“Apa maksudmu, Zola?” Daries ingin mendekat, namun Zola memberikannya isyarat agar dirinya tetap berada ditempatnya.“Aku sudah mengingatnya, semua. tentang kecelakaan itu…”Zola melipat kedua bibirnya ke dalam, banyak hal yang ingin ia katakan. namun, dadanya terasa begitu sesak dan rasanya berat untuk mengungkapkan perasaannya. Dania yang tidak sanggup melihat ekspresi wajah Zola yang kian terlihat putus asa itu, langsung mendorong tubuh Daries agar pergi meninggalkan kamar Zola.“Apa kau sudah mencuci otaknya, sampai-sampai ia bertindak sejauh ini?” desis Daries yang nampak begitu kesal. Dania menatap tak percaya, bahwa suaminya berpikiran picik tentang dirinya. Isa tidak bereaksi apa-apa, pria itu hanya fokus untuk menatap Zola tanpa memperdulikan keberadaan Dania ataupun Daries. Isa pikir, setelah banyak waktu yang dilalui oleh pasangan suami istri itu, mereka akan bisa memperbaiki luka hati yang sudah mereka torehkan pada Zola. nyatanya, kematian ibunya tidak juga membuat kehidup
Sudah tiga hari lamanya, Zola memilih untuk mengurung diri di kamarnya. wanita berparas cantik itu, seperti tidak memiliki daya untuk bisa mendapatkan kembali semangat hidupnya. seharian di dalam kamar, ia memilih untuk tiduran saja, tanpa berminat untuk bergabung bersama keluarganya. Dania sudah berusaha untuk meyakinkan Zola agar keluar dari kamar, namun putrinya itu selalu menolak dan protes keras jika Dania menyinggung hal itu. Zola hanya butuh waktu untuk sendiri, bukan bermaksud untuk menghindari dunia luar seperti yang dipikirkan oleh Dania. kedatangan Rumi juga disambut baik oleh Zola, namun ia masih menolak jika diajak keluar dari kamarnya. “Lihatlah, sekarang Zola seperti boneka yang kehilangan semangat hidup. ini semua gara-gara dirimu yang terlalu egois, mas!” Dania tidak mampu lagi menahan diri, tak peduli jika saat ini keduanya berada di meja makan. bagi keluarga Joyokusumo, paling anti jika membicarakan suatu hal di meja makan. “lantas, apa yang harus aku lakukan? bers
“Yang akan menikah-”“Kau dan Zola. tapi, menikah bukan hanya soal kalian berdua, melainkan dua keluarga besar yang saling berhubungan. dulu, keluarga kalian sudah pernah datang dan melamar Zola, tapi anakku lebih memilih untuk menikah dengan buaya darat itu. aku yakin, ayahmu pasti tidak mudah untuk kembali menerima status Zola saat ini.” Potong Daries tak sabar. Ia merasa, ini semua tidak ada ujungnya. Zola juga belum tentu menerima perasaan Edgar, walaupun ia juga dulu pernah membuat janji pada Zola agar anaknya itu menikah dengan Edgar, tentunya untuk melancarkan bisnisnya. namun, melihat kondisi Zola saat ini, Daries merasa tidak tega untuk memaksakan kehendaknya pada putrinya itu.“Untuk ayah, saya jamin tidak akan ada masalah kedepannya. jadi, jika tidak keberatan bolehkah-”“Menemui Zola?” ada rasa kesal karena Daries terus saja memotong perkataannya. tapi, Edgar berusaha untuk lebih bersabar dalam menghadapi Daries. mungkin ini salah satu cara seorang ayah yang tengah melindu
Enam bulan kemudian…Kehidupan Zola masih seperti dulu, tidak ada yang berubah. yang berubah hanyalah statusnya yang masih menjadi janda. Zola masih sibuk mengurusi Hotel yang ia kelola sedangkan untuk Hotel Joyokusumo sendiri sudah sebagian dialihkan pada Isa. Zola sama sekali tidak keberatan, ia sudah berlapang dada dengan keputusan ayahnya. Ia tidak ingin egois, karena pada dasarnya Isa juga merupakan darah daging ayahnya.“Masih sibuk?” Zola mendongak, menatap wajah pria yang tersenyum manis padanya. baru saja berbalas via chat, pria itu kini sudah berada di hadapannya.Zola mengangguk mengiyakan, tanpa dipersilahkan untuk masuk pria berlesung pipi itu melangkahkan kakinya ke dalam ruangan Zola dan duduk di sofa, sengaja ingin memandang wajah cantik kekasihnya itu.“Apa ada yang salah?” Zola takut jika polesan make up-nya terlihat tidak bagus dihadapan Edgar.Edgar menggeleng, lalu berjalan menuju ke arah meja kerja Zola. melihat ekspresi wajah Edgar, membuat Zola merasa ada yang
Zola ragu saat akan melangkahkan kakinya masuk kedalam kediaman keluarga Valden. berulang kali ia mencoba untuk mengatur napasnya, namun tetap saja ia merasa keringatnya bercucuran membasahi kening. Zola sedikit bernostalgia saat melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah Edgar. saat itu, kali pertama ia menginjakkan kaki di rumah Darel dan disambut baik oleh Dessy, mertuanya. dan untuk saat ini, Zola tidak tahu bagaimana Keluarga Valden akan menyambut kedatangannya. tapi, Zola rasa pasti berbeda dengan sikap Dessy. sampai di suatu ruangan, yang Zola rasa itu adalah ruang tamu Keluarga ini.Zola disambut dengan senyum tulus Rabia, ibu Edgar yang terlihat duduk disebelah pria berjenggot dan terlihat tidak bersahabat sama sekali saat bertatap muka langsung dengan Zola. ya, pasti itu adalah Valden ayah Edgar.“Bagaimana kabarmu hari ini, Zola?” sambut Rabia saat Zola dan Edgar sudah duduk di atas sofa yang berhadapan langsung dengan orang tua Edgar.“alhamdulillah, baik Tante.” Sahut Zola
“Bisakah kita tunda besok saja?” Zola menatap ke arah pria tampan berlesung pipi yang tengah berkosentrasi menyetir mobil.“Kenapa, kau ragu sayang?”Zola dapat meyakini saat ini kedua pipinya pasti berubah kemerahan karena panggilan kata sayang yang baru saja diucapkan oleh Edgar.“Bu-bukan begitu, hanya saja rasanya perutku lapar,” sahut Zola sedikit ragu. padahal, saat ini perutnya belum merasakan lapar sama sekali. ini hanyalah sebuah alasan agar Edgar membatalkan rencananya untuk menemui orang tuanya. lagi pula, Daries dan Dania jam segini pasti masih berada di Hotel.“Yakin, hanya itu?” selidik Edgar kurang percayalah.Zola mengangguk, lalu kembali menatap ke arah depan. setiap kali memandang wajah Edgar, entah mengapa jantungnya berdebar tak karuan. Zola merasa seperti remaja yang baru saja jatuh cinta, benar-benar memalukan. Edgar memutuskan untuk makan di sebuah Restoran yang lumayan cukup ramai dikunjungi. “Pernah makan disini?” Zola memaksakan senyumnya, lalu mengangguk
Setelah bab ini, Darel sudah tidak lagi akan muncul di bab-bab selanjutnya.Darel menghempaskan tubuhnya di atas ranjang reot yang terbuat dari anyaman rotan. biar saja tubuhnya yang kering ini merasakan sakit sekalian. selama pindah di desa terpencil dan butuh jarak sampai delapan jam menuju kota ini, mampu membuat kehidupannya benar-benar berantakan. ia tidak memiliki akses untuk bisa pergi dari sini, karena kehidupannya diawasi oleh orang-orang Edgar. makannya juga diatur, sungguh melelahkan. setiap hari harus membantu lansia atau orang sakit berobat ke puskesmas, memberikan edukasi soal pentingnya kesehatan tapi dirinya sendiri butuh untuk didengarkan. kadang juga Darel menjadi guru untuk anak-anak yang belum bisa membaca ataupun menulis, sungguh melelahkan. Kadang Darel tidak mengerti, kenapa ada orang yang masih mau menjadi relawan tanpa dibayar? ia yang merasakan selama enam bulan saja rasanya begitu melelahkan baik secara fisik dan batin. mungkin benar, dengan sikap ikhlas unt
Setelah menghadiri acara rapat, Zola baru kembali mengaktifkan ponselnya. benar saja, ada beberapa pesan dari aplikasi hijau. beberapa dari rekan kerjanya dan pesan yang paling tertatas dari Rumi. ya, sahabatnya itu mengirimkan sebuah pesan undangan pernikahan via chat. saat Zola telah mengklik link halaman yang dikirimkan oleh Rumi, betapa terkejutnya ia saat mengetahui calon suami Rumi tidak lain adalah Isa!Seharusnya Zola tidak terlalu terkejut, mengingat hubungan keduanya yang terkadang putus nyambung beberapa tahun terakhir. tapi, Rumi sama sekali tidak pernah menyinggung soal pernikahan. Daries, ayahnya juga tidak pernah bercerita mengenai pernikahan ini. karena penasaran, akhirnya Zola memutuskan untuk pergi menemui Rumi untuk meminta penjelasan tentang hal ini. Zola memutuskan untuk mengirimkan lokasi tempat mereka akan bertemu. tanpa melihat lagi ke ponselnya, Zola bergegas pergi meninggalkan Hotel dan memasukkan ponsel dalam tasnya.Setelah sampai di Restoran yang dituju, Z