Setelah menghadiri acara rapat, Zola baru kembali mengaktifkan ponselnya. benar saja, ada beberapa pesan dari aplikasi hijau. beberapa dari rekan kerjanya dan pesan yang paling tertatas dari Rumi. ya, sahabatnya itu mengirimkan sebuah pesan undangan pernikahan via chat. saat Zola telah mengklik link halaman yang dikirimkan oleh Rumi, betapa terkejutnya ia saat mengetahui calon suami Rumi tidak lain adalah Isa!Seharusnya Zola tidak terlalu terkejut, mengingat hubungan keduanya yang terkadang putus nyambung beberapa tahun terakhir. tapi, Rumi sama sekali tidak pernah menyinggung soal pernikahan. Daries, ayahnya juga tidak pernah bercerita mengenai pernikahan ini. karena penasaran, akhirnya Zola memutuskan untuk pergi menemui Rumi untuk meminta penjelasan tentang hal ini. Zola memutuskan untuk mengirimkan lokasi tempat mereka akan bertemu. tanpa melihat lagi ke ponselnya, Zola bergegas pergi meninggalkan Hotel dan memasukkan ponsel dalam tasnya.Setelah sampai di Restoran yang dituju, Z
Zola memutuskan untuk tidak menemui Rumi, mendapati bahwa Edgar pergi kencan bersama dengan wanita lain membuat suasana hatinya kesal dan tak terima dibohongi seperti itu. dengan perasaan berkecamuk, Zola turun dari mobil, menutup keras pintu mobil sampai terdengar suara yang begitu memekakkan telinga.“Sayang, bukankah kau bilang mobilmu bermasalah?” Zola menatap tak percaya, saat pria berlesung pipi itu berjalan santai ke arahnya. tidak ada raut wajah penyesalan yang terpancar dari wajah Edgar, membuat Zola semakin yakin bahwa Edgar adalah orang yang pintar memanipulasi keadaan.“Aku ditolong oleh seorang pria tampan yang mau rela panas-panasan mengganti ban mobilku!” sahut Zola dengan penuh kebohongan.“Kau marah, sayang?” Edgar ingin menyentuh pipi Zola, tapi dengan cepat Zola berjalan melewati tubuh Edgar begitu saja. melihat perubahan sikap Zola, tentunya Edgar merasa ada yang salah. pria itu lantas menahan tubuh Zola dengan menggenggam erat tangan wanita pujaannya itu.“Apa?” k
Tidak seperti dugaan Zola, ternyata kedua orang tuanya saat ini sudah berada di rumah, sedang bersantai dan nampak berbincang. kedatangan Zola dan Edgar membuat pandangan suami istri itu fokus pada keduanya.“Ayah dan ibu, sudah di rumah?”tanya Zola heran.“Sengaja, karena kamu ingin mengatakan sesuatu padamu.” Sahut Daries setelah menyeruput secangkir teh hangat buatan istrinya.“Soal Isa dan Rumi?” Zola memilih untuk duduk di sofa yang sama dengan Edgar.Daries mengangguk mengiyakan, lalu meletakkan kembali cangkir tehnya diatas meja.“Kita akan melaksanakan pernikahannya di Hotel dan ayah butuh bantuan kalian,”Zola menatap ke arah ibunya, namun wanita itu seperti menghindari tatapan mata Zola.“Kalian akan mengurus semua acara-”“Kenapa harus kami?” potong Zola tanpa peduli jika hal yang ia lakukan tidak pantas, memotong perkataan ayahnya.“Zola.” Tegur Dania nampak tidak suka dengan perbuatan putrinya itu.“Tidak ada alasannya, tapi kau dan Edgar yang akan mengatur segalanya. Per
Zola menghela napas dalam-dalam, lalu menghembuskan secara perlahan-lahan. bagi Zola, seharusnya ayahnya tidak melakukan ini. ia juga anak Daries, untuk apa melakukan hal yang tak masuk akal begitu. menyuruhnya dan Edgar mengurusi hal-hal yang harusnya sudah di kerjakan oleh anggota wedding organizer, jadi tidak masuk akal untuk memaksakan diri mereka untuk…Zola menggeleng cepat, kesal dengan pemikirannya sendiri dan merasa terbebani dengan permintaan sang ayah. saat akan merebahkan tubuhnya di kasur, suara ketukan pintu membuatnya harus menunda keinginannya untuk beristirahat sejenak. saat membuka pintu kamar, betapa terkejutnya Zola saat melihat Isa berada di depan kamarnya. “Boleh masuk?”Zola menggeleng cepat, tidak mengizinkan Isa masuk ke dalam kamarnya. “Ada yang ingin aku bicarakan, anggap saja ini sebagai kado pernikahanku.” Isa masih berusaha untuk meyakinkan Zola.“tap-” belum sempat Zola mencerna perkataan Isa, pria itu langsung menerobos masuk kedalam kamar Zola. “Kau
“Aku bilang keluar!” teriak Zola tanpa peduli jika suaranya terdengar sampai keluar. walaupun kamar ini kedap suara, namun saat ini pintu kamar Zola tidak ditutup dan bisa saja suaranya terdengar sampai keluar. melihat ekspresi wajah kesal Zola, tidak membuat Isa tergugah untuk pergi. pria itu justru terlihat menyilangkan kaki, santai sekali.“Aku belum berkata sampai point' pentingnya. menyerah saja, kau tidak akan bisa bersaing denganku. dari dulu, kau tergantung pada kemampuan ku untuk mengelola Hotel.”Zola menghela napas kasarnya, berupaya untuk tidak percaya dengan pendengarannya. namun, telinganya masih berfungsi dengan normal.“Maksudmu?”“Bersaing adil denganku tanpa melibatkan Edgar. aku sudah bicara dengan orang tua itu, kau tidak akan dilibatkan dalam proses pernikahan kami. lebih tepatnya, kau akan menjadi bagian dari tamu penting pernikahanku,”“Sejak kapan kau merencanakan ini semua?” tegas Zola, dalam hatinya berharap ini hanyalah ilusinya.“Sejak aku tahu, siapa jati
Semalaman Edgar tidak tidur dengan tenang. pria berlesung pipi itu terus saja terbayang wajah Zola yang dipenuhi oleh air mata. betapa rapuhnya pondasi hati wanita yang dulu ia kenal begitu tegar dan tak gampang untuk menangis. Zola juga merupakan wanita yang tidak mudah untuk menunjukkan kesedihannya. pasti ada sesuatu yang membuat kekasihnya itu begitu terpuruk dan terlihat begitu putus asa. karena waktu telah menunjukkan pukul setengah delapan, Edgar bergegas untuk mandi dan melakukan aktifitas seperti biasanya.“Sebaiknya kau pikir ulang untuk menikahi anak Joyokusumo itu,”Edgar menghentikan sendok yang berisi makanan yang sudah hampir masuk ke dalam mulutnya. pernyataan yang baru saja keluar dari bibir Valden membuat suasana hati dan nafsu makan Edgar seketika hilang begitu saja. bukankah slhal ini sudah dibahas berulang kali dan kesepakatannya adalah ia boleh menikahi Zola, yang penting hal itu tidak berdampak buruk pada bisnis keluarga ini. Melihat ekspresi wajah Edgar yang t
“Aku pikir ayah akan sedikit mengasihi kami, sebagai keluarga. namun, nyatanya kami harus kembali di tampar oleh fakta menyedihkan soal pengkhianatan yang ayah lakukan pada ibu.”PRAK!Daries membanting piring yang ada dihadapannya, membuat piring berbahan keramik itu pecah berantakan di lantai. baru kali ini, Zola melihat wajah kemarahan sang ayah. dan itu semua disebabkan oleh Isa. anak kandungnya yang sudah lama ia rahasiakan. “Cukup Daries, kau membuat Zola ketakutan.” “Sebagai seorang ibu, kau tidak bisa mengajari dan mendidik anak kita! lihat kelakuannya sekarang setelah bercerai, berani sekali mengungkapkan isi hatinya dan berencana meninggalkan rumah ini!”Zola menatap wajah ibunya, berharap agar wanita itu bisa sedikit saja tegas pada ucapan Daries. tapi, kenyataannya tidak seperti yang Zola inginkan. Dania hanya dapat menundukkan wajah tanpa berani menatap langsung wajah Daries.‘setidaknya aku tidak selemah ibuku,’ batin Zola lalu pergi meninggalkan ruang makan. Setelah
Pandangan Zola teralihkan pada ponselnya yang berdering. wanita cantik itu lantas merogoh ponsel yang berada di dalam saku celananya. Zola menatap pada Edgar, seperti meminta izin pada kekasihnya itu untuk mengangkat panggilan telepon tersebut.“Rumi,” ucapnya pelan yang diangguki oleh Edgar.“Hallo,”‘Zola, maafkan aku.’ sahut Rumi tanpa berbasa-basi.‘aku tahu, pernikahanku ini berdampak pada kehidupanmu. tapi, aku sungguh tidak tahu jika keadaannya sampai seperti ini. Isa baru saja menghubungi diriku dan mengatakan akan membatalkan pernikahan ini. bagaimana ini, Zola? undangan sudah terlanjur tersebar dan…aku malu sekali. aku tidak tahu, apa Masalahnya sampai Isa memutuskan hal ini tanpa berbicara padaku. namun,” ada jeda waktu saat Rumi kembali akan melanjutkan perkataannya. ‘aku yakin, ini berhubungan denganmu.’“Kenapa harus aku, Rumi? bukankah kita sahabat, lantas apa yang mendasari dirimu yakin jika Isa membatalkan pernikahan ini gara-gara diriku?” ucap Zola tanpa mengalihkan