Share

Bab 2

Author: Firsyaka
last update Last Updated: 2024-11-16 07:24:11

Flavia duduk di ruang tamu, pandangannya kosong menatap jendela. Sejak kecelakaan itu, banyak hal berubah dalam hidupnya. Kakinya belum pulih sepenuhnya, dan lebih parah lagi, Zafran, kekasihnya, semakin jarang berkunjung. Dulu, setiap hari Zafran selalu ada di sisinya, memastikan dia baik-baik saja. Tapi sekarang? Kehadirannya mulai langka. Bahkan sahabatnya, Aurellia, yang biasanya sering nongol dengan candaannya, kini entah ke mana.

Hati Flavia dipenuhi tanda tanya. Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa keduanya seperti menghilang begitu saja dari hidupnya? Seakan dunia luar menjauh darinya, hanya menyisakan sunyi yang menyakitkan.

Di tengah kegalauannya, ketukan pintu rumah berbunyi. Flavia menghela napas panjang. "Siapa lagi sekarang?" gumamnya pelan, tidak mengharapkan siapapun.

Ibunya, yang baru saja selesai di dapur, melangkah ke depan pintu. Saat pintu terbuka, muncul sosok yang membuat Flavia sedikit tersenyum. Dr. Alessandro.

"Selamat sore, Bu," sapa Alessandro dengan senyum hangatnya. "Saya mampir sebentar untuk mengecek kondisi Flavia."

"Oh, tentu saja. Silakan masuk, Dok." Bu Mireya menggeser tubuhnya agar Alessandro bisa masuk.

Sejak kecelakaan itu, Alessandro sering berkunjung setelah jam kerjanya selesai di rumah sakit. Dokter Alessandro datang untuk memeriksa kondisi Flavia mengingat rumah Dokter itu tidak terlalu jauh dari rumah Flavia.

"Hai, Fla," sapa Alessandro seraya duduk di sebelahnya. "Bagaimana perasaanmu hari ini?"

"Lumayan, Dok. Sedikit nyeri di kaki, tapi sudah lebih baik."

Alessandro mengangguk sambil mengambil stetoskopnya. "Biar aku cek dulu, ya."

"Semuanya terlihat baik. Kamu butuh lebih banyak istirahat dan jangan terlalu memaksakan kaki untuk berjalan." Alessandro menyimpan alat-alatnya dan menatap Flavia dengan senyum lembut. "Aku akan selalu ada kalau kamu butuh sesuatu, Fla."

Sebelum Flavia bisa merespons, pintu depan terbuka lagi dengan cepat, diikuti suara langkah terburu-buru. Victor, lelaki yang diam-diam mencintai Flavia, muncul dengan wajah panik. Rambutnya acak-acakan, kemejanya sedikit berantakan. Ia bahkan tidak memperhatikan kehadiran Alessandro saat itu.

"Flavia! Kamu harus lihat ini!" Victor hampir berteriak, seraya merogoh saku celananya dan mengeluarkan ponsel.

"Victor, ada apa?" Flavia terkejut melihat ekspresi tegang Victor.

Victor langsung menunjukkan layar ponselnya kepada Flavia, tanpa memperdulikan kehadiran Alessandro. "Kamu perlu lihat ini sekarang!"

Di layar, terlihat Zafran, kekasihnya, duduk bersama Aurellia—sahabat terbaiknya. Mereka tampak begitu akrab, tertawa bersama, dan yang lebih mengejutkan, Zafran tampak menyuapi Aurellia dengan manis, seolah tidak ada beban.

“Tidak mungkin …” bisik Flavia pelan, suaranya hampir lenyap.

Alessandro yang duduk di sebelahnya ikut melihat video itu, wajahnya berubah serius. Dia bisa merasakan kesedihan Flavia yang semakin dalam.

Victor, yang berdiri di depannya, masih bernapas dengan tidak beraturan. "Aku tahu ini sulit, Fla. Tapi aku tidak bisa   kamu terus dalam kegelapan. Zafran ... dia tidak layak untukmu."

Air mata mulai membasahi pipi Flavia. Selama ini, perasaannya yang campur aduk tentang Zafran dan Aurellia ternyata bukan sekadar firasat. Mereka benar-benar mengkhianatinya, tepat di depan matanya.

"Kenapa mereka melakukan ini padaku?" Flavia berbicara dengan suara bergetar. "Aurellia adalah sahabatku ... Zafran ..." Dia tidak bisa melanjutkan kata-katanya, tenggorokannya terasa tercekat.

Alessandro menaruh tangannya di bahu Flavia, mencoba menenangkan. "Flavia, aku tahu ini berat. Tapi kamu harus kuat. Mereka tidak pantas mendapatkan air matamu."

Namun, Victor tidak tahan melihat Alessandro begitu dekat dengan Flavia. Dia merasa Dr. Alessandro memiliki niat yang lebih dari sekadar dokter  sama pasien.

"Dokter tidak perlu pura-pura perduli sama Fla, ada aku di sini yang akan selalu menjaganya!" sindir Victor tidak suka.

Alessandro mendongak, matanya bertemu dengan tatapan tajam Victor. "Memangnya salah kalau aku perduli sama Fla, Victor?"

Flavia merasakan ketegangan di antara kedua lelaki itu. Namun, dia tidak ingin terjebak dalam konflik baru. Rasa sakit yang dia rasakan akibat pengkhianatan Zafran dan Aurellia sudah cukup baginya.

"Victor, dr. Alessandro ... cukup," Flavia berkata, suaranya lemah tapi tegas. "Aku tidak butuh pertengkaran ini sekarang."

"Maaf, Fla. Aku hanya ... aku khawatir padamu. Aku hanya ingin kamu tahu apa yang sebenarnya terjadi." Victor nampak ragu.

Flavia mengangguk sambil mengusap air mata di pipinya. "Terima kasih, Victor. Tapi aku butuh waktu untuk mencerna semua ini."

"Kalau kamu butuh aku, aku selalu ada untukmu," kata Victor dengan suara pelan sebelum berbalik dan meninggalkan ruangan.

Setelah Victor pergi, Alessandro tetap di tempatnya, menatap Flavia dengan penuh empati. "Kamu tidak sendirian, Fla. Kamu punya aku, kalau kamu butuh seseorang untuk berbagi."

~~~~~

Keesokan harinya, suasana rumah Flavia terasa lebih sunyi dari biasanya. Meskipun Flavia berusaha menyibukkan diri di kamar, hatinya tidak bisa lepas dari perasaan hampa yang terus menghantui.

Tiba-tiba, suara ketukan pintu menggetarkan keheningan. Flavia mengintip dari jendela, hatinya tersentak melihat Dr. Alessandro berdiri di depan pintu, dengan tatapan penuh perhatian.

"Flavia? Ini aku, dr. Ale. Kamu baik-baik saja?" suaranya lembut namun penuh kekhawatiran. Flavia ragu sejenak, lalu membuka pintu. Dr. Alessandro masuk dengan membawa sebungkus makanan kesukaannya.

Di ruang tamu, suasana canggung menyelimuti mereka. Dr. Alessandro mencoba menciptakan percakapan ringan, namun Flavia hanya merespons dengan senyum yang terpaksa. Meski begitu, Dr. Alessandro tetap berusaha menunjukkan kepeduliannya. Ia tidak pernah menyerah pada Flavia, apapun yang terjadi, dia ingin melihat Flavia semangat menjalani hidup.

Tidak lama berselang, suara motor Victor terdengar mendekat, semakin mendekati rumah Flavia. Langkah berat terdengar, dan Flavia tahu Victor kembali. Ketika pintu terbuka, wajah Victor tampak tegang dan tidak seperti biasanya. Ia membawa sesuatu di tangannya, sepertinya kabar besar yang tidak bisa ditunda.

"Flavia, kamu harus lihat ini," ucap Victor dengan napas yang tersengal. Matanya tajam, seperti menahan amarah dan kebingungan.

Flavia mengerutkan kening, merasa ada sesuatu yang salah. "Apa itu, Victor?"

Tanpa menjawab, Victor langsung menyerahkan ponselnya ke tangan Flavia. Ponsel itu menunjukkan sebuah video, dan tangan Flavia mulai gemetar saat dia meraihnya. Dr. Alessandro memandang dengan curiga, namun tidak berkata apa-apa, hanya menatap wajah Flavia yang perlahan berubah pucat.

Jari-jari Flavia mulai menyentuh layar, memutar video tersebut.

Flavia membeku, jantungnya seperti berhenti berdetak. Tangan yang memegang ponsel itu semakin bergetar hebat. Air mata mulai menggenang di matanya, namun ia tetap memaksakan diri untuk menyelesaikan video itu, meski hatinya hancur berkeping-keping.

"Ini tidak mungkin, aku pasti sedang bermimpi," gumam Flavia dalam kekalutan.

Dr. Alessandro yang duduk di sampingnya terdiam, melihat perubahan drastis di wajah Flavia. Dia mencoba meraih tangan Flavia, tapi Flavia menepisnya, seluruh tubuhnya gemetar hebat.

Sebenarnya vidio apa yang dilihat Flavia?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Dikhianati Mantan, Dijerat Dokter Tampan   Bab 3

    “Apa ini ...?" suara Flavia bergetar, hampir tidak terdengar. Di layar, Zafran, pria yang seharusnya menjadi calon suaminya, duduk di depan penghulu. Di sampingnya, Aurellia—sahabat terbaiknya, yang selalu ada di sampingnya, yang tahu segala impian dan harapannya—duduk dengan gaun putih sederhana, menggenggam erat tangan Zafran. Dalam video itu, Zafran dan Aurellia sedang mengikat janji suci, tersenyum bahagia.“Flavia …” Victor memanggil lembut, mencoba menggapai pergelangan tangan Flavia.Dr. Alessandro yang sejak tadi duduk di samping Flavia langsung merasakan gelombang emosi yang mengalir dari tubuh wanita itu. Dia segera bertindak, menarik bahu Flavia, membawanya ke dalam pelukan hangatnya. "Sudah, Fla … Aku di sini. Kau tidak sendiri," ucapnya pelan, nada suaranya menenangkan, meskipun jauh di dalam hatinya, ada sesuatu yang berkecamuk—empati.Flavia merosot dalam pelukan Dr. Alessandro, tubuhnya gemetar dan isakannya mulai terdengar. Rasanya, seluruh dunianya hancur dalam sek

    Last Updated : 2024-11-16
  • Dikhianati Mantan, Dijerat Dokter Tampan   Bab 4

    "Sudah, lupakan saja. Itu tidak penting. Yang terpenting sekarang kamu harus bangkit dan semangat menata masa depan yang lebih baik," sahut dr. Ale, mengelak.Aku hanya tersenyum tipis mendengar balasannya. Dan sesaat ponsel dr. Ale berdering dari dalam kantong celanannya lalu dia membaca chat yang masuk dengan serius."Fla, aku pamit pulang dulu ya, biar kamu bisa istirahat. Dan jangan lupa makan yang teratur!" pungkas dr. Ale sebelum pulang.Malam Minggu ini seharusnya aku tidak punya rencana apa-apa. Namun, seperti biasa, Dokter Ale tiba-tiba menghubungiku sore tadi. Suaranya tenang, seperti biasa, namun penuh ketegasan. Ia berkata ingin datang malam ini, tanpa menjelaskan lebih lanjut.Aku masih ingat saat pertama kali mengenal dekat dokter Ale, ketika aku sedang terpuruk karena pengkhianatan Zafran. Ia selalu ada di setiap momen terburukku, menghibur tanpa pernah memaksa. Ada rasa nyaman yang kurasakan, meski aku sendiri belum berani menafsirkan apa yang sebenarnya kurasakan terh

    Last Updated : 2024-11-16
  • Dikhianati Mantan, Dijerat Dokter Tampan   Bab 5

    "Zafran, kamu apa-apaan sih, maen mukul orang sembarangan?" teriak Fla dengan sorot mata penuh kebencian."Ngapain dia ada di sini? Mau godain kamu, iya?" balas Zafran dengan nada sedikit naik seraya menatapku sebentar."Bukan urusanmu, kamu tidak punya hak mencampuri urusanku," balas Fla sambil mendorong dada Zafran. Zafran terdiam, mungkin merasa omongan Fla benar adanya, dia tidak punya hak mengatur hidup Fla lagi setelah kemarin sudah mencampakkannya dan lebih memilih sahabat Fla.Aku tidak pernah menyangka akan berada di tengah situasi seperti ini. Udara sore yang biasanya menenangkan, kini terasa panas. Tubuhku masih sedikit gemetar akibat pukulan Zafran yang tiba-tiba menghantam wajahku beberapa menit lalu. Aku merasakan rasa logam dari darah yang merembes di sudut bibirku, tapi yang lebih menyakitkan adalah tatapan Zafran. Cemburu, marah, dan mungkin ... penyesalan. Semua tergambar jelas di wajahnya."Biar aku seka darahnya," ucap Fla mendekat ke arahku sambil menyeka darah

    Last Updated : 2024-11-16
  • Dikhianati Mantan, Dijerat Dokter Tampan   Bab 6

    "Dokter Ale, Fla, kita makan dulu. Ibu sudah masakin banyak buat kalian," ajak Ibu dengan senyumnya yang hangat."Baik, Bu," jawab Fla dengan berjalan menuju meja makan bersamaan dengan Dokter ganteng.Sore itu, suasana di rumah Mireya terasa jadi ceria setelah tadi ada ketegangan. Sejak pagi, Bu Mireya sibuk menyiapkan hidangan istimewa untuk Dr. Alessandro, yang telah banyak membantu Flavia. Tak hanya menyembuhkan luka fisik, tetapi juga luka hati yang masih menganga atas pengkhianatan Zafran dan Aurel.“Terima kasih, Bu Mireya, sudah repot-repot menyiapkan semua ini.” Dokter Ale tersenyum malu.“Ah, tidak apa-apa, Dok. Ini sedikit tanda terima kasih dari kami,” jawab Bu Mireya sambil tersenyum. Flavia yang duduk di sampingnya hanya tersenyum lemah. Ia merasa nyaman di hadapan Dr. Alessandro. Alesa, adik Flavia yang lebih ceria, ikut bergabung dan mengisi ruang dengan tawa kecil. Pembicaraan mereka mengalir ringan, penuh canda tawa. Sementara itu, Victor yang sedang berada di warun

    Last Updated : 2024-11-16
  • Dikhianati Mantan, Dijerat Dokter Tampan   Bab 7

    Alesandro, atau yang biasa dipanggil Dr. Ale, berdiri di ambang pintu rumah Flavia. Di hadapannya, Flavia sedang duduk di sofa dengan air mata yang mengalir deras di pipinya. Wajahnya terlihat begitu letih, seolah habis tersapu badai emosi. Di sampingnya, Victor duduk dengan wajah cemas, sesekali melirik Flavia dengan perhatian, namun sorot matanya berubah dingin saat melihat kehadiran Dr. Ale.“Kenapa Flavia menangis?” tanya Ale, sedikit waspada dengan suasana yang terasa canggung.Victor, yang merasa kehadiran Ale mengganggu momen kebersamaannya dengan Flavia, menghela napas pelan sebelum menjawab. "Barusan Aurellia datang. Dia datang untuk meminta maaf atas apa yang dia lakukan dulu. Pengkhianatannya dengan Zafran masih sangat menyakitkan bagi Flavia. Itu membuatnya kembali teringat semua luka yang belum sembuh," jawab Victor dengan nada dingin.Ale menatap Flavia dengan perasaan campur aduk. Dia tahu betapa besar luka yang ditinggalkan oleh Zafran dan Aurellia, tapi melihat Flav

    Last Updated : 2025-04-09
  • Dikhianati Mantan, Dijerat Dokter Tampan   Bab 8

    Flavia kini mencoba menjalani hari-harinya dengan lebih baik. Setelah berminggu-minggu menjalani terapi untuk kakinya karena cedera yang dialami, ia akhirnya mampu bangkit, meski dengan langkah yang terpincang-pincang. Setiap pagi, ia membantu ibunya melayani pelanggan di warung kecil mereka yang terletak di depan rumah. Warung sederhana itu telah menjadi sumber penghidupan keluarga sejak Ayah Flavia meninggal. Pagi itu, Flavia tampak sibuk di warung bersama ibunya, mengantar pesanan kopi dan roti kepada pelanggan setia mereka.“Fla, kamu istirahat dulu, nak,” ujar ibunya sambil mengusap keringat di dahi Flavia. “Biar ibu yang lanjutkan.”Flavia tersenyum tipis, lalu menggeleng. “Nggak apa-apa, Bu. Aku bisa kok. Lagian, aku butuh gerak biar cepat sembuh.”Ibunya, seorang wanita paruh baya yang lembut, menatap anak perempuannya dengan tatapan penuh kasih dan kekhawatiran. Meskipun bangga melihat putrinya mulai beraktivitas kembali, ia tahu Flavia belum sepenuhnya pulih, baik secara f

    Last Updated : 2025-04-09
  • Dikhianati Mantan, Dijerat Dokter Tampan   Bab 9

    Tiap malam, Flavia selalu termenung di kamarnya, duduk di tepi ranjang sambil memandang langit-langit yang gelap. Namun senyumnya tak pernah gagal menghiasi wajahnya, meski hanya untuk dirinya sendiri. Wajah Dokter Alessandro selalu terlintas di benaknya, dengan semua kebaikan dan perhatiannya. Setiap kali teringat, dadanya menghangat. Ada kenyamanan yang tak pernah ia duga akan datang dari seorang dokter yang dulu hanya sekadar orang asing baginya.Malam itu, seperti biasa, Flavia duduk di ruang tamu bersama Ibu Mireya dan Alesa. Kedua wanita di depannya sudah tak sabar untuk menggoda Flavia. Ibu Mireya, dengan seringai nakal di wajahnya, melirik ke arah Alesa yang langsung paham apa yang harus ia lakukan."Aku perhatiin, akhir-akhir ini Kak Fla senyum-senyum sendiri terus. Pasti gara-gara dokter ganteng itu, ya?" goda Alesa, tak menahan tawa kecilnya.Flavia terkesiap dan langsung memalingkan wajah, mencoba menutupi rona merah di pipinya. "Alesa ... apaan sih?" gumam Flavia, mencob

    Last Updated : 2025-04-09
  • Dikhianati Mantan, Dijerat Dokter Tampan   Bab 10

    Setiap hari, Flavia bangun pagi-pagi sekali, memulai harinya dengan kesibukan yang tak ada habisnya. Dia membantu ibunya di warung, melayani pembeli, memasak, dan beres-beres rumah. Hidup mereka tampak sederhana, tapi penuh dengan kehangatan.Alesa, adik Flavia, masih bersekolah di SMA, sementara Flavia dan ibunya lebih banyak mengandalkan penghasilan dari warung serta hasil berkebun sayur di pekarangan belakang. Walau tanpa ayah, mereka tetap berusaha bahagia dalam kesederhanaan hidup.Setiap sore, setelah semua pekerjaan selesai, Victor sering datang ke rumah Flavia. Dia membantu menyiram tanaman sayur di pekarangan belakang dengan semangat yang tak pernah surut. Victor adalah pria yang baik hati, selalu ada untuk Flavia dan keluarganya. Ia mengungkapkan perasaannya pada Flavia berulang kali, tapi Flavia selalu ragu, tak pernah memberikan harapan yang jelas.Hari itu pun tak berbeda. Victor datang seperti biasanya, membawa senyum hangat yang selalu dia tunjukkan. Flavia sedang dudu

    Last Updated : 2025-04-11

Latest chapter

  • Dikhianati Mantan, Dijerat Dokter Tampan   Bab 20

    Jogjakarta menyuguhkan suasana yang tenang dan indah, dengan angin sepoi-sepoi yang berhembus di antara pepohonan tinggi dan langit biru yang tak berawan. Di sebuah hotel bintang lima yang mewah, keluarga besar Alessandro berkumpul untuk merayakan momen yang telah lama ditunggu-tunggu: pertunangan antara putra pertama mereka, Alessandro, dan wanita yang telah menjadi bagian dari hidupnya, Valerie.Tuan Maximus, ayah Alessandro, duduk dengan penuh kebanggaan di meja makan besar. Wajahnya yang serius terlihat lembut ketika ia menatap putranya. Ibu Sofia, seorang wanita yang penuh kasih sayang, duduk di samping suaminya dengan senyum yang tak bisa disembunyikan.Severus, adik Alessandro yang juga seorang dokter kandungan ternama di Jakarta, terlihat ceria meskipun tampak sedikit lebih serius daripada biasanya. Namun, semua mata tertuju pada pasangan yang menjadi pusat perhatian malam itu.Alessandro mengenakan jas hitam elegan, wajahnya tampak begitu bahagia. Di sebelahnya, Valerie yang

  • Dikhianati Mantan, Dijerat Dokter Tampan   Bab 19

    "Zafran?" serunya dengan suara tercekat, matanya tak percaya."Akhirnya aku menemukanmu," katanya sambil melepas helm dan mengibaskan rambut hitamnya yang sedikit acak-acakan. "Aku nyari kamu kemana-mana, Fla."Fla hanya terdiam, perasaan campur aduk antara bahagia dan cemas. Setelah berminggu-minggu, akhirnya Zafran datang juga. Tetapi, kenapa sekarag?"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Fla, mencoba menyembunyikan rasa harunya. Zafran menatapnya sejenak, lalu menghela napas. "Aku baru dapat kabar tentang kamu dari teman lama. Aku nggak tahu kalau kamu ada di Cirebon sekarang.""Ya, aku ... Aku di sini sekarang," jawab Fla, suaranya sedikit terputus-putus. "Kehidupan baru. Aku mencoba untuk ... melupakan semuanya."Zafran mengangguk, lalu berjalan mendekat. "Melupakan aku?" tanyanya dengan nada lembut, mencoba mengukur reaksi Fla.Fla menoleh padanya dengan ragu. "Aku ... tidak tahu. Semua terlalu berat untuk diingat lagi, Zaf. Apalagi kamu ... sudah punya kehidupan baru kan?"Zaf

  • Dikhianati Mantan, Dijerat Dokter Tampan   Bab 18

    Lemari sudah kosong, dan hanya tinggal beberapa barang kecil yang tersisa untuk dikemas. Alesa, adiknya, sedang di kamar sebelah, membantu Bu Mireya merapikan barang-barang terakhir sebelum mereka semua meninggalkan Brebes untuk pindah ke rumah Uwa Kardi di Cirebon."Kak, kamu yakin nggak mau kasih tahu Dokter Alessandro soal kepindahan kita?" tanya Alesa saat memasuki kamar. Wajahnya terlihat ragu.Flavia menatap ke jendela, menghindari tatapan adiknya. “Nggak perlu, Alesa. Dia sibuk. Dia sudah punya hidupnya sendiri sekarang... dengan Valeri.”Alesa menghela napas pelan. Ia tahu betul bagaimana perasaan kakaknya, betapa Flavia masih menyimpan luka yang belum sembuh, bukan hanya dari pengkhianatan Zafran dan Aurellia, tapi juga dari perasaan yang tak terucapkan untuk Dokter Alessandro. "Tapi... Kak, gimana kalau dia sebenarnya peduli? Mungkin dia nggak tahu kalau kamu mau pergi, dan dia bakal—""Nggak, Les. Kita nggak bisa terus menunggu orang yang jelas-jelas sudah punya hidup lain

  • Dikhianati Mantan, Dijerat Dokter Tampan   Bab 17

    Alessandro memarkir mobil mewahnya di depan rumah Flavia. Matahari siang menyinari halaman depan rumah dengan sinar hangat, tetapi hati Flavia terasa dingin. “Siap, Flavia?” Alessandro keluar dari mobil, tersenyum hangat seperti biasa. Ia terlihat begitu tampan dengan kemeja putih yang digulung hingga siku dan rambutnya yang tertata rapi. Tetapi kali ini, senyuman itu justru menambah beban di hati Flavia.Flavia mengangguk pelan. “Iya, Dok,” jawabnya Alessandro berjalan mendekati pintu dan mengetuknya dengan ringan, meminta izin kepada Bu Mireya yang segera muncul dari dalam rumah. “Oh, dr. Alessandro! Apa kalian berdua akan pergi sekarang?” Bu Mireya bertanya, suaranya ramah seperti biasanya, namun ada sedikit kekhawatiran di matanya saat melihat wajah murung Flavia.“Iya, Bu. Saya ingin mengajak Flavia keluar sebentar untuk memilih sesuatu. Bisa kan, Bu?” Alessandro tersenyum lagi, kali ini ke arah Bu Mireya, memastikan semuanya terlihat normal. Bu Mireya melirik putrinya yang

  • Dikhianati Mantan, Dijerat Dokter Tampan   Bab 16

    Flavia menatap kosong keluar jendela. Matahari yang biasanya membawa kehangatan kini terasa dingin. Hatinya masih dipenuhi rasa sakit. Zafran, seseorang yang dulu begitu dicintainya, kini terbaring di rumah sakit setelah kecelakaan hebat yang membuat kakinya patah. Sebuah perasaan campur aduk antara simpati dan luka lama menyelimuti pikirannya.Di sebelahnya, Victor duduk diam. Mata lelaki itu penuh perhatian, tapi Flavia bisa merasakan jarak yang tak terucap di antara mereka. Victor adalah seseorang yang selalu ada, terutama saat Flavia merasa tak ada lagi yang peduli. Tapi kini, dia ikut menemani Flavia menjenguk Zafran, pria yang telah mengkhianatinya."Apa kamu siap masuk?" suara Victor terdengar lembut, membuyarkan lamunan Flavia.Flavia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan hatinya yang bergetar. "Aku... Aku nggak tahu, Vic. Dada ini masih sesak saat ingat namanya."Victor menggenggam tangan Flavia, menyalurkan kekuatan yang diam-diam selalu dia berikan. "Kamu nggak ha

  • Dikhianati Mantan, Dijerat Dokter Tampan   Bab 15

    Aku menatap layar ponsel di tanganku dengan perasaan yang tak karuan. Pesan singkat dari Alessandro masih terpampang jelas di sana. Aku membaca ulang kata-katanya, mencoba menemukan makna yang lebih dalam, tetapi kenyataan tak bisa diubah. Alessandro ternyata sudah memiliki kekasih, dan yang lebih menyakitkan, kekasihnya adalah seseorang yang selevel dengannya, seorang dokter juga. Aku tertawa kecut, mencoba menahan rasa perih yang semakin menyayat. "Kenapa aku bodoh sekali, ya?" gumamku, memeluk lutut di atas sofa. Selama ini aku merasa mungkin ada sesuatu yang lebih dari sekadar perhatian profesional antara aku dan dr.Alessandro. Tapi ternyata, aku hanya salah mengartikan semuanya. Setiap senyum, setiap perhatian yang ia berikan, hanyalah bentuk dari kebaikan hatinya—tidak lebih."Flavia, kamu kenapa?" Suara lembut Ibu Mireya memecah lamunanku. Ibu datang menghampiriku, duduk di sebelahku sambil menatapku penuh rasa iba. Aku tidak sanggup menjawabnya, hanya menggeleng lemah."Kam

  • Dikhianati Mantan, Dijerat Dokter Tampan   Bab 14

    Aku mendesah panjang di depan layar ponsel yang menunjukkan pesan dari Valerie, pacarku yang berkarir sebagai seorang dokter.“Aku kangen kamu, Ale. Dan segera datang ke sini di rumah uwaku!," bacaku cepat. "Tapi kan lom lama kita sudah ketemu cuma sekarang ini aku lagi sibuk banget jadi lom bisa menemuimu lagi. Sabar ya, sayang, sampaikan salamku buat uwamu!" balasku cepat."Tapi aku masih kangen, tau.""Tapi aku gak bisa kalau sekarang ini."Valeri tak membalasnya lagi, mungkin ia merajuk, batinku.Hubungan kami selama ini selalu harmonis. Valerie adalah sosok yang luar biasa, cerdas, ambisius, dan selalu mendorongku untuk menjadi yang terbaik. Tidak jarang aku memberinya hadiah kecil untuk menunjukkan perhatianku, seperti buku yang dia suka atau kalung cantik yang cocok untuknya. Valerie bahagia, dan aku senang bisa membahagiakannya.Namun, akhir-akhir ini waktuku semakin terbatas. Kesibukan di rumah sakit semakin menumpuk, dan pertemuanku dengan Valerie menjadi semakin jarang. Ti

  • Dikhianati Mantan, Dijerat Dokter Tampan   Bab 13

    Valeri, pacarnya, beberapa hari yang lalu melontarkan kalimat yang terus membayangi pikirannya, "Kayaknya Flavia suka sama kamu, Ale."Sejak mendengar itu, hatinya terusik. Perhatian yang ia berikan kepada Flavia ternyata memiliki arti lebih di mata wanita itu. Dokter Alessandro merasa bersalah. Ia tidak pernah bermaksud memberi harapan. Sebagai seorang dokter, ia hanya berusaha memberikan support kepada pasiennya yang sedang terpuruk. Namun, kini situasi semakin rumit. Apalagi Valeri, pacarnya, semakin sering merajuk dan merasa terancam dengan keberadaan Flavia."Ale, lo kenapa sih? Dari tadi gue perhatiin, lo kayak lagi mikirin sesuatu yang berat," suara berat dari seberang meja mengagetkan Alessandro dari lamunannya.Dokter Amir, sahabat sekaligus rekan kerjanya, menatapnya dengan penuh rasa ingin tahu. "Amir, gue ... ada masalah," ujar Alessandro akhirnya."Masalah apa? Lo kelihatan kacau banget, bro. Cerita aja, siapa tahu gue bisa bantu."Alessandro menatap sahabatnya dengan t

  • Dikhianati Mantan, Dijerat Dokter Tampan   Bab 12

    Flavia memarkirkan motornya di depan sebuah kafe kecil yang cukup ramai malam itu. Cahaya lampu-lampu gantung yang redup di teras kafe memberi suasana hangat, namun hatinya dingin, dipenuhi kegelisahan. Kata-kata Alesa saat tadi masih terngiang di kepalanya."Kak, tadi aku lihat Dokter Ale di kafe sama cewek, kayaknya sih pacarnya, soalnya tampak mesra,"Mendengar hal itu, Flavia tidak bisa tenang. Hati kecilnya tak ingin mempercayai kabar itu, namun rasa penasaran mendesaknya untuk memastikan sendiri. Dengan langkah ragu, ia berjalan menuju pintu kafe, mencoba terlihat santai meski hatinya sedang kacau.Begitu masuk, Flavia dengan cepat melirik sekeliling. Matanya langsung tertumbuk pada sosok Dokter Alessandro yang sedang duduk di sudut ruangan bersama seorang wanita cantik. Mereka terlihat sangat akrab. Wanita itu tersenyum, dan Dokter Alessandro tampak tertawa kecil. Pandangan itu menghancurkan hati Flavia yang sebelumnya sudah retak.“Fla? Kamu ngapain di sini?” Suara berat yang

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status