganti pakaian," jawab Chris dengan tenang. "Kamu naik saja, aku akan mengantarmu ke lift.""Baik." Milla mengangguk tanpa banyak bicara.Chris mengantarnya ke lift. Begitu sampai di kantor, asisten sudah menunggu di depa
"Dulu, aku pernah dengar dari ayahku kalau ayah Milla berhasil membesarkan Jauhari Parfum dengan usahanya sendiri dalam waktu singkat. Padahal, saat itu industri parfum sedang mengalami masa sulit! Di kalangan profesional, beredar kabar kalau dia punya penciuman yang luar biasa dan ahli dalam meracik aroma.""Jangan-jangan Milla juga mewarisi bakat itu?" tanya Levis sambil mengingat kembali semua yang terjadi."Tapi, kamu sendiri yang mengatakan itu cuma rumor," ujar asistennya dengan hati-hati, tidak yakin dengan arah pemikiran Levis.Levis mengusap kumisnya dengan santai. "Mana ada rumor yang muncul tanpa alasan? Kirim lebih banyak orang untuk menyelidiki masalah ini dengan baik!""Baik!" Asisten itu segera mengiakan.....Milla belum tiba di kantor Grup Jauhari, tetapi di internet sudah muncul lagi seorang ahli yang memberi pernyataan.Kali ini, mereka mengatakan bahwa dokumen verifikasi yang dirilis Grup Jauhari hanya berasal dari perusahaan, tanpa sertifikasi dari pusat sertifikas
"Kok bisa?" Milla mengerutkan alisnya."Kami juga nggak tahu apa yang terjadi. Yang bersuara bukan hanya satu orang, masalah ini sudah cukup besar. Sekarang tim humas kita sedang bekerja sama dengan tim humas pihak ketiga untuk mencari solusi," kata asisten.Saat mereka berbicara, telepon Joy juga masuk.Milla berpikir sejenak, lalu memberi instruksi kepada asistennya, "Segera hubungi tim kendali mutu dan periksa ulang parfum yang kita distribusikan untuk uji coba. Pastikan apakah benar ada masalah atau nggak.""Tapi, kita sudah melakukan verifikasi berulang kali. Bahkan pusat sertifikasi juga nggak menemukan masalah, 'kan?" tanya asisten itu dengan bingung."Apa pun hasil sebelumnya, sekarang sudah ada laporan masalah, kita tetap punya tanggung jawab untuk memeriksa ulang. Kalau memang kesalahan ada pada kita, kita harus memberi kompensasi dan permintaan maaf yang seharusnya."Setelah mengatakan itu, Milla mengakhiri panggilan dan menerima panggilan dari Joy."Milla, jangan-jangan ada
Suara Graham yang kaku terdengar dari telepon."Ya, kamu punya nomorku, sementara aku nggak punya nomormu. Aku sempat berpikir kamu sudah lupa dan nggak butuh aku membayar utangku lagi," sahut Milla sambil tersenyum."Aku ini orang yang perhitungan! Mana mungkin aku melupakan orang yang berutang padaku!" Graham berbicara dengan serius, "Bereskan barang-barangmu, aku akan kirim alamat studioku.""Sekarang?" Milla sedikit terkejut."Kenapa kalau sekarang?" Graham terdengar tidak puas. "Orang-orang di Kota Huari terlalu ramah. Mereka baru saja mengantarku pulang, tapi besok aku harus pergi lagi. Kamu nggak ingin menepati janji atau bagaimana?""Ya sudah, kirim alamatnya. Aku segera ke sana," balas Milla dengan tegas.Setelah mengakhiri panggilan, Milla menggoyangkan ponselnya di depan Chris dan berkata dengan nada agak menyesal, "Aku harus keluar sebentar. Lokasinya agak jauh, mungkin aku akan pulang sangat larut. Jangan tunggu aku."Usai berbicara, dia mulai bersiap-siap. Namun, saat aka
Sopir tidak berani bicara lagi dan langsung membelokkan mobilnya. Mereka kembali ke arah Milla, lalu perlahan berhenti di sampingnya.Sebelum mobil benar-benar berhenti, Chris sudah membuka pintu dan turun. Dia melangkah cepat ke arah Milla. "Kamu kenapa?"Milla masih merasa pusing. Mungkin karena belum makan, kadar gula darahnya turun. Dia tidak punya tenaga untuk menjawab, hanya mengangkat tangannya, memberi isyarat bahwa dia baik-baik saja.Chris mengerutkan alisnya. Tanpa banyak bicara, dia membungkuk dan langsung menggendongnya masuk ke mobil. "Bukannya tadi kamu melarangku naik mobilmu?"Milla menatap pria di sampingnya dengan alis terangkat."Kondisimu sudah seperti ini, tapi masih keras kepala?" Chris menegur dengan nada kesal.Milla cemberut. Entah siapa yang mulai duluan?"Ke rumah sakit!" perintah Chris."Nggak mau." Suara Milla tidak besar, tetapi nadanya sangat tegas. Melihat pria di sebelah hampir marah, dia menambahkan, "Rumah sudah dekat. Aku nggak mau ke rumah sakit. A
Milla masuk ke mobil dan mengenakan sabuk pengaman. "Bagaimana bisa kamu kebetulan lewat sini?""Aku ada urusan di sekitar sini. Tentu saja aku juga mengikuti perkembangan kompetisi peracikan parfum yang penting ini. Aku nggak nyangka kamu keluar saat aku lewat," jelas Kenrick tersenyum. "Kamu mau pulang atau kembali ke kantor?""Nggak keduanya." Milla menjawab, "Aku harus ke pusat sertifikasi untuk mengambil beberapa dokumen.""Dokumen apa?" tanya Kenrick tanpa sadar."Kloter pertama parfum pria sudah selesai diproduksi. Sekarang kami hanya perlu mendapatkan dokumen sertifikasi sebelum bisa mulai mendistribusikannya untuk uji pasar," jawab Milla.Tadi saat di ruang istirahat, beberapa rekan dari divisi parfum membicarakan hal ini di grup. Milla menyadari pusat sertifikasi kebetulan berada di dekat lokasi kompetisi, jadi dia menawarkan diri untuk mengambilnya agar rekan-rekannya tidak perlu repot-repot datang ke sini."Kalau kamu ada urusan lain, nggak usah antar aku. Aku bisa pergi se
"Baik, baik." Beberapa juri buru-buru menyetujui.Setelah diskusi singkat, Marcel secara pribadi mengumumkan, "Kualifikasi peserta dari Grup Bakhtiar telah dicabut. Nilai yang sebelumnya diberikan kepada Levis oleh para juri juga dibatalkan.""Karena Grup Bakhtiar telah berulang kali menjebak Grup Jauhari dengan cara yang tercela, sesuai dengan permintaan peserta dari Grup Jauhari, Grup Bakhtiar dilarang mengikuti kompetisi peracikan parfum selama tiga tahun ke depan!"Sorak-sorai langsung memenuhi ruangan.Levis yang dikawal oleh para pengawal pun meninggalkan arena dengan wajah suram. Di luar, tim investigasi asosiasi sudah menunggunya untuk diinterogasi.Milla awalnya ingin menyapa Graham. Namun, melihat begitu banyak orang dari industri ini sudah mengerumuni Graham, dia hanya tersenyum dan berjalan ke belakang panggung.Para wartawan yang tidak berhasil mewawancarai Graham hampir semuanya berbondong-bondong ke belakang panggung, menunggu untuk mewawancarai Milla.Dia baru saja menj
"Bukankah rempah-rempah kami disimpan di brankas panitia? Bagaimana mungkin ada yang bisa memanipulasinya?" Seorang peserta yang tak tahan lagi lantas berdiri dan mempertanyakan juri."Benar." Milla menjawab dengan tenang atas nama para juri, "Panitia khawatir terjadi insiden yang nggak diinginkan, jadi mereka memutuskan untuk menyimpan cadangan bahan dasar sebagai langkah pencegahan.""Demi keadilan, aku meminta panitia untuk menganalisis bahan dasarku yang telah dimanipulasi dengan alat pendeteksi, agar aku dapat membuktikan kebenaran yang kukatakan," kata Milla.Graham mengangguk, lalu para staf segera bergerak. Mereka mengambil bahan dasar pertama milik Milla yang bermasalah, lalu meletakkannya di bawah alat untuk dianalisis dan dipisahkan komponennya."Alasan aku meminta asosiasi untuk memboikot divisi parfum Grup Bakhtiar adalah karena peserta dari Grup Bakhtiar telah sepenuhnya melanggar aturan kompetisi.""Mereka menggunakan cara curang yang rendahan untuk mencelakai peserta la
Orang yang dibawa naik ke atas panggung oleh para pengawal dari Grup Mahendra itu ternyata adalah salah satu asisten pribadi Levis.Asisten itu jelas bukan tipe orang yang berani. Kemungkinan besar, sebelum naik ke atas panggung, dia sudah lebih dulu mendapat peringatan dari para pengawal Chris. Dia tidak berani menentang Graham, apalagi menyinggung Chris.Begitu dibawa ke atas, dia langsung mengakui semuanya.Di depan puluhan kamera, dia menjelaskan dengan rinci bagaimana Levis sendiri yang memerintahkannya untuk menghubungi media, lalu menyuruh wartawan menyergap Graham di bandara dan melimpahkan semua kesalahan pada pihak Grup Jauhari."Omong kosong!"Levis marah besar. "Nggak kusangka ternyata kamu pengkhianat dari Grup Jauhari! Cepat bilang, siapa yang atur kamu menyusup ke sisiku untuk menjebakku?""Pak Levis, kenapa Anda bilang begitu?"Asisten itu tampak sangat panik sekaligus kecewa. "Selama ini saya sudah melakukan begitu banyak hal untuk Anda, bahkan banyak yang tidak bisa d