Share

Dikhianati Mantan, Dijerat Dokter Tampan
Dikhianati Mantan, Dijerat Dokter Tampan
Penulis: Firsyaka

Bab 1

Penulis: Firsyaka
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-16 07:22:55

"Fla, aku akan mengajakmu untuk bertemu dengan orang tuaku, mereka akan membicarakan hubungan kita selanjutnya." Zafran, lelaki yang sudah lima tahun mengisi hari-hari Flavia dengan kebahagiaan.

"Se_sekarang?" Flavia melebarkan pandangannya  dengan alis yang terangkat.

Zafran mengangguk pelan dengan senyum yang terukir indah menghiasi wajah gantengnya.

Pagi itu, langit Brebes cerah seperti biasa. Angin sepoi-sepoi menyapa Flavia yang duduk di belakang motor Zafran, tangannya memeluk erat pinggang pria itu. Mereka dalam perjalanan menuju rumah orang tua Zafran untuk membicarakan rencana pernikahan mereka. Flavia tersenyum bahagia, meskipun hatinya selalu diliputi sedikit kekhawatiran. Bagaimana tidak, Zafran adalah anak orang kaya, sedangkan ia hanyalah anak dari ibu yang hidup sederhana, tepatnya hanya sebagai pedagang kecil alias buka warung di rumahnya.

“Kamu yakin mereka setuju sama aku, Mas?” tanya Flavia, mencondongkan sedikit tubuhnya untuk lebih dekat ke telinga Zafran.

Zafran menoleh sebentar, senyumnya menenangkan. “Tentu saja, sayang. Mereka akan menerima kamu apa adanya.”

Flavia mencoba percaya pada kata-kata Zafran, tapi hatinya masih terasa was-was. Pernikahan mereka adalah impiannya, tapi dia selalu takut akan perbedaan kelas yang begitu besar di antara mereka.

Jalanan sedikit lengang, hanya beberapa motor yang melintas di sekitar mereka. Tapi tiba-tiba, dari arah berlawanan, sebuah truk besar muncul dengan kecepatan tinggi. Zafran tak sempat menghindar. Hanya dalam sekejap, Flavia merasakan tubuhnya terlempar ke udara sebelum semuanya menjadi gelap.

Di Rumah Sakit

Flavia membuka matanya perlahan. Cahaya terang dari langit-langit rumah sakit membuat matanya sedikit perih. Rasa sakit yang menusuk di kakinya membuatnya ingin berteriak, tapi hanya suara lemah yang keluar.

“Zafran?” bisiknya, mencoba mencari pria yang ia cintai.

Suara langkah kaki mendekat, dan seorang perawat segera menenangkan Flavia. “Tenang, Mbak. Pacar Mbak baik-baik saja. Dia hanya luka ringan.”

Flavia menghela napas lega. Namun, kebahagiaan itu cepat pudar saat ia menyadari sesuatu yang lebih mengerikan. Kakinya, yang kini terasa kaku dan sakit luar biasa, terbalut gips tebal.

“Kaki saya kenapa, Sus?” tanyanya panik.

Perawat itu tampak ragu, tapi akhirnya menjawab. “Kaki Mbak patah. Butuh waktu lama untuk sembuh... mungkin juga tidak akan bisa pulih sepenuhnya.”

Mata Flavia membesar. Dunia yang tadi terlihat begitu cerah, mendadak runtuh di hadapannya. Bagaimana bisa dia melanjutkan hidup seperti ini? Apalagi rencana pernikahannya dengan Zafran?

Beberapa saat kemudian, pintu terbuka pelan dan Zafran masuk. Wajahnya tampak lelah, tapi tetap menunjukkan senyum hangat yang biasa.

"Sayang, gimana perasaanmu?" tanyanya sambil mendekat.

Flavia menatap Zafran, hatinya bergemuruh antara takut dan marah. "Kakiku, Mas... Mereka bilang mungkin nggak akan bisa pulih."

Zafran terdiam. Jelas terlihat bahwa kabar itu sangat menghantamnya. Tapi dengan cepat dia mencoba menyembunyikan kekhawatirannya. "Kamu jangan khawatir, Sayang. Kita bisa lewati ini bersama. Aku akan tetap ada untukmu, menikah denganmu."

Penundaan Pernikahan

Hari-hari berlalu, dan Flavia mulai menjalani terapi pemulihan. Namun, pernikahan yang telah direncanakan selama bertahun-tahun terpaksa ditunda. Keluarga Zafran mengusulkan penundaan dengan alasan kesehatan Flavia, tapi Flavia tahu alasan yang sebenarnya.

Di ruang tamu rumahnya yang sederhana, Flavia duduk di sofa dengan kaki yang masih dibalut. Ibunya, Ibu Mireya, duduk di sampingnya, menggenggam tangan Flavia dengan lembut.

“Bu, gimana kalau Zafran ninggalin aku?” tanya Flavia dengan suara pelan, seolah ketakutan kalau kekhawatirannya akan menjadi kenyataan jika diucapkan dengan lebih keras.

Ibu Mireya__ Ibu tiri Flavia mengelus punggung tangan anaknya. “Zafran orang baik, Nak. Kalau dia benar mencintaimu, dia nggak akan pergi begitu saja hanya karena kecelakaan ini.”

Namun, kekhawatiran Flavia tidak bisa hilang begitu saja. Meskipun Zafran sering datang menjenguk, perlahan-lahan Flavia merasa ada jarak di antara mereka. Terkadang, dia melihat Zafran termenung lama saat bersua, seperti memikirkan sesuatu yang berat.

Sore itu, Zafran kembali datang menjenguk. Tapi kali ini, ada sesuatu yang berbeda dari sikapnya. Dia duduk di ujung tempat tidur Flavia, menghindari kontak mata.

"Fla," suaranya berat, "aku ingin kita bicara serius."

Jantung Flavia berdegup kencang. Ia tahu ini adalah momen yang paling ditakutinya sejak kecelakaan itu.

"Apa maksudmu, Mas?" Flavia menatap Zafran, mencoba menebak apa yang akan dikatakan pria itu.

Zafran terdiam beberapa saat, lalu menghela napas panjang. "Orang tua aku, mereka... mereka khawatir tentang kondisi kamu. Mereka bilang, kita harus menunda pernikahan lebih lama lagi. Sampai kamu benar-benar sembuh."

Flavia merasa dadanya sesak. "Berapa lama lagi, Mas? Apa mereka... atau kamu... sudah nggak yakin lagi sama aku?"

Zafran menggeleng cepat. "Bukan itu, Fla. Aku sayang sama kamu, tapi..." Suaranya terhenti, seolah-olah kata-kata yang ingin diucapkannya terlalu berat untuk dikeluarkan. "Tapi orang tua aku berpikir kalau, dengan kondisi kamu sekarang, mungkin kita harus memikirkan ulang semuanya."

Deeggg!!

Kata-kata itu menyayat hati Flavia. Dia terdiam, mencoba menahan air mata yang sudah menggenang di pelupuk matanya. "Ka_mu mau batalin rencana pernikahan kita? Kamu mau meruntuhkan impian yang sudah kita rajut berdua?" 

Zafran tak langsung menjawab. Ia hanya memandang Flavia dengan wajah penuh rasa bersalah. "Bukan batalin, hanya menunda. Aku butuh waktu, Fla. Aku bingung. Aku nggak tahu harus gimana."

Flavia merasa seluruh dunianya hancur. Kakinya yang patah mungkin bisa disembuhkan suatu hari nanti, tapi hatinya? Perasaannya pada Zafran? Mungkinkah semua itu bisa diperbaiki?

"Semuanya berubah setelah kecelakaan ini, ya?" bisik Flavia dengan suara parau.

Zafran berdiri, menatap Flavia sekali lagi sebelum berjalan menuju pintu. "Tidak ada yang berubah, semua masih sama, hanya saja aku lagi sibuk. Aku harap kamu mengerti."

Flavia mengerutkan dahi dengan perasaan yang penuh amarah. "Mengerti? Harusnya kamu yang ngertiin aku, aku kayak gini juga karena kamu. Kamu yang sudah bikin kakiku cacat!" teriak Flavia.

"Kamu gak bisa salahkan aku Fla,  ini murni kecelakaan. Aku sayang sama kamu, mana mungkin aku mau mencelakaimu," ucap Zafran, ia tak mau disalahkan. Zafran mengelus lembut pucuk kepala sang kekaaih sebelum akhirnya pergi.

Pintu tertutup pelan di belakangnya, meninggalkan Flavia yang tengah kalut. Air matanya akhirnya tumpah, dan dengan tangan gemetar, ia meremas selimut di atas kakinya yang kini menjadi simbol dari masa depan yang tak pasti.

Dalam hati, Flavia tahu. Ini bukan hanya tentang waktu, atau penyembuhan. Ini adalah awal dari perubahan besar yang mungkin tak pernah bisa ia perbaiki lagi.

"Maafin aku, Fla, sebenarnya bukan karena orang tuaku yang minta menunda pernikahan kita, tapi aku punya alasan lain yang tidak bisa aku jelaskan sekarang," ucap Zafran dalam hati.

To be continued…

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Dikhianati Mantan, Dijerat Dokter Tampan   Bab 2

    Flavia duduk di ruang tamu, pandangannya kosong menatap jendela. Sejak kecelakaan itu, banyak hal berubah dalam hidupnya. Kakinya belum pulih sepenuhnya, dan lebih parah lagi, Zafran, kekasihnya, semakin jarang berkunjung. Dulu, setiap hari Zafran selalu ada di sisinya, memastikan dia baik-baik saja. Tapi sekarang? Kehadirannya mulai langka. Bahkan sahabatnya, Aurellia, yang biasanya sering nongol dengan candaannya, kini entah ke mana.Hati Flavia dipenuhi tanda tanya. Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa keduanya seperti menghilang begitu saja dari hidupnya? Seakan dunia luar menjauh darinya, hanya menyisakan sunyi yang menyakitkan.Di tengah kegalauannya, ketukan pintu rumah berbunyi. Flavia menghela napas panjang. "Siapa lagi sekarang?" gumamnya pelan, tidak mengharapkan siapapun.Ibunya, yang baru saja selesai di dapur, melangkah ke depan pintu. Saat pintu terbuka, muncul sosok yang membuat Flavia sedikit tersenyum. Dr. Alessandro."Selamat sore, Bu," sapa Alessandro dengan senyum

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-16
  • Dikhianati Mantan, Dijerat Dokter Tampan   Bab 3

    “Apa ini ...?" suara Flavia bergetar, hampir tidak terdengar. Di layar, Zafran, pria yang seharusnya menjadi calon suaminya, duduk di depan penghulu. Di sampingnya, Aurellia—sahabat terbaiknya, yang selalu ada di sampingnya, yang tahu segala impian dan harapannya—duduk dengan gaun putih sederhana, menggenggam erat tangan Zafran. Dalam video itu, Zafran dan Aurellia sedang mengikat janji suci, tersenyum bahagia.“Flavia …” Victor memanggil lembut, mencoba menggapai pergelangan tangan Flavia.Dr. Alessandro yang sejak tadi duduk di samping Flavia langsung merasakan gelombang emosi yang mengalir dari tubuh wanita itu. Dia segera bertindak, menarik bahu Flavia, membawanya ke dalam pelukan hangatnya. "Sudah, Fla … Aku di sini. Kau tidak sendiri," ucapnya pelan, nada suaranya menenangkan, meskipun jauh di dalam hatinya, ada sesuatu yang berkecamuk—empati.Flavia merosot dalam pelukan Dr. Alessandro, tubuhnya gemetar dan isakannya mulai terdengar. Rasanya, seluruh dunianya hancur dalam sek

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-16
  • Dikhianati Mantan, Dijerat Dokter Tampan   Bab 4

    "Sudah, lupakan saja. Itu tidak penting. Yang terpenting sekarang kamu harus bangkit dan semangat menata masa depan yang lebih baik," sahut dr. Ale, mengelak.Aku hanya tersenyum tipis mendengar balasannya. Dan sesaat ponsel dr. Ale berdering dari dalam kantong celanannya lalu dia membaca chat yang masuk dengan serius."Fla, aku pamit pulang dulu ya, biar kamu bisa istirahat. Dan jangan lupa makan yang teratur!" pungkas dr. Ale sebelum pulang.Malam Minggu ini seharusnya aku tidak punya rencana apa-apa. Namun, seperti biasa, Dokter Ale tiba-tiba menghubungiku sore tadi. Suaranya tenang, seperti biasa, namun penuh ketegasan. Ia berkata ingin datang malam ini, tanpa menjelaskan lebih lanjut.Aku masih ingat saat pertama kali mengenal dekat dokter Ale, ketika aku sedang terpuruk karena pengkhianatan Zafran. Ia selalu ada di setiap momen terburukku, menghibur tanpa pernah memaksa. Ada rasa nyaman yang kurasakan, meski aku sendiri belum berani menafsirkan apa yang sebenarnya kurasakan terh

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-16
  • Dikhianati Mantan, Dijerat Dokter Tampan   Bab 5

    "Zafran, kamu apa-apaan sih, maen mukul orang sembarangan?" teriak Fla dengan sorot mata penuh kebencian."Ngapain dia ada di sini? Mau godain kamu, iya?" balas Zafran dengan nada sedikit naik seraya menatapku sebentar."Bukan urusanmu, kamu tidak punya hak mencampuri urusanku," balas Fla sambil mendorong dada Zafran. Zafran terdiam, mungkin merasa omongan Fla benar adanya, dia tidak punya hak mengatur hidup Fla lagi setelah kemarin sudah mencampakkannya dan lebih memilih sahabat Fla.Aku tidak pernah menyangka akan berada di tengah situasi seperti ini. Udara sore yang biasanya menenangkan, kini terasa panas. Tubuhku masih sedikit gemetar akibat pukulan Zafran yang tiba-tiba menghantam wajahku beberapa menit lalu. Aku merasakan rasa logam dari darah yang merembes di sudut bibirku, tapi yang lebih menyakitkan adalah tatapan Zafran. Cemburu, marah, dan mungkin ... penyesalan. Semua tergambar jelas di wajahnya."Biar aku seka darahnya," ucap Fla mendekat ke arahku sambil menyeka darah

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-16
  • Dikhianati Mantan, Dijerat Dokter Tampan   Bab 6

    "Dokter Ale, Fla, kita makan dulu. Ibu sudah masakin banyak buat kalian," ajak Ibu dengan senyumnya yang hangat."Baik, Bu," jawab Fla dengan berjalan menuju meja makan bersamaan dengan Dokter ganteng.Sore itu, suasana di rumah Mireya terasa jadi ceria setelah tadi ada ketegangan. Sejak pagi, Bu Mireya sibuk menyiapkan hidangan istimewa untuk Dr. Alessandro, yang telah banyak membantu Flavia. Tak hanya menyembuhkan luka fisik, tetapi juga luka hati yang masih menganga atas pengkhianatan Zafran dan Aurel.“Terima kasih, Bu Mireya, sudah repot-repot menyiapkan semua ini.” Dokter Ale tersenyum malu.“Ah, tidak apa-apa, Dok. Ini sedikit tanda terima kasih dari kami,” jawab Bu Mireya sambil tersenyum. Flavia yang duduk di sampingnya hanya tersenyum lemah. Ia merasa nyaman di hadapan Dr. Alessandro. Alesa, adik Flavia yang lebih ceria, ikut bergabung dan mengisi ruang dengan tawa kecil. Pembicaraan mereka mengalir ringan, penuh canda tawa. Sementara itu, Victor yang sedang berada di warun

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-16
  • Dikhianati Mantan, Dijerat Dokter Tampan   Bab 7

    Alesandro, atau yang biasa dipanggil Dr. Ale, berdiri di ambang pintu rumah Flavia. Di hadapannya, Flavia sedang duduk di sofa dengan air mata yang mengalir deras di pipinya. Wajahnya terlihat begitu letih, seolah habis tersapu badai emosi. Di sampingnya, Victor duduk dengan wajah cemas, sesekali melirik Flavia dengan perhatian, namun sorot matanya berubah dingin saat melihat kehadiran Dr. Ale.“Kenapa Flavia menangis?” tanya Ale, sedikit waspada dengan suasana yang terasa canggung.Victor, yang merasa kehadiran Ale mengganggu momen kebersamaannya dengan Flavia, menghela napas pelan sebelum menjawab. "Barusan Aurellia datang. Dia datang untuk meminta maaf atas apa yang dia lakukan dulu. Pengkhianatannya dengan Zafran masih sangat menyakitkan bagi Flavia. Itu membuatnya kembali teringat semua luka yang belum sembuh," jawab Victor dengan nada dingin.Ale menatap Flavia dengan perasaan campur aduk. Dia tahu betapa besar luka yang ditinggalkan oleh Zafran dan Aurellia, tapi melihat Flav

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-09
  • Dikhianati Mantan, Dijerat Dokter Tampan   Bab 8

    Flavia kini mencoba menjalani hari-harinya dengan lebih baik. Setelah berminggu-minggu menjalani terapi untuk kakinya karena cedera yang dialami, ia akhirnya mampu bangkit, meski dengan langkah yang terpincang-pincang. Setiap pagi, ia membantu ibunya melayani pelanggan di warung kecil mereka yang terletak di depan rumah. Warung sederhana itu telah menjadi sumber penghidupan keluarga sejak Ayah Flavia meninggal. Pagi itu, Flavia tampak sibuk di warung bersama ibunya, mengantar pesanan kopi dan roti kepada pelanggan setia mereka.“Fla, kamu istirahat dulu, nak,” ujar ibunya sambil mengusap keringat di dahi Flavia. “Biar ibu yang lanjutkan.”Flavia tersenyum tipis, lalu menggeleng. “Nggak apa-apa, Bu. Aku bisa kok. Lagian, aku butuh gerak biar cepat sembuh.”Ibunya, seorang wanita paruh baya yang lembut, menatap anak perempuannya dengan tatapan penuh kasih dan kekhawatiran. Meskipun bangga melihat putrinya mulai beraktivitas kembali, ia tahu Flavia belum sepenuhnya pulih, baik secara f

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-09
  • Dikhianati Mantan, Dijerat Dokter Tampan   Bab 9

    Tiap malam, Flavia selalu termenung di kamarnya, duduk di tepi ranjang sambil memandang langit-langit yang gelap. Namun senyumnya tak pernah gagal menghiasi wajahnya, meski hanya untuk dirinya sendiri. Wajah Dokter Alessandro selalu terlintas di benaknya, dengan semua kebaikan dan perhatiannya. Setiap kali teringat, dadanya menghangat. Ada kenyamanan yang tak pernah ia duga akan datang dari seorang dokter yang dulu hanya sekadar orang asing baginya.Malam itu, seperti biasa, Flavia duduk di ruang tamu bersama Ibu Mireya dan Alesa. Kedua wanita di depannya sudah tak sabar untuk menggoda Flavia. Ibu Mireya, dengan seringai nakal di wajahnya, melirik ke arah Alesa yang langsung paham apa yang harus ia lakukan."Aku perhatiin, akhir-akhir ini Kak Fla senyum-senyum sendiri terus. Pasti gara-gara dokter ganteng itu, ya?" goda Alesa, tak menahan tawa kecilnya.Flavia terkesiap dan langsung memalingkan wajah, mencoba menutupi rona merah di pipinya. "Alesa ... apaan sih?" gumam Flavia, mencob

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-09

Bab terbaru

  • Dikhianati Mantan, Dijerat Dokter Tampan   Bab 20

    Jogjakarta menyuguhkan suasana yang tenang dan indah, dengan angin sepoi-sepoi yang berhembus di antara pepohonan tinggi dan langit biru yang tak berawan. Di sebuah hotel bintang lima yang mewah, keluarga besar Alessandro berkumpul untuk merayakan momen yang telah lama ditunggu-tunggu: pertunangan antara putra pertama mereka, Alessandro, dan wanita yang telah menjadi bagian dari hidupnya, Valerie.Tuan Maximus, ayah Alessandro, duduk dengan penuh kebanggaan di meja makan besar. Wajahnya yang serius terlihat lembut ketika ia menatap putranya. Ibu Sofia, seorang wanita yang penuh kasih sayang, duduk di samping suaminya dengan senyum yang tak bisa disembunyikan.Severus, adik Alessandro yang juga seorang dokter kandungan ternama di Jakarta, terlihat ceria meskipun tampak sedikit lebih serius daripada biasanya. Namun, semua mata tertuju pada pasangan yang menjadi pusat perhatian malam itu.Alessandro mengenakan jas hitam elegan, wajahnya tampak begitu bahagia. Di sebelahnya, Valerie yang

  • Dikhianati Mantan, Dijerat Dokter Tampan   Bab 19

    "Zafran?" serunya dengan suara tercekat, matanya tak percaya."Akhirnya aku menemukanmu," katanya sambil melepas helm dan mengibaskan rambut hitamnya yang sedikit acak-acakan. "Aku nyari kamu kemana-mana, Fla."Fla hanya terdiam, perasaan campur aduk antara bahagia dan cemas. Setelah berminggu-minggu, akhirnya Zafran datang juga. Tetapi, kenapa sekarag?"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Fla, mencoba menyembunyikan rasa harunya. Zafran menatapnya sejenak, lalu menghela napas. "Aku baru dapat kabar tentang kamu dari teman lama. Aku nggak tahu kalau kamu ada di Cirebon sekarang.""Ya, aku ... Aku di sini sekarang," jawab Fla, suaranya sedikit terputus-putus. "Kehidupan baru. Aku mencoba untuk ... melupakan semuanya."Zafran mengangguk, lalu berjalan mendekat. "Melupakan aku?" tanyanya dengan nada lembut, mencoba mengukur reaksi Fla.Fla menoleh padanya dengan ragu. "Aku ... tidak tahu. Semua terlalu berat untuk diingat lagi, Zaf. Apalagi kamu ... sudah punya kehidupan baru kan?"Zaf

  • Dikhianati Mantan, Dijerat Dokter Tampan   Bab 18

    Lemari sudah kosong, dan hanya tinggal beberapa barang kecil yang tersisa untuk dikemas. Alesa, adiknya, sedang di kamar sebelah, membantu Bu Mireya merapikan barang-barang terakhir sebelum mereka semua meninggalkan Brebes untuk pindah ke rumah Uwa Kardi di Cirebon."Kak, kamu yakin nggak mau kasih tahu Dokter Alessandro soal kepindahan kita?" tanya Alesa saat memasuki kamar. Wajahnya terlihat ragu.Flavia menatap ke jendela, menghindari tatapan adiknya. “Nggak perlu, Alesa. Dia sibuk. Dia sudah punya hidupnya sendiri sekarang... dengan Valeri.”Alesa menghela napas pelan. Ia tahu betul bagaimana perasaan kakaknya, betapa Flavia masih menyimpan luka yang belum sembuh, bukan hanya dari pengkhianatan Zafran dan Aurellia, tapi juga dari perasaan yang tak terucapkan untuk Dokter Alessandro. "Tapi... Kak, gimana kalau dia sebenarnya peduli? Mungkin dia nggak tahu kalau kamu mau pergi, dan dia bakal—""Nggak, Les. Kita nggak bisa terus menunggu orang yang jelas-jelas sudah punya hidup lain

  • Dikhianati Mantan, Dijerat Dokter Tampan   Bab 17

    Alessandro memarkir mobil mewahnya di depan rumah Flavia. Matahari siang menyinari halaman depan rumah dengan sinar hangat, tetapi hati Flavia terasa dingin. “Siap, Flavia?” Alessandro keluar dari mobil, tersenyum hangat seperti biasa. Ia terlihat begitu tampan dengan kemeja putih yang digulung hingga siku dan rambutnya yang tertata rapi. Tetapi kali ini, senyuman itu justru menambah beban di hati Flavia.Flavia mengangguk pelan. “Iya, Dok,” jawabnya Alessandro berjalan mendekati pintu dan mengetuknya dengan ringan, meminta izin kepada Bu Mireya yang segera muncul dari dalam rumah. “Oh, dr. Alessandro! Apa kalian berdua akan pergi sekarang?” Bu Mireya bertanya, suaranya ramah seperti biasanya, namun ada sedikit kekhawatiran di matanya saat melihat wajah murung Flavia.“Iya, Bu. Saya ingin mengajak Flavia keluar sebentar untuk memilih sesuatu. Bisa kan, Bu?” Alessandro tersenyum lagi, kali ini ke arah Bu Mireya, memastikan semuanya terlihat normal. Bu Mireya melirik putrinya yang

  • Dikhianati Mantan, Dijerat Dokter Tampan   Bab 16

    Flavia menatap kosong keluar jendela. Matahari yang biasanya membawa kehangatan kini terasa dingin. Hatinya masih dipenuhi rasa sakit. Zafran, seseorang yang dulu begitu dicintainya, kini terbaring di rumah sakit setelah kecelakaan hebat yang membuat kakinya patah. Sebuah perasaan campur aduk antara simpati dan luka lama menyelimuti pikirannya.Di sebelahnya, Victor duduk diam. Mata lelaki itu penuh perhatian, tapi Flavia bisa merasakan jarak yang tak terucap di antara mereka. Victor adalah seseorang yang selalu ada, terutama saat Flavia merasa tak ada lagi yang peduli. Tapi kini, dia ikut menemani Flavia menjenguk Zafran, pria yang telah mengkhianatinya."Apa kamu siap masuk?" suara Victor terdengar lembut, membuyarkan lamunan Flavia.Flavia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan hatinya yang bergetar. "Aku... Aku nggak tahu, Vic. Dada ini masih sesak saat ingat namanya."Victor menggenggam tangan Flavia, menyalurkan kekuatan yang diam-diam selalu dia berikan. "Kamu nggak ha

  • Dikhianati Mantan, Dijerat Dokter Tampan   Bab 15

    Aku menatap layar ponsel di tanganku dengan perasaan yang tak karuan. Pesan singkat dari Alessandro masih terpampang jelas di sana. Aku membaca ulang kata-katanya, mencoba menemukan makna yang lebih dalam, tetapi kenyataan tak bisa diubah. Alessandro ternyata sudah memiliki kekasih, dan yang lebih menyakitkan, kekasihnya adalah seseorang yang selevel dengannya, seorang dokter juga. Aku tertawa kecut, mencoba menahan rasa perih yang semakin menyayat. "Kenapa aku bodoh sekali, ya?" gumamku, memeluk lutut di atas sofa. Selama ini aku merasa mungkin ada sesuatu yang lebih dari sekadar perhatian profesional antara aku dan dr.Alessandro. Tapi ternyata, aku hanya salah mengartikan semuanya. Setiap senyum, setiap perhatian yang ia berikan, hanyalah bentuk dari kebaikan hatinya—tidak lebih."Flavia, kamu kenapa?" Suara lembut Ibu Mireya memecah lamunanku. Ibu datang menghampiriku, duduk di sebelahku sambil menatapku penuh rasa iba. Aku tidak sanggup menjawabnya, hanya menggeleng lemah."Kam

  • Dikhianati Mantan, Dijerat Dokter Tampan   Bab 14

    Aku mendesah panjang di depan layar ponsel yang menunjukkan pesan dari Valerie, pacarku yang berkarir sebagai seorang dokter.“Aku kangen kamu, Ale. Dan segera datang ke sini di rumah uwaku!," bacaku cepat. "Tapi kan lom lama kita sudah ketemu cuma sekarang ini aku lagi sibuk banget jadi lom bisa menemuimu lagi. Sabar ya, sayang, sampaikan salamku buat uwamu!" balasku cepat."Tapi aku masih kangen, tau.""Tapi aku gak bisa kalau sekarang ini."Valeri tak membalasnya lagi, mungkin ia merajuk, batinku.Hubungan kami selama ini selalu harmonis. Valerie adalah sosok yang luar biasa, cerdas, ambisius, dan selalu mendorongku untuk menjadi yang terbaik. Tidak jarang aku memberinya hadiah kecil untuk menunjukkan perhatianku, seperti buku yang dia suka atau kalung cantik yang cocok untuknya. Valerie bahagia, dan aku senang bisa membahagiakannya.Namun, akhir-akhir ini waktuku semakin terbatas. Kesibukan di rumah sakit semakin menumpuk, dan pertemuanku dengan Valerie menjadi semakin jarang. Ti

  • Dikhianati Mantan, Dijerat Dokter Tampan   Bab 13

    Valeri, pacarnya, beberapa hari yang lalu melontarkan kalimat yang terus membayangi pikirannya, "Kayaknya Flavia suka sama kamu, Ale."Sejak mendengar itu, hatinya terusik. Perhatian yang ia berikan kepada Flavia ternyata memiliki arti lebih di mata wanita itu. Dokter Alessandro merasa bersalah. Ia tidak pernah bermaksud memberi harapan. Sebagai seorang dokter, ia hanya berusaha memberikan support kepada pasiennya yang sedang terpuruk. Namun, kini situasi semakin rumit. Apalagi Valeri, pacarnya, semakin sering merajuk dan merasa terancam dengan keberadaan Flavia."Ale, lo kenapa sih? Dari tadi gue perhatiin, lo kayak lagi mikirin sesuatu yang berat," suara berat dari seberang meja mengagetkan Alessandro dari lamunannya.Dokter Amir, sahabat sekaligus rekan kerjanya, menatapnya dengan penuh rasa ingin tahu. "Amir, gue ... ada masalah," ujar Alessandro akhirnya."Masalah apa? Lo kelihatan kacau banget, bro. Cerita aja, siapa tahu gue bisa bantu."Alessandro menatap sahabatnya dengan t

  • Dikhianati Mantan, Dijerat Dokter Tampan   Bab 12

    Flavia memarkirkan motornya di depan sebuah kafe kecil yang cukup ramai malam itu. Cahaya lampu-lampu gantung yang redup di teras kafe memberi suasana hangat, namun hatinya dingin, dipenuhi kegelisahan. Kata-kata Alesa saat tadi masih terngiang di kepalanya."Kak, tadi aku lihat Dokter Ale di kafe sama cewek, kayaknya sih pacarnya, soalnya tampak mesra,"Mendengar hal itu, Flavia tidak bisa tenang. Hati kecilnya tak ingin mempercayai kabar itu, namun rasa penasaran mendesaknya untuk memastikan sendiri. Dengan langkah ragu, ia berjalan menuju pintu kafe, mencoba terlihat santai meski hatinya sedang kacau.Begitu masuk, Flavia dengan cepat melirik sekeliling. Matanya langsung tertumbuk pada sosok Dokter Alessandro yang sedang duduk di sudut ruangan bersama seorang wanita cantik. Mereka terlihat sangat akrab. Wanita itu tersenyum, dan Dokter Alessandro tampak tertawa kecil. Pandangan itu menghancurkan hati Flavia yang sebelumnya sudah retak.“Fla? Kamu ngapain di sini?” Suara berat yang

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status